Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

HUBUNGAN KEJENUHAN BELAJAR SECARA


DARING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SOJOL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya.
Penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian proposal ini dengan baik dan tepat pada
waktunya .

Proposal yang penulis susun dengan judul “Hubungan Kejenuhan Belajar


Secara Daring Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Negeri
1 Sojol” ini semoga bisa menambah pengetahuan serta bermanfaat bagi penulis dan
bagi para pembacanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun proposal


ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan guna kesempurnaan propsal ini. Atas perhatiannya, penulis sampaikan
banyak terima kasih.

Palu, 26 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.................................................................................... 7
B. Kerangka Berpikir.......................................................................... 21
C. Hipotesis......................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 24


B. Variabel Penelitian......................................................................... 24
C. Desain Penelitian........................................................................... 24
D. Jenis dan Sumber Data.................................................................. 25
E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel................................... 26
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 28
G. Analisis Data……………………………………………………. 29

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang


sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat
menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa
serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar. Akhadiah dkk. (1991: 1).

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk


mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi
bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan
sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa. BSNP (2006).
Selain itu, tujuan umum pembelajaran sebuah Bahasa adalah memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dengan
pembelajaran Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling
berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk  meningkatkan 
kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu sarana untuk menuju
pemahaman tersebut.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diharapkan  membantu siswa


mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam
dirinya. Pendidikan bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia (admin, 2020 ).

Saat ini keadaan alam semesta pengajaran tidak mengizinkan pembelajaran


dekat dan pribadi, sehingga otoritas publik telah merangkul pendekatan untuk
mengembangkan pembelajaran vis-à-vis menjadi pembelajaran berbasis web. Namun
demikian, para siswa mengalami kesulitan dalam mendapatkan persamaan dan
mengurus masalah estimasi tanpa melalui proses yang dekat dan personal (Napsawati
2020).

Di tengah episode pandemi Covid-19, framework pembelajaran yang awalnya


dari dekat dan personal harus digerakkan melalui pembelajaran berbasis web dibantu
oleh WhatsApp, zoom, google meet, google homeroom, dan lain-lain. Pembelajaran
internet barangkali paling potensial. jawaban yang harus dilakukan selama pandemi
Covid-19 untuk memutus mata rantai penyebaran Covid. Tidak adanya kerjasama
mata ke mata antara individu siswa menyebabkan mereka kehilangan energi, karena
anak-anak tidak bekerja sama dengan teman mereka, mereka mungkin kehilangan
semangat untuk tetap bersekolah (Situru 2020).

Dalam interaksi pembelajaran di lingkungan sekolah para siswa tidak terlepas


dari permasalahan yang ada dalam iklim sekolah dan secara teratur mampu dimiliki
oleh para siswa, salah satunya adalah kelelahan dalam belajar. Perendaman belajar
adalah keadaan sensasi penat atau penat yang terjadi dalam siklus belajar yang dapat
menimbulkan sensasi kemalasan, tidak adanya tenaga, atau tidak adanya keinginan
untuk menyelesaikan latihan senam (Lubis 2019). Dari penilaian ini, dapat
disimpulkan bahwa kelelahan belajar terjadi karena permintaan siswa untuk secara
konsisten menyesuaikan dengan standar usaha yang ditunjuk untuk siswa.
Pengalaman belajar juga terjadi karena latihan yang dilakukan oleh siswa setiap hari.
Pembelajaran yang mendalam ini secara signifikan akan mempengaruhi siswa untuk
kemajuan sekolah mereka.
Seorang siswa yang mengalami kelelahan belajar merasa seolah-olah
informasi dan kemampuan yang diperoleh dari penguasaan belum maju. Kekurangan
kemajuan dalam hasil pembelajaran pada umumnya tidak berlangsung selamanya,
melainkan hanya dalam jangka waktu tertentu, misalnya tujuh hari. Meski demikian,
tidak sedikit siswa yang mengalami timeframe yang biasanya membawa keletihan
dalam satu periode pembelajaran tertentu (Suhardiana 2015).

Tempat yang akan dilaksanakannya penelitian yaitu berlangsung di SMA


Negeri 1 Sojol. Adapun alasan peneliti memilih sekolah SMA Negeri 1 Sojol sebagai
tempat penelitian tersebut karena peneliti berasal dari wilayah tersebut dan cukup
mengetahui kondisi perkembangan pendidikan dan itu memudahkan peneliti untuk
melakukan penelitian tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Mia
A. Adapun alasan peneliti memilih kelas X sebagai subjek penelitian karena pada
masa ini peserta didik masih beradaptasi dengan lingkungan baru jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. SMA merupakan jenjang pendidikan yang berbeda dari SD dan
SMP. Mereka masih termasuk dalam penyesuaian diri dengan sekolah yang baru dan
biasanya masih bersifat individu sehingga banyak dari mereka merasa bosan dengan
kegiatan belajarnya harus secara daring yang dilakukan misalnya melalui google meet
dengan presentasi power point oleh guru. Mereka memperhatikan dan mendengar
dengan durasi waktu selama 30 menit menurutnya  kegiatan belajar secara daring
tersebut tidaklah efektif. Mereka mengatakan bahwasanya ketika pembelajaran tatap
muka mereka tidak bosan. Alasannya karena bisa bertemu teman-teman dan dengan
belajar tatap muka mereka lebih paham materi yang disampaikan guru.

