Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN PKR YANG IDEAL DAN PRAKTIK YANG TERJADI

DI LAPANGAN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pembelajaran Pembelajaran Kelas Rangkap
Yang diampu oleh Intan Susetyo Kusumo Wardhani, M.Pd.

Oleh :

1. Panggih Winarto (2186206050)


2. Ayu Firnanda (2186206036)
3. Inggil Puri Pramesti (2186206023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI TRENGGALEK
SEPTEMBER 2023

i
KATA PENGANTAR

. Segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Pembelajaran Kelas Rangkap dengan judul : “Gambaran Pkr Yang Ideal Dan
Praktik Yang Terjadi Di Lapangan”. Dalam penyusunan makalah ini,
penyusun mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Penyusun
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Intan Susetyo Kusumo Wardhani, M.Pd, selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap yang telah memberikan bimbingan
dan juga arahan.
2. Kedua orangtua penyusun yang telah memberikan waktu, doa serta jiwa
raganya untuk kebaikan penyusun.
3. Rekan-rekan Mahasiswa STKIP PGRI TRENGGALEK program Studi
“Pendidikan Guru Sekolah Dasar” yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada penyusun.
4. Serta semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu-persatu yang
telah memberikan bantuan baik moral maupun material. Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan
penyusun pada khususnya
.
Trenggalek, 18 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................2
1.4. Manfaat.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1. Praktik Mengajar Kelas Rangkap Saat Ini..................................3
2.2. Gambaran PKR Yang Ideal (Yang Diinginkan).........................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan model pembelajaran


dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tida tingkatan
kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk
beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal
utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada
siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk
mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.

Praktik mengajar dengan merangkap kelas bukan hal yang asing lagi di
negarakita ini. Perangkapan kelas juga bukan monopoli SD yang di
desa/daerahterpencil saja. Dan bukan saja dikarenakan kekurangan guru. Di
daerah perkotaandan di SD yang gurunya relatif cukup, juga sering
diketemukan praktik perangkapankelas. Alasan yang sering muncul adalah
guru yang berhalangan hadir. Mungkinsaja Anda tidak asing lagi dengan
perangkapan kelas, atau sampai sekarang Andamasih mengajar dua kelas atau
lebih. Pada sub unit ini Anda dapat mengkajigambaran PKR yang ideal dan
bagaimana praktik yang terjadi di lapangan. Peristiwapembelajaran yang
disajikan berasal dari pengamatan.

Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), merupakan salah satu bentuk


pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru SD. Sebagai salah satu bentuk
pembelajaran, PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umum,
seperti bentuk-bentuk pembelajaran yang lain. Pembelajaran mengandung
makna yang berbeda dari kegiatan belajarmengajar. Pada kegiatan belajar-
mengajar, mengandung makna ada guru yang memungkinkan terjadinya
belajar. Sedangkan pada pembelajaran, kegiatan belajar dapat terjadi dengan
atau tanpa guru. Artinya, murid dapat belajar dalam berbagai situasi tanpa
tergantung pada guru. Misalnya, murid dapat belajar dari buku, berdiskusi
dengan teman atau mengamati sesuatu. Tetapi perlu diingat bahwa dalam
pembelajaran peran guru sangat penting, misalnya pada awal, saat kegiatan,

1
atau akhir kegiatan. Mengajar kelas rangkap sesungguhnya bukanlah praktik
yang langka terhadap sekolah-sekolah di Indonesia. Sebagaimana telah dikaji,
praktik perangkapan ini bukan monopoli sekolah dasar yang ada di desa. Juga
bukan monopoli sekolah dasar yang kekurangan guru. Di kota dan bahkan di
SD yang jumlah gurunya relatif cukup, mengajar kelas rangkap tidak jarang
terjadi. Salah satu alasan biasanya adalah guru kelasnya berhalangan. Oleh
sebab itu perlunya kita pahami sebagai pengajar pendidik untuk mengkaji
gambaran PKR yang ideal dibandingkan dengan praktik yang sering terjadi di
lapangan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana praktik mengajar kelas rangkap di lapangan saat ini?
2. Bagaimana gambaran PKR yang ideal/yang diinginkan?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan praktik mengajar kelas rangkap di lapangan.
2. Menjelaskan gambaran PKR yang ideal/yang diinginkan
1.4. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi penulis
maupun pembaca tentang pengertian, urgensi, tujuang, fungsi dan
manfaat serta prinsip-prinsip pembelajaran kelas rangkap.
2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Kepada guru, makalah ini diharapkan untuk dapat diterapkan
mengenai prinsip-prinsip Pembelajaran kelas rangkap apabila
sekolah dasar mengalami kasus serupa.
2. Kepada mahasiswa, makalah ini diharapkan dapat diterapkan
prinsip-prinsip pembelajaran kelas rangkap apabila nanti sudah
terjun ke lapangan dan mengajar sekolah dengan kondisi yang
mengharuskan merangkap kelas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Praktik Mengajar Kelas Rangkap Saat Ini


