Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MENGEKSPLANASI PENGELOLAAN KELAS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dian Arif Noor Pratama, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 2
Andakwanita (2011101099)
Asmaul Husna (2011101262)
Dina Sarmila (2011101174)
Ghozi Rozaan Pranadhan (2011101080)
Miftahussurur Zaenudin Putri (2011101117)
Muhammad Nur Khalis Majid (2011101197)
Muhammad Syawalman Anwar (2011101231)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW karena beliaulah yang telah menyampaikan petunjuk Allah kepada kita
semua.

Adapun makalah ini kami susun sebagai wujud tanggung jawab dan
kewajiban kami sebagai mahasiswa/i guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi
pendidikan. Kami mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT, dan Bapak Dian
Arif Noor Pratama, M. Pd selaku dosen pada mata kuliah psikologi pendidikan yang
telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah ini,


oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Amin amin ya
rabbal ‘alamin.

Samarinda, 22 Maret 2021

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Urgensi Pengelolaan Kelas ........................................................................ 3

B. Tekhnik Pemusatan Perhatian .................................................................... 6

C. Masalah Waktu Dalam Pengajaran ............................................................... 8

D. Peraturan Dan Tingkah Laku Dalam Kelas .............................................. 13

E. Kedisiplinan ............................................................................................ 15

F. Program Khusus Untuk Pengelolaan Kelas .............................................. 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 20

A. Kesimpulan ............................................................................................. 20

B. Saran........................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu hal yang paling urgen dalam proses atau laju
kehidupan manusia. Hampir kesemua manusia yang berada dalam belahan bumi ini
sepakat bahwa pendidikan merupakan tombak untuk memberantas penyakit
kemiskinan dan ketimpangan eknomi. Banyak negara-nagara maju di dunia yang
nyaris bila ditelisik dari sektor pendidikannya hampir tidak ditemukan defisit atau
carut marut. Pendidikan menjadi tolok ukur esensial jika hendak melihat atau pun
mengetahui seberapa maju dan berkualitasnya suatu negara. Pun sebaliknya,
beberapa negara berkembang dan negara yang tergolong miskin memiliki
kompleksitas masalah pendidikan yang tidak kunjung menemukan solusi, biasanya
pula cenderung berlarut-larut.

Pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki


guru dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda
dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan
pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu
pembelajaran. Sedangkan "pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya--upaya
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar (pembinaan raport, penghentian perilaku peserta didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh
peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif),
didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Urgensi pengelolaan kelas?
2. Bagaimana Tekhnik pemusatan perhatian?
3. Bagaimana mengatur Masalah waktu dalam pengajaran?
4. Apa saja Peraturan dan tingkah laku dalam kelas?
5. Apa yang dimaksud dengan Kedisiplinan?
6. Apa yang dimaksud Program khusus untuk pengelolaan kelas?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui urgensi pengelolaan kelas
2. Untuk mengetahui tekhnik pemusatan perhatian.
3. Untuk mengetahui masalah waktu dalam pengajaran.
4. Untuk mengetahui peraturan dan tingkah laku dalam kelas.
5. Untuk mengetahui tentang kedisiplinan.
6. Untuk mengetahui program khusus untuk pengelolaan kelas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Urgensi Pengelolaan Kelas

Urgensi pengelolaan kelas atau Manajemen kelas merupakan tolak ukur


untuk mencapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
pada proses pendidikan. pada umumnya tujuan pendidikan dikatakan telah tercapai
apabila telah terlaksananya secara baik manajemen kelas dalam sekolah itu sendiri.
Manajemen kelas diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh guru sebagai
manajer kelas dalam mengelola siswa yang berada di dalam kelas yang dilakukan
untuk merancang atau mendesain sehingga mampu menciptakan dan sekaligus dapat
mempertahankan suasana yang menyenangkan, menimbulkan motivasi siswa untuk
selalu ikut aktif terlibat pada saat proses pembelajaran berlangsung di lingkungan
kelas sehingga suasana kondusif seperti itu akan dapat membantu dalam menunjang
keberhasilan program pengajaran yang telah direncanakan sebelumnya.

Dengan demikian urgensi dari manajemen kelas untuk mencapai tujuan


pembelajaran yang telah direncanakan yaitu;

1. Kegiatan manajerial yang di dalamnya mengupayakan agar dapat melakukan


sebuah kegiatan yang mampu menciptakan dan memelihara kondisi
pembelajaran yang kondusif sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2. Implementasi manajemen kelas yang meliputi kegiatan dalam
mengorganisasikan kelas, melakukan pemiliharaan keindahan dan kebersihan
ruangan belajar, pengaturan tempat duduk siswa, pengaturan alat-alat pelajaran
yang kesemua itu diperlukan peran guru yang besar dalam manajemen kelas
tersebut.
3. Dalam pengelolaan kelas diharapkan dapat membangkitkan pola tingkah laku
guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang meliputi kualitas pembelajaran
yang disesuaikan dengan kemampuan guru dan kondisi siswa, guru diharapkan
juga mempunyai penguasaan yang berkaitan dengan kurikulum dan pemilihan

3
serta penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan peserta
didik.

