“PENGORGANISASIAN MURID”
Dosen Pengampuh: Mustika Kurniasari, S.Pd., M.Pd.
OLEH:
KELOMPOK 6
Marlin A1G121018
Mutiara A1G121020
Novianti A1G121022
Rahmatullah A1G121027
Andri A1G121041
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul " Pengorganisasian Murid ” tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Kelas Rangkap.
Dengan selesainya makalah ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Mustika Kurniasari, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Pembelajaran Kelas
Rangkap, dan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian tugas
makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, sehingga kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan bagi pembaca umumnya
yang membutuhkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengorganisasian Murid..................................................................................................3
B. Metode Pengorganisasian Siswa.....................................................................................3
C. Kelompok Belajar.........................................................................................................12
D. Bagaimana Memaksimalkan Pemanfaatan Sumber Belajar Yang Adaagar Para Murid
Belajar Mandiri.....................................................................................................................13
BAB III
PENUTUP...............................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran,sehingga guru harus
mampu melakukan pengorganisasian kelas, karenapengorganisasian kelas merupakan salah
satu kondisi yang dapat mendukungpenerapan PKR dalam kelas.
Di dalam kelas semua aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Gurudengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang, minat danpotensinya. Lebih lanjut hasil
pembelajaran juga ditentukan oleh apa yang terjadi didalam kelas. Oleh karena itu sudah
selayaknya dilakukan pengorganisasian kelas.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
4. Untuk mengetahui Bagaimana Memaksimalkan Pemanfaatan Sumber Belajar Yang
Ada agar Para Murid Belajar Mandiri
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengorganisasian Murid
Sebelum mengetahui definisi dari pengorganisasian murid, terlebih dahulu kita harus
mengetahui definisi dari organisasi dan murid/ peserta didik. definisi organisasi yang
dikemukakan oleh Oteng Sutisna (dalam Suhardan, dkk, 2009) yaitu mekanisme yang
mempersatukan kegiatan-kegiatan yang untuk menyelesaikan pemkerjaan-pekerjaan. Definisi
ini menekankan pada mekanisme kerja dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Atau dengan kata lain organisasi adalah suatu system interaksi antarorang yang ditujukan
untuk mencapai tujuan organisasi dimana system tersebut memberikan arahan perilaku bagi
anggota organisasi. Definisi ini menekankan pada keharusannya sebuah organisasi didasarkan
pada interaksi social diantara anggotanya dan anggota dengan lingkungannya supaya tujuan
organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Pengertian Peserta Didik menurut ketentuan umum UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Dari pengertian beberapa ahli, bisa dikatakan bahwa peserta didik adalah
orang/individu yang mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam
menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya.
Sehingga organisasi peserta didik adalah suatu system interaksi antara guru dengan murid
yang ditujukan mencapai tujuan pembelajaran yaitu mengembangkan bakat, minat, dan
kemampuan agar tumbuh dan berkembang dengan baik dimana system tersebut memberikan
arahan perilaku dalam proses pembelajaran di kelas.
Dalam pengorganisasian siswa terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan guru
yaitu pembeajaran secara individual, kelompok, dan klasikal.
3
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan
kepada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Bantuan dan
bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi
prinsipnya berbeda. Menurut Saputra (2012) “Pada pembelajaran individual, guru memberi
bantuan pada masing-masing pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru memberi
bantuan individual secara umum“. Sebagai ilustrasi, bantuan guru kelas tiga kepada siswa
yang membaca dalam hati dan menulis karangan adalah pembelajaran individual. Pada
membaca dalam hati secara individual siswa menemukan kesukaran sendiri-sendiri. Ciri-ciri
yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau sebagai berikut.
a. Tujuan Pengajaran
5
Membimbing siswa belajar
Menyediakan media dan sumber belajar
Memberi penguatan belajar
Menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, cara dan hasil belajar
Memberi kesempatan siswa untuk memperbaiki diri
2. Pembelajaran Kelompok
Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada
tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini dapat terjadi sebab (a) hubungan antar guru dan
siswa lebih sehat dan akrab, (b) siswa memperoleh bantuan, kesempatan sesuai dengn
kebutuhan, kemampuan dan minat, (c) siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara
belajar dan kriteria keberhasilan.
