OLEH : KELOMPOK 3
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami tentang "menciptakan kondisi
sekolah dan guru lain sebagai sumber belajar”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makala ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................................................................
2. Rumusan Masalah....................................................................................................................
3. Tujuan.......................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...............................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah mengkaji berbagai keterampilan mengajar yang secara khusus sangat di
perlukan oleh Guru PKR, kini tiba saatnya anda mempelajai satu keterampilan dasar
mengajar yang memungkinkan anda mengelola PKR secara lebih efektif.
Dengan menguasai keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan,
anda akan merasa lebih percaya diri dalam mengajar kelas rangkap. Anda akan lebih
mampu mengatur kegiatan sehingga waktu kegiatan akademik dapat di tingkatkan.
Dengan meningkatnya kemampuan anda dalammengajar kelompok kecil dan
perseorangan anda akan merasa tertantang untuk menerapkannya ketika anda harus
mengajar dua kelas atau lebih dalam waktu yang sama.
Keterampilan mengajar dalam kelompok kecil dan perseorangan merupakan
keterampilan dasar mengajar yang paling kompleks. Oleh karena itu, sebelum berlatih
menguasai materi di modul ini anda harus sudah menguasai keterampilan dasar mengajar
lain yang dibahas dalam modul PKR terdahulu. Disamping itu, keterampilan dasar
mengajar yang anda pelajari dalam mata kuliah Strategi Belajar-Mengajar sangat erat
kaitannya denan Modul ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan?
2. Mengapa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan sangat penting
bagi seorang guru PKR?
3. Bagaimana cara memvariasikan pengorganisasian dalam mengajar kelompok
kecil dan perseorangan?
4. Apa saja hal-hal yang perlu di perhatikan sebagai Guru PKR dalam mengajar
kelompok kecil dan perseorangan?
4
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perseorangan.
2. Menjelaskan pentingnya keterampilan memgajar kelompok kecil dan
perseorangan bagi Guru PKR.
3. Menjelaskan Variasi Pengorganisasian dalam mengajar kelompok kecil dan
perseorangan.
4. Menjelaskan hal-hal yang perlu di perhatikan sebagai Guru PKR dalam mengajar
kelompok kecil dan perseorangan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Bu Nani, Guru kelas 4 di SD Sumber Sari pada suatu hari harus merangkap Kelas 5
karena Bu Tini berhalangan hadir. Untuk mengajar kelas tersebut, secara mendadak
Bu Nani membuat rencana. Kelas 4 yang jumlahnya 22 orang dibaginya kedalam 5
kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Udin dan Ardan akan di suruh
bekerja sendiri karena keduanya sangat cepat membaca. Kelompok anak yang
bekerja kelompok sendiri di suruh membaca satu wacana singkat dan kemudian
menjawab pertanyaan yang di berikan. Jika Udin dan Ardan sudah selesai
mengerjakan tugasnya mereka diminta membantu kelompok yang belum selesai.
Sementara Kelas 4 bekerja, Bu Nani akan mengaajar di kelas 5, dan sewaktu-waktu
6
kecil dan siswa-siswa yang bekerja secara perseorangan. Setiap kelompok dan perseorangan
mempunyai kesempatan untuk bertatap muka dengan guru.
Dari ilustrasi di atas dan pengertian di atas dapat anda simak bahwa pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Adanya hubungan antar pribadi yang sehat antara guru dan siswa serta antara siswa
dengan siswa. Siswa tidak saja belajar dari guru tetapi dari temannya sendiri.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat, cara dan kecepatannya
sendiri. Siswa yang ingin belajar sendiri mendapat kesempatan untuk belajar sendiri,
yang ingin berkelompok boleh bekerja dalam kelompok. Siswa yang lebih cepat selesai
dapat membantu temannya.
3. Siswa mendapat bantuan dari guru jika ia memerlukannya. Oleh karena itu, guru perlu
tanggap terhadap kesulitan/masalah yang di hadapi siswa sehingga dapat member
bantuan tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhannya.
4. Dalam batas-batas tertentu, siswa dapat dilibatkan dalam penentuan cara belajar, alat
yang akan digunakan, dan tujuan yang ingin dicapai.
Guru sekolah dasar sebagai guru kelas memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan suatu
kelas secara penuh, dalam arti dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran. Seorang guru SD
memegang suatu kelas tertentu dalam kurun waktu tertentu maupun dalam jangka waktu lama.
Sementara jumlah guru SD biasanya sama dengan jumlah kelas yang ada di SD tersebut. Bahkan
banyak yang lebih sedikit dibandingkan jumlah kelas yang ada. Meskipun jumlah guru sama
banyak dengan jumlah kelas yang ada, namun sering menghadapi permasalahan ketiadaan atau
kekurangan guru pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, sebagai bekal melaksanakan
pembelajaran kelas rangkap.
