Anda di halaman 1dari 39

TUGAS AKHIR

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh :

ARFA NOVIA SANTI (23134035)

Tesis :

Pengaruh Model Pembelajaran RADEC Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca


Pemahaman Siswa SDN Gugus 1 Kecamatan Sungai Aur

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Marlina, S.Pd.
Prof. Dr. Alwen Bentri, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG MASALAH................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................5
C. TUJUAN PENELITIAN.................................................................................................5
D. MANFAAT PENELITIAN.............................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................7
1. Kajian Pustaka.................................................................................................................7
A. Membaca Pemahaman.................................................................................................7
B. Model Pembelajaran RADEC......................................................................................9
2. Kerangka Berpikir.........................................................................................................15
3. Penelitian Yang Relevan...............................................................................................16
4. Hipotesis Penelitian.......................................................................................................18
BAB III.....................................................................................................................................19
METODE PENELITIAN.........................................................................................................19
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian.......................................................................19
B. Populasi dan Sampel..................................................................................................20
C. Defenisi Operasional..................................................................................................21
D. Instrument Penelitian Dan Pengembangannya.............................................................22
E. Pengumpulan Data.....................................................................................................27
F. Teknik Analisis Data..................................................................................................28
G. Prosedur Penelitian....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa Indonesia terdiri dari beberapa aspek kemampuan berbahasa. Menurut


Muhsyanur (2014) ada empat jenis kemampuan berbahasa (language arts, language
ability) dalam kurikulum pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar yang menjadi indikator
keberhasilan dalam berbahasa yaitu; kemampuan membaca (reading ability), kemampuan
berbicara (speaking ability), kemampuan menulis (writing ability), dan kemampuan
mendengarkan/menyimak (listening ability). Keempat kemampuan berbahasa tersebut,
semuanya memiliki hubungan dan keterkaitan yang sangat erat dan saling mendukung
untuk mewujudkan kemampuan berbahasa yang ideal (Nuramalia et al., 2023).

Sehubungan dengan kemampuan berbahasa tersebut, salah satu aspek kemampuan


berbahasa yang penting dan wajib dimiliki oleh siswa adalah kemampuan membaca
(reading ability). Membaca merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa cara berpikir,
seperti menelaah, menganalisis, dan mencari pemecahan masalah. Setiap orang memiliki
kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru dan terlibat dengan dunia di sekitar mereka
hanya dengan mengambil buku dan membacanya. Tidak hanya mungkin berbicara
tentang keberadaan manusia hanya melalui media lisan, tetapi juga kadang-kadang perlu
berkomunikasi melalui media tertulis (Fetra Bonita Sari, Risda Amini, 2020). Membaca
adalah salah satu dari empat kemampuan bahasa dasar dan diperlukan untuk
berkomunikasi dalam bentuk tertulis dalam kapasitas apa pun.

Sehubungan dengan hal tersebut, Dalman (Fetra Bonita Sari, Risda Amini, 2020)
menjelaskan bahwa membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (reading
comprehension). Agar pembaca dapat memahami bacaan, pembaca harus memahami isi
bacaan yang telah dibaca. Setelah membaca teks, pembaca dapat mengungkapkan hasil
pemahamannya tentang teks yang dibaca dengan meringkas isi teks dalam bahasanya
sendiri dalam bentuk lisan maupun tulisan. Oleh karena itu pemahaman bacaan perlu
diketahui dan dipahami.

Mishra & Ramesh (2005) menyatakan bahwa hasil dari Program For International
Student Asessment (PISA), Indonesia menempati urutan terakhir dalam bidang Reading

2
Performance dengan rata-rata 371 pada tahun 2018. Pencapaian tersebut lebih rendah
dibandingkan negara lain dengan 5 ratarata 487. Perolehan Indonesia tersebut juga
dikatakan di bawah rata-rata. Artinya, kemampuan membaca pemahamannya juga sangat
rendah.

Guru perlu melakukan inovasi pembelajaran sebagai peningkatan upaya kualitas


pembelajaran, terutama dengan memperhatikan keterampilan atau kompetensi yang
dibutuhkan siswa pada abad 21. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan
guru adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang efektif dan tepat untuk
digunakan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang efektif
dan tepat dapat mewujudkan kualitas pembelajaran yang diharapkan dengan keterampilan
atau kompetensi yang dibutuhkan di abad 21 ini.

Model pembelajaran sebagai salah satu inovasi pembelajaran dalam peningkatan


upaya kualitas pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain)
yang menggambarkan proses rinci penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan
terjadinya interaksi pembelajaran agar terjadi perubahan atau perkembangan diri peserta
didik (Listiyowati, 2021). Penggunaan model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
keaktifan belajar siswa dan keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah.

Keaktifan merupakan hal yang terpenting dalam proses pembelajaran.Dalam


proses pembelajaran, keterlibatan siswa sangatlah penting. Jika siswaturut berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik
dan tujuanpun akan tercapai dengan baik, tetapi jika siswa tidak berpartisipasi dan
berperan aktif, maka pembelajaranpun akan menjadi pasif dan tujuan tidak akan tercapai
dengan baik. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut seorang guru harus
mampu mendukung dan memberikan motivasi serta bimbingan kepada siswa supaya bisa
meningkatkan kemampuan serta kreatifitasnya lewat aktivitas belajar.

Untuk menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran maka diperlukan guru
yang kreatif professional dan menyenangkan. Hal ini penting terutama untuk menciptakan
iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan hal tersebut juga dapat menjadikan
siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan di SDN 11 Sungai Aur terlihat
kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, selama ini guru lebih dominan
menggunakan metode ceramah. Siswa hanya belajar dengan mendengarkan apa yang di

3
sampaikan oleh

4
guru lalu diberi tugas, guru belum menggunakan media pembelajaran dan hanya
menggunakan buku paket sebagai sumber belajar.Sehingga, siswa merasa bosan dan
kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa cenderung pasif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran belum menggunakan
model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk aktif dan tertarik mengikuti
kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari rendahnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, memahami materi pelajaran.Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat
pada guru, siswa kurang mampu melakukan pengamatan dalam proses pembelajaran,
dalam proses pembelajaran siswa kurang terlibat secara langsung dalam diskusi. Siswa
juga kurang berani dalam mengajukan atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan
mengemukakan hasil pemikirannya. Permasalahan inilah yang membuat siswa kurang
aktif dalam pembelajaran sehingga proses kegiatan pembelajaran berjalan kurang optimal
dan hasil belajar rendah. Selain itu, dari sisi guru penyajian pembelajaran bahasa
Indonesia berpusat pada guru. Akibatnya siswa mengalami kesulitan dan siswa merasa
bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan di atas, hal yang
menjadi fokus permasalahan adalah rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa.
Oleh karena itu kegiatan pembelajaran perlu dirancang dengan menggunakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan penekanan pada kerja kelompok dan
kegiatan yang menyenangkan sehingga siswa aktif dalam pembelajaran.

Model pembelajaran yang tepat sangat efektif dalam meningkatkan kualitas


kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar menuntut siswa untuk berperan aktif
dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan koherensi, bekerja sama dalam
kelompok, dan menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Octavia, 2020). Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan 6 untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah model Read, Answer, Discuss, Explain, Create (RADEC).