Urgensi Manajemen Kelas Sebagai usaha dalam meningkatkan mutu


pendidikan nasional yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, dalam
mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan
ketrampilan. Maka diperlukan suatu tugas dan peran guru dalam proses
pembelajaran yang tugas guru bukan hanya kegiatannya mendidik, mengajar dan
melatih tetapi guru juga harus berpikir bagaimana guru dapat membaca situasi kelas
dan kondisi siswanya agar mudah dalam menerima transfer pelajaran sehingga apa
yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Hal ini penting untuk dipahami dikarenakan pendidik dalam hal ini guru
dianggap sebagai unsur utama atau dapat dikatakan sebagai figur sentral dalam
tercapainya sebuah keberhasilan pendidikan. artinya di tangan gurulah terletak
kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah.

Untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan pembelajaran sehingga


diperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan peranan yang besar dari guru.
untuk mencapai hal tersebut salah satunya dengan berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar atau kondisi kelas yang menyenangan, aman, dan nyaman bagi
siswa sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat lebih efektif dan efisien
ketika guru memiliki kemampuan dalam mengelola kelas.

Manajemen kelas yang dihubungkan dengan adanya kegiatan pengelolaan


kelas dapat diberikan batasan menurut bagaimana pendekatan pengelolaan yang
diselenggarakan sekolah atau lembaga pendidikan tertentu. Menurut Abdurahman,
bahwa kelas meliputi berbagai komponen, antara lain: ruangan, siswa, kegiatan
pembelajaran, alat dan media pembelajaran (instrumental), serta segala hal yang
berhubungan dengan suasana lingkungan belajar (environmental). Dari pendapat
tersebut menjelaskan bahwa guru diharapkan dapat menciptkan lingkungan belajar
yang kondusif yaitu yang dapat memberikan tantangan, dorongan dan pengalaman
belajar bagi siswa di sekolah sehingga dengan kondisi lingkungan belajar seperti
itu siswa merasakan kenyamanan dan kepuasaan dalam memperoleh hasil belajar

4
yang maksimal, oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut sangat dibutuhkan
peranan guru dalam mengimplementaskan manajemen kelas yang dapat
diwujudkan dalam bentuk pengelolaan kelas seperti yang telah diuraikan di atas.

Ali menjelaskan “pengelolaan kelas merupakan ditujukan sebagai upaya


dan tindakan guru dalam melakukan pembinaan pada siswa, melakukan mobilisasi,
serta pemberdayaan kelas secara optimal dengan selektif dan efektif yang
diwujudkan dengan menciptakan kondis belajar yang menyenangkan atau suatu
kegiatan yang memperlihatkan kemampuan guru dalam menyelesaikan problema
yang dihadapi kelas agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan wajar.
Keberhasilan guru dalam melakukan pengelolaan kelas dapat dilihat dari
kemampuan guru dalam mengatur dan mengendalikan komponen-komponen
pembelajaran yang ada di kelas seperti siswa dan sarana pengaaran sehingga dapat
menciptakan kondisi belajar mengajar yang menyenangkan, dengan demikian
mempermudah guru dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.

Disamping itu juga diperlukan upaya guru dalam menjaga hubungan


interpersonal yang baik dengan siswa, antara siswa dengan siswa lainya, yang
kesemua itu merupakan syarat dalam mencapai keberhasilan pengelolaan kelas.
Zamroni menjelaskan urgensi manajemen kelas yaitu dapat dilihat dari berbagai
aspek dalam pendidikan dan proses belajar mengajar yaitu;

1. Kegiatan manajerial yang mencakup tahap penciptaan dan pemeliharaan kondisi


belajar yang maksimal sehingga dapat memungkinkan untu terselenggaranya
kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam upaya untuk
mempermudah dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Dibutuhkan peran guru dalam menerapkan manajemen kelas yang dimulai dari
tahap pengorganisasian kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat
pelajaran, pemeliharaan keindahan dan kebersihan ruangan kelas, dan lain-lain.
3. Pengelolaan kelas sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pembelajaran
adalah sebagai cerminan dari pola tingkah laku guru di kelas yang dirancang
sedemikian rupa sesuai dengan kreatifitas dan inovasi guru dan karakteristik
siswa dengan diiringi kemampuan guru yang lain seperti penguasaan kurikulum,

5
kemampuan memilih dan menggunakan sumber dan media pembelajaran yang
tepat.

Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa urgensi dari
manajemen kelas sebagai upaya untuk memperoleh tujuan pembelajaran yang
maksimal efektif dan efisien dapat dilakukan guru dengan menciptakan dan
memelihara kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan sehingga
membuat siswa memiliki rasa nyaman dan kepuasaan dalam mengikiuti proses
pembelajaran yang diselenggarakan serta diperlukannya peran guru dalam
menerapkan manajemen kelas seperti melakukan kegiatan pengorganisasian kelas
yang diwujudkan dalam sebuah pola tingkah laku guru untuk melakukan
pengelolaan kelas mulai dari pengaturan ruangan, tempat duduk, media, alat dan
bahan pelajaran yang akan disajikan sampai pada penentuan alternatif pemecahan
masalah yang akan dihadapi siswa saat mengikuti proses pembelajaran di kelas
sehingga mutu atau kualitas dari pendidikan yang diharapkan dapat tercapai sesuai
dengan yang telah direncanakan sebelumnya.

B. Tekhnik Pemusatan Perhatian

Dalam psikologi umum dalam Nugraha “Konsentrasi belajar adalah


kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktifitas belajar”. Dalam definisi
tersebut terdapat indikator, yaitu :

1. Memusatkan pikiran.
menurut Sumartno yakni: Konsentrasi belajar adalah fokus perhatian siswa
untuk dapat memperhatikan, serta dapat memahami setiap materi pelajaran yang
telah diberikan. Definisi tersebut mengandung indikator:
a. Fokus perhatian,
b. Memperhatikan,
c. Memahami

Dari beberapa definisi tentang konsentrasi yang telah disebutkan di atas,


dapat disimpulkan bahwa konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk
memfokuskan/ memusatkan dan menjaga pikiran terhadap pelaksanaan
pembelajaran, dan memahami setiap materi. Ketika seseorang sedang

6
berkonsentrasi, objek yang difokuskan hanya objek yang menjadi target utama
konsentrasi, sehingga informasi yang diperoleh hanyalah informasi yang telah
dipilih. Fokus yang ditajamkan meningkatkan kemungkinan seseorang dapat
menyerap dan memahami informasi yang didapat.

a. Pengertian konsentrasi belajar.

Daud menjelaskan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan


perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi.

b. Ciri-ciri konsentrasi belajar.

Engkoswara menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang dapat


digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi adalah
sebagai berikut:

1) Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan,


informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini,
siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan: Kesiapan
pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan.
2) Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada
perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai:
a) Adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu,
b) Respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan,
c) Mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari
suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.
3) Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi
belajar dapat ditengarai:
a) Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk
guru,
b) Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakangerakan yang
penuh arti.

7
4) Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi
belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi
dengan baik dan benar. Maka, teori konseling yang dipilih untuk
meningkatkan konsentrasi belajar pada siswa yang menekankan pada
perubahan pikiran dalam penelitian ini adalah teori konseling kognitif. Teori
kognitif adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
disekitarnya.
2. Indikator konsentrasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator
konsentrasi belajar adalah sebagai berikut:
1) Perilaku kognitif, ditengarahi dengan:
a) Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan.
b) Komprehensif dalam penafsiran informasi.
c) Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.
d) Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.
2) Perilaku afektif, ditengarahi dengan:
a) Perhatian pada materi pelajaran.
b) Merespon bahan yang diajarkan.
c) Mengemukakan suatu ide.
3) Perilaku psikomotor, ditengarahi dengan:
a) Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk
guru.
b) Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang
penuh arti. Adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik
dan benar.

C. Masalah Waktu Dalam Pengajaran


Pengelolaan atau manajemen waktu ialah kegiatan mengalokasikan
pekerjaan sesuai dengan kepentingan atau prioritas sehingga tujuan tercapai dalam
jangka waktu tertentu. Pengertian pengelolaan menurut Kamus berasal dari kata
“kelola” yang berarti “proses, cara, perbuatan mengelola”. Sementara pengertian
administrasi meliputi tiga segi, yaitu: segi proses, fungsional dan institusional.

8
Pengertian manajemen berasal dari Bahasa Inggris management (dengan kata dasar
manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola atau
memperlakukan) yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan.
Sementara istilah waktu berarti “kesempatan, tempo dan peluang” (Departemen
Pendidikan Nasional, 2002: 1267).

Manajemen waktu meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,


dan pengawasan produktivitas waktu. Melalui pengelolaan atau manajemen waktu
ini, seseorang berupaya menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang
diinginkan (berdasarkan kepentingan, prioritas maupun manfaatnya), sekaligus
menghindari kesibukan yang tidak diinginkan. Waktu adalah kehidupan itu sendiri,
yang setiap waktu berkurang. Waktu merupakan saat dan tempat untuk belanja dan
merupakan modal sesungguhnya bagi manusia, baik individu, kelompok, organisasi
maupun masyarakat. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang beriman, janganlah
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang berbuat demikian, maka mereka itulah orangorang yang merugi. Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”
(QS. al-Munafiqun: 9-10). Oleh karena itu, kewajiban setiap muslim terhadap waktu
harus dilakukan.