Mengapa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan perlu dikuasai guru?
7
1. Pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda.
Dalam pengajaran klasikal, guru memperlakukan siswa dengan cara yang sama
sehingga perbedaan kemampuan dan cara belajar siswa hampir tak pernah
mendapat perhatian. Pengajaran secara klasikal memang perlu dilakukan agar
siswa menyadari bahwa tidak semua kebutuhannya dapat dipenuhi, namun
haruslah dicari altermatif atau cara lain agar siswa juga dapat belajar sesuai
dengan kemampuan dan cara yang dipilihnya. Pengajaran kelompok kecil dan
perseorangan dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan terjadinya
hubungan antar pribadi yang lebih akrab dan sehat antara guru-siswa dan siswa-
siswa. Guru dapat memberikan perhatian lebih banyak pada siswa yang
memerlukannya dan bahkan dapat membuat siswa lebih percaya diri.
3. Kadang-kadang siswa dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya
atau dengan cara belajar bersama teman, seperti mengerjakan tugas bersama dan
bertukar pendapat. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan
hal ini terjadi.
4. Kegiatan kelompok kecil memungkinkan siswa terlibat aktif dalam belajar
sehingga tangung jawab dalam belajar juga menjadi lebih besar. Bekerja dalam
kelompok memungkinkan siswa untuk membangun kebiasaan bekerja sama,
tenggang rasa dan saling menghargai. Di samping itu, sifat kepemimpinan dapat
berkembang karena bekerja dalam kelompok memerlukan seoran pemimpin
kelompok.
5. Sejalan dengan kegiatan kelompok, kegiatan individual atau perseorangan juga
mempunyai berbagai kekuatan. Dengan belajar sendiri, siswa akan mempunyai
tanggung jawab belajar yang lebih besar, disamping dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan kecepatannya sendiri. Misalnya siswa sudah mampu memecahkan
soal-soal berhitung yang di berikan guru, ia dapat langsung mebgerjakan tugas
lain, seperti membantu temannya, memecahkan soal-soal yang lebih sukar
ataupun bias belajar di perpustakaan.
Jika anda baca alasan-alasan diatas dengan cermat, anda tentu sepakat bahwa
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan akan membuahkan hasil dalam
8
terbentuknya berbagai sikap dan nilai serta terpenuhinya kebutuhan belajar siswa. Jika hal ini
dapat di wujudkan, tentu kepuasan akan muncul pada diri anda. Keberhasilan siswa dalam
belajar mencerminkan keberhasilan guru dalam mengajar.
Berkaitan dengan PKR, penguasaan guru yang mantap dalam mengajar kelompok
kecil dan perseorangan tentu akan memberikan nilai tambah. Seorang guru yang mengajar kelas
rangkap akan lebih sering memerlukan bentuk pengajaran kelompok kecil atau perseorangan
karena ia menangani lebih dari satu kelas. Ia tidak mungkin menerapkan pengajaran klasikal
secara terus menerus sebagaimana yang mungkin dilakukan oleh guru yang hanya mengajar satu
kelas. Oleh karena itu, seorang guru yang merangkap kelas seyogyanya menguasai keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perseorangan sehingga waktu kegiatan akademik (WKA) dapat di
tingkatkan. Alasan lain pentingnya kemampuan mengajar kelompok kecil dan perseorangan bagi
guru PKR adalah hakikat atau prinsip PKR, yaitu:
Tampak nya dapat diwujudkan melalui penguasaan yang mantap terhadap keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Dalam pengajaran kelompok kecil dan
perseorangan secara serempak, ini berarti dalam waktu yang sama guru di tuntut untuk
mengelola lebih dari satu orang, bahkan kelompok dan perseorangan sekaligus.
Keserampakan kegiatan belajar-mengajar merupakan salah satu ciri khas dari pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan; di samping kemampuan guru dalam mengadakan
pendekatan secara pribadi, mendorong dan memudahkan belajar, serta mengorganisasikan
kegiatan. Semua cirri-ciri ini sesuai dengan hakikat PKR.
Penggunaan variasi pengorganisasian dimaksudkan agar murid terhindar dari perasaan jenuh dan
membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Dalam mengorganisasi
sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang, dan menimbulkan rasa kesal pada diri murid.
9
Karena itu variasi pengorganisasian sangat penting dalam upaya memelihara dan meningkatkan
kualitas pembelajaran kelas rangkap.
Variasi pengorganisasian merupakan keterampilan guru di dalam menggunakan bermacam-
macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi
kebosanan atau kejenuhan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas belajar yang efektif.
Variasi pengorganisasian, mencakup penggunaan pola interaksi multi arah artinya antara guru
dengan murid, murid dengan guru atau murid dengan murid.
