Anda di halaman 1dari 19

Tugas Makalah

PEMBELAJARAN KELAS RANGAKP

“PRINSIP DAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP”

DOSEN PENGAMPU: MUSTIKA KURNIASARI, S.Pd., M.Pd

DI SUSUN OLEH:

NURDIANTI A1G120061
HEPRILIA ADAM A1G121013
TRI HANDAYANI A1G121031
VERONICA SAUDI PUTRI A1G121032
WD SUMARNI DAIMU A1G121035
WINA FEBRIAN A1G121036
ASRIANI A1G121044
FUJI GATRA NINGRUM A1G121050
IFAN ARFANDI LA BASA A1G121054
LISTIA A1G121060

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP”

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah


PEMBELAJARAN KELAS RANGAKP, kami menyadari sepenuhnya bahwa
terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan, dorongan, dan bimbingan, serta doa
dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Mustika Kurniasari S.Pd., M.Pd. Selaku dosen mata kuliah, Pembelajaran Kelas Rangkap
yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan dukungan dalam bentuk pengarahan dan
bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah
pada tugas yang lain dalam waktu mendatang.

Kendari, 24 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. PRINSIP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (PKR)............................................3

B. MODEL PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (PKR)............................................4

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PKR 221, 222, 333............................7

D. HUBUNGAN ANTARA PRINSIP DAN MODEL PEMBELAJARAN KELAS


RANGKAP…………………………………………………………………………12

BAB III PENUTUP..................................................................................................................15

A. KESIMPULAN.............................................................................................................15

B. SARAN.........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Multigrade teaching atau pembelajaran kelas rangkap di SD sudah banyak


dilaksanakan di Indonesia di negara-negara maju hal ini sudah menjadi bagian dari sistem
pendidikan secara utuh. Pengembangan dan penggunaan model ini dilakukan karena faktor
kekurangan tenaga guru, letak geografis yang sulit dijangkau, jumlah siswa relatif kecil,
keterbatasan ruangan, atau ketidakhadiran guru.

Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur


beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan
pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu (Suryana, 2008).
Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara
terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara
dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang
berbeda. Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama,
masing-masing duduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda
oleh satu guru. PKR adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru
mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua
atau lebih tingkat kelas yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).

Tujuan Pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-undang


Nomer 20 Tahun 2003 adakah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia ya beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, schat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja prinsip dalam pembelajaran kelas rangkap ?
2. Bagaimana model Pembelajaran Kelas Rangkap 221 ?
3. Bagaimana model Pembelajaran Kelas Rangkap 222 ?
4. Bagaimana model Pembelajaran Kelas Rangkap 333 ?

1
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kelas Rangkap 221, 222,
dan 333 ?
6. Bagaimana Hubungan antara prinsip dan model dalam pembelajaran kelas
rangkap ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk dapat mengetahui prinsip pembelajaran kelas rangkap
2. Untuk dapat mengetahui model Pembelajaran Kelas Rangkap 221
3. Untuk dapat mengetahui model Pembelajaran Kelas Rangkap 222
4. Untuk dapat mengetahui model Pembelajaran Kelas Rangkap 333
5. Untuk dapat mengetahui Kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran
Kelas Rangkap 221, 222, 333
6. Untuk dapat mengetahui Hubungan antara prinsip dan model dalam
pembelajaran kelas rangkap

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRINSIP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (PKR)

Pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching) memiliki prinsip pembelajaran


secara umum pembelajaran kepada siswa dalam berbagai situasi dengan atau tanpa
tergantung pada guru. Misalnya siswa dapat belajar dari buku, berdiskusi dengan teman atau
mengamati sesuatu. Namun peran guru tetap menjadi bagian yang sangat penting peranannya
dalam pembelajaran, misalnya peran guru pada kegiatan awal, peran guru pada kegiatan inti,
atau peran guru pada kegiatan penutup (Susilowati, 2016).

Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
perlu dikuasai oleh para guru sekolah dasar (SD). Sebagai salah satu bentuk pembelajaran,
PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umum, sebagaimana halnya bentuk-
bentuk pembelajaran yang lain.