1. Pengelolaan Waktu Yang Efektif Dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam

Waktu merupakan sumber terbatas yang perlu dialokasi dan


dimanfaatkan secara efesien dan efektif. Alokasi waktu pelaksanaan
pembelajaran setiap mata pelajaran telah dialokasikan dalam satuan jam tertentu.
Alokasi jam pembelajaran tersebut harus dapat digunakan secara optimal untuk
menghasilkan perubahan belajar pada diri siswa. Guna mengoptimalkan
pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran, guru perlu
memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini;

9
a. hindari waktu terbuang akibat keterlambatan penyiapan sumber atau media,
penundaan memulai awal pembelajaran, atau terlalu banyak menggunakan
waktu untuk menyelesaikan tugas administratif.
b. dilakukan untuk menunjung program pembelajarannya.
c. mulai pembelajaran pada waktunya.
d. hindari menghentikan PBM sebelum waktunya.
e. hindari terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu selama proses
pembelajaran.
f. tingkatkan time on-task setiap siswa untuk mengikuti setiap sesi
pembelajaran.
g. pertahankan momentum belajar.

Masih terkait dengan kegiatan pendidikan di sekolah, menurut Danim


bahwa salah satu kelemahan sebagian besar kepala sekolah dan juga tenaga
kependidikan lainnya serta tenaga administrasi adalah kurang disiplinnya dalam
memanfaatkan waktu yang sudah disusun dan dijadwalkan oleh mereka sendiri,
karena mungkin terlalu padat atau juga terlalu longgar. Akibatnya tidak jarang
ditemukan adanya kegiatan atau program yang tidak terlaksana sama sekali atau
terlaksana namun tidak mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Telah
diketahui bahwa dalam manajemen setidaknya ada empat kegiatan utama yang
mendasari berjalannya sebuah pengelolaan, yaitu: planning, organizing, actuating,
dan controlling.

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan dalam mengelola waktu sangat penting karena


sebuah sekolah akan menentukan kapan suatu program akan dilaksanakan,
berapa lama program itu akan dilaksanakan dan kapan program harus dikaji
ulang jika dalam pengerjaannya terdapat kendala yang menyebabkan program
tersebut tidak maksimal dalam pelaksanaannya.

Sebuah sekolah biasanya telah menyiapkan rencana kegiatan utama yang


tercantum dalam Kalender Pendidikan sebagai jadwal kegiatan tahunan, yang
diterjemahkan lagi ke dalam program semester, yang kemudian dibreak-down
oleh bagian kurikulum menjadi jadwal mengajar yang bersifat harian. Bahkan

10
seorang guru mengelolanya lagi menjadi pertemuan/kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup dalam setiap pembelajarannya. Selain itu,
sekolah juga harus memiliki perencanaan yang biasa tertuang dalam Rencana
Strategis Sekolah (RSS) dan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang
termasuk di dalamnya rencana jangka pendek (satu tahun), rencana jangka
menengah (4 tahun), dan rencana jangka panjang (8 tahun).

Di samping kepala sekolah sebagai top manager yang merancang


kegiatan dengan menggunakan jadwal (time schedule), seorang guru juga
dituntut untuk dapat merencanakan pembelajaran yang harus disampaikan
kepada siswa agar siswa dapat menguasai kompetensi yang diinginkan oleh
kurikulum. Karenanya seorang guru (middle manager) dituntut membuat time
schedule pembelajaran yang disebut dengan program tahunan, program
semester, dan bahkan dalam pembelajaran di kelas juga harus dikelola dengan
baik sehingga terlihat berapa menit untuk kegiatan penda-huluan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup.

2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)

Sebenarnya pengelolaan waktu ini akan terkait dengan manajemen


lainnya dalam pengelolan pendidikan, misalnya, akan terkait dengan tahap
pengorganisasian dan kordinasi pada pelaksanaan kurikulum menurut
panduan manajemen sekolah, yaitu;

a. tahap penyusunan jadwal pelajaran yang diupayakan agar guru


mengajar maksimal 5 hari dalam seminggu, sehingga ada waktu satu
hari untuk mengikuti kegiatan MGMP atau peningkatan
profesionalisme lainnya,
b. tahap penyusunan jadwal kegiatan perbaikan dan pengayaan,
c. tahap penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler dan
d. tahap penyusunan jadwal penyegaran guru.
3. Fungsi Pelaksanaan (Actuating)

Tahap berikutnya dalam manajemen waktu ini adalah tahap


pelaksanaan, dan karena suatu kegiatan telah direncanakan waktu-waktu

11
yang sudah disepakati bersama. Ketika ada suatu kendala dalam
pelaksanaan rencana yang sudah ditetapkan, misalnya ada satu kegiatan
yang penting dan mendesak untuk dilaksanakan, maka jadwal yang telah
ditetapkan dapat ditinjau ulang –diorganisasikan kembali– untuk kemudian
dilaksanakan sesuai dengan time schedule baru.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Pengawasan memerlukan kemampuan untuk bertindak objektif,


efektif dan efisien. Objektif berarti seorang manajer mampu melihat
jalannya sebuah lembaga/sekolah dengan profesional dan proporsional. Dia
harus mampu mengesampingkan kepentingan pribadi atau golongan untuk
melihat pada kepentingan pencapaian tujuan lembaga yang sudah terjadwal.