Menurut Jurnal Andini & Fitria (2021) dengan judul “Pengaruh Model RADEC
Pada Pembelajaran Tematik Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar.” hasil
penelitian yang dilakukan peneliti ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran RADEC dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan belajar siswa
kelas V SDN 01 Maninjau Kecamatan Tanjung RayaKota Padang Tahun ajaran 2020,
kemudian model pembelajaran RADEC dapat mengembangkan potensi peserta didik
untuk dipakai pada abad ke- 21. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
model

5
pembelajaran RADEC ini meningkatkan aktivitas belajar siswa hal ini menunjuukkan
kategori amat baik.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan maka penulis akan melakukan


penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran RADEC Untuk
Meningkatkan Keaktifan Siswa Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Kelas IV SDN Gugus I Sungai Aur”.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran RADEC untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Kelas IV SDN I Kecamatan Sungai Aur?
2. Apakah terdapat perbedaan signifikan dalam keaktifan dan kemampuan membaca
pemahaman siswa sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran RADEC
di kelas IV SDN I Kecamatan Sungai Aur?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh model pembelajaran RADEC untuk
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Kemampuan Membaca
Pemahaman Siswa Kelas IV SDN I Gugus Kecamatan Sungai Aur
2. Untuk mengetahui perbedaan signifikan dalam keaktifan dan kemampuan
membaca pemahaman siswa sebelum dan setelah menerapkan model
pembelajaran RADEC di kelas IV SDN Gugus I Kecamatan Sungai Aur.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini adalah :


1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah khasanah pustaka kependidikan dan memberikan
sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian
tentang masalah sejenis guna menyempurnakan penelitian ini.
b. Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai penggunaan model
pembelajaran RADEC dalam meningkatan keaktifan belajar siswa.

6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam


meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran RADEC.

b. Bagi Siswa
1. Dapat membantu siswa agar dapat belajar secara aktif dan mandiri.
2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang akan berdampak pada
prestasi belajar.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar
mengajar melalui pengembangan penunjang bahan ajar yang digunakan
dalam pembelajaran.
d. Bagi Penulis
Dapat menambah pengatahuan serta wawasan penulis dalam menerapkan
model pembelajaran RADEC untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa
terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Pustaka
Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan sub pokok bahasan dari membaca
lanjut. Tujuannya agar siswa mampu memahami, menafsirkan, serta menghayati
isi bacaan. Membaca pemahaman adalah salah satu kemampuan yang harus
dikembangkan dalam upaya meningkatkan pengetahuan siswa akan ilmu dan
informasi yang senantiasa berkembang. Membaca pemahaman memiliki tujuan
dimana pembaca dapat mengambil makna dari isi bacaan yang telah dibaca
(Ambarita et al., 2021). Santosa mengungkapkan bahwa membaca pemahaman
adalah lanjutan dari membaca dalam hati, dimana kegiatan tersebut mulai
diberikan di kelas 3 (Ambarita et al., 2021).

Kegiatan membaca pemahaman bertujuan untuk menghubungan informasi


lama dengan informasi yang baru, untuk mendapatkan sebuah pengetahuan yang
baru. Smith mengelompokkan tingkat keterampilan membaca pemahaman
menjadi empat kategori, yaitu: pemahaman literal, artinya pembaca hanya
memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna simbolsimbol bahasa yang
ada dalam bacaan. Pemahaman interpretatif. Menurut Tarigan (dalam Dalman,
2013: 88) mengemukakan ada enam tujuan membaca interpretatif, yaitu: maksud
pengarang, sifat-sifat tokoh, fakta atau fiksi, reksi emosional, gaya bahasa,
dampak cerita atau wacana. Pemahaman kritis. Pada pemahaman kritis pemabaca
tidak hanya mampu menangkap makna tersurat dan tersirat. Pembaca pada tingkat
ini mampu menganalisis dan sekaligus membuat sintesis dari informasi yang
diperolehnya melalui bacaan.

Membaca merupakan suatu proses di mana pikiran tanpa bantuan apapun


selain kata-kata dalam bacaan itu dapat meningkatkan pemahaman. Untuk dapat
mencapai taraf mengerti dalam kegiatan membaca diperlukan
keterampilanketerampilan tertentu (Surastina, 2016). Di samping itu, sangat
diperlukan latihan-latihan. Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri,
melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap
pembaca yang aktif. Terdapat du indikator/aspek penting dalam membaca yaitu

8
aspek mekanis sebagai tingkatan paling rendah dan aspek pemahaman sebagai
tingkat lanjutan.

Dilihat dari jenis membaca dapat dibagi atas: 1) membaca nyaring,


membaca bersuara, membaca lisan, 2) membaca dalam hati. Secara garis besar
membaca dalam hati dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1) membaca ekstensif, 2)
membaca intensif. Membaca ekstensif meliputi: 1) membaca survei, 2) membaca
sekilas, 3) membaca dangkal. Sedangkan membaca intensif dibagi menjadi dua
yaitu : 1) membaca telaah isi yang terdiri dari membaca teliti, membaca
pemahaman, membaca kritis dan membaca ide, 2) membaca elaah bahasa terdiri
dari membaca bahasa dan sastra (Ismawati & Faras, 2012).

Anderson membedakan tingkat pemahaman atas tiga tingkatan yaitu: (1)


membaca barisan, (2) membaca antar barisan, dan (3) membaca di luar barisan.
Membaca barisan diartikan sebagai memahami arti harfiah, membaca antar
barisan diartikan menginterpretasikan maksud penulis, dan membaca di luar
barisan diartikan menarik kesimpulan dan degeneralisasi. Dalam tiga tahapan
tersebut, Anderson menyatakan ada tujuh keterampilan yang terkandung di
dalamnya yaitu:
(1) pengetahuan makna kata, (2) pengetahuan tentang fakta, (3) pengetahuan
menentukan tema pokok, (4) kemampuan mengikuti hal yang mengatur sebuah
wacana, (5) kemampuan memahami hubungan timbal balik, (6) kemampuan
menyimpulkan, dan (7) kemampuan melihat tujuan pengarang (Fahrudin, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, kemampuan membaca pemahaman yang baik


tidak akan tercapai secara maksimal apabila siswa tidak memiliki motivasi belajar,
khususnya di Madrasah Ibtidaiyah karena keadaan di lapangan tentang motivasi
belajar siswa masih sangat kurang yang diberikan oleh guru, sehingga rendahnya
motivasi belajar dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah masalah yang
terjadi pada SD Negeri 11 Sungai Aur yang sampai saat ini belum terpecahkan.
Beberapa metode atau strategi pembelajaran yang berbasis interaktif telah
diujicobakan, namun hasilnya masih kurang memuaskan. Maka peneliti menduga
ada hubungan signifikan antara motivasi belajar dengan kemampuan membaca
pemahaman siswa. Artinya semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka semakin
baik pula kemampuan membaca pemahaman siswa di sekolah. Begitu juga dengan

9
sebaliknya semakin rendah motivasi, maka semakin rendah pula kemampuan
membaca pemahaman siswa di sekolah.