Perlu dipahami bahwa pembelajaran mengandung makna yang berbeda dari kegiatan
belajar-mengajar. Cobalah pikirkan apa perbedaan keduanya. Keduanya mengandung kata
belajar. Namun, pada kegiatan belajar-mengajar, tersirat adanya guru yang memungkinkan
terjadinya belajar. Pada pembelajaran, kegiatan belajar dapat terjadi dengan atau tanpa guru.
Artinya, murid dapat belajar dalam berbagai situasi tanpa tergantung pada guru. Misalnya,
murid dapat belajar dari buku, berdiskusi dengan teman atau mengamati sesuatu. Cobalah
Anda cari lagi contoh peristiwa lain yang memungkinkan murid dapat belajar tanpa kehadiran
guru. Tetapi ingat bahwa pada pembelajaran guru juga dapat berperan sangat penting,
misalnya pada awal kegiatan, ketika kegiatan sedang berlangsung atau pada akhir kegiatan.

Sebagaimana sudah ketahui, sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR mengikuti
prinsip-prinsip pembelajaran secara umum. Misalnya, prinsip perbedaan kemampuan
individual murid yang harus diperhatikan guru, membangkitkan motivasi belajar murid,
belajar hanya terjadi jika murid aktif sehingga guru harus berusaha mengaktifkan murid.
tentu masih ingat prinsip-prinsip pembelajaran yang lain, yang telah pelajari dalam mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar. Di samping prinsip-prinsip pembelajaran secara umum,
PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut.

3
Sedangkan prinsip khusus pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching) sebagai
berikut.

1. Pembelajaran secara bersamaan.

Prinsip ini memiliki makna guru menghadapi dua atau tiga kelas pada waktu yang
bersamaan meskipun dengan mata pelajaran yang berbeda, namun tetap bermakna bagi siswa.
Pembelajaran tetap sesuai dengan tujuan kurikulum 2013, RPP dan kebutuhan siswa.

2. Penggunaan waktu secara efisien.

Selama pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching) berlangsung, guru harus


terampil mengelola kelas dalam hal mengelola waktu pembelajaran sehingga harus
menggunakan waktu secara efisien dalam pembentukan kelompok atau pindah kelas. Kerna
semakin banyak waktu pembelajaran yang terbuang, maka kualitas pembelajaran akan
menurun.

3. Penggunaan kontak psikologis.

Dalam pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching) guru harus selalu berusaha
untuk mendapat perhatian dari siswa. Agar mampu menarik perhatian siswa maka guru harus
melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan. Tindakan instruksional
dilakukan dengan penyampaian isi pembelajaran, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran
sampai pada evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan. Sedangkan tindakan pengelolaan
dilakukan dengan menciptakan kondisi kelas yang optimal, dengan cara guru menunjukkan
sikap peka terhadap siswa.

4. Pemanfaatan sumber belajar.

Guru harus memanfaatkan berbagai sumber secara efektif secara efisien, seperti
lingkungan sekolah, lingkungan sosial, barang bekas, atau peralatan yang ada di sekolah yang
dapat dimanfaatkan oleh guru pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching).

5. Pembiasaan mandiri.

Apabila guru mampu menerapkan keempat prinsip di atas, maka siswa akan terbiasa
mandiri. Kemampuan siswa untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru pembelajaran
kelas rangkap (multigrade Teaching) mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga
kadar waktu keaktifan akademik (WKA) menjadi semakin tinggi.

4
B. MODL PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (PKR)

Katz mengembangkan tiga model kelas rangkap di sekolah dasar (Maya, 2010), yaitu:

1) Model combine grades atau combined classes, yaitu model pembelajaran kelas
rangkap (multigrade Teaching) dalam satu kelas terdapat dua atau tiga tingkatan
kelas. Sehingga guru dapat membagi kelas menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ada di sekolah untuk beberapa tingkatan atau hanya dua
tingkatan. Model combine grades dapat memaksimalkan pengetahuan siswa,
meningkatkan sikap siswa dan memberikan pengalaman kepada siswa berinteraksi
dalam kelompok-kelompok umur yang berbeda.

2) Model continuous progress, yaitu model pembelajaran kelas rangkap (multigrade


Teaching) memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk terus berkelanjutan dalam
mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah, tujuannya adalah setiap
anak berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur dan
perbedaan sikap dan kemampuan ketika belajar bersama.

