Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“GAMBARAN PEMBELAJARAN KELAS RANGAKAP YANG IDEAL”


DOSEN MATA KULIAH: WIDDY H.F. RORIMPANDEY, S.TP, M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. RISKA KAPOJOS (20105203)


2. SELA SITEPU (20105206)
3. YUNI MANURUNG (20105076)
4. MA’ODO MAYARANTE (20105073
5. YULIANITA RUUNG (20105183)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat-Nya kami akhirnya dapat menyusun Makalah dengan Mata Kuliah Pendidikan Bahsa dan
Sastra. Adapun materi yang dibahas dalam Makalah ini yaitu “Dimensi-Dimensi Pembelajaran
Bahasa”.

Kami menyadari masih banyak kekurangan makalah ini baik kedalaman materi
maupun teknis penyusunannya. Oleh sebab itu kami menerima kritikan atau saran guna
penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya.

Kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam menyusun makalah ini, kami
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya.

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................


DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Dimensi Pembelajaran ......................................................................................................
B. Pandangan Terhadap Dimensi Pembelajaran.....................................................................
C. Lima Model Dimensi Belajar.......................................................................... ..................
D. Dimensi-Dimensi Perencanaan Pembelajaran......................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTKA..........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap warga negara Indonesia berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak, sebagaimana yang
tercantum didalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerolehan pendidikan tidak boleh dibeda-bedakan
antara seseorang dengan seorang lainnya, walaupun banyak perbeaan dari segi agama, budaya, ras, suku,
golongan, pekerjaan, dll. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat dituangkan dalam proses pembelajaran
yang layak, yaitu pembelajaran yang memenuhi syarat-syarat minimal tertentu. Seperti contoh, harus ada
guru (tenaga pendidik), murid (peserta didik), bahan ajar dan sarana prasarana yang dapat mendukung
kegiatan tersebut.

Di Indonesia sendiri dalam hal sarana prasarana didunia pendidikan belumlah merata oleh karena itu
sebagaio tenaga pendidik harus mampu memanfaatkan lingkungan sekitar tempat mengajarnya untuk
memaksimalkan proses pembelajaran. Namun ada juga beberapa masalah yang muncul dari peserta
didiknya, yaitu sedikitnya peserta didik yang mengikuti proses pemelajaran. Sebagai seorang guru hal
yang harus dilakukan adalah tetap mengoptimalkan pembelajaran. Salah satu model atau pendekatan
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan manajamen pembelajaran kelas
rangkap.

Pembelajaran kelas rangkap (multiple class teaching) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dirancang untuk memberi perhatian dan melayani perbedaan individul anak untuk satu kelas atau lebih
dari satu ruangan. Karena hal ini sangat penting terutama untuk sekolah-sekolah yang melaksanakan
pembelajaran kelas rangkap, maka para guru maupun calon para guru diharapkan mengkaji secara
mendalam tentang gambaran pembelajaran kelas rangkap yang ideal sehingga dalam praktiknya
dilapangan tidak mengalami penyimpangan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana praktik mengajar kelas rangkap di lapangan ?


2. Bagaimana pembelajaran kelas rangkap yang ideal ?
3. Penyimpangan seperti apa yang terjadi dalam penerapan pembelajaran kelas rangkap ?

C. Tujuan

1. Mengidentifikasi praktik mengajar kelas rangkap di lapangan.


2. Menjelaskan pembelajaran kelas rangkap yang ideal.
3. Mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi dalam penerapan pembelajaran kelas rangkap.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap

Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah ssatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang
guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih
tingkat kelas yang berbeda. PKR juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas
atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda.

B. Prinsip yang mendasari PKR

PKR mempunyai prinsip-prinsip pembelajaran secara umum. Misalnya, prinsip perbedaan kemampuan
individual murid yang harus diperhatikan guru, membangkitkan motivasi belajar murid, belajar hanya
terjadi jika murid aktif sehingga guru harus berusaha mengaktifkan guru.