PKR adalah satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan
seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang
sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga
mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau
lebih dan menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang
berbeda-beda. Hanya saja banyak permasalahan seorang guru yang belum
menerapkan pembelajaran kelas rangkap ini.

Seperti contoh kasus yang terjadi di lapangan yang mana seorang


guru mengajar kelas 3 dan 5 lalu murid-murid kelas 3 dan kelas 5
ditempatkan 2 ruang kelas yang terpisah, tetapi masih bersebelahan.
Pelajaran dimulai pukul 08.00. Kemudian guru tersebut pertama kali masuk
kelas 3. Guru tersebut mengecek absensi, berdialog ke peserta didik ,
menjelaskan materi pembelajaran yang disampaikan kelas 3 dan memberi
soal kepada peserta didik untuk menjawabnya. Setelah itu guru tersebut
lanjut masuk ke kelas 5. Di kelas 5 juga mengecek absensi peserta didik
dengan cara tidak berbeda dari apa yang dilakukan di kelas 3. Bahkan,
terjadi dialog yang agak panjang. Lalu guru tersebut memberikan materi
pembelajaran kelas 5 serta memberikan soal-soal kepada peserta didik
untuk dijawab. Kemudian guru tersebut kembali lagi ke kelas 3 untuk
proses pembelajaran.

Menangapi permasalahan seperti contoh di atas, sering ditemukan di


lapangan dunia pendidikan bahwa guru masih belum menerapkan
pembelajaran kelas rangkap . Dari contoh tersebut guru hanya melakukan
pembelajaran yang bergilir . Guru tersebut mondar-mandir dari kelas yang
satu ke kelas lainya. Kegiatan belajarmengajar tidak berlangsung secara
serempak. Kegiatan pembelajaran sering melakukan pemubaziran
(pemberosan) waktu. Pemubaziran waktu itu, antara lain tampak ketika
guru tersebut melakukan absensi atau mengecek kehadiran murid. Belum

3
lagi jika diperhitungkn waktu yang hilang karena peristiwa mondar-mandir.
Pembubaziran waktu terbesar adalah adalah ketika murid kelas 5
menunggu, sementara guru memulai pembelajaran di kelas 3. Lalu murid
tidak tahu apa yang akan dikerjakan, lambat laun murid kehilangan
semangat belajar dan sangat boleh jadi akan akan mengundang indisipliner.

Pengajaran berlagsung seragam, dalam waktu yang sama dan untuk


semua murid. Langkah-langkah mengajar pun berlangsung 2 sederhana:
menerangkan-memberikan soal. Oleh karena itu pula, proses pengajaran
terkesan dan terasa menonton. Pemberian balikan, khususnya balikan yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan murid amat terbatas. Ini terjadi
karena guru hampir tidak mempunyai waktu untuk memonitor dan
mengawasi murid secara individual. Tidak terlihat upaya dari guru
mengelilingi kelas dan mendatangi murid yang sedang mengerjakan soal.
Lemahnya balikan untuk pebaikan akan menyebabkan lemahnya pula
penguasaan murid terhadap bahan yang baru saja diberikan.

Akibat selanjutnya, akan menyulitkan mereka untuk mengusai


bahan pelajaran berikutnya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan awal
yang memadai sebagai tempat berpijak untuk mencapai bahan pelajaran
yang lebih tinggi. Format pembelajaran hampir sepenuhnya berorientasi
pada guru. Tidak sekalipun muncul proses pembelajaran yang berlangsung
dalam kelompok kecil. Begitu pula secara berpasangan di mana murid yang
lebih pintar membantu murid yang ketinggalan. Mungkin tak pernah
terlintas dalam guru tersebut bahwa murid kelas 5 dapat membantu murid
kelas 3.