3) Model mixed age atau multiage grouping, yaitu model pembelajaran kelas rangkap
(multigrade Teaching) dalam proses pembelajaran group dibuat secara fleksibel atau
proses regrouping anak dibuat dalam kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan.
Alasan dengan menggunakan model berbagai tingkatan umur ini multiage grouping
ini adalah;

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar tanpa rasa takut dan
salah

b. Menyediakan kegiatan berbagai jenis kepada siswa

c. Memberikan kontribusi aspek sosial siswa, pemahaman tentang diri siswa,


pemahaman terhadap siswa lain, kepercayaan diri siswa, konsep diri siswa dan
partisipasi siswa dalam kelompok

d. Meningkatkan relasi pertemanan, sehingga siswa berkelompok dengan


beragam umur dalam pencapaian prestasi di kelas.

5
Model pembelajaran kelas Rangkap (multigrade Teaching) Secara umum, yaitu:

1) Model Pembelajaran Kelas Rangkap 221 (Model utama: PKR Murni)

PKR 221: Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Satu Ruangan Dalam model PKR 221,
guru menghadapi dua kelas, dalam hal ini kelas 5 dan kelas 6, untuk mengajar mata pelajaran
IPA dengan topik Sumber Daya Alam di kelas 5, dan mata pelajaran IPS dengan topik
Sumber Kekayaan Alam di kelas 6, kedua topik saling memiliki keterkaitan, proses
pembelajaran berlangsung dalam satu ruangan. Model PKR 221 merupakan Model PKR
Murni karena proses keserempakan terpenuhi tanpa batasan fisik. Perhatian tatap muka
sebagai wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas dapat berlangsung terus menerus.
Model ini sangat dianjurkan untuk digunakan karena paling efektif diantara model PKR
lainnya. Namun, model ini hanya mungkin diterapkan jika jumlah siswa tidak terlampau
banyak (15-20 orang) (Fadila, S.N. Rahayu, N.P. Pimanandi, 2019).

Petunjuk dalam menerapkan model PKR 221 yaitu:

1. Pada kegiatan pendahuluan ± 10 menit pertama berikan pengantar dan pengarahan


dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis dibagi 2. Tuliskan
topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas 5 dan 6. Ikuti dengan langkah-
langkah untuk masing-masing kelas yang akan yang akan ditenpuh selama pertemuan
itu ± 30 menit.
2. Pada kegiatan inti ± 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai untuk
masing-masing kelas. Selama kegiatan berlangsung adakan pemantapan, bimbingan,
balikan sesuai keperluan. Terapkan prinsip wittiness, alertness, dan overlappingness.
Gunakan keterampilan mengajar yang sesuai.
3. Pada kegiatan penutup ± 10 menit terakhir, berdirilah di depan kelas menghadapi dua
kelas untuk mengadakan review atas materi dan kegiatan yang baru berlaku. Berikan
komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut berupa
tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan selanjutnya atau mungkin juga
untuk hari berikutnya.

6
2) Model Pembelajaran Kelas Rangkap 222 (Model PKR 222: PKR Modifikasi)

Dalam model PKR 222, guru menghadapi dua kelas,dalam hal ini kelas 5 dan 6, untuk
mengajar mata pelajaran Matematika topik Bangun Ruang di kelas 5, dan mata pelajaran IPA
topik Tumbuhan Hijau di kelas 6. Kedua topik tidak memiliki saling keterkaitan. Proses
pembelajaran berlangsung dalam 2 ruangan berdekatan yang terhubungkan dengan pintu.
Model PKR 222 merupakan model PKR Modifikasi, untuk kondisi jumlah siswa lebih dari 20
orang, yang tidak mungkin ditampung dalam satu ruangan.

Penerapan model ini mempunyai dampak, antara lain perhatian tatap muka sebagai
wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas tidak dapat berlangsung terus menerus karena
masing-masing kelas harus menunggu hadirnya guru secara fisik secara bergiliran. Waktu
tunggu tentunya lebih lama karena guru harus berpindah-pindah di antara 2 ruangan.Oleh
karena itu, harus dirancang dengan cermat agar tanpa kehadiran guru untuk sementara, siswa
tetap dapat belajar dengan penuih perhatian. Dalam praktik model ini tidak seefektif model
PKR 221.