Variasi pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, dan variasi
pemanfaat sumber belajar.
a. Variasi pengelompokan siswa
Dalam pembelajaran kelas rangkap, keaktifan kelompok merupakan salah satu kunci
keberhasilan belajar siswa. Agar guru dapat mengaktif-kan kelompok sebaiknya guru memahami
prinsip-prinsip dasar pembela-jaran kelas rangkap.
Oleh karena itu apabila guru ingin mengaktifkan kelompok sebaiknya guru mengadakan
persiapan yang cukup matang. Guru hendaknya terlebih dahulu memahami secara mendalam
tujuan yang akan dicapai dan topik yang akan dipelajari siswa.
Dengan demikian guru akan dapat menentukan langkah langkah yang harus ditempuh siswa,
merumuskan masalah yang menjadi pusat perhatian diskusi, membimbing diskusi kelompok, dan
mengadakan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap pengelompokkan siswa merupakan suatu
keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokkan
belajar siswa ini terdapat beberapa variasi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan (UNESCO:
1988), yaitu pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar, kesamaan kemampuan,
kemampuan campuran, kesamaan usia, kompatibilitas siswa, dan sesuai kebutuhan
pembelajaran.
10
kelas III, kelas IV, dan kelas V di dalam satu ruangan. Ini berarti dalam satu ruangan ada
tiga kelompok/rombongan siswa sesuai kelasnya. Jadi
pengelompok tersebut bertolak pada status administrasi siswa, dan pengelompokkan lebih
bersifat formal. Pengelompokkan seperti ini memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran,
penilaian, dan pengaturan tugas, sehingga memudahkan dalam mengadminis-trasikan.
Ditinjau dari perlakuan proses pembelajaran cara tersebut tidak memberi ruang bagi
pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain itu bisa juga terjadi
kesukaran memba-ngun kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu ketika ada kelas
yang siswanya hanya beberapa orang sedang kelas lain siswanya cukup banyak.
11
Pengelompokkan ini lebih bersifat sementara, sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
Dalam kelompok ini murid yang menonjol pada mata suatu pelajaran dapat membantu murid
lain yang kemampuannya kurang atau rendah.
12
b. Variasi penataan ruang
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih kompleks
dari pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk yang dilaksanakan dalam dua atau tiga
ruangan, penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid dapat papan tulis diatur atas dasar
kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir kedua atau ketiga ruangan tersebut. Contoh,
guru merangkap kelas I, II, dan III, dengan jumlah murid rata-rata 15 maka dapat digunakan
ruang kelas I, sedang kelas II dan kelas III digabung di ruang kelas I. karena jumlah siswa
sedikit. Tetapi jika jumlah murid banyak diperlukan dua ruang kelas, sehingga kelas II dan III
digabung dalam satu ruangan atau kelas I dan II dalam satu ruangan.
Sedangkan penataan ruang untuk pengelolaan PKR dalam satu ruangan selain
pertimbangan kemudahan penanganan dua atau tiga rombongan belajar juga pertimbangan
pengaturan iklim kelas dan mekanisme interaksi guru-siswa, serta peluang saling menggangu.
Dalam penataan ruang bisa divariasi model pengelolaan PKR 221, 222, dan 333.
13
Model 1. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan informasi
dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain yang dianggap
perlu. Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan kesempatan untuk
memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja secara perorangan.
Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan pertemuan kelas
kembali untuk melaporkan segala sesuatu yang telah dilakukan.
Model 2. Pertemuan diawali dengan pengarahan atau penjelasan secara klasikal tentang
materi, tugas, serta cara yang digunakan. Setelah itu langsung bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 3. Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal. Setelah itu murid
langsung bekerja secara perorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-kelompok
kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 4. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau tugas yang
akan dilaksnakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan.
Dari gambaran pengajaran kelompok kecil dan perseorangan yang telah Anda baca di atas, Anda
tentu sudah dapat menggambarkan pelaksanaanya. Namun, perlu Anda ingat bahwa ilustrasi di
atas hanya merupakan salah satu bentuk pengorganisasian. Masih ada bentuk pengorganisasian
lain yang dapat Anda terapkan. Cobalah kaji dengan cermat contoh-contoh berikut ini. Pada
akhir pengkajian setiap contoh, cobalah bayangkan apakah contoh tersebut mungkin Anda
terapkan.
Contoh 1
Guru mulai pelajaran dengan menjelaskan empat sehat lima sempurna melalui gambar
dan berbagai jenis makannan. Sambil menjelaskan guru mengadakan tanya jawab. Setelah
selesai guru meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk menyusun menu 4 sehat 5 sempurna
sesuai dengan jenis makanan yang ada di daerah itu. Pada akhir pelajaran, guru meminta setiap
kelompok untuk menyerahkan laporannya.