Berdasarkan hasil wawancara awal yang peneliti lakukan pada tanggal 17


september 2021 dengan guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia kelas
X MIA di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sojol. Guru bidang studi tersebut
mengatakan bahwa memang ada gejala-gejala kejenuhan belajar yang muncul. Hal ini
ditandai dengan ketika guru menerangkan materi pelajaran hanya ada beberapa siswa
yang aktif atau dengan kata lain siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu, sinyal
internet juga menjadi kendala bagi siswa yang tinggal di pedesaan. Karena
terkendala sinyal internet maka ketika kegiatan pembelajaran melalui google meet
berlangsung banyak siswa yang telat bergabung dan ada juga sebagian yang izin,
akibatnya mereka akan ketinggalan materi pelajaran serta tidak memahami apa yang
diajarkan guru. Disamping itu juga banyak tugas-tugas yang dikumpulkan tidak tepat
waktu.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa pada tanggal 18


september 2021 melalui aplikasi WhatsApp di dapatkan hasil yaitu siswa mengatakan
bahwa mereka merasa bosan dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara
daring. Mereka ingin sekolah tatap muka seperti biasa, disamping bisa bertemu
teman-teman juga mereka merasa dengan pembelajaran tatap muka mereka lebih
paham materi yang diajarkan oleh guru. Pada pembelajaran secara daring ini banyak
materi yan g tidak mereka pahami, karena kegiatan belaj arnya dilakukan melalui
google meet dengan presentasi power point oleh guru dan mereka memperhatikan dan
mendengar dengan durasi waktu selama 30 menit tidaklah efektif. Mereka juga
mengatakan bahwa tugas yang diberikan guru ada yang tidak mereka kerjakan dan
kumpulkan, hal ini karena minimnya pemahaman mereka terhadap materi yang
diajarkan. Dari beberapa siswa yang peneliti wawancara, mereka mengatakan
bahwasanya ketika pembelajaran tatap muka mereka tidak merasa bosan. Alasannya
karena bisa bertemu teman-teman dan dengan belajar tatap muka mereka lebih paham
materi yang disampaikan guru. Meski sekarang bisa belajar langsung dari internet
tetap saja mereka butuh penjelasan langsung yang lebih detail dari guru, karena
mereka mengatakan tidak semua anak bisa paham dengan belajar mandiri.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tert arik untuk meneliti hubungan kejenuhan
belajar daring dengan hasil belajar bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Sojol.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan


masalah didalam penelitian ini yakni bagaimana hubungan kejenuhan belajar daring
dengan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas X SMA Negeri 1 Sojol?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang yang telah terurai di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejenuhan
belajar daring dengan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas X SMA Negeri 1
Sojol.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara garis besar dapat berguna bagi peneliti,
siswa, sekolah dan guru:
a. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan sebagai calon guru di masa depan, tidak hanya
teori belaka karena peneliti terjun langsung ke lapangan dalam menganalisa masalah
kejenuhan yang terjadi dalam diri siswa demi kemajuan pendidikan.

b. Bagi siswa

Untuk hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada


siswa dimana mereka mengetahui dan memahami penyebab kejenuhan pada diri
masing-masing, sehingga mampu mencegah dan mengatasi kejenuhan tersebut pada
pembelajaran Bahasa Indonesia.
c. Bagi sekolah

Untuk hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada


pihak sekolah dimana mereka mengetahui dan memahami penyebab kejenuhan
belajar siswa, sehingga mampu mengatasi kejenuhan tersebut pada pembelajaran
Bahasa Indonesia.

d. Bagi guru

Untuk hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan guru untuk mengenal
murid lebih jauh akan berbagai macam penyebab kejenuhan, sehingga dapat
membantu siswa memperoleh strategi pribadi untuk menghadapi berbagai tekanan,
yang mana guru mampu membimbing dengan porsir yang pas dan sesuai dengan
keadaan siswa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kejenuhan Belajar

a. Pengertian

Kejenuhan asal katanya adalah jenuh, kejenuhan bisa bermakna penuh atau
padat sehingga tidak bisa lagi menampung apa pun, jenuh juga bisa berarti jemu
atau bosan. Kejenuhan belajar adalah proses pembelajaran yang berlangsung terus
menerus dengan kegiatan yang monoton tanpa adanya perubahan terhadap sistem
yang dijalankan. Di dalam kegiatan pembelajaran, disamping siswa kerap kali
mengalami kelupaaan, siswa juga sering terkadang mengalami peristiwa negatif
lainnya yang dikenal dengan kejenuhan belajar dimana didalam ilmu psikologi
disebut dengan learning plateau.

