Anda di halaman 1dari 65

PENGARUH METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE (TPR) TERHADAP

HASIL ASESMEN MATERI DAILY ACTIVITY SISWA KELAS IV DI

SEKOLAH INDONESIA KUALA LUMPUR

PROPOSAL SKRIPSI

ACHMAD HAQQUL YAQIN

06020720021

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEPTEMBER 2023
PENGARUH METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE (TPR) TERHADAP

HASIL ASESMEN MATERI DAILY ACTIVITY SISWA KELAS IV DI

SEKOLAH INDONESIA KUALA LUMPUR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

ACHMAD HAQQUL YAQIN

NIM. 06020720021

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEPTEMBER 2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 6


A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 6
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 14
C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian .............................................. 15
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 16
E. Tujuan Penelitian..................................................................................... 16
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 16
G. Definisi Konseptual ................................................................................. 18
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 22
A. Kajian Teori ............................................................................................ 22
B. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................................... 50
C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 52
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 53
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 55
A. Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 55
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 56
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 57
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 58
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 62
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Alur Skema Penelitian .......................................................... 53


Gambar 3.1 Desain One-group Pre-test dan Post-test ......................................... 56
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pre-test dan Post-test ........................................... 60


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah salah satu perantara komunikasi yang dilakukan

dengan orang-orang yang ada di sekitar1. Melalui kemampuan berbahasa,

mereka mampu berinteraksi dalam mengungkapkan segala sesuatu kepada

orang lain. Seiring perkembangan zaman yang modern, perlu adanya

hubungan orang lain di luar negeri dalam berkomunikasi. Dengan adanya

Bahasa Inggris dapat dijadikan bentuk interaksi awal dengan orang asing

untuk berbicara dengan mereka tanpa harus bersusah payah mempelajari

berbagai bahasa asing di tiap negara2. Bahasa ini mempunyai peran penting

khususnya di masa kini dalam menambah wawasan dan pengalaman dengan

dunia dari berbagai negara.3

Di Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran wajib dan diajarkan

di seluruh tingkatan dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi4.

Faktor lainnya karena adanya tuntutan di era globalisasi saat ini yang

menyebabkan masuknya budaya dan tradisi dari luar ke dalam negeri

menjadikan bangsa Indonesia perlu mengenalnya dan memahami

1
Linda Sari and Zuliana Lestari, “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Siswa
Dalam Menghadapi Era Revolusi 4.0,” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas PGRI Palembang (2019): 1–11
2
Nurlaili Zulfitri, “Sebuah Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Berbicara
Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Umn Al – Washliyah Medan, Tahun
Pelajaran 2019-2020 ( Analisa Studi Psycholinguistics ),” Prossiding Seminar Hasil Penelitian
2019 (2019): 580–589.
3
Nida Mufidah, “Strategi Belajar Berbicara Bahasa Inggris” (2017): 1–131.
4
Arina Putri and Mega Febriani, “Tantangan Berbicara Bahasa Inggris Pada Siswa Sekolah Dasar”
2, no. 2 (2023): 1–7.
komunikasi yang diucapkan sehingga mampu berinteraksi antar satu sama

lain. Berbagai belahan dunia menggunakan bahasa Inggris sebagai Bahasa

Internasional resmi yang dijadikan bahan pengantar dalam berinteraksi dan

berkomunikasi antar satu sama lain 5.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa dalam menunjang pembelajaran

Bahasa Inggris diperlukan adanya rancangan yang disusun sistematis untuk

mengasah pemahaman siswa dalam mencapai keberhasilan yang

diharapkan6. Disinilah peran pentingnya guru dalam merancang

pembelajaran terlebih dahulu yang mencakup aspek afektif (sikap), Kognitif

(Pengetahuan) dan Psikomotorik (Ketrampilan)7. Selain itu pelaksanaan

pembelajaran juga tidak terlepas dalam penggunaan metode yang

diterapkan saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini berguna agar

menunjang kegiatan belajar siswa untuk lebih aktif dan tertarik salah

satunya pada mata Pelajaran Bahasa Inggris.

Acuan dasar dalam merencanakan pembelajaran adalah kurikulum

operasional satuan Pendidikan yang disusun setiap instansi sebagai

penerapan kurikulum merdeka memberikan kebebasan guru dan siswa

menentukan keberhasilan pembelajaran yang diharapkan8. Salah satunya

5
Sari and Lestari, (2019) “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Dalam
Menghadapi Era Revolusi 4.0.” Hlm. 446
6
Hazairin Habe and Ahiruddin Ahiruddin, “Sistem Pendidikan Nasional,” Ekombis Sains: Jurnal
Ekonomi, Keuangan dan Bisnis 2, no. 1 (2017): 39–45.
7
Siti Rukhani, “Peran Guru Dalam Pengelolaan Kelas Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Kelas VII,” Al-Athfal Volume 1 N (2021): 8.
8
Iis Nurasiah et al., “Nilai Kearifan Lokal: Projek Paradigma Baru Program Sekolah Penggerak
Untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila,” Jurnal Basicedu 6, no. 3 (2022): 3639–3648.
pembelajaran yang bersifat berdiferensial dimana perlakuan kepada siswa

dengan menyesuaikan karakteristik dan kebutuhan siswa melalui beberapa

capaian pembelajaran di setiap fasenya 9. Hal ini dapat dikatakan proses

pembelajarannya memudahkan guru dalam mengatur pengelolaan materi

yang akan diajarkan siswa.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, di kelas IV

Sekolah Indonesia Kuala Lumpur yang dinaungi oleh KBRI (Kedaulatan

Besar Replubik Indonesia) di Malaysia pada hari Senin, 24 Juli 2023

menunjukkan bahwa pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris adalah mata

pelajaran lokal di sistem Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan

(KOSP) yang ditetapkan oleh Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Saat

pembelajaran berlangsung, materi Daily Activity hanya dijelaskan

menggunakan metode dikte dan tanya jawab tanpa melakukan praktik

secara langsung sehingga lemahnya siswa dalam mengidentifikasi,

menganalisis dan mengkomunikasikannya.

Selain itu juga disebabkan kurang adanya interaksi dan perlakuan

metode khusus yang dilakukan guru terhadap siswa. Dampaknya juga

berpengaruh terhadap hasil asesmen siswa salah satunya mata Pelajaran

Bahasa Inggris. Hasil pengamatan awal dibuktikan dari 30 siswa Kelas 4

yang ada di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur hanya 2-5 siswa dapat

memahami materi Daily Activity baik dari penguasaan vocabulary,

9
Warsono and Hariyanto, “Pembelajaran Aktif : Teori Dan Asesmen,” Edisi Ke-5. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offet, 2017), 275–276.
kelancaran berdialog maupun bercerita menggunakan Bahasa Inggriaa yang

dilakukan sehari-hari. Sehingga mereka mendapatkan predikat hasil

asesmen sangat baik dengan kategori A mencapai keberhasilan sesuai

kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP).

Permasalahan yang muncul disini adalah 25 siswa belum mencapai

hasil asesmen yang diharapkan bahkan banyak dari mereka belum mengenal

dan memahami Bahasa Inggris secara keseluruhan dengan dibuktikan yaitu

lemahnya wawasan mereka tentang vocabulary Bahasa Inggris yang ada di

lingkungan sekitar. Hasil pengamatan awal membuktikkan bahwa beberapa

faktor diantaranya metode pengajaran guru yang masih kurang untuk

memberikan umpan balik kepada siswa serta pembelajaran yang masih

monoton. Selain itu juga kurang adanya pengelolaan pembelajaran yang

berdiferensial dengan sesuai karakteristik dan kebutuhan siswa sehingga

suasana di kelas berada di luar ekspetasi rancangan pembelajaran yang

dibuat sebelum mengajar.

Permasalahan tersebut dapat diatasi melalui modifikasi proses

pembelajaran melalui metode yang sebelumnya pernah digunakan di

tingkatan TK, PAUD kemudian dikembangkan ke SD melalui pengolahan

vocabulary, frasa, kalimat menjadi sebuah paragraf atau teks dalam

pembelajaran Bahasa Inggris yaitu Metode TPR (Total Physical

Response)10. Metode ini merupakan salah satu bentuk Metode pembelajaran

10
Failsofah, “Total Physical Response- Storytelling Salah Satu Pendekatan Komunikatif Pada
Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Anak Usia Dini,” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi
9, no. 2 (2019): 60–65.
bahasa yang menarik serta mudah dipahami melalui praktik gerakan fisik

tubuh dengan anggota tubuh seperti tangan, kaki, maupun lainnya yang

sesuai untuk menuntut respon siswa dalam menanggapi hal tersebut11.

Metode ini dijadikan sebagai solusi permasalahan siswa yang mudah

bosan dengan pembelajaran yang diberikan. Mereka lebih diajak saling

berkompetisi untuk menebak gerakan yang dipraktikkan temannya melalui

penunjang media flashcard bergambar yang sebelumnya pernah digunakan

saat materi Daily Activity sebelum pengamatan awal. Dasar dari penerapan

metode ini dikaitkan dengan pemahaman potensi yang ada di dalam otak

kanan dan otak kiri siswa. Hal ini dikarenakan Total Physical Response

(TPR) dilakukan mayoritas melalui kegiatan motorik yang berpengaruh

besar pada otak bagian kanan12. Kegiatan ini dijadikan sebagai sebuah

pendekatan ke siswa untuk menerapkan pembelajaran Bahasa Inggris.

Karakteristik metode ini diantaranya sebagai bahan interaksi dan

komunikasi dengan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Sehingga

peneliti berharap dengan adanya metode ini menjadikan siswa tidak

dipaksakan namun terbiasa dengan adanya pembelajaran dan tetap

menyesuaikan kebutuhan mereka yang harus dipelajari kedepannya13.

Pelaksanaan metode ini dikemas melalui beberapa teknik dimana guru

11
Iqbal Firdaus, Euis Yanah Mulyanah, and Ishak, “Penerapan Metode Total Physical Response
(TPR) Dalam Penguasaan Kosa Kata,” Jpsd 4, no. 2 (2018): 176–177.
12
Lia Monita and Agung Prasetyo, “Studi Meta-Analisis Metode Total Physical Response (TPR)
Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris” 1, no. 1 (2021): 19–27.
13
Nunik Suryantini, Bambang Eko Hari Cahyono, and Sigit Ricahyono, “Implementasi Metode
Pembelajaran Sugestopedia Dan Total Physical Response (TPR) Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berbicara Siswa PAUD” 09 (2021).
mengumpulkan berbagai vocabulary yang akan dipraktikkan siswa dengan

anggota tubuh baik tangan, kaki, dan sebagainya. Teknik tersebut terlihat

sederhana namun menantang siswa dalam menanggapi respon secara utuh

dari gerakan yang dipraktikkan kemudian diungkapkan melalui

vocabulary14.

Alasan peneliti menggunakan metode TPR dikarenakan

penerapannya yang bersifat praktik secara langsung di kehidupan nyata

seakan-akan melakukannya sesuai pengarahan dan petunjuk yang

ditetapkan. Metode ini cocok diterapkan karena menuntut siswa lebih aktif

bergerak, bermain sambil belajar bersama teman-temannya. Dari berbagai

permasalahan anak-anak yang dimulai mudah bosan dan jenuh

menyebabkan konsentrasi mereka kemana-mana sehingga diperlukan

penciptaan suasana belajar menarik bagi siswa yang menjadikan mereka

mampu memahami apa yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran

berlangsung. 15

Pentingnya Metode TPR dalam proses pembelajaran dikarenakan

semakin berkembangnya teori yang diajarkan yang memerlukan

ketrampilan dan pemahaman khusus dalam kosakata maupun pengucapan16.