Disamping prinsip-prinsup pembelajaran secara umum, PKR juga mempunyai prinsip khusus sebagai
berikut :

1) Keserempakan kegiatan pembelajaran.


2) Kadar tinggi waktu keaktifan akademik (WKA)
3) Kontak psikologis guru an murid yang berkelanjutan
4) Dalam PKR, terjadi pemanfaatan sumber secara efisien.

C. Gambaran PKR Yang Ideal dan Praktik yang Terjadi Di Lapangan.

1) Unsur-unsur penting dalam PKR adalah :

a. Suasana kelas hidup, murid tampak ceria. Di awal pelajaran Pak dan Bu guru bertanya, tetapi
hampir tak ada kaitannya dengan pelajaran hari itu. Pertanyaan seperti itu dengan tujuan agar
murid termotivasi dan secara mental siap menerima pelajaran hari itu.
b. Proses belajar betul-betul berlangsung serempak, apalagi murid yang berbeda tingkat kelas
ada dalam satu ruang. Gangguan yang muncul tidak terlalu serius, sebab ketika guru
menerangkan murid dari kelas lain berada disudut ruang yang lain. Tidak ada pembosanan
waktu karena guru tidak mondar-mandir pindah kelas.
c. Guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber belajar
(walaupun masih amat sederhana), Sudut sumber belajar dapat memberi peluang bagi murid,
tanpa pengawasan guru murid dapat mempraktikan konsep belajar menemukan sendiri dan
pemecahan masalah.
d. Murid aktif, konsep CBSA yang sebenarnya nampak. Murid tidak hanya aktif secara
individual tetapi juga kelompok dan berpasangan. Murid yang lebih dahulu dimanfaatkan
untuk membantu temannya ( tutor sebaya ) atau membantu kelas dibawahnya (tutor kakak ).
e. Selain menonjolkan asas kooperatif, guru juga menyelipkan kompetitif (persaingan) yang
sehat, murid bersemangat mengerjakan tugas, apalagi ketika guru menyanyakan siapa yang
sudah selesai lebih dulu akan mendapat nilai tambahan, gambar yang terbaik akan dipajang
atau siapa yang selesai duluan boleh membaca buku-buku bacaan, dsb.
f. Belajar dengan pendekatan PKR yang benar itu menyenangkan, Belajar sambil bermain, main
sambil belajar dapat diperagakan khususnya bila kita sedang mengajar kelas rendah. Hal itu
nampak saat anak mengambil gulungan kertas dan membaca apa yang menjadi tugas mereka
masing-masing.
g. Adanya perhatian khusus bagi anak yang lambat dan cepat, Pada yang lambat guru membantu
murid yang mengalami kesulitan, bahkan guru menjelaskan lagi bagian-bagian yang tidak
dipahami. Bagi murid yang cepat guru memberikan tugas ekstra, misalnya murid diminta
untuk mengambil gulungan kertas yang berisi soal-soal baik mata pelajaran yang baru saja
dijelaskan maupun mata pelajaran lain.
h. Guru PKR percaya bahwa sumber belajar tidak hanya diperoleh dari sumber resmi, seperti di
kantor Depdiknas atau Pemerintah Daerah, guru PKR dapat melengkapi sumber belajar yang
berasal dari lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar. Sudut ruangan menjadi lengkap
dengan sumber belajar. Bahkan dapat memupuk tanggung jawab murid dan sara memiliki
terhadap kelas dan sekolah mereka.
i. Prinsip perangkapan tidak hanya diterjemahkan dalam bentuk mengajar dua tingkat kelas atau
lebih dalam satu ruangan kelas atau lebih dan dalam waktu yang bersamaan (stimulan),
Tetapi perangkapan kelas juga berarrti dalam bentuk mengajarkan dua bidang studi atau lebih
dalam satu wacana atau topik. Inilah yang disebut pengajaran terpadu ( integrated).
j. Mampu melepaskan diri dari mitos bahwa yang mampu mengajar adalah guru, Guru dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungan murid. Misalnya ketika guru menjelaskan
tentang bagaimana menangkap iklan, murid-murid menjawab dengan menyebut beberapa alat
menangkap ikan yang biasa digunakan di lingkungan sekitar, kemudian murid diminta
menggambar alat tersebut.