Model Pembelajaran RADEC


1. Pengertian Model Pembelajaran RADEC
Model pembelajaran RADEC merupakan suatu kegiatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered learning) dengan melakukan
serangkaian kegiatan untuk pemahaman konsep, berkolaborasi, pemecahan
masalah, dan menghasilkan suatu ide/karya. Model ini sebagai jawaban untuk
memenuhi keterampilan abad 21 saat ini yang mengharuskan peserta didik
memiliki kemampuan 4C, yaitu Ctirical Thinking and Problem Solving (berpikir
kritis dan memecahkan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills
(kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan
untuk bekerja sama) (Pohan et al., 2019).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar siswa dapat bersaing di abad
21 yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Contoh model yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa
adalah model pembelajaran Read, Answers, Disscus, Explain, dan
Create(RADEC) dan model pembelajaran Inquiry,keduanya berperan aktif untuk
menunjang pembelajaran di abad 21 serta melibatkan siswa langsung dalam
pembelajaran, namun dari kedua model pembelajaran tersebut memiliki
kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Model Read, Answers, Disscus,
Explain, and Create (RADEC) merupakan model yang dikembangkan sesuai
dengan karakter bangsa Indonesia yang didasari oleh sistem pendidikan
nasional

Model ini sebagai solusi untuk proses kegiatan pembelajaran yang


mewadahi siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara mandiri dan
berkolaborsi bersama temannya untuk saling bertukar informasi dan memecahkan
masalah. Selain itu, model pembelajaran ini sesuai dengan keadaan pendidikan di
Indonesia yang mengharuskan siswa memahami banyak pelajaran dengan waktu
yang singkat, baik itu pelajaran yang berorientasi materi yaitu pemahaman konsep
dan berorientasi pada pelajaran praktik dengan kemampuan berpikir kreatif.

10
Model pembelajaran RADEC adalah salah satu alternatif model
pembelajaran yang mencoba pendekatan dengan konteks Indonesia, penggagas
model RADEC adalah Sopandi pada tahun 2017 (Anggraini & Wulandari, 2020).
Sedangkan Andini & Fitria (2021) berpendapat bahwa model RADEC adalah
salah satu model inovatif yang menuntut peserta didik dalam menumbuhkan
keahliaan untuk zaman yang semakin berkembang serta konsep materi yang
dipelajari terkuasai oleh peserta didik.

Kurikulum yang ada di Indonesia sudah memuat keterampilan 4C bahkan


lebih lengkap karena menyangkut aspek spiritual dan karakter sosial. Agar tujuan
kurikulm tercapai maka berbagai model pembelajaran inovatif sangat di sarankan
agar bisa diterapkan saat proses belajar mengajar. Pendidikan di indonesia telah
menerapkan model inovatif yang seperti dengan menerapkan model pembelajaran
RADEC (Read, Answer, Disscuss, Explain, and Create) dari hasil penerapan
Sopandi (Pohan et al., 2019). Sehingga dengan model itu tentunya diharapkan
dapat memberikan suatu peningkatan pada kualitas pembelajaran dan mampu
memberikan motivasi kepada siswa agar mampu menguasai kompetensi dan juga
keterampilan abad 21. Model pembelajaran RADEC yaitu suatu model
pembelajaran yang sering digunakan di Indonesia.

Nama model pembelajaran RADEC (Read, Answer, Disscuss, Explain,


and Create) agar mudah diingat urutan implementasiya maka disesuaikan dengan
sintaks pembelajarannya. Nama model pembelajaran seringkali tidak
menggambarkan sintaks pembelajarannya. Bahkan ada model pembelajaran yang
sama sintaks nya dapat beragam.

Sopandi (Yulianti et al., 2022) mengemukakan bahwa model pembelajaran


RADEC mempunyai beberapa karakteristik pembelajaran yang dapat membangun
tidak hanya pemahaman konsep, namun kemampuan abad 21 dan salah satunya
adalah kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun karakteristik tersebut antara lain
yaitu: 1) model pembelajaran RADEC dapat memotivasi siswa untuk terlibat
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2) model pembelajaran RADEC dapat
mengarahkan siswa untuk bisa belajar secara mandiri, 3) model pembelajaran
RADEC dapat mengkontekstualkan sesuatu yang diketahui siswa dengan materi
yang dipelajarinya, 4) model pembelajaran RADEC dapat menghubungkan materi

11
bahan ajar yang dipelajari dengan mengaplikasikan pada kehidupan nyata, 5)
model pembelajaran RADEC menekankan pembelajaran yang berpusat pada
siswa sehingga terciptanya pembelajaran secara aktif dalam bertanya, berdiskusi,
mengajukan ide, dan menyimpulkan terkait materi yang sudah dipelajari, 6) model
pembelajaran RADEC memberi kesempatan kepada siswa sebelum pembelajaran
diberikan tugas pra pembelajaran untuk memahami terlebih dahulu materi
pelajaran secara mendalam.

2. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran RADEC


a. Kelebihan

Menurut (Rini & Fauziati, 2021) Keunggulan model pembelajaran


RADEC, diantaranya yaitu (1) Guru mampu mendesain model yang
digunakan agar proses pembelajaran menjadi menarik, (2) Dapat
meningkatkan kinerja berpikir kritis peserta didik, (3) Kemampuan
menganalisa dan membaca peserta didik meningkat, (4) Meningkatkan
kerjasama kelompok, (5) Keunggulan model RADEC ada pada sintaks yang
mudah tangkap oleh pemahaman seorang pendidik.

b. Keterbatasan
1) Memerlukan ketersediaan bahan bacaan sebagai sumber belajar mandiri
peserta didik
2) Hanya dapat diimplementasikan pada peserta didik yang sudah memiliki
kemampuan membaca permulaan.

3. Tahapan Model Pembelajaran RADEC


Menurut Setiawan et al., (2022) Model pembelajaran RADEC
memiliki lima tahapan yaitu : (1) Tahap Read, yaitu peserta didik mengali
informasi dari berbagai sumber yang ada dan dibekali dengan pertanyaan
prapembelajara. Pertanyaan prapembelajaran adalah pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan kepada peserta didik sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Menurut (Sopandi, 2021) bahwa pertanyaan prapembelajaran adalah
pertanyaan yang jawabannya merupakan suatu aspek kognitif esensial yang
peserta didik kuasai setelah mempelajari materi. (2) Tahap Answer, yaitu
peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan prapembelajaran berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka miliki di tahap Read sebelumnya. (3) Tahap
Discuss, peserta didik
12
membentuk kelompok-kelompok untuk mendiskusikan jawaban dari
pertanyaan yang telah mereka kerjakan atau jawab secra mandiri saat diluar
kelas/rumah. (4) Tahap Explain, peserta didik melaksanakan presentasi secara
klasikal didepan kelompok lain. Pada kegiatan ini guru, mendorong kelompok
lain untuk bertanya memberi tanggapan kepada kelompok yang tampil. (5)
Tahap Create, peserta didik belajar menggunakan pengetahuan yang telah
dikuasai untuk menciptakan gagasan yang bersifat kreatif.

Nama model disesuaikan dengan sintaks pembelajarannya agar mudah diingat


urutan implementasinya. Adapun urutan langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut:

1. Tahap Membaca atau Read (R)

Pada tahap ini peserta didik menggali informasi dari berbagai sumber baik
buku, sumber informasi cetak lainnya dan sumber informasi lain seperti internet. Agar
terbimbing dalam menggali informasinya peserta didik dibekali dengan pertanyaan-
pertanyaan pra pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dipelajari.Yang
dimaksud dengan pertanyaan pra pembelajaran adalah pertanyaan yang jawabannya
merupakan aspek kognitif esensial yang harus dikuasai peserta didik setelah
mempelajari suatu materi pelajaran.Tingkatan berfikir yang dituntut dalam pertanyaan
sebaiknya beragam dari berfikir tingkat rendah (LOT) sampai berfikir tingkat tinggi
(HOT). Dari mulai sekedar menghafal informasi sampai merumuskan contoh
pertanyaan produktif, rumusan masalah, dan rencana proyek yang dapat dibuat yang
sesuai dengan materi yang dipelajari. Pertanyaan pra pembelajaran ini diberikan
sebelum pertemuan pembelajaran di kelas.