Perbedaan terlihat secara signifikan dalam mengucapkan kosakata Bahasa

inggris yang menjadikan sulitnya memahami arti dari kosakata tersebut.

14
Avezova Gulmira Maxsetbaevna, “Using Total Physical Response To Teach Vocabulary,” Galaxy
International Interdiscplinary Research Journal (GIIRJ) 9, no. 5 (2021): 459–461.
15
Besral Besral, “Pembelajaran Bahasa Inggris Untuk Anak-Anak,” Ta’dib 18, no. 2 (2016).
16
Thirsa Laules Purwa, Setya Yuwana, and Universitas Negeri Surabaya, “Metode Pembelajaran
Total Physical Response Pada Peserta Didik,” Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan
Agama Islam 11, no. 2 (2021): 269–277.
Sehingga melalui metode ini siswa mampu mengolah kata secara langsung

melalui praktik gerakan tubuh sehingga secara tidak langsung mereka

mengerti apa yang dimaksud.

Berdasarkan Pengamatan awal yang dilakukan dari sisi hasil

asesmennya, bahwa sebagian besar siswa yang mendapatkan hasil asesmen

pada bahasa inggris siswa kurang dari Kriteria Ketercapaian Tujuan

Pembelajaran (KKTP) yang ditetapkan dari sekolah bahwa terlihat

perbandingan hasilnya sebanyak 5 siswa yang mendapatkan nilai Istimewa

(A) dengan rentan angka 90-100, dengan rentan angka 90-100, 8 siswa

mendapat nilai Baik (B) dengan rentan angka 80-90, 2 siswa mendapat nilai

cukup (C) dengan rentan angka 70-80, dan sisanya 15 siswa masih ternilai

kurang (E) yang mayoritas masih belum tercapai hasil yang diharapkan.

Dari data yang didapatkan menyatakan bahwa 50% dari keseluruhan

siswa kelas IV dinyatakan tidak lulus pada salah satu materi yang ada di

Bahasa Inggris yaitu Daily Activity. Hal ini didasarkan dengan hasil

pengamatan awal peneliti dengan siswa dan guru kelas. Pernyataan yang

dipaparkan sebelumnya telah terbukti sehingga perlu adanya pematangan

konsep dari metode TPR melalui pelaksanaan asesmen di akhir materi Daily

Activity. Menurut Griffin dan Nix (1991), Asesmen diartikan penilaian

berdasarkan fakta yang didasarkan sesuai karakteristik seseorang 17. Secara

17
Anik Ghufron, “Tes, Pengukuran, Asesmen, Dan Evaluasi, Peran Dan Fungsinya Dalam
Pembelajaran” (n.d.): 1–27.
tidak langsung asesmen ini dijadikan umpan balik guru dan siswa dalam

menilai pembelajaran mereka.

Menurut benchmark, menyatakan bahwa tujuan adanya pelaksanaan

asesmen bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tolak ukur ketercapaian

belajar bahasa inggris siswa sejauh mana hingga dapat dikatakan tercapai

dengan nilai istimewa maupun belum. Hal ini dilakukan secara bertahap di

setiap pengelompokan materi serta menyelesaikan pembelajaran di setiap

pertemuan melalui perbandingan Kriteria Ketercapaian Tujuan

Pembelajaran (KKTP) siswa secara keseluruhan. Seringkali masyarakat

sekitar menanyakan progress perkembangan nilai siswa, maka guru melihat

berdasarkan hasil yang didapatkan dalam asesmen harian salah satunya

materi Daily Activity yang diajarkan dalam bentuk mata Pelajaran lokal

dengan alokasi waktu hanya 2 x 35 menit 18.

Sehingga Hal ini menjadikan pentingnya perlakuan asesmen

menyeluruh dengan menyesuaikan kemampuan peserta didik yang

berdiferensial melalui berbagai pengelompokan kriteria siswa

regular/tipikal maupun lainnya sebagai sumber evaluasi siswa dalam

memahami materi salah satunya Daily Activity. Materi ini menjadi awal dari

pematangan konsep yang sebelumnya telah mengenal berbagai vocabulary

kemudian diekspresikan melalui pengelolaan frasa dan kalimat dalam

pengucapan di kehidupan sehari-hari. Dengan adanya asesmen ini sebagai

bentuk evaluasi pembelajaran yang didapatkan sebelumnya berdasarkan

18
Warsono and Hariyanto, “Pembelajaran Aktif : Teori Dan Asesmen.”
hasil ketentuan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP) yang

ditetapkan dari sistem kurikulum merdeka belajar.

Sehingga disinilah Peneliti mendiskusikan tentang hasil asesmen

yang didapatkan siswa di akhir pertemuan materi dimana nantinya dijadikan

sebagai bahan penunjang penilaian siswa untuk memberikan apresiasi

perkembangan belajar mereka. Dari pernyataan yang diberikan juga bahwa

metode yang tepat mampu meningkatkan hasil asesmen siswa sehingga

peneliti mempunyai keinginan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

dari metode TPR yang diterapkan siswa kelas IV terhadap hasilnya pula,

maka dapat diambil judul penelitian yaitu “Pengaruh Metode TPR (Total

Physical Response) terhadap Hasil Asesmen Materi Daily Activity Siswa

Kelas IV di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Malaysia”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pernyataan latar belakang dan hasil pengamatan pada guru

dan peserta didik kelas IV di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Malaysia,

sehingga dalam penelitian ini dapat dijabarkan beberapa permasalahan yang

akan diteliti oleh peneliti antara lain :

1. Penyampaian guru yang masih menggunakan metode dikte dan tanya jawab

tanpa adanya praktik saat pembelajaran Bahasa Inggris khususnya di materi

Daily Activity.

2. Peserta didik kelas IV terlihat kurang adanya antusias dan cenderung ramai

sendiri karena pembelajaran bersifat monoton dan kurang interaktif


membuat suasana belajar yang asyik dan menyenangkan.

3. Rendahnya Hasil Asesmen siswa pada mata Pelajaran Bahasa Inggris

disebabkan kesalahpahaman peserta didik dalam memahami teori

khususnya pada materi Daily Activity.

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian

Pengidentifikasian masalah diperlukan dalam pembatasan masalah

yang ditemukan di penelitian sehingga pelaksanaan berjalan dengan lancar dan

tertitik fokuskan dalam permasalahan penelitian. Berikut beberapa pembatasan

masalah yang akan diteliti diantaranya yaitu :

1. Penelitian menerapkan Metode pembelajaran Bahasa Inggris berupa

Metode TPR (Total Physical Response) pada materi Time and Daily Activity.

2. Subjek Penelitian tertitik fokuskan pada siswa-siswi kelas IV SD/MI di

Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Malaysia

3. Ruang lingkup materi yang dibahas adalah Time and Daily Activity

dilandaskan pada Struktur Kurikulum Merdeka sesuai yang tercantum di

Keputusan Kemendikbudristek RI Nomor 262/M/2022 tentang Perubahan

atas keputusan kemendikbudristek Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman

Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran dengan

Capaian Pembelajaran pada Fase B Kelas 4 yaitu :

“Peserta didik mampu memahami ide pokok dari informasi yang


disampaikan secara lisan dengan bantuan visual dan menggunakan
kosakata sederhana. Peserta didik mampu mengikuti rangkaian instruksi
sederhana yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dengan bantuan
visual. Kemudian dikuatkan dengan tujuan pembelajaran siswa mampu
menyampaikan secara lisan beberapa kosakata dan istilah dasar yang
sering didengar dan dilakukan di kehidupan sehari-hari”.

4. Titik fokus penelitian ini membahas tentang pengaruh Metode TPR (Total

Physical Response) terhadap hasil Asesmen Materi Daily Activity Siswa

Kelas IV di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Malaysia.

5. Objek penelitian di salah satu sekolah yang berada di naungan KBRI

“Kedaulatan Besar Replubik Indonesia” di Jalan Lorong Tun Ismail, Kuala

Lumpur, Nomor 1, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Malaysia Kode Pos

50480 yaitu Sekolah Indonesia Kuala Lumpur yang terakreditasi A.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana Pengaruh Metode Total Physical Response (TPR)

terhadap Hasil Asesmen Sumatif Pada Materi Daily Activity Siswa Kelas IV

di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur?

E. Tujuan Penelitian

Pencapaian tujuan yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian

ini menyesuaikan rumusan masalah yang dirancang yaitu untuk mengetahui

pengaruh metode TPR “Total Physical Response” terhadap hasil Asesmen

materi Daily Activity Siswa Kelas IV di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur

F. Manfaat Penelitian

Harapan dari penelitian ini agar memberikan manfaat diantaranya yaitu :

1. Manfaat secara Teori


Penelitian ini menghasilkan data dan informasi penting dalam

mengetahui pengaruh metode TPR pada mata pelajaran Bahasa Inggris

dalam materi Daily Activity terhadap Hasil Asesmen sehingga masyarakat

menganggap hal ini dijadikan sebuah solusi pembelajaran kedepannya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti :

1) Sebagai pengalaman peneliti dalam meneliti hal yang terjadi di Sekolah

Indonesia Kuala Lumpur terkait tingkatan pengaruh yang terjadi dalam

penerapan Metode TPR “Total Physical Response” pada mata pelajaran

Bahasa Inggris terhadap hasil Asesmen materi Daily Activity Siswa

Kelas IV di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur yang dijadikan sebagai

bentuk pengembangan dan perbaikan Penyusunan kepenulisan

selanjutnya.

b. Bagi Peserta didik :

1) Dengan adanya penelitian ini menjadikan pembelajaran lebih

menyenangkan karena peserta didik cenderung antusias, menarik dan

menyenangkan dalam menerapkan metode TPR pada materi Daily

Activity. Peserta didik saling menanggapi antar satu sama lain sehingga

mampu berkompetisi dan bersaing saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Hal ini nantinya mendukung hasil akhir asesmen

khususnya pada materi Daily Activity sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan yang kuat.

c. Bagi Guru :
1) Penelitian ini dijadikan sebagai bentuk sumber referensi dan informasi

yang dijadikan dalam menerapkan pembelajaran menggunakan Metode

TPR “Total Physical Response” khususnya pada salah satu materi yaitu

daily activity agar harapan dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

d. Bagi Satuan Pendidikan setempat :

1) Sebagai bentuk Penunjang adanya bahan evaluasi dan saran serta

masukan dari penelitian yang dilakukan sehingga mampu

mengembangkan kembali dalam penerapam Metode TPR “Total

Physical Response” sebagai bentuk praktik siswa dalam melakukan

aktivitas di kehidupan sehari-hari.

G. Definisi Konseptual

1. Metode “Total Physical Response” (TPR)

Berawal dari Bapak Asher seorang professor psikologi di

Universitas San Jose California yang menyatakan keberhasilan dalam

menerapkan pengembangan Metode ini melalui anak-anak usia dini hingga

sekolah dasar pada pembelajaran Bahasa Asing khususnya. Beliau

berpendapat bahwa sebuah alat komunikatif yang sesuai adalah pengucapan

mereka dengan respon melalui gerakan fisik mereka sehingga mereka

mampu menyelaraskan pengucapan seperti biasanya di kehidupan sehari-

hari. 19 Sistematika pelaksanaanya cukup mudah sehingga cocok dengan

19
Hartin, “Pembelajaran Bahasa Inggris Di Sekolah Dasar,” Jurnal Bahasa dan Seni 16, no. 1
(2017): 120–128,
karakteristik anak jenjang Sekolah Dasar yang lebih mengarahkan bermain

sambil belajar sehingga suasana pembelajaran lebih asyik dan

menyenangkan.