2) Peranan seorang guru PKR adalah :

a. Sebagai perancang kurikulum, hal ini bukan berarti guru menyimpang dari kurikulum yang
berlaku bahkan untuk membuat yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba sulit dan
serba kurang, tidak semua butir yang tercantum dalam kurikulum mungkin dilaksanakan
dengan memadai. Seringkali mengajarkannya dengan secara berurutan pun mengalami
kesulitan. Oleh karena itu guru PKR harus memilih butir atau bagian kurikulum yang
memerlukan penekanan. Atas dasar butir-butir itu guru memutuskan konsep dan fakta yang
akan diajarkannya dan mengurutkan kembali tujuan instruksional uang ingin dicapainya
berdasarkan kelas.
b. Sebagi sumber informasi yang kreatif, guru PKR harus kreatif, ia bukan saja menjadi sumber
informasi tetapi juga sebagai manusia sumber, berperan untuk memecahkan masalah keadaan
yang serba kurang. Ia harus memberi arahan keoada muridnya agar mereka tidak membuang-
buang waktu dan tenaga, agar setiap murid terlibat dalam segala macam kegiatan.
c. Sebagai administrator. Agar dapat mencapai hasil yang maksimal, guru PKR harus
merencanakan dan mengatur kelasnya dan jadwal pelajaran dengan saksama. Hasil maksimal
dapat dicapai jika guru PKR dapat melibatkan muridnya secara aktif, bukan saja untuk
belajar tetapi juga dapat membantu guru mengajar teman-temannya yang tertinggal. Guru
PKR juga harus mampu memanfaatkan segenap sumber daya yang ada dilingkungan
sekolah.
d. Sebagai seorang porofesional. Guru PKR senantiasa berusaha untuk meningkatkan
kompetensinya dan meningkatkan gaya mengajarnya. Walaupun kesempatan untuk
mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan bagi sebagian guru yang ada didaerah terpencil
sulit diwujudkan, tepat niat professional harus tetap dipelihara dan yang penting semangat itu
selalu ada. Salah satu ciri seorang guru professional adalah juga tidak cepat putus asa.
Manusia dapat mencapai apa saja bila tidak cepat putus asa.
e. Sebagai agen pembawa perubahan. Guru sebagai pengayon dan juga sebagai sosok yang
mewakili misi moral dan nilai dari masyarakat tempat dimana ia bertugas. Guru harus
berusaha keras untuk mendatangkan perubahan yang positif terhadap sikap dan perilaku
anggota masyarakat melaui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan
anggota masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan
anggota masyarakat setempat. Pendek kata, guru harus mencari, mendatangkan, dan
mengajarkan perubahan yang berguna bagian anak didik, orang tua dan masyarakat.

D. Praktik Mengajar Kelas Rangkap Di Lapangan

Dalam praktiknya pembelajaran kelas rangkap masih banyak yang menyimpang dari gambaran
pembelajaran kelas rangkap yang ideal. Sehingga hasil pembelajaran tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Penyimpangan dalam praktik pembelajaran kelas rangkap yang sering terjadi yaitu sebagai
berikut :

1) Dilaksanakan secara bergilir (pembelajaran duplikasi)

Pembelajaran yang dilaksanakan secara bergilir (pembelajaran duplikasi) adalah proses


pembelajaran dimana seorang guru bergilr dari satu kelas atau ruang ke kelas atau ruang
lainnya dan kembali lagi. Kegiatan tersebut sebenarnya tidak dapat diaktan sebagai
kegiatan pembelajaran kelas rangkap karena tidak berlangsung secara serempak.