Kegiatan menggali informasi dalam rangka menjawab pertanyaan ini


dilakukan secara mandiri oleh peserta didik di luar kelas. Hal ini didasari pemikiran
bahwa sejumlah informasi dapat digali sendiri oleh peserta didik tanpa bantuan orang
lain. Informasi yang tidak dapat dikuasai peserta didik dengan hanya membaca dapat
ditanyakan kepada peserta didik lain (tutor sebaya) atau dijelaskan oleh guru saat
pertemuan di kelas. Dengan cara ini maka pembelajaran di kelas dapat lebih
difokuskan pada pengembangan aspek lain (terutama karakter sosial) yang
pengembangannya memerlukan interaksi dengan orang lain. Dengan 31 cara
memberikan tugas belajar secara mandiri pada peserta didik sebelum belajar di
kelas juga mendorong
13
pembelajaran di kelas lebih difokuskan pada bagian materi pelajaran yang dianggap
sukar oleh seluruh peserta didik.

2. Tahap Menjawab atau Answer (A)

Pada tahap ini peserta didik menjawab pertanyaan pra pembelajaran


berdasarkan pengetahuan yang diperoleh pada tahap Read (R). Pertanyaan pra
pembelajaran disusun dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Dengan cara
seperti ini dimungkinkan peserta didik secara mandiri melihat pada bagian mana
mereka kesulitan mempelajari suatu materi. Di samping itu peserta didik sendiri dapat
menilai apakah dia termasuk orang yang malas atau rajin membaca, mudah atau sukar
memahami isi bacaan, tidak suka atau tidak suka membaca teks pelajaran, dan lain-
lain. Guru pun dengan melihat pengerjaan tugas peserta didik pada Lembar Kerja
Siswa dan sedikit pertanyaan pada setiap peserta didik dapat mengetahui tentang
semua keadaan peserta didik tersebut.Berdasarkan data tersebut guru dapat memberi
bantuan yang tepat untuk setiap peserta didik. Besar kemungkinan guru akan
menemukan tentang adanya kebutuhan peserta didik yg berbeda satu sama lain.

3. Tahap Berdiskusi atau Discuss (D)

Pada tahap ini peserta didik secara berkelompok 4-5 orang mendiskusikan
jawaban atas pertanyaan atau hasil pekerjaan yang telah mereka kerjakan di luar kelas
atau di rumah secara mandiri sebelum pertemuan di kelas dilakukan. Guru
memotivasi peserta didik yang berhasil dalam mengerjakan tugas tertentu dari LKPD
untuk memberi bimbingan pada temannya yang belum menguasainya. Peserta didik
yang belum menguasainya dimotivasi guru untuk mau bertanya pada temannya.
Tahap ini pun bisa diisi dengan kegiatan mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan
hasil pekerjaan temannya yang lain dalam satu kelompok. Dengan demikian, pada
tahap ini guru bertugas memastikan bahwa terjadi komunikasi antar peserta didik
dalam rangka memperoleh jawaban atau pekerjaan yang benar. Dengan cara
mencermati kegiatan seluruh kelompok guru juga dapat menentukan kira-kira
kelompok mana atau siapa yang sudah menguasai konsep yang sedang dipelajari.
Dengan cara ini pula guru dapat mengetahui kelompok mana atau siapa yang sudah
memiliki ide-ide kreatif sebagai bentuk penerapan konsep yang sudah dikuasainya.
Berdasarkan hasil pengamatan ini, guru dapat menentukan kira-kira siapa yang dapat
dijadikan nara sumber pada tahap berikutnya, (Explain (E).

14
4. Tahap Menjelaskan atau Explain (E)

Pada tahap ini, dilakukan kegiatan presentasi secara klasikal. Materi yang
dipresentasikan melingkupi seluruh indikator pembelajaran aspek kognitif yang telah
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Urutan presentasinya disesuaikan dengan
urutan rumusan indikator tersebut dalam rencana pembelajaran. Pada tahap ini
perwakilan peserta didik diminta untuk menjelaskan konsep esensial yang sudah
dikuasainya di depan kelas. Pada kegiatan ini pun, guru memastikan bahwa apa yg
dijelaskan peserta didik tersebut benar secara ilmiah dan semua peserta didik
memahami penjelasan tersebut. Pada kegiatan ini guru pun mendorong peserta didik
lain untuk bertanya, membantah, atau menambahkan terhadap apa yang sudah
dipresentasikan oleh temannya dari kelompok lain tersebut. Pada tahap ini pun dapat
dijadikan kesempatan bagi guru untuk menjelaskan konsep esensial yg belum dapat
dikuasai seluruh peserta didik berdasarkan hasil pengamatan pada tahap berdiskusi
(D). Pada saat menjelaskan bagian tersebut guru mungkin memberikan penjelasan
berupa ceramah, demonstrasi atau hal lainnya yang diperkirakan dapat mengatasi
kesulitan seluruh peserta didik tersebut.

5. Tahap Mengkreasi atau Create (C)

Pada tahap ini guru menginspirasi peserta didik untuk belajar menggunakan
pengetahuan yang sudah dikuasainya untuk mencetuskan ide-ide atau pemikiran yang
sifatnya kreatif.Pemikiran kreatif dapat berupa rumusan pertanyaan produktif,
masalah di lingkungan sekitar yang memerlukan pemecahan, atau pemikiran untuk
membuat karya lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tugas membuat
ide-ide atau pemikiran yang sifatnya kreatif sudah tercantum dalam pertanyaan pra
pembelajaran.Jadi pada tahap ini tinggal mendiskusikannya saja secara klasikal.
Karena peserta didik sebelumnya sudah ditugaskan mengerjakannya secara mandiri
dan juga sudah mendiskusikannya pada tahap D. Bila guru menemukan semua peserta
didik mengalami kesulitan untuk mencetuskan ide-ide kreatif, guru perlu memberikan
inspirasi pada peserta didik.

Sumber inspirasi yang diberikan guru dapat berupa contoh penelitian,


pemecahan masalah atau karya lain yg sudah dilakukan orang. Selanjutnya secara
klasikal peserta didik mendiskusikan ideide kreatif lain yg dapat dibuat sekaligus
merencanakan dan merealisasikannya. Sebagai inspirasi lain bagi peserta didik, guru

15
dapat memberikan contoh rencana kreatif yang belum pernah direalisasikan baik oleh
dirinya maupun orang lain. Dalam keadaan peserta didik belum memiliki ide sendiri
maka mereka dapat mengerjakan ide guru tersebut. Pengerjaaan ide ini dapat
dilakukan secara mandiri atau dapat juga secara berkelompok tergantung karakter
yang akan dikembangkan pada diri peserta didik. Pengerjaan ini secara teoritis lebih
menantang peserta didik karena idenya betul-betul orisinil dan kemungkinannya bisa
berhasil atau tidak berhasil. Di samping itu pengerjaaannya bisa di kelas maupun di
luar kelas, bisa sebentar bisa juga lama. Tahap ini yang menonjol adalah tahap
melatih peserta didik berfikir, bekerjasama, berkomunikasi dari mulai menemukan ide
kreatif, mengambil keputusan ide yang akan direalisasikan, merencanakan,
melaksanakan, melaporkan dan menyajikan hasil realisasi ide kreatif tersebut dalam
beragam bentuk.