Kejenuhan adalah kondisi akhir dari stres yang dapat berbentuk kelelahan
fisik, kelelahan mental, kelelahan emosional, depersonalisasi, dan berkurangnya
penghargaan terhadap diri sendiri sebagai akibat dari keterlibatan jangka panjang
pada situasi interpersonal yang menuntut (Rahman 2007). (Nelliani, 2020)
Kejenuhan belajar ini memang sering kali mendera siswa sehingga mereka merasa
tidak ada kemajuan yang mereka alami baik dari segi ilmu pengetahuan ataupun
keterampilan. Kejenuhan belajar ini tidak berlangsung selama siswa menempuh
pendidikan tetapi terjadi pada saat tertentu saja. Seseorang yang sedang mengalami
kejenuhan belajar pikiranya tidak dapat bekerja sesuai dengan apa yang
diharapakan dalam mengolah dan memproses butir-butir berita atau ilmu
pengetahuan baru sehingga progres belajarnya seakan-akan jalan ditempat.
Kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa terjadi pada periode dimana
semangat belajar mereka mulai berkurang. Hal bisa kita ibaratkan degan sebuah
mesin kendaraan. Dimana mesin kendaraan yang terus menerus di pacu lama
kelamaan mesin itu akan menjadi panas dan perlu didinginkan untuk beberapa saat
sampai suhunya kembali menjadi normal. Hal serupa juga bisa terjadi didalam
proses pembelajaran, suatu waktu siswa akan merasa sangat bersemangat ketika
mempelajari sesuatu, saking semangatnya mereka melupakan banyak hal, namun
masa-masa mereka semangat belajar itu tidak akan berlangsung terus menerus atau
tidak akan bertahan lama. Suatu ketika perasaan malas datang menghampiri
mereka, mereka mulai jenuh, bosan, serta malas-malasan. Ini masa dimana
ketekunana itu mencapai titik jenuh. Saat itu perasaan jenuh mendominasi diri
mereka, namun setelah beberapa masa kejenuhan itu berlagsung, tak lama
kemudian muncul kembali kegairan untuk menekuni kesibukan seperti semula,
demikian seterusnya, perasaan jenuh dan semangat silih bergati datang
menghampiri dan dalam proses pembelajaran siklusnya akan terus berlansung
seperti itu, suatu waktu semangat belajar mereka akan membara lalu dilain
kesempatan semangat itu akan redup kembali dan digantikan dengan kejenuhan
belajar yang menguasai diri.

Menurut (Vitasari 2013) kejenuhan belajar adalah kondisi dimana seseorang


lelah secara fisik dan emosi karena banyaknya tanggung jawab dan tugas-tugas
yang harus diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan sehingga
seseorang tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.
Kelelahan fisik dan emosi membuat tingkat kecemasan anak meningkat berkali-
kali lipat, mereka akan melalaikan tugas-tugas yang seharusnya mereka kerjakan
hal ini tentu saja akan berdampak pada hasil belajar anak.

Pembelajaran yang berlangsung terus menerus tanpa adanya perubahan


suasana dalam belajar membuat siswa menjadi bosan hal ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukan oleh (Rohman 2018) bahwa kejenuhan belajar adalah
kondisi emosional dan mental yang mengalami kelelahan yang sangat pada saat
belajar, sehingga ia merasa lesu dan sudah tidak dapat menampung materi atau
informasi yang baru karena rentang waktu yang digunakan dalam belajar cukup
lama.

Kejenuhan belajar adalah keadaan siswa yang mengalami kelelahan mental,


fisik, dan emosional atas tekanan atau tuntutan yang dapat menyebabkan malas,
lamban dan bosan sehingga sistem akal tidak dapat memproses informasi-
informasi yang disampaikan oleh guru (Afifah 2019). Banyak nya tuntutan serta
banyaknya target yang harus segera diselesaikan merupakan beban berat bagi
siswa, Sehingga muncul rasa lelah, bosan, cemas yang berlebihan mengakibatkan
mereka mengalami kelelahan emosional dan berujung kepada kejenuhan. Siswa
yang berada dalam situasi dan kondisi seperti ini tidak akan mengalami kemajuan
dalam hasil belajar, usaha setiap hari dan jam belajar yang terus menerus tidak
akan berpengaruh dan hanya akan menjadi sia-sia.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas maka peneliti menyimpulkan


bahwa kejenuhan belajar adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
kelelahan baik secara fisik, mental, maupun emosional yang disebakan oleh
aktivitas rutin yang dilakukan dengan cara yang monoton atau tidak berubah-ubah
dalam rentang waktu yang lama karena banyaknya tuntutan yang harus
diselesaikan sehingga ia mengalami tekanan lalu merasa cemas, lesu, dan tidak
bersemangat sehingga item-item informasi baru yang diterima tidak dapat diproses
secara baik oleh otak.

b. Faktor- Faktor Penyebab Kejenuhan

Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi


dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa
sampai pada tingkat keterampilan selanjutnya. Menurut Al-Qowiy.A (2004:79)
penyebab yang menimbulkan kejenuhan belajar yakni a) Kesibukan monoton, b)
Prestasi mandeg, c) Lemah minat, d) Penolakan hati nurani, e) Kegagalan beruntun, f)
Penghargaan nihil, g) Ketegangan panjang, h) Perlakuan buruk.

Chaplin (Syah, M 2013:181) kejenuhan dapat melanda siswa apabila ia telah


kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan
tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.