Berbagai percobaan yang dapat dilakukan oleh peneliti sebelumnya

dalam kegiatan pembelajaran siswa menggunakan Metode TPR adalah

sebagai berikut :

1. Dorongan siswa untuk melakukan tindakan yang mengundang kalimat

perintah melalui gerakan fisik yang direspon oleh pengucapan langsung.

(Imperative Drill).20

2. Dialog yang interaktif antar teman sebangku/sekelompok melalui saling

tanggap dan respon terhadap gerakan yang dipraktikkan temannya

3. Permainan menjadi peran atau karakter yang sering dikenal dengan Role

Play sehingga bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari

4. Pemantapan Reading and Writing dalam mengolah kata, frasa, kalimat

berdasarkan tenses yang ditetapkan.

2. Hasil Asesmen

Asesmen dijadikan sebagai pengantar evaluasi yang akan melalui

Capaian pembelajaran yang dirancang untuk acuan dasar dalam

melaksanakan indikator pencapaian hasil asesmen. Indikator ini bertujuan

terlaksananya harapan dan tujuan peneliti untuk mengetahui pengaruh

20
Purwa, Yuwana, and Surabaya, “Metode Pembelajaran Total Physical Response Pada Peserta
Didik.”
penerapan Metode “Total Physical Response” (TPR) dari awal sebelum

diterapkan hingga setelah diterapkan dengan menyesuaikan Hasil Akhir

Asesmen Sumatif hingga kedalam Penyusunan buku/nillai raport bagi

siswa. Berikut capaian pembelajaran Bahasa Inggris Fase B Kelas 4 SD

pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris dari Keputusan Kementrian

Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) 21 yang

terbaru, yaitu :

1) Menyimak : Pada akhir Fase B, peserta didik menggunakan bahasa Inggris

untuk berinteraksi dalam lingkup situasi sosial dan kelas yang makin luas,

namun masih dapat diprediksi (rutin) menggunakan kalimat dengan 156

pola yang sesuai dengan konteks yang dibicarakan. Mereka

mengubah/mengganti sebagian elemen kalimat untuk dapat berpartisipasi

dalam rutinitas kelas dan aktivitas belajar, seperti menyampaikan perasaan,

menyampaikan kebutuhan, dan meminta pertolongan. Mereka memahami

ide pokok dari informasi yang disampaikan secara lisan dengan bantuan

visual, serta menggunakan kosakata sederhana. Mereka mengikuti

rangkaian instruksi sederhana yang berkaitan dengan prosedur kelas dan

aktivitas belajar dengan bantuan visual.

2) Membaca : Pada akhir fase B, peserta didik memahami kata-kata yang

sering digunakan sehari-hari dengan bantuan gambar/ilustrasi. Mereka

membaca dan memberikan respon terhadap teks pendek sederhana dan

familiar dalam bentuk tulisan atau digital, termasuk teks visual, multimodal

21
Kementerian Pendidikan et al., Capaian Pembelajaran 2022, 2022.
atau interaktif.

3) Menulis : Pada akhir fase B, peserta didik mengomunikasikan ide dan

pengalamannya melalui gambar dan salinan tulisan. Dengan bantuan guru,

mereka menghasilkan teks deskripsi dan prosedur sederhana menggunakan

kata/frasa sederhana dan gambar. Mereka menulis kosakata sederhana yang

berkaitan dengan lingkungan kelas dan rumah dalam bahasa Inggris

menggunakan ejaan yang diciptakan sendiri oleh anak.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Metode Total Physical Response (TPR)

a. Pengertian Metode Total Physical Response (TPR)

Metode dalam bahasa Inggris diartikan dengan kata

Method. Sedangkan menurut istilah dartikan sebagai sudut

pandang guru saat menemukan permasalahan di dalam hal

sesuatu hingga ditemukan solusi dari permasalahan tersebut.

Menurut pendapat ahli bahasa, Tarigan mengatakan metode

dapat diartikan sebagai alat pengantar bersifat aksiomatik yang

disusun terdiri dari hakikat, pengajaran, bahan, dan penggunaan

belajar bahasa sehingga dijadikan sebuah landasan untuk

merancang, melakukan, dan menilai proses belajar bahasa.22

Salah satu ahli yang mencetuskan teori metode sebagai

awal dalam pembelajaran bahasa khususnya Bahasa Inggris

adalah Anthony. Beliau menjelaskan bahwa penggambaran

metode dijadikan perencanaan keseluruhan terkait pembelajaran

bersama peserta didik23. Penyusunannya yang bersifat struktural

dan menyesuaikan rancangan sebagai tuntutan guru untuk

pelaksanaan pembelajaran bersama siswa dalam proses kegiatan

22
Hidayah, “Metode Pembelajaran Bahasa Whole Language.” Hlm. 12
23
Andri Wicaksono and Rozam Ahmad Subhan, Pembelajaran Bahasa, 2015.
belajar mengajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode

menjadi segala hal yang dilakukan guru bersama siswa dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran agar tujuan yang

diinginkan dapat tercapai.

Dari berbagai macam metode yang digunakan pendidik

tingkat SD, Metode TPR (Total Physical Response) sebagai

pilihan mayoritas dalam pembelajaran bahasa Inggris

dikarenakan pelaksanaannya yang praktis dan mudah dilakukan.

Hal ini berawal dari Dr. James J. Asher, pencetus metode TPR

yang merupakan seorang Professor Psikologi Emeritus sekaligus

Mantan Wakil Dekan di San Jose State University, California di

Tahun 185724. Beliau mengembangkan hasil penemuannya yang

menggunakan koordinasi otak dan fisik secara keseluruhan

sehingga memerlukan kekompakan dan kerjsama tim baik

sekelompok dengan pengarahan kosakata yang ditentukan


25
.

Sedangkan menurut Penny, Metode TPR merupakan

sebuah metode yang mengarahkan ke perintah, pengucapan,

gerakan sebagai sebuah upaya dalam menunjang proses

pembelajaran siswa melalui gerakan anggota tubuh

24
Sojuangon Rambe, “Total Physical Response,” English Education : English Journal for Teaching
and Learning 7, no. 01 (2019): 45.
25
Purwa, Yuwana, and Surabaya, “Metode Pembelajaran Total Physical Response Pada Peserta
Didik.”
menyeluruh26. Teori Richards J. mendefinisikan metode TPR

sebagai speech yang berarti perkataan dan action yang berarti

gerakan sedangkan menurut istilah, Metode ini disusun dan

dikoordinasikan melalui Command yang berarti Perintah,

Speech dan Action dengan direspon melalui fisik secara

keseluruhan yang sering dikenal dengan kegiatan motorik 27.

Total Physical Response (TPR) memiliki 3 arti kata yang

saling berkaitan diantaranya Total /’towtel/ dalam bentuk

adjective (kata sifat) yang berarti seluruhnya, keseluruhan,

menyeluruh. sedangkan Physical /’fizekel/ dalam bentuk

adjective (kata sifat) yang berarti fisik, raga. serta Response

/ri’spens/ dalam bentuk noun (kata benda) yang berarti

jawaban28. TPR pun populer dengan “The Comprehension

Method” yaitu metode pemahaman untuk belajar bahasa asing

dengan perintah dan banyak guru mulai menerapkan pada anak-

anak khususnya tingkat dasar dengan menyesuaikan

karakteristik dan kebutuhan yang berdiferensial sesuai

rancangan guru.

Berdasarkan beberapa pernyataan dan pendapat ahli

26
Anastasia Imelda Sayd. Sayd, Maymunah. Attubel, and Hamzah. Nazarudin, “Implementasi
Metode Total Physical Response (Tpr) Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Anak-Anak
Sekolah Dasar Inpres Liliba Kupang” (2018): 17–24.
27
Saepudin, An Introduction to English Learning and Teaching Methodology, Yogyakarta : Trust
Media, vol. 53, 2014.
28
Anita Dewi Ekawati, “Penerapan Metode Total Physical Response (TPR) Dalam Pengajaran
Bahasa Inggris Di TK,” E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 11, no. 1 (2020): 71.
mengatakan bahwa metode TPR merupakan salah satu metode

yang dilakukan guru dalam meningkatkan komunikasi dan

interaksi antar siswa dan guru. metode ini dijadikan sebagai

bentuk pengantar dalam memperkenalkan pembelajaran bahasa

inggris pada siswa berupa praktik gerak anggota tubuh. Sikap

anak-anak yang sering senang bergerak, berlari-larian, bermain

menjadikan inspirasi guru dalam mempertahankan pembelajaran

dengan mengaitkannya melalui peggunaan metode TPR.

Melalui metode ini menjadikan siswa tumbuh rasa ingin

tahu apa maksud yang dilakukan dan diberikan guru kepada

mereka. Selain itu antusias yang muncul dari mereka untuk

saling mempraktikkan gerakan anggota tubuh melalui kosakata

yang dibuat dari salah satu materi Bahasa Inggris di kelas IV

yaitu Daily Activity. Hal ini menjadikan suasana kegiatan belajar

mengajar lebih aktif, interaktif, komunikatif serta

menyenangkan sehingga kebutuhan dan karakteristik yang

berbeda-beda akan terpenuhi secara perlahan-lahan di setiap

masing-masing siswa29.

b. Alur Penerapan Metode Total Physical Response (TPR)

Ahli pencetus metode TPR yaitu Asher mengatakan bahwa

29
Eva Putri Maulidia and Rachma Hasibuan, “Pengaruh Metode Total Physical Response (TPR)
Terhadap Kemampuan Kosakata Bahasa Indonesia Pada Anak Usia 5-6 Tahun,” Frontiers in
Neuroscience 14, no. 1 (2021): 1–13.
penerapan terdahulu hanya dilakukan melalui verbal yang

dipraktikkan langsung dari respon anak30. Dengan adanya

perkembangan teori yang diberikan pendapat ahli, banyak

guru mengembangkannya melalui verbal dan tulisan.

Awalnya metode TPR dilakukan secara tidak sengaja melalui

tindakan yang mengundang perintah seperti guru sedang

mengondisikan kelas dengan mengucapkan “Silent Please”

yang diartikan diam semuanya berupa praktik jari telunjuk

didepan bibir ataupun yang lain 31.

Metode ini dilakukan dengan beberapa perlakuan

yang dimulai dari kegiatan awal dengan pengenalan

vocabulary melalui verbal maupun tulisan berupa media

kartu bergambar (Picture Card) ataupun potongan kertas

biasa32. Setiap kelompok membuat vocabulary yang

berbeda-beda untuk dipraktikkan nantinya. Mereka dapat

bebas berekspresi menentukan vocabulary yang diketahui.

Dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu praktik gerak anggota

tubuh berdasarkan vocabulary yang dibuat untuk

dipresentasikan di depan kelas. Hal ini nantinya ditanggapi

30
Maria Dewi Masitoh, “Penggunaan Metode Tpr (Total Physical Response) Sebagai
Upayameningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Kelas V SDN Samirono
Yogyakarta,” Pelita - Jurnal Penelitian Mahasiswa UNY 0, no. 1 (2015): 1–9.
31
Yuli Astutik and Choirun Nisak Aulina, “Metode Total Physical Response (TPR) Pada
Pengajaran Bahasa Inggris Siswa Taman Kanak-Kanak,” Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
17, no. 2 (2018): 200.
32
Noor Sandhy and Siti Masitoh, “Pengaruh Metode Total Physical Response (TPR) Terhadap
Penguasaan Kosakata Anak Tunarungu TK/KB Aurica Surabaya,” Jurnal Pendidikan Khusus
(2017): 1–14.
langsung oleh kelompok lain dalam menebak vocabulary

yang dipraktikkan.