2. Kerangka Berpikir

Terlihat masih rendahnya kemampuan pemahaman membaca siswa kelas IV,


dikarenakan model pembelajaran yang digunakan masih kurang inovatif dan masih
menggunakan model pembelajaran konvensional. Suasana di dalam kelas terlihat
kaku dan banyak siswa yang tidak memperhatikan karena pembelajaran kurang
menarik. Permasalahan tersebut terjadi karena siswa kurang dilibatkan untuk
menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Dengan hal itu maka
dibutuhkan keterlibatan peserta didik dan guru secara optimal agar proses
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan ini peneliti akan menerapkan model
pembelajaran yang menarik dan inovatif yaitu model pembelajaran RADEC.

16
Materi

Proses Pembelajaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Model Pembelajaran RADEC Model Pembelajaran Konvensional

Pre-test dan Post-test

Pengaruh model pembelajaran RADEC untuk meningkatkan


kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri
11 Sungai Aur

3. Penelitian Yang Relevan

1. Menurut Jurnal Rahmi, S., & Fitria, Y. (2020) dengan judul “Pengaruh
Model RADEC Pada Pembelajaran Tematik terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik di Sekolah dasar.” Hasil penelitian yang dilakukan
peneliti ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
RADEC dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keaktifan
belajar siswa kelas V SDN 01 Maninjau Kecamatan Tanjung RayaKota
Padang Tahun ajaran 2020.
2. Menurut Jurnal Erma Sulastyana & Sunata dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Radec Berbantuan Media Flipbook Untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Peserta Didik”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
RADEC berbantuan media flipbook dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman membaca peserta didik menunjukkan kategori amat baik.

17
Hal ini terlihat

18
adanya kenaikan persentase ketuntasan hasil belajar Pra siklus
menunjukkan 45% peserta didik tuntas dan 55% tidak tuntas, siklus-I
terdapat 68% tuntas dan 32% tidak tuntas, serta siklus-II terdapat 100%
tuntas dan 0% tidak tuntas.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Suleman & Wahyu P Kiaymodjo,
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas
Muhammadiyah Gorontalo, tahun 2023 dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Radec Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Pada Pembelajaran IPA”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran RADEC dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas V SDN 15 Limboto
Barat Kabupaten Gorontalo. Hal ini terlihat pada siklus I terdapat 3 kali
pertemuan dan siklus II terdapat 2 kali pertemuan. Hal ini di ketahui
pada beberapa hal berikut ini yaitu hasil belajar peserta didik pada saat
observasi awal mencapai 32% dengan kategori kurang baik, hasil belajar
peserta didik pada saat siklus I mencapai 62%, hal ini termasuk kategori
baik, pada saat pertemuan pada siklus II, hasil belajar peserta didik
meningkat sebesar 92% dengan kategori sangat baiksiklus I ke siklus II
meningkat sebesar 27 %.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yusi Nursyamsyiah, Poppy Anggraeni,
& Aulia Akbar, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Universitas Sebelas April Sumedang, tahun 2023 dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Radec Untuk Meningkatkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Siswa Materi Daur Hidup Hewan“. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran RADEC dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada
materi daur hidup hewan siswa kelas V SDN Mayang 1, dan penerapan
model pembelajaran RADEC dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA pada materi daur hidup hewan siswa kelas V
SDN Mayang 1. Peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran RADEC dilihat dari siswa yang sudah paham dan bisa
menjawab soal evaluasi mengenai daur hidup hewan dengan tingkat C4
(menganalisis), C5 (evaluasi) dan C6 (mengkreasi) dengan benar.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Kristiani Tandi Rani, Usman & Sakaria,

19
Universitas Negeri Makassar dengan judul “Pengaruh Penerapan Model
Radec Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksposisi”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran RADEC efektif
digunakan dalam pembelajara menulis teks eksposisi siswa kelas VIII
SMP Negeri 27 Makassar.

4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban terhadap rumusan masalah yang diajukan dalam


penelitian. Sementara yang harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitiaan ilmiah.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1. Hipotesis Nol (H0)


Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran
RADEC untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV
SD.
2. Hipotesis Alternatif (HI)
Terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran RADEC
untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD.

Dalam pengujian hipotesis ini, penelitian akan mengukur apakah terdapat


perbedaan yang signifikan dalam kemampuan membaca pemahaman siswa dengan
menggunakan model pembelajaran RADEC dengan yang tidak. Hipotesis ini
mencoba untuk mengeksplorasi kontribusi positif dari penggunaan model
pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar siswa dalam konteks mata pelajaran
Bahasa inonesia di sekolah dasar.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen semu. Alasan dilakukannya metode
penelitian ini adalah ingin menguji pengaruh model pembelajaran RADEC terhadap
keterampilan membaca pemahaman dan penguasaan konsep teks cerpen pada siswa
kelas V sekolah dasar. Penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian yang mencari
hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya, dan pemilihan
subjek penelitian tidak dilakukan secara acak. Dalam penelitian ini kelompok kontrol
tidak dipilih secara acak, oleh karena itu penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif, artinya analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif (Sugiyono,
2011) dan Dengan menyelidiki hasil latihan eksperimen ini, penulis berusaha untuk
menemukan data kuantitatif yang relevan dengan keterampilan membaca pemahaman
dan penguasaan konsep siswa. Data yang digunakan untuk menganalisis pendekatan
kuantitatif adalah data dalam bentuk numerik.

Desain yang dipilih dalam penelitian ini adalah quasi-experimental design. Desain
kuasi-eksperimental memiliki kelompok kontrol tetapi tidak dapat sepenuhnya
mengontrol variabel eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penelitian
eksperimen semu ini digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan antara kelas
yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan. Rancangan penelitian eksperimen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis nonequivalen control grup design.
Desain ini merupakan pendekatan yang paling populer dalam eksperimen semu, dimana
pemilihan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dipilih secara acak
melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu (Cresswell dalam Maulana, 2016). Dalam
penelitian ini terdapat dua kelompok yang tidak dipilih secara acak oleh (Sugiyono,
2011), namun dipilih dengan memperhatikan kemampuan kedua kelas tersebut harus
sama. Kemudian keduanya diberikan pratest untuk mengetahui kondisi awal dan
perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil tes awal atau prates
yang baik antara hasil kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak berbeda secara
signifikan.

Adapun gambaran desain penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
21
Kelas Pratest Perlakuan Pascates
Eksperimen 𝑶𝟏 X 𝑶𝟐
Control 𝑶𝟑 - 𝑶𝟒

Keterangan :
𝑶𝟏 : Prates kelas Eksperimen
𝑶𝟐: Pascatest Kelas Eksperimen
𝑶𝟑: Pratest Kelas Kontrol
𝑋 : Perlakuan Pembelajaran RADEC
- : Kelas yang tidak diberikan perlakuan

Penerapan model pembelajaran RADEC diberikan pada kelas eksperimen.