6
1) Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok merupakan kunci keberhasilan belajar kelompok. Pertimbangan
dalam pembentukan kelompok adalah tujuan yang akan diperoleh siswa, latar belakang
pengalaman siswa dan minat atau pusat perhatian siswa.
3) Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan mengajar, guru dapat berperan sabagai pemberi informasi, fasilisator,
pembimbing dan pengendali ketertiban kerja.
7
Langkah-langkah model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)
adalah:
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil (4-6 orang). Dalam setiap kelompok
siswa memiliki nomor diri. Guru memberi tugas kelompok, kemudian siswa membahas atau
mengerjakan tugas kelompok. Dalam diskusi kelas guru memanggil nomor diri siswa dalam
kelompok untuk menjawab pertanyaan, setiap jawaban siswa diberi skor sebagai skor
kelompok. Dalam kegiatan diskusi, guru memberikan reinforcement (penguatan kembali),
pada konsep-konsep yang ditemukan siswa sebagai kesimpulan dan guru mengumumkan
kelompok terbaik hari itu.
3) Jigsaw
a) Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam
kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap
anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang
ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
8
1) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya;
2) merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik bagiannya kepada anggota
kelompoknya semula.
Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya.
Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung
jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh
guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara
keseluruhan.
Pengukuran terhadap proses dan hasil belajar kelompok dilakukan secara obyektif,
sehingga hasil penilaian tidak diambil sama rata untuk semua anggota kelompok. Oleh karena
itu penilaian perlu dilakukan kepada setiap anggota kelompok. Penilaian secara subyektif
dilakukan dengan menggunakan Catatan Penampilan Kerja untuk setiap anggota kelompok
yang dicatat di dalam daftar penilaian. Penilaian yang dilakukan secara obyektif adalah
ceklis, tanya jawab, penilaian produk, tes kinerja.
Penilaian ceklis berbentuk skala sikap untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik
atau tingkat pencapaian hasil belajar setelah peserta menyelesaikan proses belajar. Penilaian
ceklis ini dilakukan sendiri oleh peserta didik. Ceklis kemajuan belajar dapat terdiri dari dua
pilihan, misal “Sudah dan Belum”. Sedangkan ceklis pencapaian hasil belajar dapat berisi
tiga pilihan, misal: “Baik – Cukup – Kurang”. Penilaian Ceklis ini berguna untuk bagi
pendidik untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang berlangsung maupun
berikutnya.
3. Pembelajaran Klasikal
9
Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama guru, karena pembelajaran
klisikal ini merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien. Pembelajaran
secara klasikal ini berarti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan skaligus yaitu
mengelolah kelas dan mengelolah pembelajaran. Pengelolan kelas adalah penciptaan kondisi
yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara baik dan meyenangkan
yang di lakukan di dalam kelas. Di ikuti sejumlah siswa yang di bimbing oleh seorang
guru. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran klasikal dapat di tinjau dari segi:
Bertujuan mengefisiensi proses pembelajaran.
Siswa sebagai individu yang belajar di dalam kelas yang telah dikondisikan sesuai
keinginan guru. Siswa belajar sesuai tata tertib yang ditetapkan guru.
Kedudukan guru bersifat sentral, guru melakukan 2 kegiatan sekaligus yaitu melakukan
pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran. Peran guru pada pembelajaran individu
dan pembelajaran kelompok kecil juga berlaku pada pembelajaran klasikal Peningkatan
kemampuan individu siswa sebagai bagian dari kelas
Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran pada peningkatan kemampuan
dan keterampilan seluruh kelas.