Selain pengawasan yang bersifat -topdown (dari atas ke bawah) bisa


juga dilakukan dengan pola bottom-up, yaitu pengawasan oleh bawahan kepada
atasan, ketika suatu rencana belum atau tidak dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan. Karena bisa saja seorang manajer atau kepala
sekolah lupa dengan kegiatan yang harusnya dilaksanakan, dan disinilah peran
seorang wakil kepala sekolah untuk mengingatkan kepala sekolah tentang
kegiatan yang harus dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan. Untuk itu,
ada beberapa kaidah aplikatif dalam mencapai keberhasilan seorang manajer
dalam mengelola waktu pada satu lembaga pendidikan, yaitu;

1. Menganalisa sikap terhadap manajemen waktu dan mengenali sejauhmana


kemampuan manajer dalam mengelola waktu,
2. menyadari nilai akan pentingnya waktu, serta sejauh mana seorang manajer
memandang kebutuhan waktu terhadap warga lembaga pendidikannya,
3. menyusun skala prioritas dengan tidak melupakan kewajiban komitmen
terhadap waktu,
4. mengenali hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam mengelola waktu secara
efektif,
5. mengenali hal-hal yang mengganggu pengelolaan waktu, seperti:
menyelesaikan pekerjaan yang disukai lebih dahulu dari pada pekerjaan
yang tidak disukai, menyelesaikan pekerjaan yang disukai dengan

12
kecepatan yang melebihi pekerjaan yang kurang disukai dan cenderung
melakukan pekerjaan yang mudah dari pada yang sulit,
6. melihat dan belajar kepada orang yang berhasil mengelola waktu dengan
baik,
7. mengatasi atau mengurangi hal-hal yang mengganggu manajemen waktu,
8. meluruskan persepsi yang keliru terhadap manajemen waktu dan
9. mempelajari cara mendelegasikan tugas dan wewenang dengan efektif.

Lingkungan pendidikan Islam meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan


masyarakat. Pada lingkungan keluarga perlu ditanamkan kepada anak-anak bahwa
setiap kali umur mereka bertambah, maka tanggung jawabnya terhadap waktu pun
semakin tinggi, terutama yang berkaitan dengan ibadah.

Dengan demikian, manajemen waktu dalam Islam mencakup wilayah yang


sangat luas, ia tidak hanya berlaku di lingkungan formal (sekolah), akan tetapi juga
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Demikian itu sangat penting demi
membina generasi yang berdisiplin dan menghargai waktu di masa yang akan
datang.

D. Peraturan Dan Tingkah Laku Dalam Kelas

Dari hasil penelitian ditemukan beberapa hambatan dalam dunia pendidikan


baik yang dipengaruhi oleh guru, siswa, serta lingkungan sosio-emosional siswa.
Seperti ketika guru berhalangan hadir karena masalah pribadi, maupun dalam hal
tugas administrasi. Ditambah lagi dengan berbagai kegiatan yang harus dilakukan
guru secara bersamaan di dalam kelas. Yang mana tugas dari seorang guru antara
lain mengajar, mengarahkan mendidik, menilai dan mengevaluasi siswa, hal ini
merupakan peran penting seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran.
Bukan hanya tugas yang bersangkutan dengan pihak sekolah saja tetapi ada tugas
pribadi guru yang tidak bisa ditinggalkan sehinga mengakibatkan proses
pembelajaran menjadi tertuda. Bukan hanya guru saja yang mengalami terjadinya
hambatan dalam melakukan proses pembelajaran tetapi siswa juga dimana siswa
terlihat sering menimbulkan masalah didalam kelas, perilaku yang kurang tertib
pada saat proses pembelajaraan dan ada sebagian siswa mengganggu temannya

13
sehigga terjadinya hambatan dalam belajar. Serta melakukan pelangaran pada
aturaan yang sudah ditetapkan oleh guru.

Pendidikan merupakan suatu bentuk terencana dalam mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajarn agar siswa secara aktif dapa mengembangakan
potensi dirinya. Pada hakekatnya pendiddikan sudah merupakan kebutuhan
manusia yang dapat menyediakan lingkungan yang aman sehingga siswa dapat
mengembangkan berbagai potensi dalam dirinya. Guru merupakan orang tua kedua
dari anak, tumbuk kembang seorang anak dapat dibentuk sebagian dari sekolah
tempat ia belajar sehingganya guru dapat memberikan pengetahuan maupun guru
bertingkah laku secara positif dan negatif dapat dilihat siswa dilingkungan sekolah,
oleh karenya guru harus berdampak positif kepada siswa sehingga bisa membuat
karakteristik siswa yang lebih baik. Guru sebagai manajer dutuntut agar senantiasa
memaksimalkan dalam melakukan pengelolaan kelas. Akan tetapi tidak dapat
dipungkiri bahwa masih ada beberapa masalah terkait dengan guru itu sendiri. Hal
ini merupakan dampak dari tugas guru yang berdimensi banyak diamana selain
harus menjadi pengajar, guru juga dituntut untuk melakukan hal lain diluar tugas
utamanya.