Di akhir pembelajaran, siswa merangkum

vocabulary yang ditanggapi saat praktik gerakan langsung di

depan kelas. Hal ini menjadikan siswa tidak menuntut untuk

memorizing vocabulary yang sering dilakukan guru Bahasa

Inggris sehinggga menjadikan pembelajaran lebih

menyenangkan. Guru menyempurnakan rangkuman

vocabulary yang dibuat siswa melalui lembaran worksheet

dari guru Bahasa Inggris. Sehingga metode ini sering

dikatakan sebagai sebuah games tebak kata yang dirancang

melalui praktik gerak anggota tubuh33.

Langkah-langkahnya yang mudah dilakukan

menjadikan metode TPR lebih praktis digunakan guru

sebagai solusi dari pembelajaran Bahasa Inggris khususnya

pada siswa sekolah dasar 34. Hal ini juga didukung dengan

alur yang tepat dari menyebutkan vocabulary,

mengidentifikasi pelafalan, menganalisis dan menanggapi

gerakan kemudian diakhiri dengan merangkum hasil

vocabulary yang ditanggapi dari gerakan kelompok lain.

33
Catur Wulandari, “Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Metode Total Physical Response
Melalui Charades Game Untuk Meningkatan Penguasaan Kosakata Pada Siswa Kelas VI Di SDN
Pendem 02 Batu,” Jurnal Pendidikan Taman Widya Humaniora 2, no. 1 (2022): 263.
34
Cut Nurul, Eli Nurliza, and Dkk, “Kompetensi Guru Pada Sekolah Dasar Di Kabupaten Aceh
Besar” 1 (2017).
Proses kegiatan tersebut memerlukan kekompakan tim dan

kerja sama antar tim agar berjalan dengan lancar tanpa

adanya hambatan.

c. Tujuan Metode Total Physical Response (TPR)

Metode TPR mempunyai banyak tujuan dalam

pembelajaran salah satunya anak menjadi lebih aktif saat

kegiatan belajar mengajar sehingga dapat memahami betul

Bahasa Inggris yang dipelajari35. Hal ini dibuktikan dalam

penerapan awal di tingkatan PAUD dan TK, kemudian

dikembangkan ke SD untuk mengembalikan pembelajaran

yang bersifat interaktif dan mengikuti karakteristik serta

kebutuhan siswa yang berdiferensial36. Disinilah tujuan

dasar dari metode TPR yaitu mampu memberikan fasilitas

pemahaman dan penguatan dasar pembelajaran bahasa

inggris melalui gerak fisik anggota tubuh.

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Total Physical Response

(TPR)

Pembelajaran Bahasa Inggris mempunyai peran

sangat penting dalam menerapkan metode pembelajaran

35
Ruli Hafidah and Nurul Kusuma Dewi, “TPR (Total Physical Response) Method on Teaching
English To Early Childhood,” Early Childhood Education and Development Journal 2, no. 1 (2020):
9.
36
Ibid.
salah satunya metode TPR yang diterapkan siswa SD. Dalam

perlakuannya di dalam kelas ditemukan beberapa kelebihan

dan kekurangan yang perlu diketahui37. Berikut beberapa

kelebihan dalam melakukan metode TPR diantaranya yaitu :

1. Senang dan mudah dalam mempersiapkannya. Hal ini

dikarenakan dalam metode TPR tidak dituntut untuk

menggunakan media yang rumit dan cukup menyiapkan

beberapa vocabulary berupa tulisan maupun gambar.

2. Pemahaman dapat didapatkan secara mendalam. Melalui

gerakan fisik, siswa dapat mengasosiasikan makna sesuai

kenyataan. Hal ini membantu siswa memahami dan

mengingat vocabulary lebih baik. Pemahaman mendalam

ini dapat mempercepat proses pembelajaran bahasa.

3. Kontekstualisasi (sesuai dengan kenyataan). Metode ini

disampaikan melalui gerak anggota tubuh yang sering

dilakukan di kehidupan sehari-hari. Kemudian Siswa

dapat mengaitkan kata-kata dengan tindakan sehari-hari

maupun kegiatan yang relevan, sehingga meningkatkan

pemahaman yang kontekstual dan penggunaan bahasa

dalam kehidupan sehari-hari.

Sedanngkan disisi lain teridentifikasi mempunyai

A Putri, R, “Teaching English for Young Learners Using a Total Physical Response (TPR)
37

Method,” Jurnal Edulingua 3, no. 2 (2016): 16–20.


kelemahan dari segi penyampaian, penyajian pada siswa

sehingga masih perlu dikembangkan kembali agar bisa

tercapainya tujuan yang diharapkan38. Berikut beberapa

kelemahan yang terjadi dalam penerapan Metode TPR

diantaranya yaitu ;

1. Lemahnya pengajaran konsep yang bersifat abstrak

(nyata) sesuai kejadian dan Tindakan yang dilakukan.

Hal ini guru maupun siswa masih menyelaraskan

kejadian yang nyata terjadi di kehidupan sekitar kita.

2. Terbatas pada vocabulary. Metode TPR cenderung lebih

cocok untuk mempelajari kosakata sederhana dan

perintah dalam bahasa, seperti perintah fisik atau

instruksi umum. Hal ini mungkin tidak sepenuhnya

efektif dalam mengajarkan keterampilan berbicara dan

berkomunikasi yang lebih kompleks atau percakapan

yang lebih formal.

3. Tidak berlaku pada aspek kognitif. Walaupun TPR

efektif dalam membantu siswa memahami dan

mengingat vocabulary secara visual dan fisik, Metode ini

hanya bersifat mengajak aktif dan menekankan siswa

38
Rambe, “Total Physical Response.” English Education : English Journal for Teaching and
Learning, (2019) : 45
untuk praktik secara langsung tanpa dilihat melalui sisi

pengetahuan secara teori.

4. Tidak cocok untuk semua materi Pelajaran. Metode TPR

cenderung lebih cocok digunakan dalam pembelajaran

bahasa khususnya bahasa asing. Sehingga metode ini

hanya terbatas dalam penerapan mata pelajaran yang

diajarkan.

e. Indikator Penerapan Metode Total Physical Response (TPR)

Penerapan Metode TPR khususnya pada pembelajaran

Bahasa Inggris dapat digunakan pada siswa dengan beberapa

indikator yang nantinya dijadikan sebagai pengukuran

ketercapaian dalam menerapkannya di kegiatan belajar mengajar

siswa bersama guru. Berikut beberapa indikator yang dijadikan

sebagai kriteria keberhasilan dalam penerapan Metode TPR

(Total Physical Response) diantaranya yaitu :

1. Kesesuaian siswa untuk mempraktikkan gerakan melalui

fisik dengan mengikuti arahan dan intruksi dari guru tentang

kosakata saat proses pembelajaran berlangsung,

2. Ketelitian dan kecermatan siswa untuk memberikan respon

dan tanggapan yang diungkapkan melalui verbal maupun

nonverbal dengan menyesuaikan praktik dan gerakan yang

diberikan sebagai sebuah intruksi secara langsung


2. Asesmen Bahasa Inggris

a. Pengertian Asesmen

Kata asesmen berasal dari kosakata Bahasa Inggris

yaitu assessment berarti penilaian. Menurut istilah asesmen

adalah sebuah proses penilaian yang dilandaskan

karakteristik dan kriteria yang ditentukan. 39 Sedangkan

pendapat ahli lain menjelaskan bahwa asesmen merupakan

kegiatan mengambil dan mengumpulkan beberapa data,

informasi yang berkaitan dengan sengaja untuk tolak ukur

penilaian ketercapaian siswa. Data yang diberikan sebagai

bukti segala hal yang sudah maupun belum mereka kenal

didalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran

Bahasa Inggris.

Berdasarkan sistem kurikulum terbaru yaitu

“Merdeka Belajar”, Asesmen menjadi salah satu peran

penting dalam mengukur sejauh mana kemampuan siswa

sebagai bentuk evaluasi dan perbaikan baik bagi siswa

maupun guru. Walaupun sebelumnya dalam kurikulum 2013

telah terdapat istilah asesmen namun hanya bersifat

kompleks berupa penilaian berbagai tema yang sering

dikenal dengan tematik. 40 Asesmen yang berlaku

39
T. Iskandar, “Penerapan Penilaian Kinerja Dalam Kegiatan Laboratorium Pada Konsep
Reproduksi Tumbuhan Biji Di Madrasah Aliyah,” Tesis Magister pada PPS UPI 53, no. 9 (2000):
1689–1699.
40
Joko Widiyanto, Evaluasi Model Pembelajaran, Paper Knowledge . Toward a Media History of
sebelumnya hanya berlaku menyesuaikan titik fokus dan

sasaran siswa.

Sedangkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

menjelaskan dalam ketetapan asesmen didalam Kurikulum

Merdeka lebih diperkuat secara kolaboratif yang terbagi

menjadi tiga landasan utama diantaranya dari As Learning

(sebagai pembelajaran), For Learning (untuk pembelajaran),

dan Of Learning (terhadap pembelajaran). Ketiga landasan

tersebut mempunyai fungsi tersendiri dalam memperkuat

penerapan dalam pembelajaran.41 Dari landasan tersebut

nantinya terbagi menjadi dua pengelompokan asesmen

diantaranya asesmen tradisional (test) dan asesmen alternatif

(non test).

Asesmen berkembang dari kurikulum merdeka

berawal dari penilaian yang tertuju melalui Alur pencapaian

Rancangan capaian pembelajaran (CP), tujuan pembelajaran

(TP) dan alur tujuan pembelajaran (ATP) siswa. Di dalam

asesmen ini terdapat kriteria khusus yang dijadikan sebagai

bahan perbandingan penilaian siswa terhadap hasil akhir

yang didapatkan42. Kriteria tiap siswa tentu berbeda-beda

Documents, 2018.
41
Kemendikbud, “Asesmen Formatif & Sumatif - Unit Modul Asesmen,” Kementerian Pendidikan
Dan Kebudayaan (2022): 20.
42
Davis Darwin, Boeriswati. Endry, and Fathiaty Murtadho, “Asesmen Pembelajaran Bahasa Dalam
Kurikulum Merdeka Belajar Pada Siswa SMA” 12, no. 2 (2023): 25–36.
dikarenakan pembelajaran yang berdiferensial menjadikan

guru harus mengukur acuan tiap siswa yang dikelompokkan

menjadi satu.

Walaupun diberikan kebebasan dalam menentukan

kriteria namun kurikulum merdeka tetap menerapkan satuan

penilaian tetap yang dinamakan kriteria ketercapaian tujuan

pembelajaran (KKTP) sebagai bentuk tolak ukur siswa

terhadap materi yang dipelajari siswa. Hal ini berguna juga

dalam menyusun rancangan akhir siswa yang didasarkan

kemampuan mereka. Perubahannya dikembangkan dari

KKM yang hanya mencapai kriteria ketuntasan hingga

memenuhi segala kebebasan dari kebutuhan siswa yang

dipenuhi43. JHal ini menjadi ciri khas kurikulum terbaru

dengan mengutamakan siswa sebagai subjek terpenting.

Tantangan yang besar muncul berupa nilai akhir

raport yang didapatkan dari hasil asesmen harian sehingga

mayoritas beberapa siswa sering memprioritaskan nilai

asesmen di setiap materi. Mereka sering mempersiapkannya

dengan belajar giat hanya ketika menghadapi ujian sehingga

mereka tidak berkeinginan dalam mengikuti proses

pembelajaran yang sebenarnya. Hal ini peran kepala sekolah

43
Juhairah, “Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran ( KKTP ) Melalui Workshop Intern Sekolah Di SDN Karang Bayat 01 Sumber Baru”
2, no. 3 (2023): 190–200.
dan guru perlu memperbaiki kembali adanya permasalahan

yang muncul dengan mengarahkan prinsip asesmen yaitu

sebagai As (proses), For (bentuk) dan dan Of (terhadap)

Learning (pembelajaran).