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus
serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode
ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan
mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap
benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya
untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan
untuk mengatur dan mengarahkan diri.
10
Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya
dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi
siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini
akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi
membaca materi yang akan dibahas.
11
C. Kelompok Belajar
Kelompok belajar sangatlah penting karena guru tidak selamanya dapat bersama-sama
murid disatu kelas. Terkadang guru harus melihat kelas lain untuk membelajarkan kelas
tersebut. Kelompok belajar adalah sekumpulan murid yang terdiri dari beberapa orang
misalnya 5-6 orangmurid yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan belajar secara bersama
dan dalam waktu yang telah ditetapkan (dimodifikasi dari Karolyn J. Snyder, 1986: 211).
Dalam pembentukan kelompok belajar harus dipertimbangkan agar guru dapat
menggerakkankelompok belajar menjadi kelompok aktif belajar ( KAB)
12
2. Merencanakan Kegiatan Kelompok Belajar
Morris ( Cohen, 1996) memberikan ilustrasi tentang jenis ketrampilan yang diperlukan
sebagaipanduan agar semua murid aktif berpartisipasi. Oleh karena itu, murid
hendaknya diberikanpenjelasan seperti berikut :
Belajar mandiri adalah pendidikan yang menekankan pada inisiatif individu dalam
belajar, atausuatu kondisi dimana seseorang mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan
orang lain, baik dalammendiagnosis kebutuhan belajar, menunjukkan sumber manusia dan
sumber bahan untuk kepentinganbelajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar
13
yang cocok, serta mengevaluasikan hasilbelajarnya sendiri. Bisa juga disebut belajar
yang sepenuhnya atau sebagian besar dibawah kendalimurid sendiri.
Dalam konsep mandiri dalam mengajar seorang guru dituntut tidak terlalu bergantung
kepadacukupnya jumlah guru yang ada disekolah, lengkapnmya fasilitas, memadainmya
buku paket danlain-lain. Prinsip mandiri adalah menciptakan berbagai situasi belajar
mengajar yang terlepas dariketergantungan terhadap alasan yang serba kekurangan.
Lingkungan menjadi salah satu sarana penunjang dalam pembelajaran atau bisa disebut
dengan “ Laboratorium Raksasa “. Baik lingkunganalam maupun lingkungan social bisa
menjadi pendukung murid untuk melaksanakan belajar mandiri.Agar sumber belajar dapat
dimanfaatkan, para murid harus diaktifkan untuk bekerja yang dalamartian belajar. Lembar
Kerja Murid (LKM) merupakan suatu sarana agar murid lebih aktif dalambelajar secara
mandiri. LKM merupakan panduan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berkaitandengan
mata pelajaran yang diberikan, misalnya melakukan pengamatan, percobaan, demonstrasi dan
simulasi.
Pusat sumber belajar (PSB) adalah suatu cara yang baik untuk memantapkan dan
memperkayabelajar murid-murid. Contoh memanfaatkan PSB adalah sebagai berikut :
Salah satu cara agar murid dapat belajar mandiri, dapat dilakukan dengan menggunakan
LembarKerja Murid (LKM). LKM merupakan panduan bagi murid untuk melakukan
pengamatan, percobaan,demonstrasi, simulasi, berdiskusi dan memecahkan masalah. LKM
merupakan sarana yang palingefektif untuk menunjang penggunaan PSB.
Yang mempunyaikemampuan lebih untuk membantu murid lain dalam belajar. Oleh
karena itu, peranan tutor sangatlahpenting dan diperlukan untuk meningkatkan efektifitas dan
14
efisiensi waktu. Tutor juga bisa dikatakansebagai “perpanjangan tangan guru” (membantu
guru dalam proses pembelajaran murid karena iabukan pengganti guru).
