Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PDGK4104/PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD

Disusun Oleh :
KELOMPOK X

1 Feri Fernando 856994898


2 Dodi Kurniawan 856972807
3 Leni Maria 856980804

PROGRAM STUDI S-1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS TERBUKA (UT)
UPBJJ UT BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021

KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah SWT dan karunia-Nya yang telah di limpahkan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan data yang kami peroleh
mengenai “Modul 10 yaitu tentang Potret Pembelajaran di Sekolah Dasar dan
Pembaharuan Pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Dasar”

Dalam penyusunan tugas ini kami menyadari bahwa belum sempurna dan masih
banyak sekali kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.

Kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terimakasih. Semoga dengan
selesainya pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai pembaca.

Gisting, Oktober 2021

Penyusun

Kelompok X

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………….. I

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………..II

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………..III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………… 1


B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Potret Pembelajaran di Sekolah Dasar………………………………………….2


B. Potret Pembelajaran di SD di masa Pandemi………………………………….4
C. Pembaharuan Pembelajaran yang di terapkan di Sekolah Dasar………..5
D. Pembaharuan Pembelajaran di SD dimasa Pandemi………………………..8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….....10

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam hal potret pembelajaran, anda tentu telah mengalami berbagai


permasalahan yang komplek telah menjadi jenjang pendidikan, khususnya
sekolah dasar, sering disorot. Keterbatasan yang ada bukan hanya pada proses
pembelajaran, melainkan juga sarana dan prasarana serta ketidakmerataan
jumlah guru yang ada. Pembelajaran yang di bahas terbatas pada bagaimana
potret pembelajaran yang selama ini terjadi di sekolah dasar di tanah air dan
alternatif pembaharuan pembelajaran yang dapat digunakan, seperti pakem,
pembelajaran kontekstual, serta pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

Oleh karena itu untuk mengurangi permasalahan tersebut maka akan


dijelaskan, Potret Pembelajaran di SD dan pembaharuan pembelajaran yang
diterapkan di SD.Di sisi yang lain, tidak sedikit pula SD yang telah memiliki
system pembelajaran yang didukung dengan saran dan prasarana yang memadai
dan telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sistem
pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan secara maksimal dalam
meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Menciptakan
sistem pembelajaran dengan mencoba merancang “ pembaharuan pembelajaran
yang diterapkan di SD”. Dalam membahas pembaharuan pembelajaran di SD,
setidaknya terdapat 3 alternatif pembelajaran yang dilakukan yakni
pembelajaran konstektual, pembelajaran pakem serta pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif atas dasar hal tersebut, tujuan pembelajaran umum yang ingin
dicapai mampu menjelaskan pembaharuan pembelajaran yang diterapkan di SD.
Secara khusus diharapkan mampu menjelaskan hakekat Pembaharuan
konstektual, pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan (Pakem) serta
kooperatif dan kolaboratif.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa potret pembeljaran di sekolah dasar


2. Apa pembeharuan yang diterapkan di sekolah dasar
3. Bagaimana pembelajarn kontekstual
4. Bagaimana pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan
5. Bagaimana pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potret Pembelajaran di Sekolah Dasar

Ada berbagai macam potret pembelajaran yang ada di sekolah dasar, entah
itu terpenuhi segala apa yang dibutuhkan oleh kegiatan pembelajaran ataukah
jauh dari kesempurnaan yang berakibat pada tingkat keberhsilan belajar.

Berikut adalah potret dari pembelajaran di Sekolah Dasar yang perlu


dikeritisi oleh pelaku pendididkan.

a. Sarana-prasarana dan keterjangkauan wilayah.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, selain terbatasnya tenaga guru,
kendala proses belajar belajar mengajar yang selama ini ditemukan adalah
kurang memadainya sarana-prasarana penunjang yang ada. Bagi yang kebetulan
mengajar di daerah yang secara geografis terpencil, mungkin saat ini anda
merasakan bahwa apa yang disampaikan merupakan kenyataan yang setiap hari
anda temukan. Bagi yang mengajar ditempat yang telah dilengkapi dengan
sarana dan prasarana penunjang, berikut adalah contoh yang layak untuk
direnungkan bagaimana proses pembelajaran yang semestinya dilakukan.

