PENGELOLAAN KELAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Suprayekti, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Alia Triana Wulandari : 1101623016
2. Bella Putri Kartika : 1101623034
3. Laurensia Devi Kurnianti : 1101623013
4. Wildaniati Prastika : 1101623073
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "PENGELOLAAN KELAS" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan yang dimana
bertujuan untuk mengetahui mengenai pengelolaan kelas yang berkaitan dengan definisi, tujuan,
pendekatan pengelolaan kelas dan pengelolaan kelas untuk jenis sumber belajar yang perlu
diketahui mahasiswa yang mempelajari mata kuliah di semester ini. Selain itu, penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Suprayekti, M.Pd selaku dosen Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan yang telah memberi tugas ini dan memberi bimbingan dalam penulisan
makalah ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................................... 5
2.1 Definisi Pengelolaan Kelas................................................................................................................5
2.2 Tujuan Pengelolaan Kelas................................................................................................................. 5
2.3 Pendekatan Pengelolaan Kelas............................................................................................ 7
2.4 Pengelolaan Kelas Untuk Jenis Sumber Belajar..............................................................................16
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan yang terus berkembang, mewajibkan semua insan pembelajar untuk siap berproses,
bertumbuh dan berkembang. Pendidik dihadapkan dengan berbagai persoalan pendidikan di antara terkait
dengan mutu pendidikan. Padahal pendidikan adalah siklus proses belajar yang terkoneksi dengan sistem,
organisasi, budaya dan lain sebagainya. Pendidik tidak dapat dikatakan gagal pada saat mutu pendidikan
yang dihasilkan masih rendah. Semua lembaga organisasi dan orang yang ada di lingkungan pendidikan
adalah penanggung jawabnya. Namun, sebagaimana profesional yang telah diamanahkan pada setiap
pundak profesi, maka wajib hukumnya dilakukan sesuai dengan standar dan prosedur yang telah
ditentukan dan disepakati. Dulu guru dikenal masyarakat awam sebagai pengajar bukan pendidik, jadi
tugasnya hanya mengajar (Suprihatin, 2015). Mendidik adalah membina peserta didik untuk menjadi baik
yang sesuai dengan nilai moral dan norma yang berlaku dilingkungan masyarakat. Memberikan teladan
atau mencontohkan aktivitas baik dalam kehidupan sehari-hari adalah bagian dari mendidik. Sementara
mengajar adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap teori atau konsep perilaku.
Pendidik yang bergerak di ruang kelas adalah dosen dan guru. Pengelolaan kelas yang baik akan
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Kegiatan proses belajar mengajar yang terkendali dan
terukur mendorong tercapainya tujuan pembelajaran. Materi-materi yang dipersiapkan sebelum kegiatan
belajar berdampak pada kesiapan pendidik dalam menyampaikan materi dan kesiapan peserta didik dalam
menerima materi yang disampaikan. Belajar mengajar yang menyenangkan mustahil dicapai jika
psikologi pendidik dan peserta didik tidak siap untuk belajar. Oleh sebab itu, pendidik harus memiliki
keterampilan multitalenta dalam mengelola kelas untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Setidaknya pendidik profesional memiliki dua karakteristik utama dalam mengajar yaitu menguasai bahan
ajar dan peserta didik (Rusdiana and Heryati, 2015).
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut;
1. Apa definisi dari pengelolaan kelas?
2. Apa saja tujuan dari pengelolaan kelas?
3. Bagaimana pendekatan pengelolaan kelas?
4. Apa saja pengelolaan kelas untuk jenis sumber belajar?
Dari uraian rumusan masalah di atas dapat dijabarkan tujuan penulisan sebagai berikut;
1. Untuk menjelaskan definisi dari pengelolaan kelas
2. Untuk menguraikan tujuan dari pengelolaan kelas
3. Untuk menguraikan pendekatan pengelolaan kelas
4. Untuk menguraikan pengelolaan kelas untuk jenis sumber belajar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
● Tujuan khusus : mempersiapkan kemampuan siswa dalam menggunakan media
pembelajaran, menyediakan kondisi bagi siswa untuk bekerja dan belajar, serta
membantu siswa mencapai hasil yang diharapkan.
b. Erwinsyah (2017)
Erwansyah berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas secara khusus dibagi menjadi
dua yaitu tujuan untuk siswa dan guru. Tujuan untuk siswa adalah untuk mendorong
siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan
untuk mengontrol diri sendiri. Sedangkan tujuan pengelolaan kelas untuk guru ialah agar
dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi
petunjuk secara jelas kepada siswa, dan dapat bertujuan memiliki strategi ramedial yang
lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku
siswa yang muncul didalam kelas.
c. Sanjaya (2008)
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sanjaya adalah untuk membantu siswa mengetahui
tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru
merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan. Membangkitkan rasa tanggung jawab
untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
d. Badrudin (2014)
Badrudin mengungkapkan bahwa tujuan pengelolaan kelas yaitu menyediakan dan
mengatur fasilitas serta alat belajar yang relevan bagi peserta didik untuk belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas.
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin, dsb.
6
Menurutnya, tujuan pengelolaan kelas dibagi menjadi dua, yaitu untuk peserta didik
seperti membantu peserta didik mengetahui perilaku yang sesuai dengan tata tertib kelas
dan memahami jika teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan, dan
tujuan untuk guru yaitu dengan mempelajari bagaimana merespons secara efektif
terhadap tingkah laku peserta didik yang mengganggu.
7
Di antara tindakan atau perbuatan asosial yang bersifat individu menurut Direkurs adalah
sebagai berikut:
a. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain misalnya membadut aktif di kelas,
atau berbuat serba lamban.
b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan misalnya selalu mendebat atau kehilangan
kendali emosional.
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, misalnya mengata-ngatai.
d. Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba
melakukan apapun karena yakin bahwa kegagalan yang menjadi bagiannya.
Menurut Syaiful Bahri, pendekatan yang harus dilakukan oleh seorang guru meliputi
pendekatan otoriter, pendekatan intimidasi, pendekatan permisif, pendekatan intruksional,
pendekatan resep, pendekatan pembelajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan
sosial emosional, pendekatan proses kelompok dan pendekatan elektis atau pluralistik.
Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam manajemen kelas akan sangat dipengaruhi
oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku siswa, karakteristik watak dan sifat siswa,
dan situasi kelas pada waktu seorang siswa melakukan penyimpangan.
Dibawah ini ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif
pertimbangan dalam upaya menciptakan disiplin kelas yang efektif, antara lain sebagai berikut:
a. Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan konsepsi tentang
kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat dibedakan menjadi
1. Kontrol Otoriter
Dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras, jika perlu dengan
hukuman-hukuman yang berat. Menurut konsep ini, disiplin kelas yang baik adalah
apabila siswa duduk, diam, dan mendengarkan perkataan guru (Masiah, 2013).
2. Kebebasan Liberal
Menurut konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan
apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan cara seperti ini, aktivitas dan
8
kreativitas anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, sering
terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini berakibat terjadinya kekacauan atau
kericuhan didalam kelas karena kebebasan yang didapat oleh siswa disalahgunakan.
3. Kebebasan Terbimbing
Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Disini
siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol.
Disatu pihak siswa diberi kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain pihak siswa harus
dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat penyalahgunaan kebebasan.
Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan
pengendalian diri-sendiri.
b. Pendekatan Psikologis
Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat dimanfaatkan
oleh guru dalam membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain
sebagai berikut:
1. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification)
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapat bahwa :
a) Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b) Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif (positive
reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan
aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negative reinforcement) seperti
hukuman, penghapusan hak, dan ancaman (Freeman, 1984).
Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Penguatan Primer yaitu penguatan yang tanpa dipelajari seperti makan, minum,
menghangatkan tubuh, dsb.
2. Penguatan Sekunder yaitu penguatan sebagai hasil proses belajar. Penguatan sekunder ini
ada yang dinamakan penguatan sosial (pujian, sanjungan, perhatian, dsb), penguatan
simbolik (nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam bentuk
kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak semua siswa
dapat mempraktekkannya).
9
d. Pendekatan Proses Kelompok (Group Process)
Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi
anggapan dasar dari pendekatan ini ialah:
1. Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
2. Tugas pokok guru yang utama dalam Manajemen Kelas ialah membina kelompok yang
produktif dan efektif.
10
c) Peserta didik boleh berekspresi dengan cara apapun dalam menerima materi pelajaran dari
guru selama selama ekspresi tersebut tidak mengganggu teman sekelasnya dan juga
keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
3) Pendekatan Resep Pendekatan resep (cook book)
Dalam manajemen kelas dilaksanakan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan
apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah
atau situasi yang terjadi di dalam kelas.
4) Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan
akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah tersebut
jika tidak dapat dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk
mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang tidak baik.
11
menciptakan kelompok belajar di dalam kelas untuk mempererat hubungan antar individu dan
menghasilkan peserta didik yang bekerja secara produktif
8) Pendekatan Elektis atau Pluralistik Pendekatan elektis (eclectic approach) dalam manajemen
kelas menekankan pada potensi, kreatifitas, dan inisiatif dari wali atau guru kelas untuk memilih
berbagai pendekatan yang tepat dalam berbagai situasi yang dihadapi di dalam kelas. Pendekatan
elektis disebut juga dengan pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas dengan
memanfaatkan berbagai macam pendekatan dalam rangka menciptakan dan mempertahankan
kondisi belajar yang efektif dan efisien.
9) Pendekatan Teknologi dan Informasi
Pendekatan teknologi dan informasi dalam manajemen kelas berasumsi bahwa pembelajaran
tidak cukup hanya dengan kegiatan ceramah dan transfer ilmu pengetahuan semata, bahwa
pembelajaran yang modern perlu memanfaatkan penggunaan teknologi dan informasi dalam
kelas.
Kemampuan guru dalam mengelola kelas termasuk salah satu dari perwujudan
kompetensi pedagogik. Keterampilan pertama yang harus dikuasai oleh guru untuk mengelola
kelas adalah keterampilan dalam memahami, memilih, dan menggunakan berbagai pendekatan
dalam manajemen kelas.
1. Pendekatan Otoriter
Pengelolaan kelas bertujuan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik sesuai yang
dikehendaki guru. Peran guru dalam pendekatan ini yaitu menciptakan dan
mempertahankan kedisiplinan peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran, kedisiplinan
merupakan faktor penentu dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, dalam hal
ini guru harus menekankan pentingnya peserta didik untuk menaati peraturan.
2. Pendekatan Intimidasi
Dari pendekatan intimidasi atau ancaman ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku
anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan,
sindiran, dan memaksa. Ancaman ini sepatutnya tidak dilakukan sesering mungkin dan
hanya diterapkan manakala kondisi kelas sudah benar-benar tidak dapat dikendalikan.
3. Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan
kebebasan peserta didik dan merupakan prioritas dalam proses belajar pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas. Tema sentral dari pendekatan ini adalah apa, kapan, dan di mana
saja tanpa dibatasi oleh waktu. Guru juga hendaknya membiarkan peserta didik bertindak
bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Campur tangan guru hendaknya seminimal
mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara
penuh.
4. Pendekatan Resep
12
Pendekatan buku masak adalah pendekatan yang berbentuk rekomendasi berisi daftar
hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe
masalah manajemen kelas. Pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada
diri guru dalam melakukan manajemen kelas. Pendekatan resep (buku masak) ini
dilakukan dengan memberi suatu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan
apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi
yang terjadi di kelas. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti dalam resep.
Dalam tahap itu di gambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh seorang
guru. Tidak ada salahnya apabila guru juga meminta peserta didik untuk mengemukakan
hal-hal yang kurang mereka sukai dari cara guru mengajar serta apa yang mereka
inginkan.
5. Pendekatan Intruksional
Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa
pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya
sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial
yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu.
Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas cenderung memandang
perilaku instruksional guru mempunyai potensi mencapai dua tujuan utama manajemen
kelas. Tujuan itu adalah:
a. Mencegah timbulnya masalah manajerial, dan
b. Memecahkan masalah manajerial kelas.
Para pengembang pendekatan instruksional meyakinkan guru dalam
mengembangkan strategi menajemen kelas memperhatikan hal – hal berikut ini:
1) Menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai,
2) Menerapkan kegiatan yang efektif,
3) Menyediakan daftar kegiatan rutin kelas,
4) Memberikan pengarahan yang jelas
5) Menggunakan dorongan yang bermakna,
6) Memberikan bantuan mengatasi rintangan,
7) Merencanakan perubahan lingkungan,
8) Mengatur kembali struktur situasi.
6. Pendekatan Perubahan
Perilaku Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip psikologi
behaviorisme.
Prinsip utama yang mendasari adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Menurut
pendapat ini, alasan peserta didik berperilaku menyimpang adalah karena peserta didik
telah belajar berperilaku tidak sesuai, atau peserta didik tidak belajar berperilaku yang
sesuai.
13
Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modivication approach) ini
bertolak dari sudut pandang Psikologi Behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai
berikut:
a. Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana
yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan peserta didik
mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan
sekitarnya.
b. Di dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguatan
positif (positive reinforcement), hukuman, penghapusan (extenction) dan penguatan
negatif (negative reinformcement). Asumsi ini mengharuskan seorang wali/guru kelas
melakukan usaha-usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik
(perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, terutama di kalangan peserta didik.
Agar pelaksanaan hukuman berjalan efektif dan cukup manusiawi maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. (Gunakan hukuman secara ketat/terbatas dan seperlunya (tidak royal).
b. Jelaskan kepada peserta didik kenapa ia memperoleh hukuman seperti itu
c. Sediakan pula jalan alternatif bagi peserta didik dalam memperoleh penguatan (untuk
menjauhi hukuman)
d. Berikan penguatan dan hukuman secara proporsional, misalnya, beri hukuman ketika
peserta didik tidak menyelesaikan tugas sementara itu.
7. Pendekatan Socio Emotional
Pendekatan iklim sosio-emosional berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu
memberikan arti penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar
pendapat bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung
pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas
hubungan antar pribadi dan iklim kelas. Oleh karena itu tugas pokok guru dalam manajemen
kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif serta meningkatkan iklim
sosioemosional yang positif pula.
Di sini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi itu, dan peranannya adalah
menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Untuk itu terdapat dua asumsi pokok yang
dipergunakan dalam pengelolaan kelas sebagai berikut:
a. Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungnn interpersonal yang
harmonis antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta
didik, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang
efektif.
b. Iklim sosial yang emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan
kegiatan pembelajaran, yang disadari dengan hubungan manusiawi yang efektif.
8. Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan kerja kelompok dengan model ini membutuhkan kemampuan guru dalam
14
menciptakan momentum yang dapat mendorong kelompok-kelompok di dalam kelas menjadi
kelompok yang produktif. Disamping itu, pendekatan ini juga mengharuskan guru untuk mampu
menjaga kondisi hubungan antar kelompok agar dapat selalu berjalan dengan baik. Pendekatan
proses kelompok didasarkan pada beberapa asumsi yaitu sebagai berikut:
a) Kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas.
b) Tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan
produktif.
c) Kelompok kelas adalah suatu system sosial yang mempunyai ciri yang terdapat pada semua
sistem sosial,
d) Pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang
menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, dasar dari Group Process Approach ini adalah psikologi sosial
dan dinamika kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut:
a) Pengalaman belajar di sekolah bagi peserta didik berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
Asumsi ini mengharuskan wali/ guru kelas dalam pengelolaan kelas selalu mengutamakan
kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas.
b) Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang
efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini berarti seorang wali/ guru kelas harus mampu
membentuk dan mengaktifkan peserta didik bekerja sama dalam kelompok (group studies).
9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek
terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atas
keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoretis, dan/atau psikologis dinilai benar,
yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan
situasi disebut pendekatan eklektik (Rachman, 1997: 79). Hal yang perlu dikuasai oleh seorang
guru adalah dalam menerapkan pendekatan eklektik yaitu sebagai berikut:
a. Menguasai pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan pengubahan
perilaku, penciptaan iklim sosioemosional, dan proses kelompok.
b. Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai, baik dalam
masalah manajemen kelas.
Kelas harus dirancang dan dikelola dengan seksama agar memberi hasil yang maksimal.
Pendekatan atas pengelolaan kelas sangat tergantung pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru
terhadap proses pembelajaran dan hubungan siswa yang mereka ciptakan. Ada 4 jenis kelas yang
dapat kita amati yaitu sebagai berikut:
1) Jenis kelas yang selalu gaduh. Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas,
tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan ancaman sering diabadikan dan hukuman
tampaknya tidak efektif.
2) Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif. Guru mencoba untuk
membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan
15
permainan dengan kegiatan yang menyenangkan, membaca cerita, serta menyelenggarakan
kegiatan kesenian dan pameran kerajinan siswa.
3) Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah menciptakan banyak aturan
maupun meminta agar aturan tersebut dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan
peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman. Guru sering menghabiskan banyak
waktu dengan melakukan hal ini karena ia dengan cepat dapat memperhatikan bentuk
pelanggaran.
4) Jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya. Guru menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dan
menyelesaikan tugas dengan kemampuannya sendiri tanpa harus dipelototi oleh guru. Siswa
yang tampak terlibat dalam tugas pekerjaan saling berinteraksi sehingga suara muncul dari
beberapa tempat secara bersamaan.
Ketika memikirkan tentang manajemen kelas yang efektif, guru yang tidak berpengalaman
terkadang mengabaikan lingkungan fisik. Desain lingkungan fisik kelas adalah lebih dari sekedar
penataan barang di kelas.
Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat Anda pakai untuk menata kelas Anda (Evertson,
Emmer, & Worsham, 2003):
a. Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang. Gangguan dapat terjadi di daerah yang
sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku murid, meja guru,
dan lokasi penyimpanan pensil, rak buku, komputer, dan lokasi lainnya. Pisahkan
area-area ini sejauh mungkin dan pastikan mudah diakses.
b. Pastikan bahwa dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang
penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk itu, Anda harus bisa melihat
semua murid. Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja Anda, lokasi instruksional,
meja murid, dan semua murid. Jangan sampai ada yang tidak kelihatan
c. Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses. Ini akan
meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan
aktivitas.
16
d. Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan di
mana Anda dan murid Anda akan berada saat presentasi kelas diadakan Untuk aktivitas
ini, murid tidak boleh memindahkan kursi gaya atau menjulurkan
● Gaya Penataannya
a. Gaya auditorium. Gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru.
Gaya auditorium sering dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi
ke kelas.
b. Gaya tatap muka. Gaya susunan kelas dimana murid saling menghadap. Akan
menerima gangguan lebih besar dari murid lain.
c. Gaya off-set. Gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat
anak) duduk dibangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Akan
lebih efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
d. Gaya seminar. Gaya susunan kelas di mana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih)
duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Efektif ketika guru
ingin murid berbicara satu sama lain atau bercakap-cakap dengan guru juga.
e. Gaya Klaster. Gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai
delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil. Efektif untuk aktivitas pembelajaran
kolaboratif.
Pada dasarnya, susunan meja yang mengelompok akan mendorong interaksi sosial di
antara murid. Sebaliknya, susunan meja yang berbentuk lajur akan mengurangi interaksi sosial di
antara murid dan mengarahkan perhatian murid kepada guru. Menata meja dalam lajur-lajur
efektif ketika harus mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri, sedangkan meja yang
dikelompokkan akan membantu proses kooperatif. Ada istilah area yang dinamakan “Zona Aksi”
yang merupakan area di mana murid di depan dan tengah lokasi paling banyak berinteraksi
dengan guru. Misalnya, mereka paling sering mengajukan pertanyaan dan paling mungkin
mengawali diskusi.
Kemudian Weinstein menyatakan bahwa ada beberapa langkah dalam mendesain kelas, yaitu:
1) Pertimbangkan apa aktivitas yang akan dilakukan murid. Jika ingin mengajar murid
TK atau SD, perlu menciptakan setting untuk membaca dengan suara keras, mengajar
membaca secara berkelompok, tempat untuk berbagi pandangan, pengajaran matematika,
dan tempat pelajaran keterampilan dan seni. Guru sains sekolah menengah mungkin
harus mengakomodasi instruksi untuk seluruh kelompok, aktivitas laboratorium, dan
presentasi media. Lalu, buat daftar aktivitas murid yang akan dilakukan dan juga tulis
17
susunan khusus yang perlu dipertimbangkan; misalnya, area seni dan sains perlu berada
dekat komputer, dekat outlet listrik.
2) Buat gambar rencana tata ruang. Sebelum memindahkan perabot, gambar beberapa
rancangan tata ruang dan kemudian pilih salah satu yang dirasa paling baik.
3) Libatkan murid dalam perencanaan tata ruang kelas. Rencanakan tata ruang sebelum
sekolah dimulai, tetapi setelah sekolah dimulai, tanyakan kepada murid tentang
bagaimana pendapat mereka tentang rencana tersebut. Jika mereka menyarankan
perbaikan yang masuk akal, cobalah. Beberapa minggu setelah sekolah, evaluasilah
efektivitas tata ruang tersebut. Waspadalah pada problem yang mungkin muncul akibat
penataan itu, misalnya, sebuah studi menemukan bahwa ketika murid TK berkerumun di
dekat guru yang membacakan sebuah cerita, mereka kerap ribut sekali. Atur murid dalam
posisi setengah lingkaran agar dapat mengurangi keributan.
Murid perlu lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Kita akan mendiskusikan beberapa
strategi manajemen kelas umum untuk memberikan lingkungan ini, cara efektif membuat dan
mempertahankan aturan, dan strategi positif untuk membuat murid mau bekerja sama.
18
1. Menjalin Hubungan Positif dengan Murid
Selain membuat aturan dan prosedur yang efektif, guru juga perlu menunjukkan perhatian pada
murid. Dengan adanya perhatian dapat menyebabkan kelas dirasakan aman dan nyaman bagi
murid serta murid dapat merasakan diperlakukan secara adil.
Ada beberapa pedoman untuk mengajak murid berbagi dan mengemban tanggung jawab di kelas
(Fitzpatrick, 1993) yaitu melibatkan murid dalam perencanaan dan implementasi inisiatif sekolah
dan kelas, dorong murid untuk menilai tindakan mereka sendiri, jangan menerima dalih, beri
waktu agar murid mau menerima tanggung jawab, dan biarkan murid berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan dengan mengadakan rapat kelas.
Hadiah bisa mengandung informasi tentang kemampuan penguasaan murid bisa menaikkan
motivasi intrinsik dan rasa tanggung jawabnya. Namun, imbalan yang digunakan untuk
mengontrol perilaku murid kecil kemungkinannya bisa menaikkan tanggung jawab dan regulasi
diri.
1. Keterampilan Berbicara
Hal ini meliputi cara berbicara di depan kelas dan murid yang harus diperhatikan yaitu
penggunaan tata bahasa, pemilihan kosakata, tempo bicara, dll. Hal lain bisa memberi ceramah
yang efektif, memberi rintangan komunikasi verbal yang efektif seperti kritik dan menasehati.
2. Mendengar
Mengelola kelas secara efektif akan lebih mudah jika guru dan murid punya keterampilan
mendengar yang baik. Ada beberapa strategi untuk mengembangkan keterampilan mendengar
aktif (Santrock & Halonen, 2002). Adapun strategi tersebut meliputi memberi perhatian cermat
pada orang yang sedang berbicara, mensintesiskan tema dan pola, dan memberi umpan balik atau
tanggapan dengan cara kompeten.
Bentuk komunikasi melalui tangan, tatapan mata, menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau
menyentuh orang lain. Contoh perilaku yang biasa dilakukan orang untuk berkomunikasi non
19
verbal yaitu mengangkat alis sebagai tanda tak percaya, menepuk dahi sebagai tanda lupa
sesuatu, dan mengangkat bahu sebagai tanda tak peduli.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan daripada pengelolaan kelas adalah agar setiap
anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan kelas agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan
menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada,
sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.
Dari pendekatan-pendekatan diatas, seorang guru harus bisa memahami dan menguasai
dalam rangka proses pengelolaan kelas yang baik. Maka, Seorang guru dapat merealisasikan
pengelolaan kelas dengan menggabungkan pendekatan dengan pelaksanaannya dengan
mempertimbangkan kondisi kelas, karakter dari siswa dan materi pembelajaran yang akan
diajarkan.
Pengelolaan kelas adalah salah satu tanggung jawab guru yang tidak pernah ditinggalkan.
Agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik untuk jenis sumber belajar bagi peserta
didik perlu memperhatikan bagaimana seorang guru mendesain lingkungan fisik, menciptakan
lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membuat, mengajukan, dan mempertahankan
aturan dan prosedur, mengajak murid untuk bekerja sama dan menjadi komunikator yang baik,
dengan memperhatikan hal tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi
anak didik sehingga tercapai tujuan pengajar secara efektif dan efisien.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hendri, N. (2019). Lingkungan Pembelajaran yang Produktif dan Kondusif. Jurnal E-Tech,
Leli Mulyani. Dr. Rusmiati Aliyah, M.Pd. (2022). Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas.
Muhammad Asip, S.Pd., M.Pd. Patri Janson Silaban, S.Pd., M.Pd Dr. Sukarman Purba, ST, M.Pd
I Gusti Ayu Niken Launingtia,S.S.,M.Hum Romi Mesra, S.Pd., M.Pd. Dr. Firman Saleh, S.S.,
S.Pd., M.Hum Sari Susanti, S.Pd., M.Pd. (2023). PENGELOLAAN KELAS: Strategi dan
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas yang Bermutu dan Efektif. Get Press Indonesia Anggota
IKAPI N
o. 033/SBA/2022
22