Tutor ini dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu tutor sebaya, tutor kakak,
tutor tamu darimasyarakat, dan penjagan sekolah. Sebelum program tutorial ada 5 hal yang
peril diperhatikan :
Dalam pemilihan seorang tutor tidak lah sembarangan, ada beberapa jenis tutor yang
perludiketahui seperti yang telah diuraikan diatas ;
a. Tutor sebaya
Tutor sebaya yaitu seorang murid yang pandai yang membantu belajar murid lainnya
padatingkatan kelas yang sama. Dalam memanfaatkan tutor ada 2 cara, yaitu :
15
Tutor dapat dimanfaatkan dalam kelompok, secara individual atau berpasangan,
Adalah tutor yang dipilih dari kelas yang lebih tinggi, tentu saja tutor
kakak inikemampuannya harus diatas rat-rata Karen ia mempunyai peranan penting untuk
membantupembelajaran adik-adik kelasnya. Tutor kakak pada umumnya diambil
dari kelas tinggi.Penggunaan tutor kakak dapat dilakukan dengan 2 cara:
1) Cara 1, pemanfaatan tutor kakak yang dilakukan pada kelas yang dirangkap oleh
satuguru.
2) Cara 2, pemanfaatan tutor kakak yang dilakukan pada kelas yang dirangkap pleh 2 guru.
c. Tutor dari masyarakat
Tutor ini berasal atau diambil dari masyarakat yang berperan untuk membantu guru
dalammenangani kegiatan pembelajaran di sekolah. Peran tutor ini baru dapat dilaksanakan
apabilaseorang guru merangkap 3 kelas sekaligus. Tidak ada kriteria khusus untuk tutor dari
masyarakat ini, yang terpenting orang tersebut memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang melebihimuridnya.
Dalam hal ini situasi tertentulah yang dapat guru lakukan untuk memanfaatkan
penjagasekolah sebagai tutor. Akan tetapi guru harus mampu menganalisa keadaan untuk
menempatkankapan penjaga sekolah dapat dimanfaatkan sebagai tutor. Aspek-aspek yang
perlu diperhatikan ketika memilih memanfaatkan tutor sebaya dan tutorkakak, adalah sebagai
berikut:
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murid dalam pembelajaran kelas rangkap merupakan suatu strategi pengajaran yang dapat
membantu guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kelas rangkap juga dapat
membantu memotivasi murid karena memberikan kesempatan untuk bekerja dengan berbagai
murid yang memiliki tingkat kemampuan dan minat yang berbeda-beda. Pembelajaran kelas
rangkap membutuhkan persiapan yang matang dan sistematis dari guru agar dapat berjalan
dengan baik dan efektif.
Selain memperhatikan pembagian kelompok dan partner kerja, guru juga perlu
memperhatikan jenis kegiatan yang akan dilakukan agar sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan mampu mengembangkan keterampilan murid secara holistik. Dalam keseluruhan,
pengorganisasian murid dalam pembelajaran kelas rangkap dapat memberikan manfaat yang
besar bagi proses pembelajaran, asalkan dilakukan dengan persiapan yang baik dan sistematis
oleh guru serta memperhatikan beberapa aspek penting dalam pelaksanaannya.
B. Saran
Sebagai calon peserta didik Dari uraian makalah diatas maka diharapkan kita harus
menyadari diri akan potensi yang dimiliki untuk mengembangkan masyarakat pendidikan
indonesia kemudian kita juga harus Belajar dari segala kekurangan, kekhilafan, serta
berusaha untuk membenahinya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Djalil, Aria. (2014) Pembelajaran Kelas Rangkap. In: Pengorganisasian Kelas. Universitas
Terbuka, Jakarta, pp. 1-49. ISBN 9789790113459
Ikhsanudin, E. (2013, Juli 26). Pengorganisasian Kelas Dan Siswa. Retrieved April 2, 2023,
from ekaikhsanudin.net: https://www.ekaikhsanudin.net/2013/07/pengorganisasian-
kelas-dan-siswa.html
18
LAMPIRAN
19
menunjuk satu org untuk menjadi ketua kelompok dan melakukan diskusi yang di
pimpin oleh ketua kelompok sendiri, sehingga ketika guru berpindh pada kelas 4,
kelas yang lain menjadi tertib.