Contoh I :

Siswa kelas satu SD Negeri Lupres Bomomani mengikuti pembelajaran


sambal duduk dilantai karena ruang kelas di desa pendalaman Distrik Mapia,
Kabupaten Nabire, Papua itu kurang kursi. Selain kekurangan meja dan kursi,
perpustakan itu juga tidak mempunyai koleksi buku sekolah juga tidak memiliki
buku pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu
Pengetahuan Sosial serta kekurangan ruang belajar dan guru.

Contoh 2 :

Togizita adalah sebuah desa berpenduduk 2000 jiwa di pedalamaan Nias


( Sumatra Utara). Jaraknya dari Gunung Sitoli hanya 59 km, tetapi dibutuhkan
lima jam degan kendaraan untuk mencapainya. Desa yang diapit Sungai oyo dan
Siwalawa ( masing-masing lebar 50-80 meter dan tanpa jembatan), mempunyai
tiga Sekolah Dasar dengan 700 murid, sedangkan satu SMP, dan satu SMA
masih dalam persiapan dan baru dibuka tahun ini. Selain dari Togiziata, siswa
datang dari desa-desa kecil diseberang kedua sungai yang mengapit Togizita.
Dari situlah Sarana dan prasarana kurang memadai karena keterjangkauan
wilayah karena letak geografis yang terpencil dan kurang adanya kesadaran
pentingnya suatu Pendidikan.

Dari contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pertama letak geogafis
suatu lembaga pendidikan sehingga untuk menjangkaunya diperlukan waktu
dan alat transportasi yang memadai. Akibatnya, apa yang telah ada tidak
mampu untuk dirawat dan dipelihara karena kurangnya tenaga pendidik dan
kependidikan yang ada.

Sebagai contoh dikawasan selatan kota Jakarta, tepatnya di daerah parug,


terdapat suatu kompleks sekolah modern, mulai dari SD sampai SMA yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang sangat memadai.

Untuk tingkat SD, selain jumlah siswa dibatasi maksimal 25 siswa. Untuk
mendukung lancarnya proses belajar-mengajar, setiap siswa memperoleh
fasilitas antar jemput dari rumah ke rumah dengan mobil yang kondisi layak
jalan tentu saja dilengkapi AC. Selain itu untuk mendukung kegiatan
berkesenian atau kegiatan besar lainnya, sekolah juga memiliki ruang siding
besar. Dengan situasi yang demikian siswa merasa nyaman dan proses belajar
berlangsug secara kondusif.

b. Metode Pembelajaran

Pemerintah berupaya keras meningkatkan profesionalitas guru melalui


berbagai penataan dan bimbingan profesionalitas kemampuan professional
melalui pelatihan atau seminar. Namun dalam kenyataannya, kulitas
pembelajaran yang dilakukan ternyata belum menjawab cepatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Ironisnya, motivasi dan semangat untuk
berkembang sebagai guru SD di tanah air juga kurang.
Contoh : Mengapa Mata Pelajaran Sains ( Fisika, Biologi, Kimia) dan Matematika
umumnya dikalangan siswa daya serapnya masih rendah dan belum
optimal,dimana akar persoalannya.

Tidak kita pungkiri, bahwa sekarang masih banyak kita temukan mata
pelajaran sains dan matematika menjadi momok dan menakutkan bagi siswa,
bahkan banyak kita temukan para siswa akan bolos sekolah bila mata pelajaran
atau bidang study tersebut diajarkan. Apalagi diajarkan oleh guru yang berwajah
sangar dan berbadan besar, maka ketakutan dan rasa stress menghantui diri
para siswa. Kata orang bijak bahwa “ orang yang menguasai sains, berarti di
menguasai dunia”. Sains dan Matematika diajarkan mulai dari Pendidikan Dasar
(SD). Oleh sebab itu, bidang studi ini benar-benar harus diajarkan secara benar.

c. Ketidakmerataan Jumlah Guru.