Pilihan teknik pelaksanaan seluruh asesmen pada

kurikulum merdeka dapat disesuaikan dengan karakteristik

mata pelajaran, tingkat pendidikan, dan tujuan pembelajaran.

Disinilah guru memiliki peran penting untuk

mengidentifikasi dan mengelompokkan teknik yang paling

sesuai untuk menilai pencapaian kompetensi siswa secara

obyektif dan akurat. Selain itu, penting juga untuk

memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa

agar mereka dapat memperbaiki dan mengembangkan

pemahaman mereka di masa mendatang.

b. Fungsi Pelaksanaan Asesmen

Sebagai pelaksana di akhir lingkup materi salah

satunya pada mata Pelajaran Bahasa Inggris, fungsi utama

asesmen dijadikan sebagai tolak ukur kemampuan dan

pemahaman siswa, selain itu juga sebagai bentuk umpan

balik dan penunjang motivasi siswa. 44 Asesmen tidak hanya

bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap

44
Rahmat Zainal Abidin, “Penilaian Formatif Dan Penilaian Sumatif,” UYP (n.d.),
materi pelajaran, tetapi juga untuk mengukur kemampuan

siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan dan

keterampilan yang mereka pelajari dalam konteks kehidupan

nyata. Hal ini menjadikan Asesmen sering dijadikan salah

satu bahan evaluasi terkait proses dan perkembangan belajar

siswa. 45

Berikut beberapa fungsi asesmen dalam

pembelajaran di kelas berdasarkan acuan kurikulum

merdeka belajar yang terbagi menjadi tiga fungsi dasar

diantaranya, yaitu :

1. Assessment of learning : Asesmen sebagai bentuk

penilaian di akhir dalam rangka mengevaluasi kegiatan

pembelajaran

2. Assesment For Learning : selain sebagai penilaian,

Asesmen sumatif juga berfungsi untuk bentuk

memperbaiki dan mengembangkan diri sehingga

kedepannya dapat lebih baik lagi.

3. Assesmen As Learning : seringkali Asesmen sumatif

berusaha untuk menghilangkan pemikiran yang hanya

45
Ikhsan Waseso, “Modul Hakikat Evaluasi Dan Asesmen,” Modul 1Hakikat Evaluasidan Asesmen
(2014): 1–31.
tertitikfokuskan nilai namun lebih ke proses

pembelajarannya.

c. Prinsip Pelaksanaan Asesmen

Asesmen telah menjadi bagian dari pembelajaran

yang secara langsung mengontrol ketercapaian siswa dalam

belajar bersama guru. Berikut beberapa prinsip dalam

melaksanakan asesmen yang dijadikan acuan baru dari

modul sekolah penggerak46, diantaranya yaitu :

1. Asesmen sebagai bagian dari proses, fasilitas, dan

alat dalam menunjang pembelajaran dan segala

informasi yang diberikan.

2. Rancangan asesmen disusun berdasarkan tujuan yang

ingin dicapai.

3. Penyusunan asesmen harus tervalidasi, adil, dan

mampu dipercaya dengan pihak terkait baik guru

maupun siswa.

46
H.E Mulyasa, “Implementasi Kurikulum Merdeka,” in Bumi Aksara, ed. Amirah Ulinnuha, Cet.
ke-1. (Jakarta Timur, 2023), 226.
4. Pelaksanaan asesmen dibuat berupa tes maupun non

tes berupa tugas mandiri maupun kelompok dengan

menyesuaikan teknik dan tujuan yang diberikan.

5. Progress yang diberikan terlihat sederhana dan

memberikan informasi antar satu sama lain.

d. Tujuan Pelaksanaan Asesmen

Berbagai pernyataan diberikan bahwa asesmen

mempunyai tujuan utama yaitu memberikan kelancaran

dalam proses hasil belajar berupa penilaian kepada siswa

sehingga secara tidak langsung asesmen turut memberikan

dukungan dan apresiasi47. Berikut beberapa tujuan asesmen

yang dikaitkan langsung dengan proses pelaksanaannya dan

pembelajaran di kelas bersama guru dan siswa, diantaranya

yaitu :

1. Memberikan ruang catatan hasil belajar kepada mereka

berupa note, dll.

2. Memberikan motivasi, dukungan dan apresiasi terkait

keantusiasan dan keaktifan siswa selama pembelajaran.

47
A. Muri Yusuf, “Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan,” in Kencana, ed. Ria, 2nd ed. (Jakarta:
Kencana, 2017).
3. Mengkomunikasikan segala progress kemajuan belajar

siswa dari awal hingga akhir pembelajaran berupa

deskripsi, catatan terbimbing, maupun lainnya.

4. Menjadikan sikap peduli terhadap sesama baik siswa

maupun guru sehingga mereka terpenuhi segala macam

kebutuhan yang diinginkan.

e. Teknik Pelaksanaan Asesmen

Asesmen ini dilaksanakan di akhir pembelajaran

Bahasa Inggris yang dikemas sebagai penilaian harian

setelah menyelesaikan tiap materi. Terdapat beberapa teknik

asesmen yang dapat dilakukan melalui berbagai cara. Hal ini

tersampaikan dengan menyesuaikan konteks pembelajaran

dan kebutuhan siswa yang berdiferensial. Teknik ini

diaplikasikan berupa instrumen sebagai acuan pelaksanaan

asesmen khususnya pada mata Pelajaran Bahasa Inggris.

Di setiap jenis asesmen yang dilakukan mempunyai

teknik tersendiri dalam pelaksanaannya. Pembagiannya pun

dibagi menjadi 2 pengelompokan yaitu kelompok tes

maupun non test. Pengelolaan tekniknya dilakukan

berdasarkan kemampuan siswa yang berbeda-beda. Jika

melalui tes maka instrumen yang diberikan adalah tes lisan,


tulis, dll. sedangkan non-test dilakukan melalui projek, unjuk

kerja, portofolio, dsb. Hal ini yang menjadikan asesmen

lebih bersifat kolaboratif tidak seperti sebelumnya yang

hanya menekankan di akhir yaitu sumatif, namun lebih

memanfaatkan as, for, dan of learning48.

f. Indikator Pencapaian Asesmen

Penerapan instrumen yang beranekaragam

diperlukan analisis kompetensi dan isi materi yang

disampaikan dalam merancang asesmen. Selain itu

pelaksanaannya ini diberikan keleluasan dengan

kemampuan yang dimiliki siswa yaitu dapat berupa tes

(kinerja) maupun non-tes (projek/unjuk kerja) 49. Hal ini

diperlukan indikator sebagai tolak ukur hasil asesmen siswa

nantinya setelah materi disampaikan keseluruhan. Indikator

pencapaian asesmen nantinya akan dipertanggungjawabkan

di hasil akhir nilai siswa yang direkap dalam nilai raport

belajar.

48
Arifin Nur Budiono and Mochammad Hatip, “Asesmen Pembelajaran Pada Kurikulum
Merdeka,” Jurnal Axioma : Jurnal Matematika dan Pembelajaran 8, no. 1 (2023): 109–123.
49
Nur Amaliah et al., “Pengembangan Instrumen Asesmen Sebagai Upaya Peningkatan
Keterampilan Abad 21,” Saintifik 9, no. 1 (2023): 82–87.
Berikut beberapa indikator yang dikelompokkan

berdasarkan kemampuan dan karakteristik siswa diantaranya

yaitu :

1) Aspek Indikator Projek (Non-Test) : Kesesuaian siswa

merangkai kalimat berupa deskripsi, narasi, atau cerita singkat

yang dibuat secara individu maupun berkelompok terkait materi

Daily Activity dengan kosakata yang sudah ditentukan,

sedikitnya satu paragraf singkat. Hal ini dapat dipresentasikan

berupa praktik gerak anggota tubuh yang dilakukan melalui

metode Total Physical Response sambil menceritakan sesuai

teks yang dibuat 50. Penilaian projek lebih didorong pada aspek

pengetahuan, keterampilan, keaslian dan fungsinya 51.

2) Aspek Indikator Kinerja (Test) : Ketepatan siswa

menyebutkan kosakata yang ditanggapi dari gerakan fisik

anggota tubuh melalui praktik Metode Total Physical Response,

sedikitnya 20 kosakata umum tentang materi Daily Activity.

Biasanya pada aspek ini, siswa lebih aktif dalam menanggapi

dan mengkomunikasikan antar teman maupun kelompok lain.

50
Astutik and Aulina, “Metode Total Physical Response (Tpr) Pada Pengajaran Bahasa Inggris
Siswa Taman Kanak-Kanak.”
51
Nurasiah et al., “Nilai Kearifan Lokal: Projek Paradigma Baru Program Sekolah Penggerak Untuk
Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.”
Kinerja yang dinilai adalah dari aspek pengetahuan,

keantusiasan, pengucapan dan pemahaman52.

Aspek keduanya memiliki kesinambungan yang

dikaitkan dengan metode Total Physical Response. Penerapan

langsung dipraktikkan melalui aspek projek yang dilakukan

sesuai prosedur. Dari sisi kompetensi yang didapatkan siswa

berekspresi bebas dengan kemampuan mereka (Creative) dalam

mengkomunikasikan melalui telling story (Communicative)

sehingga di akhir mereka dapat saling menanggapi (Critis)

jawaban dan pernyataan yang diungkapkan dari praktik teman

sekelasnya.

3. Materi Daily Activity pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

a. Pengertian Daily Activity

Pada Materi Daily Activty merupakan salah satu materi yang

diajarkan di mata pelajaran Bahasa inggris tingkat sekolah dasar.

Materi ini memperkenalkan siswa tentang berbagai kegiatan yang

dilakukan di kehidupan sehari-hari. Siswa diajarkan untuk

menceritakan segala rutinitas yang dibiasakan setiap hari. Salah satu

pertanyaan yang muncul di materi Daily Activity yaitu “What do you

52
Iskandar, “Penerapan Penilaian Kinerja Dalam Kegiatan Laboratorium Pada Konsep Reproduksi
Tumbuhan Biji Di Madrasah Aliyah.”
do?” berarti “apa yang kalian lakukan?”53. Dari sini siswa diajak

menanggapi dengan beberapa jawaban yang diisi dengan

vocabulary daily activities54 diantaranya yaitu :

1. Wake Up : Bangun tidur

2. Eat Breakfast : Sarapan pagi

3. Go to school : Pergi ke sekolah

4. Take a Bath : Mandi

5. Get Dressed : Berpakaian

6. Drink a tea ice : Minum es teh

7. Take a Nap : Istirahat siang

8. Brush my teeth : Gosok gigi

9. Read a book : Membaca buku

10. Study English : Belajar Bahasa Inggris

11. Play football : Bermain sepak bola

12. Take a ritual ablution : Berwudlu

13. Watch a television : Menonton TV

53
Nur Aini, “Peningkatan Hasil Belajar Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Materi Daily
Activity Melalui Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar Pada Siswa,” Jurnal Kinerja
Pendidikan 2, no. 2 (2022): 321–330.
54
Ryan Sitzman, “69 Daily Routine Vocabulary Words and Phrases in English” (2023),
https://www.fluentu.com/blog/english/daily-routine-vocabulary/. diakses pada tanggal 20
september 2023
14. Take a dinner : Makan Malam

15. Go to Bed/Sleep : Tidur

Berbagai macam vocabulary yang dilampirkan

merupakan contoh dari vocabulary daily activity.