3. Pertanyaan : Delia
Dijawab : Ayu Almasari
Delia Pada makalah anda, terdapat macam model-model pembelajaran kelompok
salah satunya model jigsaw. Pertanyaan saya Apakah model jigsaw dapat diadaptasi
dan diterapkan dalam pembelajaran di kelas yang lebih besar atau dengan siswa yang
memiliki tingkat kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda-beda?
Jawaban
Ya, model pembelajaran jigsaw dapat diadaptasi dan diterapkan dalam pembelajaran
di kelas yang lebih besar dan dengan siswa yang memiliki tingkat kemampuan dan
kecepatan belajar yang berbeda-beda.
Model jigsaw pada dasarnya adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan tugas atau
masalah. Dalam model jigsaw, setiap siswa bertanggung jawab atas bagian tertentu
dari tugas atau masalah dan kemudian berbagi hasil kerja mereka dengan anggota
kelompok lainnya.
Keuntungan dari model jigsaw adalah bahwa setiap siswa diharapkan untuk
berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar dan mengambil tanggung jawab penuh
atas bagian tugas mereka. Hal ini dapat meningkatkan keterampilan sosial,
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan membangun kepercayaan diri.
Dalam kelas yang lebih besar atau dengan siswa yang memiliki tingkat kemampuan
dan kecepatan belajar yang berbeda, model jigsaw dapat diadaptasi dengan memecah
kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan mengkategorikan siswa
berdasarkan kemampuan atau kecepatan belajar. Kelompok-kelompok ini kemudian
dapat diberi tugas yang berbeda-beda dan setiap siswa bertanggung jawab atas bagian
tugas mereka.
Dengan menggunakan model jigsaw, siswa yang memiliki kemampuan yang lebih
tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah dan siswa
20
yang memiliki kecepatan belajar yang lebih lambat dapat memperoleh bantuan dan
dukungan dari anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, model jigsaw
dapat membantu meningkatkan keterlibatan siswa dan memberikan pengalaman
belajar yang lebih positif bagi seluruh siswa.
Buat indikator evaluasi: Buatlah indikator evaluasi yang dapat digunakan untuk
mengukur efektivitas metode pengorganisasian murid SD. Indikator tersebut harus
spesifik dan terukur, sehingga dapat memberikan hasil yang akurat dan dapat
dijadikan dasar perbaikan.
21
Evaluasi hasil: Setelah proses observasi selesai, evaluasi hasil yang telah dicapai
berdasarkan indikator evaluasi yang telah ditetapkan. Analisis dan perbandingkan
hasil evaluasi dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
22
berpendapat tentang suatu masalah dengan perlunya kita memperhatikan bahwa
bahwa pendapat yang kita berikan tersebut sesuai dengan fakta dan masuk akal
Dalam pendekatan ini, setiap kali siswa diajarkan kembali materi yang sama, mereka
akan mengingat apa yang telah mereka pelajari sebelumnya dan membangun
pemahaman yang lebih kuat. Siswa juga akan memiliki kesempatan untuk meninjau
dan memperdalam pemahaman mereka tentang konsep-konsep yang mendasar.
Selain itu, dalam pembelajaran kelas rangkap, siswa di tiap kelas memiliki tingkat
kebutuhan dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan spiral
memungkinkan guru untuk memenuhi kebutuhan siswa secara individual dan
memastikan bahwa mereka memahami konsep-konsep dasar sebelum
memperkenalkan konsep yang lebih kompleks.
23
Contoh lain penerapan pendekatan spiral di sekolah dasar adalah dalam pembelajaran
bahasa Inggris, di mana pada setiap tingkat kelas, siswa diperkenalkan pada kosa kata
dan tata bahasa yang lebih kompleks dan memperluas keterampilan membaca,
menulis, dan berbicara mereka.