Salah satu persoalan dari seseorang guru ditanah air, selain kesejahteraan
adalah ketidakmerataan jumlah mereka. Perbandingan antara guru yang
mengajar di daerah terpencil dengan guru yang mengajar di daerah kota sangat
jauh, Jadi dari segi kualitas, jumlah guru sebenarnya belum memadai tetapi
tidak demikian dengan pemerataan dan kualitasnya.

Dengan adanya potret seperti contoh-contoh diatas diharapkan dari semua


pihak untuk merenungkan kembali arti pentingnya dari sebuah pendidikan,
khususnya untuk generasi muda yang nanti menjadi tunas bangsa yang
tangguh.

B. Potret Pembelajaran di SD dimasa Pandemi

Sarana belajar dan dukungan orang tua yang sangat beragam antara murid,
bahkan dalam kelas yang diajarkan oleh guru yang sama, menyebabkan praktek
belajar dari rumah sangat bervariasi. Dalam praktik pengajaran jarak jauh,
keragaman antara guru dalam hal kemampuan dalam mengajar dan metode
pengajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti akses internet. Guru-guru
di perkotaan baik di pulau jawa maupun luar pulau jawa, cendrung lebih aktif
dalam memberikan pengajaran. Guru perlu dipersiapkan untuk menyusun
pengajaran yang memperhatikan keragaman kemampuan belajar antara murid
dalam kelasnya. Hal ini penting untuk memastikan agar murid berkemampuan
rendah tidak makin tertinggal dari teman-temannya.

C. Pembaharuan Pembelajaran yang di terapkan di Sekolah Dasar

1. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru


mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan
tujuan komponen utama pembelajaran efektif yakni konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini depdiknas
dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Para guru terus ditingkatkan
profesionalitasnya melalui penataran, workshop atau seminar. Sementara itu
kurikulum yang digunakan juga telah melalui tahapan penyempurnaan. Tentu
saja, biaya yang telah dikeluarkan tidak kecil tetapi mengapa kualitas Pendidikan
Indonesia dipandang hanya “ jalan ditempat”? proses pembelajaran yang
dilakukan guru masih rendah, termasuk para guru sekolah dasar.

Contoh 1 :

Bu Narti adalah guru kelas 6 di sebuah SD yang terletak diperbukitan.


Dibelakang Gedung sekolah tanpa dua buah bukit yang menjulang. Bukit sebelah
kanan ditanami pohon karet yang dikelola sebuah perkebunan swasta sehingga
tampak bejajar menjulur rapi dengan ketinggian yang hamper sama. Sementara
itu, di sebelah kiri tampak bukit yang masih belum di rambah, masih asli.
Berbagai spesies tanaman tumbuh secara lebat dengan beraneka karakter : ada
yang tinggi besar, ada yang sedang dan ada pula yang kecil. Tanaman-tanaman
perdupun berada di sela-sela tanaman besar. Nah, suatu ketika, bu Narti harus
menjelaskan materi IPA dengan topik hutan homogen dan hutan heterogen.
Langkah pembelajaran yang dilakukan adalah langsung menuliskan pengertian
kedua hutan tersebut di papan tulis. Para siswa dimintak untuk menyimak
secara seksama setelah itu defenisi yang telah tertulis dihapus dan siswa diminta
menjelaskan kembali pengertian, ciri-ciri dan perbedaan hutan homogen dan
hutan heterogen.
Contoh 2 :