Bila contoh di atas digambarkan dalam bentuk diagram, akan tampak sebagai berikut.
14
Kelas Besar
Kelompok kecil
Gambar 6.2.
Contoh 2
Guru memulai pelajaran tentang bentuk-bentuk daun dengan memperlihatkan berbagai gambar.
Kemudian, guru meminta setiap siswa untuk pergi ke kebun sekolah selama 10 menit, untuk
mencari 3 bentuk daun yang berbeda.
Setelah itu, siswa diminta membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang. Kelompok
diminta merangkum temuan dari setiap anggotanya. Hasil kelompok diminta merangkum temuan
dari seriap anggotanya. Hasil kelompok dipajang di tempat yang telah disediakan.
15
Dalam bentuk diagram, contoh di atas kelihatan sebagai berikut.
Kelas Besar
perorangan
Kelompok
kecil
Gambar 6.3.
Contoh 3
Setelah selesai menjelaskan soal-soal penjumlahan ( dengan menyimpan ) yang kemudian diikuti
oleh latihan bersama; guru meminta siswa membuka buku paketnya. Setiap siswa diminta
mengerjakan 5 soal yang dapat dipilih dari 10 soal yang ada dalam buku. Siswa yang sudah
selesai langsung menyerahkan pekerjaannya pada guru. Guru langsung memeriksa pekerjaan itu.
Yang sudah benar boleh istirahat, sedang yang masih salah harus memperbaiki.
16
Bentuk diagram dari contoh di atas adalah sebagai berikut.
Kelaas Besar
perorangan
Gambar 6.4.
Contoh-contoh di atas tentu sangat akrab dengan Anda. Mungkin Anda sudah sering
menerapkannya. Menurut Anda, mana yang paling mudah diterapkan? Berdasarkan contoh-
contoh tersebut, Anda tentu dapat membuat model pengorganisasian sendiri. Cobalah buat model
dari pengalaman Anda sendiri.
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan harus memperhatikan hal hal
sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual
Murid SD secara undividual berbeda dalam banyak hal. Perbedaan tersebut antara
lain: berbeda dalam kemampuan berpikir, kharakteristik, berbeda secara emosional,
berbeda daya tangkapnya, bakat, maupun minatnya. Perbedaan tersebut perlu mendapat
perhatian serius dalam pembelajaran kelas rangkap. Layanan bimbingan secara individual
17
sangat membantu murid untuk dapat berkembang dan mencapai prestasi belajar secara
optimal. Misalnya ada murid yang cepat dan mudah mengerti apa yang disajikan guru,
ada pula yang sedang-sedang, dan ada pula yang agak lambat dalam menangkap materi
pelajaran. Guru yang baik akan memberikan layanan secara khusus kepada murid yang
agak lambat menangkap materi pelajaran. Demikian dalam menghadapi perbedaan
individual dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok kecil. Misalnya siswa yang
berkembampuan kurang dijadikan satu kelompok, atau siswa yang tampak agresip jadi
satu kelompok, kemudian diberikan layanan bimbinga belajar secara khusus. Cara ini
juga membantu meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui belajar kelompok.
18
guru juga harus berusaha secara aktif memberikan bimbingan belajar. Tidak seperti yang
dikonotasikan murid aktif guru pasif atau yang penting murid aktif sendiri sedang aktivitas
guru tidak dipersoalkan. Contoh, saat guru memberi tugas, atau diskusi kelompok, guru harus
selalu berada ditengah kelompok untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada murid
dan memperhatiikan kelompok atau murid yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas.
19
secara bertahap kepada pengajaran kelompok kecil. Tidak semua topik atau pokok bahasan
dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil maupun perorangan. Hal-hal yang
bersifat umum seperti pengarahan informasi umum sebaiknya diberikan dalam bentuk kelas
besar. Contoh, jika murid diminta untuk membuktikan bahwa titik didih air 100 oC melalui
eksperimen maka sebaiknya dilakukan pembelajaran kelompok kecil atau perorangan, tetapi
jika murid diminta untuk memahami sebuah konsep, prinsip, atau teori tentang tata surya
maka akan efektif jika pembelajaran dilakukan secara klasikal.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai Seorang calon Guru SD kita mesti menerima apabila di hadapkan untuk
mengajar kelas Rangkap, jadi melalui makalah ini kita sudah bias membayangkan apa
yang kita lakukan apabila kejadian itu terjadi.
Seorang guru pun mesti tanggap dalam mengajar peserta didik dan selalu memberikan
senyum dan perhatian nya terhadap mereka agar mereka tidak merasa bahwa guru tidak
akan membantu mereka pada saat mereka mendapatkan kesulitan atau masalah.
21
Daftar Pustaka
22