7. Pertanyaan : Niki Adista
Dijawab : Mutiara
Bagaimana tanggapan atau penjelasan kelompok penyaji, jika suatu saat nanti anda
dihadapkan pada situasi sekolah yang minimnya fasilitas terutama pada fasilitas fisik
seperti kurangnya ruang kelas dan kelengkapannya, apa yang akan anda lakukan
untuk memaksimalkan PKR ini khususnya ada pengorganisasian murid tersebut?
Terimakasih
Jawaban
Mungkin kekurangan ruangan untuk mengajarkan PKR itu sdh bnyak terjadi nah
untuk memaksimalkan pkr khususnya pada pengorganisasian murid ini kita bisa
melakukannya pada saat ada kelas yg sedang kosong jika kelas tdk memadai kita bisa
atur waktu jangan terpaku kepada kelas yg tdk memadai dan fasilitas yg tdk memadai
mungkin memang agak susah jika ada kebutuhan siswa tetapi itu tdk terpenuhi tapi
dalm mngajarkan pengorganisian siswa ini sepintar²nya guru mengaturnya agar kelas
selalu hidup aktivitas siswanya.
8. Pertanyaan : Aulia Rezky
Dijawab : Amanda Istiqomah AK
Dalam makalah penyaji terdapat keterangan mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw.
pertanyaan saya bagaimana kelompok panyaji merangkai tujuan pembelajaran
menggunakan ABCD terhadap model pembelajaran kelompok tipe Jigsaw yang
berkaitan dengan pengorganisasian kelompok.
Jawaban
Sebelumnya di sini kita harus ketahui dulu apa itu tujuan pembelajaran menggunakan
abcd dan bagaimana sistem tipe jigsaw yang berkaitan dengan pengorganisasian
kelompok
1. Tujuan pembelajaran menggunakan abcd dimana
A= audiens
B =Behaviour
24
C = condition
D = Degree
Setelah menentukan ABCD nya dari sebuah tujuan pembelajaran maka selanjutnya
kita kaitkan pada model tipe jigsaw dalam pembelajaran kelompok.
Yaitu dengan guru membagi beberapa kelompok yng terdiri dari 3-4 siswa kemudia
guru menjelaskan secara garis besar tentang materi perjuangan sumpah pemuda, yang
dimana guru telah menyiapkan sub topik8. sub topiknya yang nanti akan di berikan
kepada masing masing kelompok, yaitu 1 kelompok mendapatkan 1 subtopik yang
akan mereka diskusikan. Kemudian setelah kelompok mendiskusikan materi yang
telah mereka dapatkan mereka akan mempresentasikannya atau menjelaskan kembali
tentang materi tersebut dari sub topik satu sampai sub topik 6 misalnya ada enam
kelompok jadi sampai sub topik 6 sehingga materi yang telah guru jelaskan itu secara
garis besar dapat dirangkum dalam setiap materi yang telah masing-masing kelompok
diskusikan.
9. Pertanyaan : Akbar Faletehan
25
Dijawab : Amanda Istiqomah AK
Di dalam kelompok penyaji di situ membahas mengenai model-model pembelajaran
kelompok. Jadi pertanyaan saya hal apa saja yang menjadi alasan perlunya
menerapkan semua model-model tersebut dalam pembelajaran di SD?