Petunjuk dalam melakukan model ini sebagai berikut:

1. Pada kegiatan pendahuluan ± 10 menit pertama satukan siswa kelas 5 dan kelas 6
dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan
pengarahan umum, seperti yang dilakukan dalam Model PKR 221.Bila ternyata tidak
mungkin menyatukan siswa kelas 5 dan kelas 6 dalam ruangan, gunakan halaman atau
emperan sekolah sambil berdiri/berbaris . apabila cara kedua masih tidak mungkin
biarkan siswa kelas 5 dan 6 duduk dalam ruangan masing-masing. Guru berdiri di
pintu penghubung ruang kelas 5 dan 6. Berikan pengantar dan pengarahan umum
secara berselang-selang untuk kelas 5, kemudian kelas 6, atau sebaliknya.
2. Pada kegiatan inti ± 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai dengan
masing-masing kelas. Yang perlu diperhatikan jangan sampai pada saat guru sedang
menghadapi kelas yang satu, kelas yang satunya lagi tidak ada kegiatan sehingga
ribut. Agar kepindahan guru dari ruang ke ruang seimbang, artinya jangan banyak
menggunakan waktu di satu ruang. Ada saat dimana guru berdiri di pintu

7
penghubung. Selama berlangsungnya pembelajaran jangan lupa menerapkan prinsip
wittiness, alertness, danoverlappingness.
3. Pada kegiatan penutup ± 10 menit terakhir guru berdiri di pintu penghubung
menghadapi kedua kelas untuk mengadakan review umum mengenai materi dan
kegiatan yang baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan.
Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas untuk masing-maasing kelas.
Kemukakan halhal yang paling perlu dipersiapkan untuk jam pelajaran berikutnya.
4. Pengelolaan PKR 222 memang sedikit lebih rumit daripada PKR 221. Dapat dipahami
dengan berkumpul padasatu ruangan, seperti dalam PKR 221 perhatian guru tanpa
penghalang.Model PKR 221 sangat cocok untuk dua materi yang saling berkaitan,
sedangkan model PKR 222 sangat cocok untuk materi yang tidak saling berkaitan dan
memerlukan perhatian khusus dari masing-masing kelas.

3) Model Pembelajaran Kelas Rangkap 333 (Model PKR 333: PKR Modifikasi)

Dalam PKR 333, guru menghadapi 3 kelas, dalam hal in kelas 4, 5, dan 6, untuk
mengajar 3 mata pelajaran yang berbeda. Di kelas 4 mata pelajaran IPS dengan topik
Penduduk, di kelas 5 IPA dengan topik Makhluk Hidup dan Lingkungan, dan di kelas 6
Matematika dengan topik Pecahan. Ketiga topik satu sama lain tidak ada kaitannya.

Secara langsung. Proses pembelajaran berlangsung dalam tiga ruangan berjejer yang
satu sama lain terhubungkan dengan pintu penghubung. Model PKR 333 sama dengan model
PKR 222, merupakan model PKR modifikasi karena prinsip keserempakan tidak
terkendalikan dengann utuh secara tatap muka sebagai wahana pedagogis kontrol guru
terhadap kelas tidak dapat berlangsung secara terus menerus, karena masing-masing kelas
harus menunggu hadirnya guru secara fisik. Waktu tunggu tentunya lebih lama lagi karena
guru harus berpindah-pindah di antara 3 ruangan.Model ini tidak dianjurkan untuk sering
digunakan karena kurang efektif. Model ini hanya digunakan apabila memang secara fisik
tidak dimungkinkan penerapan model PKR 222.

Petunjuk dalam melaksanakan model PKR 333, sebagai berikut:

1. Pada kegiatan pendahuluan ± 10 menit pertama kumpulkan siswa kelas 4, 5, dan 6 di


salah satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar da

8
pengarahan seperti dalam model model PKR 222. Apabila tidak mungkin menyatukan
siswa dalam satu ruangan kumpulkan siswa kelas 4, 5, dan 6 di halaman berbaris per
kelas, seperti dalam upacara bendera. Berikan pengantar dan pengarahan serta
prosedur kegiatan pembelajaran yang akan dijalani pada pertemuan itu.
2. Pada kegiatan inti ± 60 menit terapkan aneka model belajar dengan memanfaatkan
aneka sumber belajar yang tersedia. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan atau
Lembar Tugas Siswa (LTS) sangat dianjurkan agar kegiatan belajar siswa lebih
bersifat mandiri. Artinya, kegiatan belajar siswa tidak banyak tergantung pada
hadirnya guru di muka kelas. Perlu dicatat bahwa dalam m elaksanakan model PKR
333 ini guru harus berpindaah-pindah secara teratur antar 2 ruangan. Tidak dapat
dihindari akan terdapat waktu tunggu pada setiap kelas. Hal itu dapat diperkecil
dengan meningkatkan kadar kemandirian belajar siswa. Proses saling bimbing antar
siswa atau tutor sebaya perlu digalakkan. Ada saat dimana guru berdiri di pintu
penghubung untuk membantu kegiatan belajar dalam 3 ruangan yang berhubungan.
3. Pada kegiatan penutup ± 10 menit terakhir ialah review untuk dua kelas dengan guru
menempatkan diri di pintu penghubung ruang satu dan dua atau ruang 2 dan 3.
Berikan penguatan dan tindak lanjut untuk dua kelas itu. Setelah itu, guru berpindah
ke ruangan yang tersisa. Lakukan kegiatan penutupan seperti di dua ruang
sebelumnya.
4. Sebagai catatan, memang model PKR 333 ini termasuk yang lebih rumit dalam
pengelolaannya. Guru dituntut untuk memiliki mobilitas (daya gerak) pedagogis yang
tinggi. Keunggulan model ini terletak pada intensitas kemandirian belajar setiap kelas
dan terbebas dari situasi belajar kelas lainnya. Adanya aneka sumber belajar akan
sangat membantu berjalannya model ini.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN KELAS


RANGKAP 221, 222, 333

a) Model PKR 221

Kelebihan:

a. Guru atau tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang berbeda, dengan
fokus dua mata pelajaran baik yang sama atau berbeda dalam 1 ruangan.

9
b. Kegiatan pendahuluan dan penutup masing-masing dapat dilakukan secara bersama-
sama dalam ruangan yang akan digunakan untuk pembelajaran.
c. Tidak membuang waktu terlalu banyak dalam pembelajaran, sebab 2 kelas
melakukan pembelajran dalam satu ruangan secara bersamasama.
d. Guru mudah dalam melakukan pemantauan terhadap siswa selam pembelajaran
berlangsung.
e. Menghemat tenaga guru karena tidak perlu berpindahpindah ruangan.
f. Membina persahabatan antar kelas
g. Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar tetap tercipta iklim kelas
yang menyenangkan.
h. Model ini bisa efektif bila jumlah siswa yang terdiri dari 2 tingkatan kelas tersebut
tidak terlalu banyak (maksimum 25 siswa untuk masing-masing tingkatan kelas)
dengan suatu ruangan yang cukup luas.

Kelemahan:
a. Siswa tidak dapat fokus dengan apa yang sedang dipelajari atau dikerjakan karena
terganggu oleh aktivitas kelas lain.
b. Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam ruangan
yang sama.
c. Bertambahnya pekerjaan administrasi, pekerjaan akademik, pelayanan dan
tanggungjawab guru terhadap siswa karena guru mengajar kelas rangkap.
d. Jika siswa dalam 1 kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus
dibagi menjadi 2 kelas.

b) Model PKR 222

Kelebihan:

a. Masing-masing kelas lebih fokus dengan pelajaran yang sedang dihadapinya atau
aktivitas yang sedang dilakukan karena terbebas dari aktivitas kelas lain.
b. Terciptanya kemandirian belajar siswa.
c. Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar siswa tetap mempunyai
aktivitas saat guru harus berpindah ke ruangan yang lain.

10
d. Guru mudah dalam melakukan kegiatan penutup karena dapat dilakukan secara
bersama-sama untuk kedua kelas apabila antar kedua ruangan terdapat pintu
penghubung.

Kelemahan:
a. Guru harus mengelola da kelas sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
b. Jika tidak ada ruangan yang cukup untuk memberikan pengantar dan pengarahan
umum (kegiatan pendahuluan) untuk dua kelas secara bersamaan, maka harus
mencari ruangan atau tempat lain.
c. Perhatian tatap muka sebagai wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas tidak
dapat berlangsung terus menerus.
d. Terlalu banyak memakan waktu karena guru harus berpindah-pindah ruangan.
e. Siswa menjadi anak tiri jika guru tidakdapat membagi waktu dengan baik antar kelas
yang satu dengan yang lainnya.
f. Jika tidak terdapat pintu penghubung antar kedua kelas, guru haru melakukan
kegiatan penutup secara terpisah.
g. Pekerjaan guru dalam administratif, akademik, pelayanan dan tanggungjawab
terhdaap siswa karena guru mengjar kelas rangkap.

c) Model PKR 333

Kelebihan:

a. Masing-masing kelas lebih fokus dengan pelajaran yang sedang dihadapinya atau
aktivitas yang sedang dilakukan karena terbebas dari aktivitas kelas lain.
b. Siswa lebih mandiri dalam pembelajaran.
c. Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar siswa tetap mempunyai
aktivitas saat guru harus berpindah ke ruangan yang lain.