Hakim T (2010:63) faktor kejenuhan belajar yakni a) cara atau metode yang
tidak bervariasi, b) belajar hanya ditempat tertentu c) suasana belajar yang tidak
berubah-ubah d) kurang aktivitas rekreasi atau hiburan e) adanya ketegangan mental
yang kuat dan berlarut-larut pada saat belajar.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa penyebab kejenuhan belajar disebabkan


oleh dua faktor yakni faktor internal seperti (malas, kelelahan fisik, kurang semangat,
kurang motivasi) dan faktor eksternal seperti cara belajar siswa belajar tidak
bervariasi

c. Aspek-Aspek Kejenuhan Belajar

Beberapa pendapat ahli tentang aspek kejenuhan belajar, Schaufeli &


Enzmann, (Vitasari, 2016:16) meyatakan bahwa aspek-aspek kejenuhan belajar
adalah :

a. Kelelahan emosi: Perasaan depresi, rasa sedih, kelelahan emosional, kemampuan


mengendalikan emosi, ketakutan yang tidak berdasar, dan kecemasan.

b. Kelelahan fisik: gejala yang terjadi pada kelelahan fisik adalah seperti sakit kepala,
mual, pusing, gelisah, otot-otot sakit, gangguan tidur, penurunan berat badan,
kurangnya nafsu makan, sesak napas, siklus menstruasi yang tidak normal, kelelahan
fisik, kelelahan kronis, kelemahan tubuh, tekanan darah tinggi
c. Kelelahan kognitif: Ketidakberdayaan, kehilangan harapan dan makna hidup,
ketakutan dirinya menjadi “gila”, perasaan tidak berdaya dan dirinya tidak mampu
untuk melakukan sesuatu, perasaan gagal yang selalu menghantui, pengahargaan diri
yang rendah, munculnya ide bunuh diri, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, lupa,
tidak dapat mengerjakan tugas-tugas yang kompleks, kesepian, penurunan daya tahan
dalam menghadapi frustasi yang dirasakan.

d. Kehilangan motivasi : kehilangan semangat, kehilangan idealisme, kecewa,


kebosanan dan demoralisasi, siswa biasanya tidak nyaman berada di dalam kelas
maupun mengikuti aktivitas belajar. Bentuk perilaku sisnisme yang seringkali muncul
pada siswa yang mengalami kejenuhan belajar yakni seperti bolos sekolah, marah-
marah, tidak mengerjakan tugas rumah, atau berpikiran negatif terhadap guru dan
kehilangan ketertarikan terhadap mata pelajaran.

Hal sejalan diungkapkan oleh Cross (Syah, M 2013:182) bahwa aspek-aspek


kejenuhan belajar yakni: 1) Keletihan indera siswa, 2) keletihan fisik siswa, keletihan
indera dan fisik dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat dikurangi atau
dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup terutama tidur nyenyak, 3)
keletihan mental, tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kejenuhan


belajar bisa merupakan keletihan fisik yang dialami siswa pada saat belajar, keletihan
emosi, kognitif dan menurunnya motivasi belajar siswa tanpa siswa sadari.

2. Pembelajaran Daring

Daring (dalam jaringan) adalah sebuah pembelajaran yang dilakukan jarak


jauh dengan berbantuan sinyal internet menggunkan teknologi seperti handpone dan
laptop. Penggunaan teknologi yang tadinya lebih banyak sebagai pendukung kerja
sekunder atau malah rekreasi, berubah menjadi fasilitas utama. Hal ini juga
berdampak pada sistem pendidikan di Indonesia. Dalam sektor pendidikan misalnya,
pengajar dan peserta didik akan terbiasa melakukan interaksi pembelajaran jarak jauh
(Rosali 2020).

Selama wabah Covid 19 masuk ke Indonesia, ada beberapa peraturan


pemerintah yang diterbitkan guna untuk pencegahan penyebaran wabah tersebut.
Salah satu yang digalakkan adalah adanya social distancing. Social Distancing
merupakan upaya jaga jarak, misalnya seperti menghindari kerumunan, dan kontak
fisik. Adanya Social Distancing tersebut sudah jelas sangat berpengaruh pada dunia
pendidikan. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah telah diliburkan mulai bulan
Maret 2020. Bahkan hingga bulan Mei 2020 saat inipun pembelajaran masih
dilakukan dari rumah masing-masing. Sesuai dengan Undang-Undang Kekarantinaan
Kesehatan Pasal 59 Ayat 3 tahun 2020 menjelaskan bahwa “pembatasan sosial
berskala besar ini paling sedikit meliputi peliburan Sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, dan atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum.” Tantangan tersendiri untuk dunia pendidikan supaya pembelajaran
dapat terus berjalan di tengah Pandemi Covid 19 ini. Salah satu jalan keluar untuk
menangani masalah tersebut adalah pembelajaran dilakukan secara daring.
Pembelajaran daring ialah pembelajaran yang dilakukan dengan jarak jauh dengan
bantuan internet. Dalam pembelajaran daring dibutuhkan sarana dan prasarana,
berupa laptop, komputer, smartphone, dan bantuan jaringan internet. Selain sarana
dan prasarana, seorang guru juga harus mampu menyesuaikan dengan keadaan siswa.