Jawaban
Sebelumnya mari kita mengingat kembali model-model yang telah dijelaskan
sebelumnya itu ada tiga model di mana itu ada STAD terus yang kedua ada NHT dan
yang ketiga itu ada jigsaw di mana menurut kelompok kami ketiga model ini perlu
ataupun cocok diterapkan di pembelajaran SD karena ketiga model ini dapat
membantu meningkatkan tingkat berpikir masing-masing siswa walaupun dalam
proses pembelajaran kelompok nah maksudnya bagaimana kita ambil contoh pada
pembelajaran nht nah dalam pembelajaran ini kan guru memberikan sebuah nomor
kepada semua siswanya nah setelah nomor itu dibagi guru akan mengacak membuat
kelompok dengan nomor yang telah diberikan misalnya itu nomor 1 5 7 dan 10 itu
satu kelompok nah nanti setelah kelompok tertentu guru akan memberikan sebuah
tugas kelompok yang akan dikerjakan oleh kelompok nah setelah diskusi selesai guru
akan menunjuk satu nomor yang di mana itu akan menjawab pertanyaan yang guru
nah nomor ini itu ditunjuk secara acak otomatis siswa pasti akan berjaga-jaga karena
takutnya mereka yang akan ditunjuk nah otomatis mereka akan belajar mereka akan
belajar untuk mempersiapkan dirinya nanti kalau misalnya ditunjuk supaya bisa
menjawab nah kemudian sebelumnya juga itu guru memberikan arahan jikalau
berhasil dan tidak berhasilnya siswa menjawab itu skornya adalah skor kelompok nah
dengan begitu kan siswa akan timbul rasa semangat belajar dan juga rasa tidak
enakan kepada temannya misalnya seorang siswa dalam satu kelompok itu 1 orang
tidak belajar terus teman-teman lainnya itu belajar pasti timbul rasa tidak enakan
dalam diri siswa itu kalau nanti dia yang ditunjuk bagaimana kalau sudah ditunjuk
terus tidak bisa menjawab skornya kan pasti rendah sementara skornya adalah
sekolah kelompok pasti akan timbu rasa tidak enak sama teman-temannya yang lain
yang telah belajar sehingga dia akan semakin semangat belajar agar nilai
kelompoknya itu tinggi supaya kalau dia yang ditunjuk maju itu dia bisa menjawab
apa yang ditanyakan oleh guru dan hasilnya nilai kelompoknya pasti itu tinggi.
10. Pertanyaan : Isti Ningsih
Dijawab : Hajratul Sya’dia
26
Dalam makalah kelompok penyaji mengatakan bahwa dalam konsep mandiri dalam
mengajar seorang guru dituntut tidak terlalu bergantung kepada cukupnya jumlah
guru yang ada disekolah, lengkapnmya fasilitas, memadainmya buku paket danlain-
lain. Prinsip mandiri adalah menciptakan berbagai situasi belajar mengajar yang
terlepas dariketergantungan terhadap alasan yang serba kekurangan. Lingkungan
menjadi salah satu sarana penunjang dalam pembelajaran atau bisa disebut dengan “
Laboratorium Raksasa ".
Pertanyaan saya mengapa lingkungan disebut sebagai laboratorium raksasa yang
dapat menunjang pembelajaran dan apakah dengan hanya mengandalkan lingkungan,
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Jawabanan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005: 505) laboratorium merupakan ruang
untuk melakukan percobaan dan penelitian. Suatu tempat dapat dikategorikan sebagai
laboratorium apabila tempat tersebut dapat melatih peserta didik dalam hal
ketrampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengambilan
ilmu pengetahuan. Laboratorium sangat diperlukan sebagai tempat belajar untuk
memberikan pengalaman nyata pada siswa sebagai salah satu faktor pendukung
pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan
alam adalah segala yang ada di langit dan di bumi, lingkungan kehidupan atau
segalasesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan dianggap sebagai suatu
keutuhan (Depdiknas, 2005: 25).
Menurut Subiyanto (1988:91) yang dimaksud dengan laboratorium alam di sini adalah
alam sekitar yang tidak ada batasannya, sehinggapada laboratorium alam ini kita
dapat melakukan eksperimen atau percobaan yang karena menurut ukuran dan
bentuknya tidak dapat kita lakukan di ruang yang dibatasi oleh dinding. Dari beberapa
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium alam merupakan laboratorium
terbuka yang bisa berupa lingkungan sekitar seperti lingkungan rumah, sekolah
kebun, hutan ataupun lingkungan lain seperti lingkungan sosial, teknologi ataupun
budaya yang bisa dimanfaatkan sebagai media pengajaran ataupun sumber belajar.