Pak Marto adalah guru kelas 4 disebuah sekolah dasar yang teletak di daerah
panatai yang sangat panas. Di belakang sekolah hanya tampak hamparan
tambak udang yang rapi, dihiasi dengan kincir untuk menjaga sirkulasi oksigen
karena udang memang tergolong sensitif. Di lokasi tambak juga berdiri sebuah
pabrik pengemahasan yang dilengkapi peralatan canggih, truk-truk dengan
berpendingin udara juga berjajar rapi menunggu giliran untuk di isi hasil panen
udang yang dibudidayakan langsung di ekspor ke china dengan sistem
pengepakan yang modern sehingga udang dapat tetap segar sampai kenegara
tujuan. Suatu ketika, di semester 2, pak Marto harus menjelaskan materi IPS
tentang mengenal sumber daya alam kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabuapten/kota dan provinsi. Atas dasar kompetensi yang harus
dicapai, melalui perjanjian dengan pengelola tambak, pak Marto mengajak siswa
pergi ketempat tersebut yang letaknya memang tidak jauh dari sekolah. Siswa
diajak melihat bagaimana memilihara benur (benih udang), cara memberi pakan,
memanen, dan mengepak. Oleh pak marto, siswa diwajibkan membawa buku
catatan untuk merekam segala aktivitas yang dilakukan para pekerja.
Berdasarkan 2 contoh tersebut pembelajaran yang lebih dianggap efektif dan
bermakna bagi siswa adalah tentu pak Narto daripada bu Narti. Karena strategi
pembelajaran lebih tepat sasaran. Dan pembelajaran yang dipih oleh pak narto
adalah salah satu contoh pembelajaran konstektual.

2. Pakem

Pakem merupakan salah satu strategi pembelajaran yang didefinisikan


sebagai pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Seorang guru perlu memahami bahwa dalam pembelajaran, siswa merupakan
subjek didik bukan objek artinya segala aktivitas yang dilakukan harus berpusat
pada siswa fungsi pembeajaran yang harus ditekankan adalah bagaimana
manggali dan mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa serta
media yang digunakan untuk menggali pengetahuan dan menanamkan nilai
kehidupan sehari-hari.
Pakem dalam perspektif Guru adalah guru aktif memantau kegiatan
belajar siswa memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang,
dan memepertanyakan gagasan siswa. Kreatif mengembangkan kegiatan yang
beragam dan membuat alat bantu belajar sederhana, efektif sehingga
pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran. Menyenangkan seingga anak tidak
takut salah, tidak takutditertawakan dan tidak diangap sepele.
Pakem dalam perspektif Siswa adalah siswa aktif bertanya,
mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain serta
gagasannya. Kreatif merancang atau membuat sesuatu dan menulis, atau
mengarang. Efektif menguasai keterampilan yang diperlukan. Menyenangkan
siswa berani mencoba atau berbuat berani bertanya, berani mengemukakan
pendapat atau gagasan dan berani mempertanyakan gagasan orang lain.

Contoh : siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh penglaman


belajar melalui berbagai kegiatan. Hal ini antara lain diterapkan pada pelatihan
guru dikecamatan kebasen banyumas. Salah seorang guru melakukan praktek
mengajar mata pelajaran IPS di sekolah dasar, yaitu siswa diajak ke warung
dekat sekolah dengan menanyakan berbagai jenis barang harga beli dan harga
jual. Ibu darsiah pemilik warung, merasa senang para siswa dating kewarungnya
dan menanyakan berbagai informasi tentang bisnis warung yang dikelolanya.
Kami sangat senang, dan ini merupakan kehormatan bahwa siswa diajak
kewarung kami kendati siswa hanya bertanya dan tidak belanja kami tidak
berkeberatan. Siswa tanpaknya senang juga dengan suasana belajar seperti itu.

3. Pembelajaran Koopertif dan Kolaboratif


Pembelajaran Koopertif dan Kolaboratif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamkan adanya kelompok-kelompok. Model
Pembelajaran Koopertif dan Kolaboratif mengutamakan kerjasama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Nur semua model pembelajaran, termasuk Koopertif dan
Kolaboratif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Tujuan model Pembelajaran Koopertif dan Kolaboratif adalah hasil
belajar akademik siswa menigkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Model pembelajaran ini
didasari dari teori konstruktivisme yang dikembangkan viygotsky (sosial dan
emosional) yang menyimpulkan bahwa siswa mengonstruksi pengetahuan atau
menciptakan makna atas dasar pemikiran dan hasil intraksi dalam suatu konteks
sosial. Dalam kaiatannya dengan hal tersebut, maka pembelajaran yang
dilaksanakan pada dasarnya merupakan aktivatas mengaktifkan, menyentuhkan,
mempertautkan, menumbuhkan, mengembangkan dan membentuk pemahaman
melalui penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, proses
penemuan jawaban pertanyaan, dan rekontruksi pemahaman melalui repleksi
yang berlangsung secara dinamais, atas dasar keragaman pemikiran sebgai
wujud nyata perbedaan yang ada diantara para siswa.