Tingkah laku peserta didik merupakan suatu hal yang bersifat individu.
Mereka menonjolkan sifat yang personal dalam menghadapi kehidupan.
Bagaimana seorang peserta didik mengalami paksaan juga bergantung kepada
perkembangannya dan juga kepribadiannya, seberapa lama dan intensitas dari
paksaan itu juga merupakan sebuah faktor, hilang kepercayaan yang total, perasaan
bersalah, malu, takut, dan menarik diri. Dalam proses pembelajaran bukan hanya
guru saja yang mengalami terjadinya hambatan dalam melakukan proses
pembelajaran. Dari hasil penelitian ditemukan beberapa hambatan yang berasal dari
siswa, dimana siswa terlihat sering menimbulkan masalah didalam kelas, perilaku
yang kurang tertib pada saat proses pembelajaraan dan ada sebagian siswa
mengganggu temannya sehigga terjadinya hambatan dalam belajar. Serta
melakukan pelangaran pada aturaan yang sudah ditetapkan oleh guru.

Tingkah laku siswa merupakan kegiatan yang aktif dilakukan oleh individu
baik yang dilihat langsung, maupun yang tidak dilihat langsung. Sedangkan

14
Menurut Skinner seperti yang dikutip oleh Noto Atmodjo perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme ini merespons. Fhilip Graham dalam perilaku anak dapat
dipengaruhi faktor pribadi maupun lingkungan. Seperti pendapat, faktor pribadi
yaitu faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang merupakan bawaan lahir.
Misal faktor bakat yang mempengaruhi temperamen dan ketidak mampuan
seseorang dalam menyesuaikan diri. Dalam hal ini guru telah berupaya dalam
mensinergikan antara lingkungan fisik maupun lingungan sosio-emosional kelas
guna menciptakan iklim kelas yang kondusif, karena pada dasarnya kelas
merupakan sarana berinteraksi antara siswa dengan siswa maupun antara siswa
dengan guru.

Kesimpulannya adalah bahwa pengendalian tingkah laku siswa dapat diatasi


dengan cara guru sebagai motivator dan pemberi nasehat, sebagai pembimbingan,
melalui penjadwalan piket, pemberian hukuman yang mendidik, serta penguasaan
materi terhadap siswa. Pendekatan yang sering guru gunakan di kelas yaitu
pendekatan oteriter, pengajaraan, perubahan tingkah laku, sosio-emosional, kerja
kelompok, elektis atau pluralistik, maupun teknologi informasi serta meningkatkan
kerja sama antara guru dan orang tua. Meskipun hasil penelitian ini telah
membuktikan bahwa usaha guru dalam pengendalian tingkah laku siswa guru
diharapkan bisa terus menciptakan suasana yang kondusif dalam menggunakan
pendekatan manajemen kelas dalam pembelajaran. Diharapkan juga kepada siswa
supaya lebih menaati setiap aturan yang berlaku di dalam kelas dan lebih
memelihara situasi kelas yang konduktif. Selalu menciptakan komunikasi yang baik
antara pihak sekolah maupun orang tua siswa, sehingganya bisa menciptakan
program yang diharapkan di sekolah.

E. Kedisiplinan
1. Pengertian Disiplin Kelas

Kata disiplin berasal dari bahasa latin “discipline” yang menunjuk


kepada belajar dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan istilah
“disiple” yang berarti mengikuti orang belajar dibawah pengawasan seorang

15
pemimpin. Di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang
pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan
urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang
menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Di antara kedua istilah tersebut
terlebih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian pengertian
disiplin (Suharsimi, 1993: 114).

2. Pentingnya Penanaman Disiplin Kelas

Suasana belajar yang kondusif sangat penting dalam proses pembelajaran


siswa-siswi di kelas. Sadar atau tidak, suasana belajar yang kondusif dapat
menyumbangkan hasil belajar yang lebih berkualitas. Suasana belajar yang
kondusif adalah suasana belajar yang disiplin, namun tidak monoton dan keras.

Disiplin adalah bagaimana cara kita dalam menghargai dan


memanfaatkan waktu sebaik mungkin, menghargai orang lain dan menaati
peraturan yang berlaku dengan benar, siap menerima segala konsekuensinya
jika melanggar peraturan tersebut, dan mampu mempertanggung jawabkan
setiap apa yang kita kerjakan.