Seperti yg kita tau Anak akan lebih mudah belajar dari hal-hal yang dilihat secara
konkret di lingkungan sekitarnya. Menghadirkan suasana lingkungan sekitar atau di
luar kelas dalam pembelajaran memiliki arti penting yang sangat luas, karena dengan
27
mendekatkan pembelajaran dengan objek secara langsung, materi pembelajaran akan
mudah diterima oleh siswa karena objek pembelajaran bersifat konkret sehingga siswa
tidak hanya mengira-ngira objek pembelajaran berdasarkan imajinasinya tetapi bisa
secara langsung melihat benda atau fenomena yang ada dilingkungan sekitar. Oleh
karena itu, siswa dapat menghubungkan antara konsep yang di pelajari di dalam kelas
dengan kondisi riil yang terjadi dilingkungan sehingga akan menumbuhkan penguatan
konsep, anak juga lebih mengenal dunia nyata, inkuiri lebih berproduksi sehingga
hakikat pembelajaran akan lebih bermakna dan kegiatan pembelajaran lebih menarik
serta tidak membosankan.
11. Pertanyaan : Wd. Sumarni Daimu
Dijawab : Andri
Tutor dikatakan sebagai perpanjangan tangan guru dimana berperan membantu guru
dalam proses pembelajaran murid dan bukan sebagai pengganti guru. Jenis tutor
sendiri terbagi menjadi 4 yakni tutor sebaya, tutor kakak, tutor masyarakat dan tutor
dari penjaga sekolah.
Tolong jelaskan kelebihan dan kelemahan pembelajaran tutor itu dan bagaimana
mengefektifkan pembelajaran dengan model tutor ini mengingat tidak semua orang itu
dapat melakukan interaksi atau pembelajaran kepada siswa seprofesional guru baik itu
dari segi pendekatan, penguasaan materi pelajaran, pembawaan pada saat mengajar
dan sebagainya, apa lagi dalam hal ini untuk pembelajaran kelas rangkap pasti ada
saja murid yang memandang sebelah mata guru tutor "ahh bukan ji guruku yang
mengajar" atau "ahh kakak kelas ji inilah" sehingga siswa ini tidak serius dalam
melakukan pembelajaran.
Jawaban
Kelebihan dan kekurangan dari keempat tutor tersebut menurut saya ada kemiripan
Kelebihannya suasana belajar menjadi lebih akrab, lebih efisien dan mampu
meningkatkan rasa tanggung jawab serta menambah motivasi belajar bagi tutor
sebaya. Sedangkan kelemahannya, tutor sebaya yang dipilih belum tentu mampu
menyampaikan materi kepada temannya dan antara keduanya belum tentu ada
hubungan yang baik. Cara agar pelaksanaar tutor lebih efektif yaitu guru harus
memberikan penegasan kepada seorang tutor, agar seorang tutor ini juga bisa
memberikan penegasan kepada peserta didik dalam kelas. Contohnya seperti guru
mengarahkan tutor agar yang ribut saat pelaksanaan pembelajaran dikelas dicatat
28
namanya. Nah, dengan penegasan seperti itu, maka peserta didik akan lebih tertib
dalam melaksanakan pembelajaran yang sebagaimana sedang berlangsung.
12. Pertanyaan : Andi Furqan Ikhwan Shadiq
Dijawab : Rahmatullah dan Ira wati
Nah pertanyaan saya disini, bisakah pemateri memberikan kelebihan dan kekurangan
dari ke 3 metode tersebut ???
Jawaban
Kelebihan dan kekurangan Metode Individual
29
Kelebihan dan kekurangan Metode Klaksikal
30
31