Penggunaan vocabulary tersebut dikelompokkan sesuai

keterangan waktu yaitu morning (pagi hari), afternoon (siang

hari), evening (sore hari), night (malam hari). Selain itu

sebagai sasaran subjek pada daily activity juga diperlukan

saat merangkai berupa penggunaan subjek I (saya), you

(kamu), they (mereka), we (kami), she (dia (pr)), he (dia (lk)),

It (ia (benda)).

Contoh Teks Daily Activities55

My Daily Activities
Hello My Friends. My Name Is Zita. I am 10 years
old. I want to tell you about my daily activities. Here it is!. I
Wake up at 4 a.m. in the morning everyday. Then I get up
and walk to the bathroom. I clean my body and take a
shower. Then I help my mom to sweep the floor. I get dressed
and get ready for school. Before going to school, I Always
have breakfast with my family. Then, I go to school at 6 a.m..
I have lesson with my teacher and friends. I always raise my
hand to ask questions when I am confused about the lesson.
In the break time, I love to play with my friends. When I get
home, I always wash my hand. Then I have lunch with my
mom’s cooking. I take a nap at 1 p.m. and get up at 3 p.m. I
have dinner with my family. Then I always have a talk with
them. I study and do my homework in the evening. I brush
my teeth before sleeping. Finally I go to sleep at 9.pm. and
that’s all about my daily activities.

55
Ibid.
Kegiatan Sehari-hari
Hallo teman-teman. Namaku Zita. Saya berusia 10
tahun. Saya ingin menceritakan kegiatan sehari-hariku.
Inilah saya, Saya Bangun pada pukul 4 pagi di pagi hari.
Kemudian, saya bangkit dan lekas ke kamar mandi. Saya
membersihkan tubuhku dan mandi. Lalu saya membantu
ibuku untuk menyapu lantai. Saya berpakaian dan Bersiap-
siap ke sekolah. Sebelum pergi ke sekolah, saya selalu
sarapan pagi dengan keluargaku. Kemudian, saya
berangkat ke sekolah pukul 06.00. Saya belajar bersama
guruku dan teman-teman. Saya selalu mengangkat tanganku
untuk meminta pertanyaan ketika saya bingung memahami
Pelajaran. Saat istirahat, saya senang bermain dengan
teman-temanku. Ketika pulang, saya selalu mencuci tangan,
lalu makan siang masakan ibuku. saya tidur siang pada
pukul 13.00 dan bangun tidur pukul 15.00. Saya makan
malam bersama keluargaku. Kita saling bercengkrama
antar satu sama lain. Setelah itu saya belajar dan
mengerjakan PR di malam hari. Sebelum tidur, saya
menggosok gigi dan akhirnya saya tidur pukul 21.00 malam.
Itulah semua aktivitas sehari-hariku.

b. Tujuan Materi Daily Activity pada Mata Pelajaran Bahasa

Inggris

Materi "Daily Activity" akan berfokus pada pembelajaran

bahasa Inggris yang membahas terkait konteks kegiatan sehari-hari

di kehidupan siswa. Melalui materi ini siswa mampu

mengembangkan pemahaman siswa terkait wawasan dan

pengenalan vocabulary daily activity. Pada mata Pelajaran Bahasa

Inggris, siswa dilatih untuk meningkatkan penguasaan dalam

mengelola vocabulary yang dikenal menjadi sebuah kalimat dengan

tata bahasa yang baik dan benar. Selain itu, siswa juga diarahkan
untuk mampu membaca teks yang diberikan dengan tekanan dan

intonasi yang tepat56.

c. Ruang Lingkup Materi Daily Activity

Cakupan materi yang kompleks terdiri dari pengenalan

waktu dan penggunaannya. Teori tersebut terbagi menjadi dua

diantaranya yaitu a.m (Ante Meridium) dimulai dari jam 12.00-00.00

dan p.m. (Post Meridium) yang berlaku pada pukul 00.00-12.00.

Pada Materi ini, siswa mampu mengidentifikasi waktu dan

mengelompokkan berdasarkan keterangan waktu yang diberikan.

Namun disini peneliti hanya mengambil teori dasar tentang daily

activity dan penggunaannya di kehidupan sehari-hari. Dengan

adanya penekanan materi ini, siswa nantinya dapat membiasakannya

saat melakukan aktivitas setiap hari.

d. Capaian Pembelajaran (CP) Materi Daily Activities

Capaian ini dijadikan sebagai orientasi awal dari kurikulum

merdeka, salah satunya pada materi Daily Activities57. Di dalam

56
Nur Indah Kusumawati, Mawardi Mawardi, and Nur Latifah, “Pengembangan Media Gambar
Berseri Berbasis Multimedia Terhadap Kemampuan Membaca Bahasa Inggris Siswa Kelas V
Sekolah Dasar,” As-Sabiqun 4, no. 4 (2022): 1029–1042.
57
Maman Suryaman, “Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia,” Prosiding Seminar Daring Nasional : Pengembangan Kurikulum Merdeka
Belajar (2020): 13–28.
materi ini memiliki beberapa capaian pembelajaran pada mata

Pelajaran Bahasa Inggris, diantaranya yaitu :

1. Menyimak : Siswa mampu memahami ide pokok dari informasi

yang disampaikan secara lisan dengan bantuan visual dan

menggunakan vocabulary tentang daily activity.

2. Membaca : Siswa mampu mengikuti rangkaian intruksi

sederhana yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari baik di

rumah, sekolah maupun tempat umum dengan bantuan visual

berupa gerak anggota tubuh.

3. Menulis/Mempresentasikan : Siswa mampu

mengkomunikasikan ekspresi yang diungkapkan melalui gerak

anggota tubuh tentang rangkaian aktivitas sehari-hari yang

dimulai dari pagi hari hingga malam hari. Melalui pengarahan

dari guru, siswa dapat menghasilkan narasi, cerita sederhana

yang dirangkai dari berbagai vocabulary daily activities di

rumah, sekolah maupun tempat umum58.

e. Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) Materi Daily Activity

1. Kegiatan Pendahuluan

a) Guru mengucapkan salam sebelum memasuki kelas,

58
Agus Setiyawan, “Modul Ajar Daily Activity,” Sistem Hidrolik, no. 4789 (2021): 1–83.
kemudian siswa menanggapi.

b) Guru mengajak doa bersama-sama dengan dipimpin salah

satu dari siswa.

c) Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dan

menanyakan kabar.

d) Guru melakukan presensi satu per satu dengan cermat dan

teliti.

e) Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan

pertanyaan sekilas tentang materi sebelumnya yaitu Time

(Waktu) sebagai awal komunikasi guru sebelum

melaksanakan pembelajaran inti.

f) Siswa mempersiapkan Alat Tulis, buku, pensil, dll.

sebelum membuka pembelajaran baru.

g) Siswa menyimak penjelasan dan menanggapi apersepsi dan

penyampaian tujuan pembelajaran tentang materi baru.

h) Guru menginformasikan dan memberikan motivasi tentang

apa yang dapat diperoleh (tujuan dan manfaat) dengan

mempelajari Times and Daily Activities.

i) Siswa melakukan Ice Breaking sambil mengaitkan bentuk

kegiatan sehari-hari (Times & Daily Activity) yang nantinya

akan didemontrasikan secara bersama-sama dengan

mengikuti intruksi dari guru.


2. Kegiatan Inti

a) Siswa mendengarkan pengucapan kosakata yang

diucapkan langsung dari guru berupa intruksi melalui

bantuan media audio (native speaker) atau video (listening

section).59

b) Guru memberikan contoh dengan gerak anggota tubuh

baik tangan, kaki, dsb. sambil mengucapkan kosakata Daily

Activity. Hal ini sebagai bentuk awal siswa mengekspresikan

gerakannya melalui berbagai kosakata.

c) Siswa menuliskan beberapa kosakata yang telah didapatkan

sebelumnya dari guru dan sumber media audio atau video.

d) Siswa menyebutkan kosakata tersebut secara bergantian

dengan teman sebangku melalui ekspresi gerakan yang

disesuaikan dengan kosakata (vocabulary).

e) Siswa mengelompokkan kosakata Daily Activity

berdasarkan waktu di pagi hari, siang hari hingga malam

hari.

f) Siswa mendiskusikan bersama teman sebangku untuk

menyusun cerita sebagai bahan presentasi nantinya terkait

kegiatan yang dilakukan dari pagi hingga malam hari.

g) Guru memberikan pengarahan kepada siswa saat praktik

Ernst Suni Magnussen and Apisak Sukying, “The Impact of Songs and TPR on Thai Preschoolers’
59

Vocabulary Acquisition,” Thaitesol Journal 34, no. 1 (2021): 71–95.


di depan kelas dengan memberikan gaya gerak tubuh tanpa

berbicara sehingga kelompok lain menjawab dan

menanggapi gerak yang telah dipraktikkan.

3. Closing (Penutup)

a) Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan

pembelajaran dan kegiatan sehari-hari yang telah dipelajari

b) Guru menyampaikan informasi materi dan rencana kegiatan

pembelajaran pada pertemuan berikutnya

c) Guru memberikan motivasi untuk selalu bekerja keras dan

rajin belajar agar mendapatkan nilai yang sempurna

d) Siswa meminta salah satu siswa memimpin untuk menutup

pelajaran dengan membaca hamdalah bersama-sama

e) Guru mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam dan

ucapan "sampai jumpa lagi” di pertemuan berikutnya"

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. B. Arfini (2020), melalui penelitiannya yang berjudul tentang

“Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Anak Melalui

Metode Total Physical Respons (TPR) Pada Siswa Kelompok B di

PAUD Permata Rumeneng” memberikan dampak positif terhadap

metode TPR yang digunakan di tingkatan PAUD. Hal ini dibuktikan

melalui penelitian tindakan kelas menyatakan bahwa 40% telah


berkembang sangat baik dari 20 anak secara keseluruhan 60.

Perbedaannya dari sasaran penelitian yang dikembangkan di

tingkatan Sekolah Dasar menggunakan pendekatan kuantitatif untuk

mengetahui pengaruh metode TPR pada siswa kelas IV SD.

2. Iqbal Firdaus (2018), melalui penelitiannya yang berjudul

“Penerapan Metode Total Physical Response (TPR) dalam

Penguasaan Kosa Kata Bahasa Inggris Sekolah Dasar (SD)”

mempunyai kesamaan metode yang diterapkan namun titikfokus

yang berbeda. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini bahwa tidak

ditemukan perbedaan dalam usaha meningkatkan penguasaan

kosakata Bahasa Inggris dengan menggunakan metode TPR pada

siswa SD yang berada di desa61. Hal yang membedakan dari

penelitian ini lebih tertitikfokuskan berdasarkan permasalahan yang

ada terkait Hasil asesmen yang rendah dan mulai diterapkan di

Kurikulum Merdeka.

3. David Darwin (2023), melalui penelitian yang terbaru tentang

“Asesmen Pembelajaran Bahasa dalam Kurikulum Merdeka

Belajar pada Siswa SMA”, menyatakan bahwa rancangan asesmen

ini berawal dari perubahan dan pengembangan kurikulum yang telah

berubah selama lebih dari sepuluh kali sehingga diresmikan oleh

60
Bq. Desi Arfini, “Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Anak Melalui Metode Total
Physical Respons (TPR) Pada Siswa Kelompok B Di PAUD Permata Rumeneng,” Jurnal Studi Islam
dan Ilmu Pendidikan 3, no. 1 (2020): 72–78.
61
Firdaus, Mulyanah, and Ishak, “Penerapan Metode Total Physical Response (TPR) Dalam
Penguasaan Kosa Kata.”
kemendikbudristek yaitu Bapak Nadiem Makarim untuk

menerapkan Sistem Pendidikan “Merdeka Belajar”62. Hal yang

membedakan penelitian ini dititikfokuskan terhadap penunjang hasil

asesmen terbaik di salah satu materi yaitu Daily Activity siswa kelas

IV sekolah dasar. Dengan adanya hasil akhir ini sebagai bentuk

umpan balik guru kepada siswa yang telah antusias dan aktif.