Dalam proses pembelajaran, saat memberikan materi ajar kepada siswa guru
menerapkan langkah-langkah model pembelajaran RADEC. Kemudian siswa
membaca teks atau materi yang diberikan oleh guru. Siswa dibimbing untuk membaca
teks yang akan dibaca, sehingga mereka dapat memahami isi teks dan menjawab
pertanyaan dengan mudah. Selain itu, tugas siswa adalah menjawab pertanyaan yang
diajukan guru dari segi pemahaman bacaan dengan menggunakan model
pembelajaran RADEC. Penerapan model pembelajaran konvensional diberikan pada
kelas kontrol. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh model pembelajaran RADEC
dalam meningkatkan kemampuan membaca Pemahaman peserta didik. Selanjutnya,
guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan memberikan kegiatan
membaca Pemahaman, kemudian peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang telah disediakan guru berdasarkan aspek-aspek membaca Pemahaman melalui
pembelajaran model konvensional. Adapun yang akan dilakukan peneliti pada kedua
kelas tersebut yaitu peserta didik akan diberikan soal pratest sebelum diberikan
perlakuan untuk mengukur kemampuan Membaca pemahaman dan penguasaan
konsep peserta didik. Sedangkan soal pascatest diberikan setelah adanya perlakuan
untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap kemampuan peserta didik dalam
memahami dan menguasai konsep.

B. Populasi dan Sampel


Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Gugus I
Kecamatan Sungai Aur pada tahun ajaran 2023/2024 yang terdiri dari dua kelas. Sampel
dari penelitian ini terdiri dari diperoleh kelas IV jumlah siswanya sebanyak 103 orang.

22
23
Jumlah Siswa
Sekolah Kelas Jumlah
Laki-Laki Perempuan
SDN 11 Sungai Aur IV 9 11 20
SDN 11 Sungai Aur IV 7 13 20
IV A 12 9 21
SDN 17 Sungai Aur
IV B 10 12 22
SDN 01 Sungai Aur IV 6 14 20
Jumlah Keseluruhan Siswa Kelas IV 103

Sampel merupakan bagian dari dari populasi. Jadi sampel adalah sebagian dari
keseluruhan obyek yang akan diteliti atau dievaluasi yang memiliki karakteristik tertentu
dari sebuah populasi. Cara menentukan sampel disebut dengan teknik sampling atau
teknik penyampelan (Retnawati, 2015). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling dipilih karena dalam penelitian ini
membutuhkan pertimbangan dalam memilih sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Peneliti memilih kelas IV
SD Negeri 11 Sungai Aur sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 10 Sungai Aur
sebagai kelas control.

C. Defenisi Operasional
Penelitian ini dilakukan di SDN Gugus I Kecamatan Sungai Aur yang berlokasi di
Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat, pada kelas IV. Penelitian ini berfokus pada
pengaruh pengaruh model pembelajaran RADEC untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Gugus I
Kecamatan Sungai Aur.

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran RADEC (X)

Model pembelajaran RADEC merupakan model pembelajaran kolaboratif


yang membimbing siswa untuk mengembangkan pengetahuannya sebelum
melakukan proses pembelajaran dan yang tujuannya adalah agar siswa dapat
menemukan informasi tentang materi yang akan dipelajari dengan cara yang
memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran.

24
2. Membaca Pemahaman (Y)

Variabel ini dipengaruhi oleh model pembelajaran RADEC pada kelas


eksperimen, sedangkan model pembelajaran berlangsung pada kelas kontrol.
Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca suatu teks secara cermat
dan seksama dengan tujuan memahaminya secara mendetail, baik secara tersurat
maupun tersirat dari bahan bacaan, sedangkan penguasaan konsep adalah
kemampuan, baik secara teori maupun dalam penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari untuk memahami secara ilmiah.

D. Instrument Penelitian Dan Pengembangannya


1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang terpenting dan strategis
kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan penelitian. Instrumen penelitian
tergantung jenis data yang diperlukan dan sesuai dengan masalah penelitian.
Menurut Nasution (2016) instrumen penelitian dapat diartikan pula sebagai alat
untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji
suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut
instrumen penelitian atau instrumen pengumpulan data. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini untuk mengatahui pengaruh model pembelajaran RADEC
untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD. Tes
yang digunakan dalam penelitian ini diberikan diakhir pembelajaran atau tes akhir
(posttest). Tes ini disusun berdasarkan kisi-kisi tes sesuai dengan indicator,
sebelum tes diberikan kepada kelas sampel dan digunakan dalam penelitian, tes
diujicobakan terlebih dahulu. Sebelum tes diujicobakan, terlebih dahulu juga
dilakukan validitas logis.

2. Pengajuan instrument
a. Validitas

Menurut Lestari & Yudhanegara (2017) menyatakan bahwa


validitas isi suatu instrument tes berkenaan dengan kesesuaian butir soal
dengan indikator kemampuan yang diukur, kesesuaian dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar materi yang diteliti, dan materi yang
diteskan representative dalam mewakili keseluruhan materi yang diteliti.
Validitas isi ini digunakan memvalidasi kesesuaian soal dengan kisi-kisi.

25
Instrument yang akan divalidasi dalam validasi isi adalah soal tes yang
memuat indikator materi cerpen.

Lestari & Yudhanegara (2017) Sebuah tes dikatakan valid apabila


tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas
suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk
mengukur sesuatu yang harus diukur Tinggi rendahnya validitas suatu
instrumen sangat bergantung pada koefisien korelasinya. Untuk menetukan
validitas butir soal maka soal akan diuji cobakan ke sekolah dan kemudian
akan dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment
sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑦 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋).(∑ 𝑌)


= √[𝑁 ∑ 𝑋2−(∑ 𝑋)2].[𝑁 ∑ 𝑌2−(∑ 𝑌)2]

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara skor butir soal (X) dan total skor (Y).

N= Banyaknya subjek

X = Skor butir soal atau skor iitem pernyataan/pertanyaan.

Y = Total Skor

Setelah dihasilkan nilai rxy selanjutnya dibandingkan dengan hasil r


pada tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Butir soal dikatakan
valid jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔> . 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Jika 𝑟𝑥𝑦 ≥𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka butir soal dikatakan valid, dalam
arti telah memiliki validitas yang meyakinkan. Berikut ini adalah interpretasi
terhadap nilai koefisien korelasi 𝑟𝑥𝑦 digunakan (Lestari & Yudhanegara, 2015)
disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Instrumen

Koefisien korelasi Korelasi Interprestasi Validitas


0,90 ≤ 𝑟𝑥𝑦 ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat Baik
0,70 ≤ 𝑟𝑥𝑦 < 0,90 Tinggi Baik
0,40 ≤ 𝑟𝑥𝑦 < 0,70 Sedang Cukup Baik
0,20≤ 𝑟𝑥𝑦 < 0,40 Rendah Buruk

26
𝑟𝑥𝑦 < 0,20 Sangat rendah Sangat Buruk

b. Reliabilitas

Reliabilitas artinya tetap, konsisten dan stabil. Instrument yang


reliabel menurut (Lestari & Yudhanegara, 2015) Reliabilitas suatu
instrumen adalah keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut bila
diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda,
waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan
hasil yang sama atau relatif sama. Adapun kelas yang digunakan untuk
tempat uji coba soal adalah siswa kelas IV SDN 11 Sungai Aur . Tinggi
rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut nilai koefesien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan
dengan nilai 𝑟𝑥𝑦 mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas
yang dianggab sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.70. setelah dilakukan uji
coba soal, kemudian langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mencari
reliabilitas tes. Untuk mencari reliabilitas tes bentuk uraian digunakan
rumus alpha cronbach menurut Lestari & Yudhanegara (2015).