Kelemahan:
a. Untuk mengelola PKR model ini diperlukan tim guru paling tidak 2 orang guru.
b. Jika tidak ada ruangan yang cuku untuk memberikan pengantar dan pengarahan
umum (kegiatan pendahuluan) untuk 3 kelas secara bersamaan, maka harus mencari
ruangan atau tempat lain.

11
c. Perhatian tatap muka sebagai wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas tidak
dapat berlangsung terus menerus.
d. Terlalu banyak memakan waktu dibandingkan model PKR 222 karena guru harus
berpindah-pindah tiga ruangan.
e. Siswa merasa menjadi anak tiri jika guru tidak dapat membagi waktu dengan baik
antar kelas yang satu dengan lainnya.
f. Kegiatan penutup harus dilakukan dua kali (dua kelas dan satu kelas) apabila
terdpaat pinu penghubung antar ruangan, namun harus dilakukan tiga kali secara
terpisah apabila tidak ada pintu penghubung antar ruangan.
g. Keterbatasan berbagai sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran
terutama yang berupa buku-buku teks, ahan belajar yang lainnya dan alat bantu
mengajar.
h. Bertambahnya pekrjaan administratif, pekerjaan akademik, pelayanan dan tanggung
jawab guru terhadap siswa karena guru mengajar 3 kelas.

12
D. HUBUNGAN ANTARA PRINSIP DAN MODEL PEMBELAJARAN KELAS
RANGKAP

Pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching) memiliki prinsip


pembelajaran secara umum pembelajaran kepada siswa dalam berbagai situasi dengan
atau tanpa tergantung pada guru. Misalnya siswa dapat belajar dari buku, berdiskusi
dengan teman atau mengamati sesuatu. Namun peran guru tetap menjadi bagian yang
sangat penting peranannya dalam pembelajaran, misalnya peran guru pada kegiatan
awal, peran guru pada kegiatan inti, atau peran guru pada kegiatan penutup
(Susilowati, 2016).

Prinsip khusus pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching) Memiliki hubungan


dengan model pembelajaran kelas rangka, sebagai berikut

a. Pembelajaran secara bersamaan.

Prinsip ini memiliki makna guru menghadapi dua atau tiga kelas pada waktu
yang bersamaan meskipun dengan mata pelajaran yang berbeda, namun tetap
bermakna bagi siswa. Hal tersebut memiliki hubungan dengan model pembelajaran
kelas rangkap 221,222, dan 333, karena pada model PKR 221,222, dan 333 ini proses
pembelajaran nya guru secara bersamaan menghadapi dua atau tiga tingkatan kelas,
baik kelas rendah maupun kelas tinggi.

b. Penggunaan waktu secara efisien.

Selama pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching) berlangsung, guru


harus terampil mengelola kelas dalam hal mengelola waktu pembelajaran sehingga
harus menggunakan waktu secara efisien dalam pembentukan kelompok atau pindah
kelas. Pada prinsip penggunaan waktu secara efisien sangat berhubungan dengan
model 222 (2 tingkatan kelas yang berbeda, 2 mata pelajaran yang berbeda, dan 2
ruangan yang berbeda pula) dan 333 (3 tingkatan kelas yang berbeda, 3 mata
pelajaran yang berbeda, 3 ruangan yang berbeda) karena pada model 222 dan 333
sangat membutuhkan waktu yang sangat banyak, dimana guru harus bolak balik dari
ruangan satu ke ruangan dua kemudian ke ruangan 3 itu di lakukan secara terus-
menerus, hal tersebut membutukan waktu yang sangat banyak, jadi guru harus
menggunakan waktu yang efisien. Karena semakin banyak waktu pembelajaran yang
terbuang, maka kualitas pembelajaran akan menurun.

13
c. Penggunaan kontak psikologis.