C. Kerangka Berpikir

Rancangan awal penelitian mempunyai titik fokus dalam

penerapan Metode Total Physical Response (TPR) pada Siswa kelas

IV di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur yang bertujuan untuk

mengetahui secara signifikan tingkat pengaruh Metode tersebut

terhadap hasil asesmen di akhir Materi Daily Activity. Hal ini tetap

menyesuaikan kebutuhan peserta didik dikarenakan

pembelajarannya yang berdiferensial menjadikan guru harus

mengetahui karakteristik setiap peserta didik. Acuan terpenting

dalam penerapannya berupa unsur projek dan unsur kinerja.

Sehingga topik penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

metode TPR melalui pendekatan kuantitiatif.

62
Darwin, Endry, and Murtadho, “Asesmen Pembelajaran Bahasa Dalam Kurikulum Merdeka
Belajar Pada Siswa SMA.”
“Pengaruh Metode TPR (Total Physical Response) terhadap Asesmen Sumatif Materi Daily
Activity Siswa Kelas IV di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur

Variabel X : Variabel Y :
Metode Total Physical Response (TPR) Hasil Asesmen Materi Daily Activity

Metode TPR secara sederhana sebagai


Hasil dari Asesmen menjadi acuan
bentuk Metode terhadap siswa dengan
gerak fisik melalui intruksi anggota projek maupun kinerja yang diukur
setelah melakukan pembelajaran
tubuh

Penerapan Pembelajaran menggunakan Metode Pelaksanaan Asesmen dilakukan


Total Physical Response berawal dari intruksi dan menyesuaikan acuan jika projek berupa
arahan dari guru dengan bantuan gambar dan karya cerita singkat, jika kinerja berupa
kosakata Daily Activity tes tulis

Jika penerapan Metode Total Physical Response dapat terlaksana dengan sistematika yang
teratur maka nantinya juga berpengaruh terhadap Hasil Akhir Asesmen Suamtif khususnya pada
materi Daily Activity kelas IV

Gambar 2.1 Bagan Alur Skema Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pernyataan yang diberikan pada kajian pustaka dan

kerangka berpikir di atas, menjadikan bermunculan berbagai pemikiran

yang dikemas dalam sebuah hipotesis penelitian diantaranya yaitu :

1. Ho (Hipotesis Awal) : Tidak adanya pengaruh yang terjadi secara

signifikan dalam penerapan Metode Total Physical Response (TPR)

pada mata pelajaran Bahasa Inggris terhadap Hasil Asesmen Materi

Daily Activity siswa kelas IV di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur.

2. H1 (Hipotesis Akhir) : Terdapat pengaruh yang terjadi secara

signifikan dalam penerapan Metode Total Physical Response (TPR)


terhadap Hasil Asesmen Materi Daily Activity siswa kelas IV di

Sekolah Indonesia Kuala Lumpur.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Berdasarkan topik penelitian yang dirancang, maka

dilakukan secara ilmiah menggunakan jenis metode penelitian

kuantitatif dengan pendekatan eksperimental non studi kasus. Hal

ini dikarenakan peneliti ingin melakukan percobaan dengan

dibuktikan melalui pengaruh metode TPR terhadap hasil asesmen

materi Daily Activity. Teknik pengumpulan data disusun

berdasarkan rumus statistika dan hitungan yang akurat melalui

bantuan aplikasi SPSS. Sebelum pengambilan data, peneliti

membuktikan kevalidan, reliabel, dan objektif pada variabel x

terhadap variabel y yang akan diteliti.

Desain penelitian ini dilakukan melalui pre eksperimental

dengan pendekatan one group pretest-posttest. Pendekatan ini

dilakukan dengan mengumpulkan perlakuan dalam satu

kelompok melalui penguatan hasil pre test pada 1x eksperimen

dan post test 1x eksperimen dengan bertujuan mengetahui sebab-

akibat melalui melibatkan hanya 1 kelompok subjek saja yaitu

kelas IV63. Walaupun banyak orang telah mengakui penelitian

ini namun terdapat salah satu kelemahan dikarenakan tidak

63
David W. Gerbing, Experimental and Quasi-Eksperimental Design For Research, Contemporary
Psychology: A Journal of Reviews, vol. 29, 1984.
adanya pembanding yaitu kelompok kontrol yang tidak diberikan

perlakuan metode TPR64.

Pre-test Perlakuan Post-test


(O1) (X) (O2)

Gambar 3.1 Desain One-group Pre-test dan Post-test

Berdasarkan rancangan desain tersebut dapat disimpulkan

bahwa desain ini melibatkan dua kali pengukuran yaoti pre-test

dan post-test serta satu kali perlakuan hal ini menyesuaikan topik

bahwa sasaran subjek penelitian yang ada di Siswa kelas IV di

Sekolah Indonesia Kuala Lumpur berjumlah 1 rombel saja

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti memutuskan untuk melaksanakan penelitian di

Sekolah Indonesia Kuala Lumpur pada siswa kelas IV yang dijadikan

objek penelitian dikarenakan dekatnya lokasi dengan kediaman

peneliti saat melakukan pengabdian kuliah kerja nyata (KKN) dan

pengenalan lapangan persekolahan (PLP). Dekatnya jarak dari lokasi

menjadikan peneliti mampu mengetahui informasi terbaru sehingga

nantinya juga bisa mengikuti berbagai alur dan kegiatan siswa yang

64
Ahmad Saifuddin, “Apakah Desain Eksperimen Satu Kelompok Layak Digunakan?,” Literasi :
Jurnal Kajian Keislaman Multi-Perspektif 1, no. 1 (2021): 1–22.
dilakukan disana. Selain itu, dari penemuan masalah disana

mempermudah berdiskusi dengan pihak sekolah terkait.

Lokasi ini cocok dijadikan sasaran penelitian dikarenakan

Sekolah Indonesia Kuala Lumpur merupakan Kawasan strategis yang

dikelilingi oleh beberapa penduduk yang ditinggali mayoritas oleh

masyarakat yang berkeluarga dan merantau. Hampir semua siswa

yang ada di sana bertempat tinggal di sekeliling sekolah, sehingga

segala kegiatan mereka berpengaruh terhadap kualitas guru maupun

siswa serta nama baik lembaga di lingkungan sekitar. Selain itu

bentuk dukungan dari pihak sekolah menjadikan peneliti mudah

dalam mengakses leluasa pembelajaran yang dilakukan di Sekolah

Indonesia Kuala Lumpur.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Sasaran dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV di

Sekolah Indonesia Kuala Lumpur yang belajar pada tahun ajaran

2022/2023. Peserta didik kelas IV terbagi hanya menjadi 1 rombel

yaitu kelas IV berjumlah 34 siswa.

2. Sampel

Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah beberapa

siswa yang masuk saat pelaksanaan penelitian dengan maksimal total


29 siswa. Teknik Pengambilan sampel berdasarkan jenis

penelitiannya dapat menggunakan teknik Simple random sampling.

Teknik ini dilakukan secara acak dari populasi yang didapatkan di

kelas IV. Sehingga setiap anggota dari populasi tersebut memiliki

peluangg yang sama untuk menjadi bagian dari sampel. Dalam

mengambil data, peneliti memilih anggota yang akan dijadikan

sampel dan tidak ditempatkan kembali ke dalam populasi. Hal ini

mempermudah peneliti agar tidak terjadi duplikasi data.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel ini dikenal dengan variabel independen dimana

variabel dapat diubah atau dimanipulasi dalam sebuah penelitian.

Variabel bebas merupakan faktor yang diduga memiliki pengaruh

terhadap variabel terikat (variabel yang ingin diamati atau diukur

dalam penelitian).65 Pada penelitian ini peneliti menggunakan

variabel bebas berupa Metode (TPR) yang sering dikenal dengan

Variabel X.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat, juga dikenal sebagai variabel Dependen.

Variabel ini dilakukan dengan mengamati, mengukur sehingga

65
Applied Mathematics, “Variabel Bebas” (2016): 1–23.
dipengaruhi oleh atau bergantung pada variabel bebas ataupun

faktor lain yang diteliti. Pada Penelitian ini peneliti menggunakan

variabel terikat berupa Asesmen Sumatif Pada Materi Daily

Activity khususnya Siswa kelas IV di Sekolah Indonesia Kuala

Lumpur. Variabel ini sering dikenal dengan Variabel Y

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data

kuantitatif adalah menggunakan tes (ujian). Tes merupakan

rancangan beberapa pertanyaan baik verbal maupun tulisan yang

dijawab siswa. Melalui percobaan tes, bertujuan untuk

meningkatkan ketercapaian dalam aspek pengetahuan

(kognitif)66. Sebelum pelaksanaan tes, peneliti menguji

kevaliditas dan reliabilitas agar dipertanggungjawabkan dan

diakui keabsahan data. Setiap butir pertanyaan nantinya akan

diujikan di akhir salah satu materi yaitu Daily Activity.

Pelaksanaan tes dalam penelitian ini terbagi menjadi dua sesi

tes yaitu pengerjaan yang dilakukan sebelum perlakuan (pre-test)

dan sesudah diberikan perlakuan (post-test). Tes ini disusun

berupa beberapa butir soal pilihan ganda dan uraian singkat. Hal

ini diukur dengan pemilihan instrumen yang dinilai untuk

66
Suharman, “Tes Sebagai Alat Ukur Prestasi Akademik,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam
10, no. 1 (2018): 93–115.
mengetahui pemahaman siswa sesuai kriteria ketercapaian tujuan

pembelajatan peserta didik.

Sebagai acuan dalam menyusun soal terdapat kisi-kisi

instrumen tes yang terdiri dari soal pilihan ganda dan uraian

singkat dalam pelaksanaan pre-test maupun post-test yang

disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pre-test dan Post-test

Capaian Alur Tujuan No.