𝑛
𝑟= ( 2
) (1 − ∑ 𝑆2𝑖 )
𝑛−1 𝑆𝑡

Keterangan:
r = koefisien reliabilitas
n = banyak butir soal
𝑆𝑖2= variansi skor butir soal ke-i
𝑆𝑡2 = variansi skor total
Untuk melihat reliabilitas tes (instrument) yang telah disusun maka
digunakanlah kriteria nilai reliabilitas. Adapun kriteria nilai reliabilitas
menurut Lestari & Yudhanegara (2015) disajikan pada tabel sebagai
berikut:

Table Kriteria koefisien korelasi reliabilitas instrument


Koefisien korelasi Korelasi Interprestasi Realibilitas

27
0,90 ≤ 𝑟 ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat Baik
0,70 ≤ 𝑟 < 0,90 Tinggi Baik
0,40 ≤ 𝑟 < 0,70 Sedang Cukup Baik
0,20≤ 𝑟 < 0,40 Rendah Buruk
𝑟 < 0,20 Sangat rendah Sangat Buruk

c. Wawancara

Alat yang digunakan untuk memastikan jawaban siswa berdasarkan


kemampuan otak yang dimiliki adalah dengan mewawancarai. Pedoman
wawancara digunakan sebagai acuan dalam melakukan wawancara kepada
subjek penelitian setelah menyelesaikan soal tes yang telah diberikan.
PPedoman wawancara dalam penelitian ini bersifat semi terstruktur.
Menurut Sugiyono (2022) jenis wawancara ini sudah termasuk dalam
kategori indept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis
ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan die-idenya. Dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukkan oleh informan. Wawancara ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
yang diberikan secara tertulis dengan kemampuan pemikirannya masing-
masing. Wawancara ini dilakukan terhadap subjek penelitian dengan tatap
muka antara peneliti dengan subjek penelitian. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur, semi terstruktur, maupun tidak terstruktur dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face). Dalam penelitian ini
wawancara yang dilakukan dengan cara tatap muka (face to face) terhadap
siswa yang mengerjakan soal tes.

d. Analiss butir soal


1) Daya Pembeda

Menurut Lestari & Yudhanegara (2015) Daya pembeda dari


suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal
tersebut membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan

28
tepat dan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan tepat.

29
Dengan kata lain, daya pembeda dari sebuah butir soal adalah
kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa mempunyai
kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dengan siswa yang
kemampuan rendah. Tinggi atau rendahnya tingkat daya pembeda
suatu butir soal dinyatakan dengan rumus daya pembeda (DP) sebagai
berikut:

𝑋̅ 𝐴 − 𝑋̅𝐵
𝐷𝑃 = 𝑆𝑀𝐼
Keterangan :
DP = indeks daya pembeda butir soal
𝑋̅ 𝐴 = rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas
𝑋̅ 𝐵 = rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah SMI
SMI = skor maksimum ideal
Klasifikasi daya pembeda soal dapat dilihat pada tabel

Tabel Kriteria indeks daya pembeda instrument


Daya Pembeda Kriteria
0,90 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat Baik
0,40 < 𝐷𝑃 ≤ 0,70 Baik
0,20 < 𝐷𝑃 ≤ 0,20 Cukup
0,00< 𝐷𝑃 < 0,20 Buruk
𝐷𝑃 ≤ 0, 𝑂0 Sangat Buruk

2) Taraf Kesukaran Soal

Menurut Lestari & Yudhanegara (2015) Indeks kesukaran


adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir
soal. Indeks kesukaran sangat erat kaitannya dengan daya pembeda,
jika soal terlalu sulit atau terlalu mudah, maka daya pembeda soal
tersebut menjadi buruk karena baik siswa kelompok atas maupun siswa
kelompok bawah akan dapat menjawab soal tersebut dengan tepat atau
tidak dapat menjawab soal tersebut dengan tepat. Akibatnya, butir soal
tersebut tidak akan mampu membedakan siswa berdasarkan
kemampuannya. Oleh karena itu, suatu butir soal dikatakan memiliki
indeks kesukaran yang baik jika soal tersebut tidak terlalu mudah dan
30
tidak terlalu sukar. Analisis soal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus indeks tingkat kesukaran sebagai berikut:
̅
𝑋
IK =
𝑆𝑀𝐼

Keterangan :
IK = indeks kesukaran butir soal ̅
𝑥̅= rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal
𝑆𝑀𝐼 = skor maksimum ideal

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas


mnggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Dengan kriteria yang
digunakan adalah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel Kriteria indeks kesukaran instrument


Ik Interprestasi Indeks
Kesukaran
1K = 0,00 Sangat Baik
0,00 < 𝐼𝐾 ≤ 0,30 Baik
0,30 < 𝐼𝐾 ≤ 0,70 Cukup
0,70< 𝐼𝐾 < 1,00 Buruk
𝐼𝐾 = 1,00 Sangat Buruk

E. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah proses yang dilakukan secara sistematis
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data
bertujuan untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan kebenaran
hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut.

a. Observasi

Dalam teknik penelitian ini observasi dilakukan untuk mengumpulkan data


dengan mengamati tindakan guru dan mengukur keterampilan guru dalam proses
belajar mengajar di kelas dengan menggunakan model pembelajaran RADEC. Jenis

31
observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan, artinya
peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan atau pembelajaran.

b. Pengetesan

Penelitian ini menggunakan tes keterampilan membaca pemahaman yang


terdiri dari lima soal uraian dan tes Penguasaan Konsep Teks Cerpen yang terdiri dari
lima soal uraian. Kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan pre-test sebelum
perlakuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam membaca pemahaman
dan penguasaan konsep, dan post-test diberikan setelah perlakuan pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen untuk melihat sejauh mana hubungan model pembelajaran
RADEC dengan kemampuan membaca pemahaman dan penguasaan konsep teks
cerpen siswa. Hasil pengujian akan dianalisis secara statistik menggunakan SPSS
Versi 25 for Windows.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang tujuannya untuk


memperoleh informasi dengan menyediakan dokumen baik tertulis maupun
bergambar yang dapat digunakan sebagai informasi dan bukti penelitian. Penelitian
ini didokumentasikan dalam bentuk data tertulis dan foto-foto pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 11 Sungai Aur sebagai kelas
eksperimen dan kelas IV SDN 10 Sungai Aur sebagai kelas control. Waktu penelitian
dilakukan pada semester genap (Januari-Juni tahun ajaran 2023/2024).

F. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2011).

32
1. Uji Normalitas

Uji normalitas atau uji distribusi normal adalah pengujian yang mengukur
apakah data berdistribusi normal untuk digunakan dalam statistik parametrik atau
inferensi. Pengujian yang dilakukan untuk menilai distribusi data dalam
sekumpulan data atau variabel ketika data terdistribusi normal disebut uji
normalitas. (Shendra, 2020). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
data yang dikumpulkan berdistribusi normal atau berasal dari populasi normal. Uji
normalitas ini didukung oleh program IBM SPSS 25 dengan nilai signifikansi 5%.
Rumusan hipotesis adalah sebagai berikut.

𝐻0 : Rata-rata nilai berdistribusi normal.