Pembelajaran online merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh


dengan memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet,
CD-ROOM (secara langsung dan tidak langsung). Pembelajaran online
menghubungkan pembelajar (peserta didik) dengan sumber belajarnya (database,
pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan
namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi (secara
langsung/synchronous dan secara tidak langsung/asynchronous) (Rosali 2020).
Status kedaruratan kesehatan dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) telah ditetapkan pemerintah. Dengan keluarnya aturan tersebut,
diminta kepada seluruh kepala daerah tidak membuat kebijakan sendiri yang tidak
terkoordinir. Pembatasan sosial ini merupakan salah satu upaya untuk menghadapi
wabah Covid 19 dalam memutus mata rantai penyebarannya. Pembatasan sosial
berskala besar tersebut tertuang dalam Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan
Pasal 59 Ayat 2 pada tahun 2020 yang menyebutkan tujuan dari peraturan ini adalah
untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit, kedaruratan kesehatan masyarakat
yang sedang terjadi antar orang di suatu wilayah tertentu. Selanjutnya UndangUndang
Kekarantinaan Kesehatan Pasal 59 Ayat 3 tahun 2020 menjelaskan bahwa
“pembatasan sosial berskala besar ini paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan
tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan atau pembatasan kegiatan di
tempat atau fasilitas umum.” Hal tersebut mengakibatkan untuk sementara waktu
pembelajaran tidak dapat dilakukan di rumah. Oleh karena itu, pembelajaran harus
dilakukan di rumah masing-masing (study from home). Salah satu hal yang harus
dilakukan adalah pembelajaran daring supaya kegiatan belajar tetap berjalan.
Penggunaan virtual learning dalam proses pembelajaran jarak jauh diyakini
memberikan lebih kemudahan belajar, dapat berkomunikasi secara langsung sehingga
materi mudah untuk diterima.

Pembelajaran daring merupakan salah satu solusi untuk menerapkan social


distancing guna mencegah mata rantai penyebaran wabah Covid-19. Karena
pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan secara online dengan
jarak jauh atau pembelajaran yang dilakukan peserta didik dimanapun dan kapanpun
saat dibutuhkan. Sehingga dapat menghindari kerumunan yang dianggap sebagai
salah satu cara untuk menerapkan social distancing (Handarini 2018).

Dalam pembelajaran daring membutuhkan sarana dan prasarana yang


memadai, seperti laptop, komputer, smartphone dan jaringan internet. Hal itulah yang
menjadi salah satu tantangan untuk melakukan pembelajaran daring. Namun seorang
siswa meskipun tidak semua memiliki laptop atau komputer, sebagian besar mereka
memiliki smartphone. pembelajaran daring juga memiliki tantangan tersendiri. Salah
satunya adalah ketersediaan jaringan internet. Beberapa mengaku kesulitan untuk
mengikuti pembelajaran online karena tidak semua wilayah mendapatkan jaringan
internet dengan akses lancar.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti
program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan meliputi
aspek kognitif, efektif, dan psikomotor (Rahayu 2011).

Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut
mengerjakan tes yang diberikan oleh guru dan selanjutnya dibuktikan dengan nilai
hasil evaluasi (Ahmad 2019).

Hasil belajar adalah tujuan pendidikan yang didapat dalam proses


pembelajaran sehingga siswa dapat mengetahui, memahami, serta mengaplikasikan
pengetahuan yang diterimanya (Meilani 2017).

Hasil belajar merupakan dasar untuk mengukur dan melaporkan prestasi


akademik siswa, serta merupakan kunci dalam mengembangkan desain pembelajaran
selanjutnya yang lebih efektif yang memiliki keselarasan antara apa yang akan
dipelajari siswa dan bagaimana mereka akan dinilai (Hamdan 2014).

Menurut Nasution dalam (Lestari 2017) menyatakan bahwa hasil belajar


adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan
mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan dan penghargaan
dalam diri pribadi yang belajar.
Hasil belajar merupakan penerimaan informasi dalam proses belajar, dimana
dalam mencapai hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh diri sendiri dan dari luar diri.
Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran. Melalui
hasil belajar kita dapat mengetahui keberhasilan atau kekurangan dalam proses
pembelajaran di sekolah (Budi Kurniawan, ono wiharna 2017).

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah pemahaman yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran dimana hasil
yang diperoleh ditentukan berdasarkan nilai evaluasi dalam berbentuk skor terhadap
sejumlah materi.

b. Macam-Macam Hasil Belajar

1. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep merupakan seberapa besar siswa mampu menerima,


menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa atau
sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat,
yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung ia
lakukan.

2. Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan ketrampilan yang mengarah kepada


pembangunan kemampuan mental,fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Ketrampilan berarti
kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.

3. Sikap
Menurut Purwanto dalam (Rijal and Bachtiar 2015) Sikap senantiasa
mempunyai hubungan tertentu dengan objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas. 25 Sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata,
melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan
antara mental dan fisik secara serempak.Jika mental saja yang dimunculkan, maka
belum tampak secara jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya.

Menurut Azwar dalam (Rijal and Bachtiar 2015) terdapat dua faktor yang
mempengaruhi sikap, yaitu faktor internal individu dan faktor eksternal individu.

a. Faktor Internal

Faktor internal individu terdiri dari:

1. Emosi dalam dalam diri individu, kadang-kadang suatu bentuk sikap


merupakan pernyataan yang disadari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme ego.
2. Intelegensia, seseorang dengan intelegensia yang tinggi akan dapat
memutuskan sesuatu yang dapat mengambil tindakan/sikap yang tepat saat
menghadapi suatu masalah.
3. Pengalaman pribadi, apa yang telah dan sedang kita alami ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi sosial.
4. Kepribadian, orang dengan kepribadian terbuka akan berbeda dalam
mengambil sikap dengan orang yang berkepribadian saat menghadapi situasi
yang sama
5. Konsep diri, seseorang yang memiliki konsep diri yang baik, akan mengambil
sikap yang positif saat menghadapi suatu masalah/ situasi berbeda dengan
orang yang memiliki konsep rendah diri.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal individu terdiri dari:

1. Instuisi atau lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai salah suatu
sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dari diri individu.
2. Kebudayaan, kebudayaan dimana kita hidup dan didasarakan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap sikap.
3. Lingkungan, lingkungan yang kondusif dimana masyarakatnya sangat
terbuka dan mudah menenrima hal-hal baru akan membuat seseorang akan
mengambil sikap positif yang tepat sesuai yang diinginkan.
4. Media massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti Televisi, Radio, Surat Kabar, Majalah,dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-peesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang.
5. Orang lain yang dianggap penting, orang lain disekitar kita merupakan salah
satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.
Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang
tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusu untuk kita
(significant others), akan lebih bnayak mempengaruhi pembentukan sikap
kita terhadap sesuatu. Seseorang individu pada umumnya cendrung untuk
memiliki sikap orang yang dianggap penting.
6. Situasi, dua orang yang sedang menghadapi masalah yang sama tetapi dalam
situasi yang berbeda maka sikap yang diambil tidak akan sama.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor intenal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
sedangkan faktor ekternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Kedua
faktor tersebut bisa saja menjadi penghambat atau pendukung belajar siswa (Budi
Kurniawan, ono wiharna 2017).

1.Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik,
yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor 27 internal ini meliputi: minat dan
motivasi belajar. Hasil belajar dapat menjadi baik apabila siswa memiliki perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian
siswa, maka akan timbul kebosanan, sehingga siswa tidak mau lagi belajar (Budi
Kurniawan, ono wiharna 2017).

Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang dan dapat timbul
karena adanya pengaruh dari luar. Minat membuat seseorang cendrung tetap
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang biasanya diminati
seseorang diperhatiakn terus-menerus dan selalu disertai rasa senang sehingga
seseorang akan meraih kepuasan (Budi Kurniawan, ono wiharna 2017).

Motivasi adalah dorongan pada diri seseorang untuk mengarahkannya dalam


bertingkah laku. motivasi merupakan sebuah usaha yang disadari untuk mengarahkan
dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk melakukan suatu perbuatan
guna mencapai hasil tertentu, pendapat ini dikemukan oleh sardiman dalam (Budi
Kurniawan, ono wiharna 2017).

2. Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar.
Metode mengajar, media , interaksi siswa dan lingkungan sosial. Metode mengajar
mempengaruhi proses belajar. Jika metode guru cendrung membosankan maka akan
membuat siswa kesulitan dalam proses belajar. Kesulitan dalam belajar ini dapat
berdampak terhadap hasil belajar pada mata pelajaran tersebut. Guru harus mampu
menggunakan metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif bagi siswa agar
perhatian dalam kelas tertuju pada pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan alat bantu atau benda yang digunakan pada
kegiatan belajar mengajar dengan tujuan untuk menyampaikan informasi
pembelajaran dari guru kepada siswanya. Media pembelajaran memiliki hubungan
yang erat dengan cara belajar siswa, karena media yang digunakan oleh guru
digunakan juga oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan (Budi Kurniawan,
ono wiharna 2017).

Interaksi siswa dengan lingkungan sosial sekolah akan terjadi selama proses
belajar. Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa yang dipengaruhi
oleh relasi antar keduanya. Cara belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh relasinya
dengan guru. Relasi antar siswa pun perlu tercipta, karena hal tersebut dapat
memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar (Budi Kurniawan, ono wiharna
2017).

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi belajar adalah orang tua
dan keluarga siswa (Budi Kurniawan, ono wiharna 2017). Sifat orang tua,
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan letak rumah dapat memberikan
dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa.

4. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran yang


wajib dilaksanakan pada pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 menempatkan
Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain dan karenanya harus berada di
depan semua mata pelajaran lain. Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat
keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa yaitu keterampilan mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis (Dalman, 2012:3). Bahasa Indonesia merupakan
salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu ilmu yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan manusia serta untuk menguasai ilmu dan teknologi.
Sebagai masyarakat Indonesia, penting untuk kita mempelajari dan memahami
Bahasa Indonesia secara baik dan benar (Afifah, 2012:2).

Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang
sangat penting di sekolah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia sudah di ajarkan mulai
jenjang pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah
Atas, hingga Perguruan Tinggi. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang
lain, selain itu, pembelajaran mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Untuk
menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan baik, maka peran guru
sangatlah penting.

Sebagian besar pola pembelajaran Bahasa Indonesia masih bersifat transmisif,


yaitu: guru memberikan konsep-konsep yang terdapat dalam buku pelajaran secara
langsung pada peserta didik dan siswa secara pasif menyerap pengetahuan tersebut
(Trianto, 2011:18). Meskipun, metode pembelajaran dengan kerja kelompok sudah
mulai diterapkan. Namun, pembelajaran dengan kerja kelompok yang masih bersifat
tradisional, yakni: masing-masing kelompok memilih sendiri anggota-anggota
kelompoknya kurang membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan selama ini sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Cara penyampaian materi yang tidak menarik dan monoton
menyebabkan siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga
berpengaruh pada ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