Dalam penanaman disiplin kelas, manfaat yang diperoleh tidak hanya


hasil belajar yang berkualitas, namun penanaman disiplin kelas juga bertujuan
untuk membentuk peserta didik yang berkepribadian santun dan berkarakter,
yang mampu menghargai dan memanfaatkan waktu dengan baik, taat pada
peraturan serta dapat mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Dalam
pelaksaan disiplin kelas, harus berdasarkan dalam diri siswa. Karena tanpa
sikap kesadaran dari diri sendiri, maka apa pun usaha yang dilakukan oleh orang
disekitarnya hanya akan sia-sia. Contoh pelaksanaan disiplin kelas :

a. Datang ke sekolah tepat waktu


b. Rajin belajar
c. Menaati peraturan sekolah
d. Mengikuti upacara dengan tertib
e. Melaksanakan dan mengumpulkan tugas dengan baik dan tepat waktu

16
3. Strategi Penanaman Disiplin Kelas

Dalam penerapannya, disiplin kelas tidak dapat begitu saja diberikan


kepada peserta didik. Dalam hal ini dibutuhkan sosialisasi yang baik untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk itu, dalam penanaman disiplin kelas
memerlukan strategi yang jitu, yakni dengan menggunakan pendekatan yang
baik terhadap peserta didik. Strategi yang dapat digunakan dalam penanaman
disiplin kelas tersebut antara lain:

a. Dengan model contoh yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Dalam
hal ini guru memberikan contoh tentang cara bersikap, bertutur, dan
berperilaku yang baik yang sesuai dengan aturan atau tata tertib yang
berlaku.
b. Penerapan peraturan tata tertib yang fleksibel, yang nyaman dan tidak
membuat peserta didik merasa tertekan selama proses belajar.
c. Menyesuaikan peraturan dengan psikologi dan perkembangan anak. Hal ini
bertujuan supaya anak tidak merasa tertekan dan perkembangannya tidak
terganggu karena tekanan terhadap psikologinya.
d. Melibatkan peserta didik dalam pembuatan aturan atau tata tertib, supaya
siswa merasa memiliki tanggung jawab terhadap peraturan yang dibuatnya
sendiri, meski pada kenyataannya peraturan tersebut dibuat dan disepakati
bersama.
e. Menjalin hubungan sosial yang baik dengan peserta didik agar tercipta
suasana kekeluargaan yang nyaman.
f. Mengajarkan untuk hidup menurut prinsip struktur otoritas. Hal ini
berkaitan dengan prinsip dalam bertindak yang sesuai dengan aturan Tuhan
Yang Maha Esa.
g. Memperlakukan orangtua peserta didik sebagai mitra kerja. Seorang
pendidik sudah seharusnya bekerjasama dengan orangtua peserta didik
dalam penanaman sikap disiplin. Karena bagaimana pun keluarga memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar anak.
h. Mengatur dan menciptakan suasana kelas dengan baik. Kelas yang teratur
dapat menjadi wadah peserta didik dalam “mengikuti arus” saat proses
belajar dijalankan. Hal ini berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan fisik

17
sekolah, misalnya : penataan ruang kelas, pangaturan tempat duduk, dan
persiapan mengajar.
i. Pemberian reward (penghargaan) kepada siswa yang berperilaku baik. Hal
ini dapat memacu siswa untuk menaati kedisiplinan.
F. Program Khusus Untuk Pengelolaan Kelas

Kelas Program merupakan salah satu upaya sekolah dalam meningkatkan


mutu kualitas pendidikan. Sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan
kualitas yang berlandasan pada inovasi dan kekreatifan para pengelolanya dinamis,
energik serta penuh gagasan. Niscaya berdampak besar dan luas terhadap proses
pembentukan generasi muda dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Dilihat dari Maju mundurnya bangsa ini di masa depan banyak ditentukan
oleh kualitas sekolah. Hal ini menyatakan bahwa sekolah memiliki peran penting
dalam melahirkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan berdaya saing. Yang mana
mampu berdaya saing dalam proses pendidikan akademik maupun Non akademik
sehingga mewujudkan siswa yang berprestasi. Sekolah yang berkembang tidak
diam ditempat, tetapi bergerak maju sesuai dengan tuntunan kualitas yang
ditetapkan dalam input, proses, dan output.

Oleh karena itu, setiap sekolah harus mampu bersaing dengan sekolah
lainya dalam menyelenggarakan pendidikan dengan cara meningkatkan kualitas
pendidikan melalui program-program tertentu. Maka dari itu perkembangan
sekolah berkualitas terus mengalami peningkatan termasuk pada lembaga
pendidikan Muhammadiyah yang telah melakukan upaya untuk mengembangkan
kualitas dengan menjadikan sekolah yang bertaraf internasional. Salah satu upaya
yang dilakukan oleh Sekolah Muhammadiyah untuk menjadi sekolah yang
berkualitas hingga kelas Internasional berawal dari tata kelola sekolah yang belum
memadai, kemudian mencari solusi untuk pemecahan masalah tersebut dengan
menata kembali tata kelola, konseptualisasi dan praksis sosial pada sekolah
Muhammadiyah. Sehingga, muncul revitalisasi terhadap sekolah Muhammadiyah
yang diarahkankan untuk menjadi sekolah unggulan dan berkualitas.