D. Pembaharuan Pembelajaran di SD dimasa Pandemi

Pembaharuan dalam penddikan seringkali dikaitkan dengan penggunaan teknologi


dan internet untuk mengakses materi maupun melakukan interaksi pembelajaran
seperti melalui situs web, aplikasi seluler hingga media social. Namun pada
kenyataannya, seringkali praktik pembaharuan dalam Pendidikan menjadi terbatas
hanya pada media teknologi dan kanal digital.

Pembaharuan dilakukan bukan hanya pada tatanan cara melalui penggunaan


teknologi dan digitalisasi, namun perlu dimulai dari tatanan pola pikir dan perilaku.
Pembaharuan perlu dilihat sebagai sebuah upaya untuk mengembangkan kemampuan
dalam melihat dan melakukan sesuatu dari perspektif yang berbeda, kritis, kreatif,
menarik, dan praktis. Dalam hal ini kreativitas menjadi faktor yang penting untuk
dimiliki oleh guru dan orangtua atau pengasuh dalam membangkitkan antusiasme dan
efektivitas proses belajar mengajar melalui berbagai cara, mulai dari apa yang tersedia
disekitar siswa. Pada dasarnya pembaharuan bersifat sama baiknya bagi upaya
mengopimalkan pelaksanaan dan kualitas Pendidikan . dalam konteks Indonesia yang
beragam secara geografis, ekonomi, dan budaya serta di tengah kondisi pandemi yang
memerlukan aksi cepat, pembaharuan memiliki peran yang penting dalam
mengakomodir berbagai konteks kekhususan yang diperlukan dalam mengelola proses
pembelajaran yang optimal bagi siswa di era pandemi.
BAB III

KESIMPULAN

Dari materi potret pembelajaran di sekolah dasar dan pembaharuan pebelajaran


yang di terapkan di sekolah dasar dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai ragam
permasalahan yang melilit pada jenjang pendidikan di sekolah dasar. Tanpa adanya
upaya yang nyata segala metode dan segala macam pendekatan pembelajaran dan
berbagai ragam kurikulum, tidak akan dapat mencapai hasil yang maksimal.

Serta merenung dan berfikir secara jernih bahwa masih banyak materi yang belum
dapat diserap dengan baik karena kesalahan pembeljaran yang dilakukan, kita harus
berupaya untuk menjadikan siswa sebagai subjek dan bukn objek, teori pembelajaran
yang ada hanya akan menjadi hiasan pelengkap perpustakaan. Dalam era kemajuan
seperti sekarang ini kita harus merasa malu jika masih menerapkan pembelajaran satu
arah yang hanya menganggap siswa seperti batu yang hanya akan diam.

Kita tidak menutup mata bahwa masih banyak sekolah dasar yang telah berhsil
menjalankan proses pembelajaran yang baik, sarana dan prasarana yang ada sangat
memadai, serta memiliki guru-guru yang handal. Kita sebagai generasi, harus
mempunyai kepedulian dan perhatian untuk memiliki rasa kritis dan tanggungjawab
untuk menjadi guru yang tidak hanya mengajar tetapi mendidik dan peduli dengan
lingkungan pembelajaran yang ada di sekitar kita. Dengan adanya situasi yang
demikian, sedikit demi sedikit berbagai kendala yang ada akan dapat dicari jalan
keluarnya.
DAFTAR PUSTAKA

IG.A.K. Wardani, dkk. Perspektif Pendidikan SD, Universitas Terbuka 2021

Anda mungkin juga menyukai