Indikator Soal Level Ket.
Pembelajaran Pembelajaran Soal
Menyimak : Siswa Melalui ilustrasi Disajikan
mampu memahami gambar kegiatan gambar
ide pokok dari sehari-hari, kegiatan sehari-
informasi yang siswa mampu hari, siswa Pilihan
disampaikan secara menyebutkan mampu C1 1,2,3 Ganda
lisan dengan bantuan vocabulary menyebutkan (LOTS) dan 6 &
visual dan daily activities vocabulary Uraian
menggunakan dengan tepat. terkait daily
vocabulary tentang activities
daily activity.
Membaca : Siswa Melalui teks Disajikan cerita
mampu mengikuti narasi singkat, singkat
rangkaian intruksi siswa mampu kegiatan sehari-
sederhana yang melengkapi to hari, siswa
Pilihan
berkaitan dengan be sesuai subject mampu
C2 4,5 Ganda
aktivitas sehari-hari yang ditentukan melengkapi to
(LOTS) dan 7 &
baik di rumah, sekolah dengan benar. be yang
Uraian
maupun tempat umum rumpang.
dengan bantuan visual
berupa gerak anggota
tubuh
Mempresentasikan : Melalui tabel Disajikan tabel
Siswa mampu vocabulary, kegiatan sehari-
mengkomunikasikan siswa mampu hari, siswa Pilihan
ekspresi yang menerjemahkan mampu C2 Ganda
6,8
diungkapkan melalui vocabulary menerjemahkan (LOTS) &
gerak anggota tubuh daily activities vocabulary Uraian
tentang rangkaian ke Bahasa daily
aktivitas sehari-hari Indonesia
yang dimulai dari Melalui Disajikan
pagi hari hingga beberapa beberapa
malam hari. Melalui pernyataan, pernyataan
pengarahan dari guru, siswa mampu kalimat, siswa
siswa dapat menganalisis mampu
menghasilkan narasi, pengecualian menganalisis
cerita sederhana yang kalimat yang pengecualian C3
dirangkai dari benar. kalimat yang (HOTS) 9, 10
berbagai vocabulary benar.
daily activities di
rumah, sekolah
maupun tempat umum
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Rahmat Zainal. “Penilaian Formatif Dan Penilaian Sumatif.” UYP (n.d.).
https://yudharta.ac.id/2016/11/penilaian-formatif-dan-penilaian-sumatif/.
Aini, Nur. “Peningkatan Hasil Belajar Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Materi
Daily Activity Melalui Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar Pada
Siswa.” Jurnal Kinerja Pendidikan 2, no. 2 (2022): 321–330.
Amaliah, Nur, Tri Maniarta Sari, Gaby Maulida Nurdin, Mustaqim Mustaqim,
Aswal Salewangeng, and Muh Nur Akbar. “Pengembangan Instrumen
Asesmen Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Abad 21.” Saintifik 9, no.
1 (2023): 82–87.
Arfini, Bq. Desi. “Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Anak Melalui
Metode Total Physical Respons (TPR) Pada Siswa Kelompok B Di PAUD
Permata Rumeneng.” Jurnal Studi Islam dan Ilmu Pendidikan 3, no. 1 (2020):
72–78.
Astutik, Yuli, and Choirun Nisak Aulina. “Metode Total Physical Response (Tpr)
Pada Pengajaran Bahasa Inggris Siswa Taman Kanak-Kanak.” Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra 17, no. 2 (2018): 200.
Besral, Besral. “Pembelajaran Bahasa Inggris Untuk Anak-Anak.” Ta’dib 18, no. 2
(2016).
Darwin, Davis, Boeriswati. Endry, and Fathiaty Murtadho. “Asesmen
Pembelajaran Bahasa Dalam Kurikulum Merdeka Belajar Pada Siswa SMA”
12, no. 2 (2023): 25–36.
Dewi Masitoh, Maria. “Penggunaan Metode Tpr (Total Physical Response) Sebagai
Upayameningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Kelas V
Sdn Samirono Yogyakarta.” Pelita - Jurnal Penelitian Mahasiswa UNY 0, no.
1 (2015): 1–9.
Ekawati, Anita Dewi. “Penerapan Metode Total Physical Response (TPR) Dalam
Pengajaran Bahasa Inggris Di TK.” E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat 11, no. 1 (2020): 71.
Failsofah. “Total Physical Response- Storytelling Salah Satu Pendekatan
Komunikatif Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Anak Usia Dini.” Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 9, no. 2 (2019): 60–65.
Firdaus, Iqbal, Euis Yanah Mulyanah, and Ishak. “Penerapan Metode Total
Physical Response (TPR) Dalam Penguasaan Kosa Kata.” Jpsd 4, no. 2
(2018): 176–177.
Gerbing, David W. Experimental and Quasi-Eksperimental Design For Research.
Contemporary Psychology: A Journal of Reviews. Vol. 29, 1984.
Ghufron, Anik. “Tes, Pengukuran, Asesmen, Dan Evaluasi, Peran Dan Fungsinya
Dalam Pembelajaran” (n.d.): 1–27.
Habe, Hazairin, and Ahiruddin Ahiruddin. “Sistem Pendidikan Nasional.” Ekombis
Sains: Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Bisnis 2, no. 1 (2017): 39–45.
Hafidah, Ruli, and Nurul Kusuma Dewi. “TPR (Total Physical Response) Method
on Teaching English To Early Childhood.” Early Childhood Education and
Development Journal 2, no. 1 (2020): 9.
Hartin. “Pembelajaran Bahasa Inggris Di Sekolah Dasar.” Jurnal Bahasa dan Seni
16, no. 1 (2017): 120–128.
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf.
Hidayah, Nurul. “Pendekatan Pembelajaran Bahasa Whole Language.” Terampil
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar 1, no. 2 (2014): 292–305.
Ikhsan Waseso. “Modul Hakikat Evaluasi Dan Asesmen.” Modul 1Hakikat
Evaluasidan Asesmen (2014): 1–31.
Iskandar, T. “Penerapan Penilaian Kinerja Dalam Kegiatan Laboratorium Pada
Konsep Reproduksi Tumbuhan Biji Di Madrasah Aliyah.” Tesis Magister
pada PPS UPI 53, no. 9 (2000): 1689–1699.
Juhairah. “Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan Kriteria
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran ( KKTP ) Melalui Workshop Intern
Sekolah Di SDN Karang Bayat 01 Sumber Baru” 2, no. 3 (2023): 190–200.
Kemendikbud. “Asesmen Formatif & Sumatif - Unit Modul Asesmen.”
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (2022): 20.
http://www.spega2kabblitar.sch.id/9Asesmen2.pdf.
Kusumawati, Nur Indah, Mawardi Mawardi, and Nur Latifah. “Pengembangan
Media Gambar Berseri Berbasis Multimedia Terhadap Kemampuan Membaca
Bahasa Inggris Siswa Kelas V Sekolah Dasar.” As-Sabiqun 4, no. 4 (2022):
1029–1042.
Magnussen, Ernst Suni, and Apisak Sukying. “The Impact of Songs and TPR on
Thai Preschoolers’ Vocabulary Acquisition.” Thaitesol Journal 34, no. 1
(2021): 71–95.
Mathematics, Applied. “Variabel Bebas” (2016): 1–23.
Maulidia, Eva Putri, and Rachma Hasibuan. “Pengaruh Metode Total Physical
Response (TPR) Terhadap Kemampuan Kosakata Bahasa Indonesia Pada
Anak Usia 5-6 Tahun.” Frontiers in Neuroscience 14, no. 1 (2021): 1–13.
Maxsetbaevna, Avezova Gulmira. “Using Total Physical Response To Teach
Vocabulary.” Galaxy International Interdiscplinary Research Journal (GIIRJ)
9, no. 5 (2021): 459–461.
Monita, Lia, and Agung Prasetyo. “Studi Meta-Analisis Metode Total Physical
Response (TPR) Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris” 1, no. 1 (2021): 19–27.
Mufidah, Nida. “Strategi Belajar Berbicara Bahasa Inggris” (2017): 1–131.
https://idr.uin-antasari.ac.id.
Mulyasa, H.E. “Implementasi Kurikulum Merdeka.” In Bumi Aksara, edited by
Amirah Ulinnuha, 226. Cet. ke-1. Jakarta Timur, 2023.
Nur Budiono, Arifin, and Mochammad Hatip. “Asesmen Pembelajaran Pada
Kurikulum Merdeka.” Jurnal Axioma : Jurnal Matematika dan Pembelajaran
8, no. 1 (2023): 109–123.
Nurasiah, Iis, Arita Marini, Maratun Nafiah, and Nugraheni Rachmawati. “Nilai
Kearifan Lokal: Projek Paradigma Baru Program Sekolah Penggerak Untuk
Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.” Jurnal Basicedu 6, no. 3 (2022): 3639–
3648.
Nurul, Cut, Eli Nurliza, and Dkk. “Kompetensi Guru Pada Sekolah Dasar Di
Kabupaten Aceh Besar” 1 (2017).
Pendidikan, Kementerian, D A N Teknologi, Badan Standar, and D A N Asesmen
Pendidikan. Capaian Pembelajaran 2022, 2022.
Purwa, Thirsa Laules, Setya Yuwana, and Universitas Negeri Surabaya. “Metode
Pembelajaran Total Physical Response Pada Peserta Didik.” Jurnal
MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 11, no. 2 (2021):
269–277.
Putri, R, A. “Teaching English for Young Learners Using a Total Physical
Response (TPR) Method.” Jurnal Edulingua 3, no. 2 (2016): 16–20.
Putri, Arina, and Mega Febriani. “Tantangan Berbicara Bahasa Inggris Pada Siswa
Sekolah Dasar” 2, no. 2 (2023): 1–7.
Rambe, Sojuangon. “Total Physical Response.” English Education : English
Journal for Teaching and Learning 7, no. 01 (2019): 45.
Saepudin. An Introduction to English Learning and Teaching Methodology.
Yogyakarta : Trust Media. Vol. 53, 2014.
Saifuddin, Ahmad. “Apakah Desain Eksperimen Satu Kelompok Layak
Digunakan?” Literasi : Jurnal Kajian Keislaman Multi-Perspektif 1, no. 1
(2021): 1–22.
Sandhy, Noor, and Siti Masitoh. “Pengaruh Metode Total Physical Response (TPR)
Terhadap Penguasaan Kosakata Anak Tunarungu TK/KB Aurica Surabaya.”
Jurnal Pendidikan Khusus (2017): 1–14.
Sari, Linda, and Zuliana Lestari. “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa
Inggris Siswa Dalam Menghadapi Era Revolusi 4.0.” Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang
(2019): 1–11. https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2566.
Sayd, Anastasia Imelda Sayd., Maymunah. Attubel, and Hamzah. Nazarudin.
“IMPLEMENTASI METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE (TPR)
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BAGI ANAK-ANAK
SEKOLAH DASAR INPRES LILIBA KUPANG” (2018): 17–24.
SETIYAWAN, AGUS. “Modul Ajar Daily Activity.” Sistem Hidrolik, no. 4789
(2021): 1–83.
Siti Rukhani. “Peran Guru Dalam Pengelolaan Kelas Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Kelas Vii.” Al-Athfal Volume 1 N (2021): 8.
Sitzman, Ryan. “69 Daily Routine Vocabulary Words and Phrases in English”
(2023). https://www.fluentu.com/blog/english/daily-routine-vocabulary/.
Suharman. “Tes Sebagai Alat Ukur Prestasi Akademik.” Jurnal Ilmiah Pendidikan
Agama Islam 10, no. 1 (2018): 93–115.
Suryaman, Maman. “Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia.” Prosiding Seminar Daring Nasional :
Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar (2020): 13–28.
Suryantini, Nunik, Bambang Eko Hari Cahyono, and Sigit Ricahyono.
“Implementasi Metode Pembelajaran Sugestopedia Dan Total Physical
Response (TPR) Untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara Siswa
PAUD” 09 (2021).
Warsono, and Hariyanto. “Pembelajaran Aktif : Teori Dan Asesmen.” 275–276.
Edisi Ke-5. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offet, 2017.
Wicaksono, Andri, and Rozam Ahmad Subhan. Pembelajaran Bahasa, 2015.
Widiyanto, Joko. Evaluasi Model Pembelajaran. Paper Knowledge . Toward a
Media History of Documents, 2018.
Wulandari, Catur. “Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Metode Total Physical
Response Melalui Charades Game Untuk Meningkatan Penguasaan Kosakata
Pada Siswa Kelas VI Di SDN Pendem 02 Batu.” Jurnal Pendidikan Taman
Widya Humaniora 2, no. 1 (2022): 263.
Yusuf, A. Muri. “Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan.” In Kencana, edited by Ria.
2nd ed. Jakarta: Kencana, 2017.
Zulfitri, Nurlaili. “Sebuah Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan
Berbicara Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Umn Al
– Washliyah Medan, Tahun Pelajaran 2019-2020 ( Analisa Studi
Psycholinguistics ).” Prossiding Seminar Hasil Penelitian 2019 (2019): 580–
589.

Anda mungkin juga menyukai