B. Kerangka Berpikir

Pada masa pandemi Covid-19 ini kegiatan pembelajaran dilakukan secara


daring atau pembelajaran jarak jauh dengan berbantuan teknologi seperti handpone
atau laptop. Hal ini mau tidak mau suka tidak suka harus tetap dilaksanakan guna
untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Selama mengikuti pembelajaran
secara daring para siswa mengeluh kan banyak hal salah satunya sinyal internet yang
kurang kencang, hingga mengalami kebosanan dalam pembelajaran. Pembelajaran
yang biasanya dilakukan tatap muka terpaksa harus dilakukan jarak jauh, suasana
yang monoton setiap hari karena kurang bervariasi penyampaian materi yang
disampaikan oleh guru membuat siswa mengalami kebosanan. Juga ada beberapa
materi yang tidak bisa dipahami dengan baik oleh siswa karena penyampaian
materinya terbatas hanya 30 menit setiap pertemuan. Stres dan rasa cemas datang
manghinggapi para siswa, karena mereka tidak bisa mencerna dengan baik materi
yang disampaikan sehingga banyak tekanan yang mereka rasakan. Kondisi mental,
dan psikis mereka terserang hal ini tentu saja akan berimbas kepada hasil belajar.
Berikut kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini :

Kejenuhan Belajar

Pengaruh Kendala
1.Fsikis (ditandai dengan : 1.Susahnya sinyal internet bagi
pusing,mual,susah siswa yang tinggal di pedalaman
tidur,kurangnya nafsu makan) 2.Penyampaian materi yang
2.Mental ( ditandai dengan : singkat karena durasi waktu hanya
cemas, stress,frustasi,bosan,putus 30 menit
asa, suka marah,tertekan,mudah
3.Suasana pembelajaran yang
tersinggung, gelisah)
monoton

Tempat Penelitian
SMA Negeri 1 Sojol

Metode Penelitian
Kuantitatif

Instrumen penelitian : Sampel penelitian :


1.Kuesioner Seluruh siswa kelas X
2.Hasil Belajar MIA SMA Negeri 1 Sojol

Hasil Belajar Bahasa Indonesia


Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang terdapat


dalam penelitian, dimana rumusan masalah penelitian itu telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan yang harus di uji kebenarannya melalui pengumpulan data
dan analisis data (Sugiyono 2012). Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka
hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini yaitu “ Terdapat hubungan yang
signifikan antara kejenuhan belajar secara daring terhadap hasil belajar bahasa
Indonesia siswa SMA Negeri 1 Sojol”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sojol


yang bertempat di Jl.Trans Palu-Balukang II. Waktu yang akan digunakan peneliti
untuk penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2021/2022. Mengingat selama masa
pandemi covid-19 ini siswa mengalami kejenuhan, bosan serta stres mengikuti
pembelajaran jarak jauh secara daring maka peneliti berkeinginan untuk melakukan
penelitian dengan topik tersebut diatas.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek,
organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2012).
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu variabel yang mempengaruhi atau


yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono
2013) .Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kejenuhan belajar disebut dengan
variabel (X).

2. Variabel terikat (Dependent variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2013). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah hasil belajar disebut dengan variabel (Y).

C. Desain Penelitian

Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei.


Menurut Pratiwi dalam (Gabrila Karama Arsyadi 2010) bahwa metode survei
merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan
atau tertulis. Teknik yang digunakan dalam metode survei ini dengan menggunakan
kuesioner (angket) sebagai alat untuk mengumpulkan data. Menurut Bambang
Prasetyo dan Miftahul Jannah dalam (Gabrila Karama Arsyadi 2010) berpendapat
bahwa penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang untuk kemudian
seluruh jawaban yang diperoleh peneliti di olah dan dianalisis. Jenis survei yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain survei cross sectional. Menurut creswell
dalam (Rahmawati 2016) mengatakan bahwa desain survei cross sectional adalah
desain penelitian yang mengumpulkan data pada satu waktu kepada sampel.
Pemilihan desain survei cross sectional dilakukan untuk mengukur perilaku dari
sejumlah populasi melalui sampel mengenai kejenuhan belajar siswa sebagai variabel
dalam penelitian ini.

D. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data
yang berbentuk angka ( Sugiyono 2012). Dalam bentuk angka ini maka data
kuantitatif dapat di proses menggunakan rumus matematika atau dapat juga dianalisis
dengan sistem statistik.

b. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara
empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan objek penelitian,
data tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti (Sugiyono
2012). Dalam penelitian ini yang akan menjadi sumber data primer adalah seluruh
data yang diperoleh dari angket yang akan disebarkan kepada responden yaitu siswa
kelas X MIA Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sojol yang menjadi partisipan dalam
penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak berhubungan langsung dengan masalah
penelitian tetapi data ini mendukung untuk memperoleh data (Sugiyono 2012). Data
skunder dalam penelitian ini yaitu hasil belajar yang akan diperoleh dari guru bidang
studi bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sojol.

E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2012). Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang diteliti itu. Populasi
digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen / anggota dari suatu wilayah yang
menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Objek
penelitian dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa populasi adalah
seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang
telah kita tentukan. Berdasarakan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek yang menjadi titik acuan dalam
penelitian dengan memperhatikan beberapa karakteristik yang sesuai dengan
penelitian yang sedang dilakukan. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini
adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Sojol tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 166
siswa.
b. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

1. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel


dalam penelitian (Sugiyono 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono 2012).

2.Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono 2012). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi. Sampel adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seharusnya diteliti,
yaitu dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisis. Dengan meneliti sampel saja
peneliti berharap akan dapat menarik kesimpulan tertentu yang akan dikenakan
terhadap populasinya. Sampel adalah bagian-bagian dari populasi yang menjadi objek
penelitian. Adapun sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X MIA A yang
berjumlah 30 siswa, 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan


Instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan hasil belajar.