Untuk mewujudkan sekolah Muhammadiyah yang memiliki kualitas unggul


serta berkualitas, terdapat tiga pilar yang bisa dilakukan. Ketiga pilar tersebut

18
adalah yang pertama, membangun image (image bulding) dengan cara membangun
budaya sekolah yang baik. Kedua, membangun kelembagaan (institutional
building) yaitu dengan cara membentuk tata kelola sekolah yang baik. Ketiga,
membangun kepercayaan (trust building) yaitu dengan cara menunjukkan kualitas
sekolah yang baik terhadap masyarakat umum. Dari pemaparan yang diuraikan di
atas, dapat dianalisis bahwa Muhammadiyah mempunyai tekat untuk
mengembangkan lembaga pendidikan yang dimiliki. Sehingga mampu menjadi
sekolah yang memiliki kualitas kelas dunia. Pada hakikatnya Pendidikan dan
pembentukan karakter itu sendiri saling berkaitan terhadap penanaman peserta
didik tidak hanya pendidikan akademik melainkan pendidikan yang beriringan
dengan agama sehingga mampu mewujudkan karakter yang berakhlakul karimah,

oleh sebab itu pendidikan agama sangat penting ditanamkan ke dalam diri
peserta didik dalam mewujudkan siswa yang berakhlakul karimah. Salah satu upaya
yang dilakukan dalam pembentukan karakter melalui pembiasaan sejak dini,
dimana kedudukan karakter dalam kehidupan manusia menempatkan yang penting,
sebagai individu, masyarakat, dan bangsa, sebab jatuh bangunya suatu masyarakat
tergantung bagaimana karakternya. Penanaman pendidikan karakter itu sendiri
berawal pada lembaga pendidikan, diwarnai dengan munculnya sistem kelas
program khusus (PK).

Kemunculan program baru ini tentu menjadi sorotan oleh masyarakat


muslim untuk memenuhi kebutuhan terhadap tantangan kemajuan dunia
pengetahuan dan teknologi. Sehingga pendidikan Islam bisa dikatakan luwes dan
memiliki keluasan dalam mengembangkan sistem penyelenggaraannya bertujuan
untuk memperkuat basis keIslaman melalui pendidikan Islam.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Urgensi pengelolaan kelas atau Manajemen kelas merupakan tolak ukur untuk
mencapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien pada
proses pendidikan. pada umumnya tujuan pendidikan dikatakan telah tercapai
apabila telah terlaksananya secara baik manajemen kelas dalam sekolah itu
sendiri.
2. konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan/ memusatkan
dan menjaga pikiran terhadap pelaksanaan pembelajaran, dan memahami setiap
materi.
3. Pengelolaan atau manajemen waktu ialah kegiatan mengalokasikan pekerjaan
sesuai dengan kepentingan atau prioritas sehingga tujuan tercapai dalam jangka
waktu tertentu.
4. Pengendalian tingkah laku siswa dapat diatasi dengan cara guru sebagai
motivator dan pemberi nasehat, sebagai pembimbingan, melalui penjadwalan
piket, pemberian hukuman yang mendidik, serta penguasaan materi terhadap
siswa.
5. Disiplin adalah bagaimana cara kita dalam menghargai dan memanfaatkan
waktu sebaik mungkin, menghargai orang lain dan menaati peraturan yang
berlaku dengan benar, siap menerima segala konsekuensinya jika melanggar
peraturan tersebut, dan mampu mempertanggung jawabkan setiap apa yang kita
kerjakan.
6. Kelas Program merupakan salah satu upaya sekolah dalam meningkatkan mutu
kualitas pendidikan. Karena sekolah memiliki peran penting dalam melahirkan
lulusan-lulusan yang berkualitas dan berdaya saing.

20
B. Saran
Terkait dengan hal tersebut penulis menyarankan beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti berikut ini:

1. Untuk mencipatak kelas yang damai dan kondusif maka perlu dilalkukan
pengeloaan kelas dengan baik. dan untuk membutuhkan kerja sama untuk
seluruh penghuni sekolah.
2. Hendaknya pembaca dapat menambah wawasan mengenai apa yang sudah
dibahas melalui makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Afriza. (2014). Manajemen Kelas. Kreasi Edukasi Publishing And Consulting Company.

Asmara, Yeni., Dan Dina Sri Nindianti, (2019). Urgensi Menejemen Kelas Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Kajian Sejarah, Vol. 1 (1)

Aprilia, Diana., Kadek Suranata., Dan Ketut Dharsana. (2014). Penerapan Konseling Kognitif
Dengan Tekhnik Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting) Untuk Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa. E-Journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling, Vol. 2 (1)

Purnama, Diana Septi. (2006) Upaya Guru Dalam Mengembangkan Disiplin Belajar Siswa.
Pradigma, (1)
Sabri, Ahmad. (2012). Pengelolaan Waktu Dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam. Al-Ta’lim
Journal, Vol. 19, (3)

22

Anda mungkin juga menyukai