𝐻1 : Rata-rata nilai tidak berdistribusi normal.
Dengan kriteria uji dengan alpha 0.05 adalah:
Jika nilai Sig. > 0,05, maka 𝐻0 diterima.
Jika nilai Sig. < 0,05, maka 𝐻0 ditolak.
Jika data berdistribusi normal, maka dilakukan uji homoskedastisitas untuk
mengetahui uji beda rata-rata. Jika tidak terdistribusi normal, Anda tidak perlu
menguji homoskedastisitas, tetapi Anda harus melakukan uji statistik
nonparametrik langsung.
2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah uji untuk melihat apakah variannya sama. Uji
homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian yang berbeda
memiliki varians yang sama. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa
kumpulan data yang diselidiki memiliki karakteristik yang mirip. (Nuryadi et al.,
2017). Uji homogenitas juga dilakukan untuk mengetahui langkah analisis
selanjutnya. Secara teknis, uji normalitas dan homogenitas dilakukan dalam
penelitian ini, dan peneliti mengolah data dengan bantuan program SPSS. Uji
homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Levene Statistical
Test untuk menguji apakah data yang diperoleh homogen. Pengolahan data uji
homogenitas dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan program SPSS
pada taraf signifikansi 5%. Hipotesis homogenitas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut

𝐻0 : data varians kelompok homogen.

33
𝐻1 : data varians kelompok tidak homogen.
Kriteria uji dengan alpha 0.05 adalah:
Jika nilai Sig. > 0,05, maka 𝐻0 diterima.
Jika nilai Sig. < 0,05, maka 𝐻0 ditolak.
3. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian ini, peneliti menggunakan rumus t-test
untuk menguji perbedaan rata-rata nilai posttest dari kedua kelompok.
Menurut Lestari & Yudhanegara (2015) uji t dapat digunakan untuk analisis
statistika terhadap dua sampel independen bila jenis data yang akan dianalisis
berskala interval atau rasio, atau jika simpangan baku populasi tidak diketahui,
data berdistribusi normal dan varian kedua data homogeny.
4. Uji N-gain
Uji N-gain dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang peningkatan
kemampuan membaca pemahaman dan penguasaan konsep teks cerpen
dengan menggunakan model pembelajaran RADEC sebelum dan setelah
diberikan perlakuan. Adapun rumus menghitung data N-gain adalah sebagai
berikut.
𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡
N-gain =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡

Berdasarkan Hasil dari perhitungan N-gain dapat diklasifikasikan kriteria


sebagai berikut.
Tabel Klasifikasi Hasil Perhitungan N-gain

N-gain Interprestasi
N-Gain ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ N-Gain< 0,7 Sedang
N-Gain< 0,3 Rendah

G. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui
alur penelitian seperti dimulai dari adanya permasalahan, studi lapangan dan studi
literature mengenai Pengaruh Model Pembelajaran RADEC terhadap Keterampilan
Membaca Pemahaman materi teks cerpen pada siswa kelas IV Sekolah Dasar,
penentuan subjek, penyusunan dan pengesahan instrument penelitian, pratest,
penerapan model pembelajaran model RADEC selama 4 pertemuan, pascatest,

34
pengolahan data, analisis data dan kesimpulan. Agar lebih jelas berikut adalah diagram
alur pelaksanaan prosedur penelitian.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, R. S., Wulan, N. S., & Wahyudin, D. (2021). EDUKATIF : JURNAL ILMU
PENDIDIKAN Analisis Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Sekolah Dasar.
3(5), 2336–2344.
Andini, S. R., & Fitria, Y. (2021). Pengaruh Model RADEC pada Pembelajaran Tematik
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3), 1435–1443.
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/960
Anggraini, P. D., & Wulandari, S. S. (2020). Analisis Penggunaan Model Pembelajaran
Project Based Learning Dalam Peningkatan Keaktifan Siswa. Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran (JPAP), 9(2), 292–299.
https://doi.org/10.26740/jpap.v9n2.p292-299
Fahrudin, S. M. (2009). Hubungan antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan Sikap
Bahasa dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Sebuah Survei di Sekolah
Dasar Negeri Se-Gugus Yudistira. American Journal of Research Communication,
5(August), 12–42. http://downloads.esri.com/archydro/archydro/Doc/Overview of Arc
Hydro terrain preprocessing
workflows.pdf%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.jhydrol.2017.11.003%0Ahttp://sites.tufts.ed
u/gis/files/2013/11/Watershed-and-Drainage-Delineation-by-Pour-Point.pdf%0Awww
Fetra Bonita Sari, Risda Amini, M. (2020). Jurnal basicedu. Jurnal Basicedu,. Jurnal
Basicedu, 5(5), 3(2), 524–532. https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/971
Ismawati, E., & Faras, U. (2012). Belajar Bahasa di Kelas Awal. Ombak.
Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematikan (Panduan
Praktis Menyusun Skripsi, Tesis, dan Laporan Penelitian dengan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi Disertai dengan Model Pembelajaran dan
Kemampuan Matematis. PT Refika Aditama.
Listiyowati, I. (2021). Pengaruh metode pembelajaran pemecahan masalah terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pengolahan data kelas VI
SD. Jurnal EDUPENA, 2(1), 17–26.
Mishra, S., & Ramesh, C. S. (2005). Interactive Multimedia in Education and Training (M.
K. Pour, J. Traves, A. Appicello, & M. Rossi (eds.)).
https://www.google.co.id/books/edition/Interactive_Multimedia_in_Education_and/VrL
HHgFvsGUC?hl=id&gbpv=1
Nasution, H. F. (2016). INSTRUMEN PENELITIAN DAN URGENSINYA DALAM
PENELITIAN KUANTITATIF. IAIN Padang Sidimpuan, 59–75. http://jurnal.iain-
padangsidimpuan.ac.id/index.php/Al-masharif/article/view/721
Nuramalia, Salam, R., & Pagarra, H. (2023). PENGARUH MODEL RADEC TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SD INPRES
UNGGULAN TODDOPULI. 1(1), 14–22.
https://journal.arthamaramedia.co.id/index.php/jiptek/article/view/3
Nuryadi, Astuti, T. D., Utami, E. S., & Budiantara, M. (2017). Dasar-dasar Statistik Penelitian.
Sibuku Media.
Octavia, S. A. (2020). MODEL-MODEL PEMBELAJARAN (A. Z. Nabila & A. Y. Wati
(eds.)).
36
Deepublish.

37
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=ptjuDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&d
q=model+pembelajaran&ots=zmtCDwKPyf&sig=IZHJ4pIC1WOa85pfW5QCxhWWzu
8&redir_esc=y#v=onepage&q=model pembelajaran&f=false
Pohan, A. A., Abidin, Y., Sastromiharjo, A., & Indonesia, U. P. (2019). MODEL
PEMBELAJARAN RADEC. 496.
Retnawati, H. (2015). Teknik Pengambilan Sampel. Ekp, 13(3), 1576–1580.
Rini, A., & Fauziati, E. (2021). Model Pembelajaran RADEC dalam Perspektif Filsafat
Konstruktivisme Vygotsky. 3(2), 103–111.
Setiawan, T. Y., Destrinelli, & Wulandari, B. A. (2022). Keterampilan Berfikir Kritis Pada
Pembelajaran IPA Menggunakan Model Pembelajaran Radec di Sekolah Dasar :
Systematic Literature Review. 5(2), 133–141.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2022). Metodologi Penelitian Kualitatif. Get Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian_Kualitatif/yXpmEAAA
QBAJ?hl=id&gbpv=0
Surastina. (2016). Teknik Membaca. Elmatera.
Yulianti, Y., Lestari, H., & Rahmawati, I. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Radec
Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Cakrawa Pendas,
8(1), 47–56.

38

Anda mungkin juga menyukai