Absennya unsur belajar melalui kerjasama (cooperative learning)


merupakan salah satu kelemahan dari praktik perangkapan kelas. Padahal
melalui cooperative learning, kemandirian dan kreativitas anak dapat
berkembang. Yang tak kurang pentingnya adalah guru mendapatkan partner
(mitra kerja), pembelajaran melalui kerja sama akan melahirkan tidak
hanya murid yang pandai belajar, tetapi juga murid yang pandai mengajar.
Kekuatan PKR, jika dilaksanakan dengan baik, akan melahirkan kondisi

4
yang memungkinkan murid belajar tentang bagaimana cara belajar:
"learning how to learn".

Dengan demikian, guru belum mampu memanfaatkan sumber


secara efisien. Dalam keadaan yang normal jika seorang guru mengajar
banyak (baik dari segi waktu dan materi pelajaran) maka muridnya juga
belajar banyak. Sebaliknya, jika guru mengajar sedikit maka muridnya juga
belajar sedikit. Pelaksanaan mengajar kelas rangkap yang banyak terjadi di
daerah terpencil adalah keadaan normal yang kedua, mengajar sedikit dan
sudah dapat diperkirakan, muridnya juga akan belajar lebih sedikit lagi.
Sedangkan kasus lainya juga di lapangan yang mana anak murid nya tidak
bisa membaca khusunya daerah terpencil disebabkan tidak terjadi
penerapan PKR di lapagan adalah ada seorang guru memulai pengajaranya
di kelas 4, sementara itu guru tersebut menulis di papan tulis.

Guru tersebut mengingatkan ke muridnya supaya mulai menyalin.


Selanjutnya guru tersebut memerlukan waktu 15 menit. Kemudian, 3
mengingatkan lagi kepada murid kelas 4 agar menyalin yang rapi sampai
selesai. Setelah itu guru tersebut ke kelas 5 untuk memulai pelajaran di
kelas tersebut. Guru tersebut meminta kepada muridnya untuk menyalin
bahan yang di tulis di papan tulis oleh guru. Hampir sama di lakukan
seperti kelas 4. Kemudian guru tersebut kembali lagi pengajaranya di kelas
4. Alasan ada kegiatan menyalin dalam proses pembelajaran tersebut adalah
tidak adanya buku yang di pegang oleh muridnya sehingga guru meminta
untuk murid-muridnya karena tidak da buku di tambah sekolah juga tidak
mempunyai alat peraga yang memadai di sekolah tersebut. Kebiasaan
menyalin (yang mungkin sudah berlangsung lama sejak di kelas-kelas yang
lebih rendah) mengurangi, bahkan sudah cenderung menghilangkan
kesempatan membaca. Waktu yang khusus dipakai untuk melatih anak
membaca sangat kurang.

Apalagi, ada kesan bahwa guru tersebut percaya ketiadaan buku


harus diatasi dengan menyalin. Guru tersebut tidak pernah memikirkan
alternatif lainnya. Misalnya, meminta murid-murid yang bagus tulisannya

5
sebagai PR, dan keesokan harinya membagi-bagikan kepada murid lainnya.
Kemudian, meminta mereka membaca keras secara bergilir dan/atau
membaca dalam hati. Mengajar kelas rangkap, bukanlah keadaan yang
amat pantas dituding sebagai penyebab.

Ketidak mampuan guru, ditambah (lagi) enggannya guru untuk


mengeluarkan keringat, itulah yang menjadi penyebab utama. Terlebih
lebih lagi matinya hasrat guru untuk mencari inspirasi agar ia dapat
menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi anak didiknya, amat pantas kita
persoalkan. Bukankah Thomas Alpa Edison, suatu kali pernah berujar
bahwa 90% sukses penemuannya karena unsur preparation (keringat) dan
10% lagi karena unsur inspiration (inspirasi).

Itulah gambaran singkat tentang bagaimana praktik mengajar kelas


rangkap, pada umumnya di kelas kita. Dan itu pulalah yang ingin di ubah
dan perbaiki. Dalam uraian berikut, akan melihat lebih jeli, perbedaan yang
mendasar antara praktik mengajar kelas rangkap saat ini dengan apa yang
kita harapkan, yaitu pembelajaran kelas rangkap yang telah dikembangkan
oleh para ahli dan yang telah dipraktikkan di sejumlah negara.

2.2. Gambaran PKR Yang Ideal (Yang Diinginkan)


PKR sebagai suatu bidang kajian strategi pembelajaran merupakan
suatu hal yang relatif baru baik para guru maupun calon guru SD. Oleh
karena itu diperlukanya PKR oleh para guru dan calon guru serta
mengetahui gambaran PKR yang 4 ideal/diinginkan.

Dengan demikian akan dapat memperlajari secara bermakna dari


perbedaan kasus sebelumnya yang di bahas. Unsur-unsur penting dalam
PKR yang perlu digambarkan adalah:

1. Suasana kelas hidup, murid tampak ceria. Di awal pelajaran guru


bertanya, tetapi hampir tidak ada kaitannya dengan pelajaran hari
itu. Pertanyaan seperti itu dengan tujuan agar murid termotivasi dan

6
secara mental siap menerima pelajaran hari itu. Sehingga terjadinya
stimulus dan respon.
2. Proses belajar betul-betul berlangsung serempak, apalagi murid
yang berbeda tingkat kelas ada dalam satu ruang. Gangguan yang
muncul tidak terlalu serius, sebab ketika guru menerangkan murid
dari kelas lain berada disudut ruang yang lain. Tidak ada
pembosanan waktu karena guru tidak mondar-mandir pindah kelas.
3. Guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan
sudut sumber belajar (walaupun masih amat sederhana), Sudut
sumber belajar dapat memberi peluang bagi murid, tanpa
pengawasan guru murid dapat mempraktikan konsep belajar
menemukan sendiri dan pemecahan masalah.
4. Murid aktif, konsep CBSA yang sebenarnya nampak. Murid tidak
hanya aktif secara individual tetapi juga kelompok dan berpasangan.
Murid yang lebih dahulu dimanfaatkan untuk membantu temannya (
tutor sebaya ) atau membantu kelas dibawahnya (tutor kakak).
5. Selain menonjolkan asas kooperatif, guru juga menyelipkan
kompetitif (persaingan) yang sehat, murid bersemangat
mengerjakan tugas, apalagi ketika guru menyanyakan siapa yang
sudah selesai lebih dulu akan mendapat nilai tambahan, gambar
yang terbaik akan dipajang atau siapa yang selesai duluan boleh
membaca buku-buku bacaan, dsb.
6. Belajar dengan pendekatan PKR yang benar itu menyenangkan,
Belajar sambil bermain, main sambil belajar dapat diperagakan
khususnya bila kita sedang mengajar kelas rendah. Hal itu nampak
saat anak mengambil gulungan kertas dan membaca apa yang
menjadi tugas mereka masing-masing.
7. Adanya perhatian khusus bagi anak yang lambat dan cepat, Pada
yang lambat guru membantu murid yang mengalami kesulitan,
bahkan guru menjelaskan lagi bagian-bagian yang tidak dipahami.
Bagi murid yang cepat guru memberikan tugas ekstra, misalnya
murid diminta untuk mengambil gulungan kertas yang berisi soal-

7
soal baik mata pelajaran yang baru saja dijelaskan maupun mata
pelajaran lain.
8. Guru PKR percaya bahwa sumber belajar tidak hanya diperoleh dari
sumber resmi, seperti di kantor Depdiknas atau Pemerintah Daerah,
guru PKR dapat melengkapi sumber belajar yang berasal dari
lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar. Sudut ruangan menjadi
lengkap dengan sumber belajar. Bahkan dapat memupuk tanggung
jawab murid dan sara memiliki terhadap kelas dan sekolah mereka.
9. Prinsip perangkapan tidak hanya diterjemahkan dalam bentuk
mengajar dua tingkat kelas atau lebih dalam satu ruangan kelas atau
lebih dan dalam waktu yang bersamaan (stimulan), Tetapi
perangkapan kelas juga berarrti dalam bentuk mengajarkan dua
bidang studi atau lebih dalam satu wacana atau topik. Inilah yang
disebut pengajaran terpadu ( integrated).
10. Mampu melepaskan diri dari mitos bahwa yang mampu mengajar
adalah guru, Guru dapat memanfaatkan sumber daya yang ada
dilingkungan murid. Misalnya ketika guru menjelaskan tentang
bagaimana menangkap ikan, murid-murid menjawab dengan
menyebut beberapa alat menangkap ikan yang biasa digunakan di
lingkungan sekitar, kemudian murid diminta menggambar alat
tersebut.
Sedangkan peran guru terhadap pembelajaran PKR yang ideal/yang
diinginkan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai perancang kurikulum, hal ini bukan berarti guru
menyimpang dari kurikulum yang berlaku bahkan untuk membuat
yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba sulit dan serba
kurang, tidak semua butir yang tercantum dalam kurikulum mungkin
dilaksanakan dengan memadai. Seringkali mengajarkannya dengan
secara berurutan pun mengalami kesulitan. Oleh karena itu guru
PKR harus memilih butir atau bagian kurikulum yang memerlukan
penekanan. Atas dasar butir6 butir itu guru memutuskan konsep dan

8
fakta yang akan diajarkannya dan mengurutkan kembali tujuan
instruksional uang ingin dicapainya berdasarkan kelas.
2. Sebagai perancang kurikulum, hal ini bukan berarti guru
menyimpang dari kurikulum yang berlaku bahkan untuk membuat
yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba sulit dan serba
kurang, tidak semua butir yang tercantum dalam kurikulum mungkin
dilaksanakan dengan memadai. Seringkali mengajarkannya dengan
secara berurutan pun mengalami kesulitan. Oleh karena itu guru
PKR harus memilih butir atau bagian kurikulum yang memerlukan
penekanan. Atas dasar butirbutir itu guru memutuskan konsep dan
fakta yang akan diajarkannya dan mengurutkan kembali tujuan
instruksional uang ingin dicapainya berdasarkan kelas.
3. Sebagai administrator. Agar dapat mencapai hasil yang maksimal,
guru PKR harus merencanakan dan mengatur kelasnya dan jadwal
pelajaran dengan saksama. Hasil maksimal dapat dicapai jika guru
PKR dapat melibatkan muridnya secara aktif, bukan saja untuk
belajar tetapi juga dapat membantu guru mengajar teman-temannya
yang tertinggal. Guru PKR juga harus mampu memanfaatkan
segenap sumber daya yang ada dilingkungan sekolah.
4. Sebagai seorang porofesional. Guru PKR senantiasa berusaha untuk
meningkatkan kompetensinya dan meningkatkan gaya mengajarnya.
Walaupun kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan
lanjutan bagi sebagian guru yang ada didaerah terpencil sulit
diwujudkan, tepat niat professional harus tetap dipelihara dan yang
penting semangat itu selalu ada. Salah satu ciri seorang guru
professional adalah juga tidak cepat putus asa. Manusia dapat
mencapai apa saja bila tidak cepat putus asa.
5. Sebagai agen pembawa perubahan. Guru sebagai pengayon dan juga
sebagai sosok yang mewakili misi moral dan nilai dari masyarakat
tempat dimana ia bertugas. Guru harus berusaha keras untuk
mendatangkan perubahan yang positif terhadap sikap dan perilaku
anggota masyarakat melaui proses pembelajaran di sekolah dan 7

9
melalui interaksi dengan anggota masyarakat melalui proses
pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan anggota
masyarakat setempat. Pendek kata, guru harus mencari,
mendatangkan, dan mengajarkan perubahan yang berguna bagian
anak didik, orang tua dan masyarakat.
Praktik PKR di lapangan yang dinilai masih banyak kelebihan,
kekurangan dan karenanya memerlukan perbaikan. Dari kajian tersebut,
sebagai guru maupun calon guru sudah mempunyai bayangan bagaimana
sebaiknya melakukan perubahan dan perbaikan sehingga pelaksanaan PKR
di sekolah bisa di laksanakan secara ideal

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Praktik PKR di lapangan masih banyak yang menyimpang dari gambaran
PKR yang ideal. Pembelajaran, lebih banyak berlangsung secara bergilir
sehingga banyak waktu yang terbuang. Pemanfaatan sumber belum maksimal,
supervisi guru terhadap belajar murid masih kurang. Sebagai akibat dari
semuanya ini kadar WKA menjadi rendah, pembelajaran membosankan, dan
tentu saja hasil belajar tidak sesuai dengan harapan. PKR yang ideal, yang
secara terencana menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan belajar
menjadi menyenangkan dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan
sumber belajar, murid aktif, iklim kelas ceria, menyenangkan sehingga
muncul kerja sama dan persaingan yang sehat antar murid. Pembelajaran yang
seperti ini jelas meningkatkan kadar WKA sehingga hasil belajar juga
meningkat. Guru PKR yang ideal harus mampu berperan sebagai
administrator, perancang kurikulum, pembawa pembaruan, dan penasihat, di
samping profesional serta kreatif.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi materi. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
terutama dari dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap agar
makalah ini menjadi makalah yang lebih baik lagi. Atas kritik dan saran dari
pembaca terutama dari dosen pengampu, penyusun mengucapkan terima
kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aria Djalil, DKK. 2012. Pembelajaran Kelas Rangkap. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Susilowati, dkk. 2009. Pembelajaran Kelas Rangkap.------: Depdiknas.

Winataputra, Udin.S. 1998. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Jakarta:


Depdiknas.

12

Anda mungkin juga menyukai