Dalam pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching) guru harus selalu berusaha
untuk mendapat perhatian dari siswa. Agar mampu menarik perhatian siswa maka guru
harus melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan. Pada prinsip PKR ini
berhubungan dengan model PKR 221, 222, dan 333 dimana guru bersikap adil kepada
seleruh peserta didiknya, sehingga tidak akan muncul rasa tidak adil atau membeda-
bedakan kepada peserta didik lain. Tindakan instruksional dilakukan dengan
penyampaian isi pembelajaran, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran sampai pada
evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan. Sedangkan tindakan pengelolaan dilakukan
dengan menciptakan kondisi kelas yang optimal, dengan cara guru menunjukkan sikap
peka terhadap siswa.

d. Pemanfaatan sumber belajar.

Guru harus memanfaatkan berbagai sumber secara efektif secara efisien, seperti
lingkungan sekolah, lingkungan sosial, barang bekas, atau peralatan yang ada di sekolah
yang dapat dimanfaatkan oleh guru pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching).
Pada prinsip ini sangat berpengaruh pada model pembelajaran 333, karena pada model
pembelajaran ini guru tidak hanya menepat atau berdiri di depan satu kelas saja, tetapi
guru harus secara bergantian berpindah ke lain kelas. Dengan memanfaatkan media
pembelajaran yang menarik dan sumber belajar yang menarik pula, peserta didik bisa
fokus ke kelas masing-masing ataupu ke tugas masing masing yang telah di berikan oleh
guru.

e. Pembiasaan mandiri.

Apabila guru mampu menerapkan keempat prinsip di atas, maka siswa akan terbiasa
mandiri. Kemampuan siswa untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru
pembelajaran kelas rangkap (multigrade Teaching) mengelola pembelajaran secara lebih
baik sehingga kadar waktu keaktifan akademik (WKA) menjadi semakin tinggi. Dengan
adanya pembiasaan mandiri kepada peserta didik, maka guru akan lebih mudah dalam
menerapkan model pembelajaran kelas rangkap 221,222 dan 333.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Prinsip dari PKR sebagian besar dari waktu yang tersedia benar-benar digunakan
untuk belajar siswa., Kualitas pembelajaran guru sangat memadai. Sebagian terbesar atau
seluruh siswa terlibat secara aktifdalam kegiatan belajar.

Model PKR 221 merupakan Model PKR Murni karena proses keserempakan
teroenuhi tanpa batasan fisik.Model PKR 222 merupakan model PKR Modifikasi, untuk
kondisi jumlah siswa lebih dari 20 orang, yang tidak mungkin ditampung dalam satu
ruangan.Model PKR 333 sama dengan model PKR 222, merupakan model PKR modifikasi
karena prinsip keserempakan tidak terkendalikan dengann utuh secara tatap muka sebagai
wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas tidak dapat berlangsung secara terus menerus,
karena masing-masing kelas harus menunggu hadirnya guru secara fisik.

Masing-masing model-model PKR tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Maka


guru harus bisa dan mantap dalam menerapkan model PKR mana yang cocok untuk
diterapkan saat pembelajaran.

B. SARAN
Sebagai Seorang calon Guru SD kita mesti menerima apabila di hadapkan untuk
mengajar kelas Rangkap, jadi melalui makalah ini kita sudah bias membayangkan apa yang
kita lakukan apabila kejadian itu terjadi. Seorang guru pun mesti tanggap dalam mengajar
peserta didik dan selalu memberikan senyum dan perhatian nya terhadap mereka agar mereka
tidak merasa bahwa guru tidak akan membantu mereka pada saat mereka mendapatkan
kesulitan atau masalah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fadila, S.N. Rahayu, N.P. Pimanandi, M. (2019). MAKALAH PRINSP DAN MODEL
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP DI SD. In Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents. pp. 12–26.

Suryana, A. (2008). PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (MULTIGRADE


TEACHING). In PPJ PGSD UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. p. 123.
Adam, A (2019). PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (MULTRIGRADE TEACHING) DI
SEKOLAH DASAR. Google.co.id. Diliat tanggal 26 Februari 2023
https://www.google.co.id/books/edition/PEMBELAJARAN_KELAS_RANGKAP_Mu
ltigrade_Te/r_mZEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=PRINSIP+PEMBELAJARAN+KELAS+RANGKAP&pg=PA12&
printsec=frontcover

16

Anda mungkin juga menyukai