Kelamahan pembelajaran dilaksanakan secara bergilir :

a. Pemborosan waktu terutama saat mondar-mandir dari satu kelas atau ruang ke
kelas atau ruang lainnya.
b. Pembelajaran berlangsung seragam yaitu pembelajaran dengan metode yang
sama, dalam waktu yang sama dan untuk semua murid maka akan terkesan
monoton, terlebih apabila tidak menuntut siswa untuk erbperan aktif.
c. Kontak psikologis antara guru dan murid sangat terbatas, terutama apabila
seorang guru hanya duduk manis ditempat duduknya dan tidak menciptakan
suasana aktif dalam pembelajarannya.

2) Pemanfaataan sumber belajar belum maksimal dan supervisi guru terhadap belajar
murid masih kurang
Guru merupakan sumber belajar yang utama yaitu dengan segala kemampuannya,
wawasan keilmuan, dan pengetahuan yang luas, maka segala informasi pembelajaran
dapat diperoleh dari guru tersebut. Sumber belajar dapat menggunakan lingkungan kelas,
sekolah, sekitar sekolah, keluarga, di rumah dan sebagainya. Yang perlu dipahami dalam
hal ini adalah masalah pemanfaatannya yang akan tergantung kepada kreativitas dan
budaya mengejar guru atau pendidikan itu sebagainya.

Supervisi merupakan kegiatan pembinaan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu


mengajar dan belajar dengan bantuan yang diberikan oleh guru. Pemanfaatan sumber
belajar belum maksimal dan supervisi guru terhadap belajar murid yang juga masih
kurang memiliki dampak sebagai berikut.

a. Mengurangi bahkan dapat menghilangkan kesempatan murid untuk membaca,


kebiasaan menyalin bahan pembelajaran yang dilakukan oleh murid-murid yang
mungkin sudah berlangsung lama sejak di kelas rendah mengurangi, bahkan
dapat menghilangkan kesempatan untuk membaca.
b. Rendahnya kemampuan murid

Sebenarnya mengajar kelas rangkap bukan suatu keadaan yang pantas dituduh sebagai
penyebab rendahnya kemampuan murid rendah. Ketidakmampuan guru dan enggannya
guru berupaya lebih keras untuk membelajarkan siswanya. Seorang guru haru
mempunyai inspirasi atau ide agar dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan
efisien sehingga siswa tidak merasa bosan karena terkesan monoton.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah ssatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang
guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih
tingkat kelas yang berbeda. Pembelajaran kelas rangkap dalam praktiknya masih banyak mengalami
penyimpangan-penyimpangan dari gambaran pembelajaran kelas rangkap yang ideal, seperti
pembelajaran yang bergilir, pemanfaatan sumber-sumber belajar yang belum maksimal, dll.

Pembelajaran kelas rangkap yang ideal, secara terancana menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran kelas
rangkap yang menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan menantang, guru lebih kreatif dalam
memanfaatkan sumber belajar, murid aktif, iklim ceria dan menyenangkan sehingga menumbuhkan
persaingan yang sehat dan menciptakan pembelajaran yang efektif.

Guru pembelajaran kelas rangkap harus mampu berperan sebagai addministator, perancang kurikulum,
pembawa perubahan dan penasihat serta profesional dan kreatif.

B. Saran

Untuk mengetahui lebih dalam materei tentang pembelajaran kelas rangkap tentu membutuhkan beberapa
sumber materi agar pengetahuan yang kita dapatkan lebih maksimal dan mendalam. Materi ini sangatlah
penting terutama untuk kita para calon guru di Sekolah Dasar yang mungkin saja ditempat kita nanti ada
pelaksanaan praktik pembelajaran kelas rangkap sehingga kita akan lebih siap dalam bertindak.
Daftar Pustaka

Winataputra, Udin.S. 1998. PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (PKR).


Jakarta ;Depdiknas.
http://blog-barabai.blogspot.co.id/2014/11/gambaran-pembelajaran-kelas-
rangkap.html (Online)
http://ayietajima.blogspot.co.id/2013/11/gambaran-pkr-yang-ideal-dan-
praktik_9.html (Online)
http://pustakasimabdi.blogspot.co.id/2012/08/pembelajaran-kelas-
rangkap_13.html (Online)

Anda mungkin juga menyukai