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya
( Sugiyono 2012). Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan data dari para responden yang telah ditentukan. kuesioner berisi
pertanyaan yang menyangkut tentang kejenuhan belajar siswa secara daring pada
mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Islam AlFalah Jambi. Pertanyaan
disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip penulisan angket seperti isi dan
tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan, panjang
pertanyaan, urutan pertanyaan, penempilan fisik angket dan sebagainya.

Adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan


suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan
memberikan data obyektif dan cepat (Sugiyono 2012). Oleh karena pada masa
sekarang sedang masa pandemi Covid-19 yang tidak memungkin untuk peneliti
bertremu langsung secara tatap muka dengan responden maka kuesioner ini di
sebar melalui google form setelah itu akan disebarkan link melalui perwakilan
kelas lalu akan di teruskan ke grup WhatsApp masing-masing kelas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup yang disajikan


dengan serangkaian alternatif dan responden cukup mengklik pada jawaban yang
sesuai dengan keadaan dirinya pada butir-butir pertanyaan yang ditelah dituliskan
pada google form.

Kisi-kisi instrumen

b. Teknik Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin


melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah responden sedikitkecil (Sugiono, 2009: 194)

Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara


tidak terstruktur adalah wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya (Sugiono, 2009: 197)

H. Teknik Analisis Data


Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dalam penelitian ini,penulis
menggunakan teknik, yaitu sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah data
memiliki distribusi normal, sehingga dapat dipakai dalam statistik parametik.
Uji normalitas yang dilakukan adalah uji Kolmogrov-Smirnov. normal tidaknya
sebaran data penelitian dapat dilihat dari nilai signifikansi. Jika nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 (p>0,05) maka data berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05 (p<0,05) maka data berdistribusi tidak
b. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan suatu perangkat uji yang diperlukan untuk mengetahui
bentuk hubungan yang terjadi diantara variabel yang sedang diteliti. Uji ini dilakukan
untuk melihat hubungan dari dua buah variabel yang sedang diteliti apakah ada
hubungan yang linear dan signifikan.
Pada penelitian ini pengujian linearitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi
SPSS. Adapun teknik analisisnya dengan menggunakan nilai signifikan pada taraf
signifikan 95% ( sebagai berikut:
Jika nilai sig.<0.05, maka variabel memiliki hubungan yang linear
Jika nilai sig > 0.05, maka variabel memiliki hubungan yang tidak linear
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis adalah kesimpulan sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Sugiyono 2013). Hipotesis
akan ditolak jika salah, dan akan diterima jika benar. Penolakan dan penerimaan
hipotesis sangat bergantung pada hasil penyelidikan terhadap fakta yang sudah
dikumpulkan.
Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi ini
digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua
variabel bila data kedua variabel berbentuk interval, dan sumber data dari dua
variabel atau lebih tersebut adalah sama ( Sugiyono 2012).
Dalam analisis korelasi bilamana kenaikan nilai variabel X selalu disertai kenaikan
variabel Y, dan sbaliknya, turunnya nilai variabel X selalu diikuti oleh turunnya nilai
variabel Y,maka hubungan seperti ini disebut hubungan positif. Akan tetapi
sebaliknya, bilamana nilai variabel X yang tinggi selalu disertai oleh variabel Y yang
rendah nilainya, dan sebaliknya, bilamana nilai variabel X yang selalu diikuti oleh
nilai variabel Y yang tinggi, hubungan antara kedua variabel itu disebut negatif
(Sugiyono 2012).
Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien
korelasi positif terbesar =1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan
yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih mempunyai
koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Dalam arti
kejadian-kejadian pada variabel yang satu akan dapat dijelaskan atau di prediksi oleh
variabel lain tanpa terjadi kesalahan (error). Semakin kecil koefisien korelasi, maka
akan semakin besar error untuk membuat prediksi.
Pada analisi korelasi ini penulis menggunakan teknik person product moment karena
ini adalah uji statistik parametrik dan datanya berbentuk interval. Kegunaan uji
person product moment atau analisis korelasi adalah untuk mencari hubungan
variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).
Tabel 3.3
Interpretesi Nilai r Tingkat Hubungan
Interval Koefisien
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2020, Mei 25). "Pembelajaran Bahasa Indonesia". Retrieved September 22,
2021, from Smpn234.sch.id: https://smpn234.sch.id/blog/pembelajaran-bahasa-
indonesia

Lestari, A. D., Junaid, M., & Wirman, R. P. (2021). Hubungan Kejenuhan Belajar


Secara Daring Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Sekolah Menengah Atas Islam
Al-Falah Kota Jambi (Doctoral dissertation, UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi).

Wahyuni, E. D. (2018). “Faktor-Faktor Penyebab Tingkat Kejenuhan Belajar


Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Jurusan PGSD di Universitas Islam
Balitar”. Konstruktivisme: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 10 (2), 154-162.

Wirdaus, I., Arief, Z. A., & Syafri, U. A. (2014). “Hubungan Antara Persepsi Siswa
Tentang Penggunaan Media Pembelajaran Power Point dan Minat Belajar Siswa
Dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia”. Jurnal Teknologi Pendidikan, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai