Anda di halaman 1dari 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS

PROSEDUR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE STAD PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1
PALOPO

YORY SUMULE
1801403004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2022
PROPOSAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR


MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PALOPO

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Palopo

YORY SUMULE
1801403004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2022

i
PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Peningkatan keterampilan menulis teks prosedur melalui


model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Palopo.

Nama Lengkap : Yory Sumule

NIM : 1801403004

Telah diseminarkan pada :

Hari / Tanggal :

Tempat :

Disetujui untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

Menyetujui,

Pembimbing II, Pembimbing I,

Abd. Rahim Ruspa, S.Pd ,M.Pd. Dr. Etik, M.Pd.

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dr. Hj. Harsia, S.Pd.,M.Hum.


NIDN. : 0930127101

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Peningkatan keterampilan
menulis teks prosedur melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Palopo” guna memenuhi syarat dalam
menyelesaikan studi pada jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua


pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dan motivasi
dalam pembuatan proposal penelitian ini, sehingga proposal penelitian ini
dapat terselesaikan. Kepada Dr. Etik, M.Pd., dosen pembimbing I, Abd.
Rahim Ruspa, S.Pd ,M.Pd., dosen pembimbing II dan kepada Dr. Hj. Harsia,
S,Pd., M.Hum. selaku ketua prodi pendidikan Bahasa Indonesia.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.


dengan segala kerendahan hati , penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan
dalam penyusunan proposal penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi
penulis selanjutnya.

Palopo, 18 Januari 2022

Yory Sumule
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv

DAFTAR ISI....................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah............................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4

1.4 Manfaat penelitian ............................................................................................ 4

1.5 Pembatasan Masalah .......................................Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................Error! Bookmark not defined.

2.1 Kajian Teori .................................................................................................... 5

1. Pengertian Keterampilan Menulis .......................................................... 7

2. Pengertian Teks Prosedur ....................................................................... 9

3. Model Kooperatif Tipe STAD .............................................................. 12

2.2 Hasil penelitian yang relevan ....................................................................... 18

2.3 Kerangka Pikir .............................................................................................. 18

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .........................Error! Bookmark not defined.

3.2 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................................ 22

vi
3.3 Subjek Penelitian............................................................................................ 27

3.4 Prosedur Penelitian......................................................................................... 23

3.5 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………………………. 26

3.6 Teknik Analisis Data …………………………………………………………………………… 27

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 30

DAFTAR TABEL

vi
Tabel 1. Aspek yang Dinilai ............................................................................... 28

DAFTAR GAMBAR

vi
Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................................................. 19
Gambar 2. Desain penelitian ............................................................................... 23

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran bahasa Indonesia di setiap jenjang dan jenis pendidikan
harus mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dari semua pihak. Terutama bagi
yang berkecimpungan dalam bidang pendidikan bahasa Indonesia, agar hasil
pembelajaran peserta didik senantiasa dapat ditingkatkan. Perlu di sadari bahwa
mutu pendidikan bahasa indonesia sangat bergantung pada kualitas pengajar atau
guru dalam praktik mengajarnya. Guru merupakan salah satu komponen yang
sangat berpengaruh terhadapat peningkatan kemampuan peserta didik, karena
gurulah yang berhadapan langsung dengan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Seorang guru harusmenciptakan suasana proses pembelajaran yang
nyaman dan memungkinkan peserta didik untuk tekun dalam belajar.

Metode mengajar merupakan aspek yang harus dikuasai oleh seorang guru
untuk meningkatkan suasana yang nyaman dalam proses pembelajaran.
Diharapkan lewat metode yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Karena itu, tiap guru
hendaknya memilih atau mengkombinasikan beberapa model pembelajaran
ataupun pendekatan pembelajaran yang tepat guna menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, dalam artian memotivasi peserta didik agar aktif dalam
proses belajar mengajar. Dengan keterlibatan peserta didik yang aktif dalam
proses pembelajaran dapat memberi makna yang pada akhirnya meningkatkan
kualitas pembelajaran dapat tercapai.
Dalam pembelajaran bahasa indonesia juga ditemukan keragaman masalah
pada saat penulis melakukan magang 3 di SMPN 1 Palopo pada tanggal 21 juni
2021 sebagai berikut: (1) pembelajaran bahasa Indonesia terlihat bahwa siswa
kurang aktif mengikuti pelajaran, (2) siswa dalam proses pembelajaran kurang
tertarik karena metode yang digunakan. (3) siswa kurang menguasai materi
pelajaran dengan baik. Salah satunya dalam pembelajaran menulis teks prosedur.
Dari hasil pengamatan penulis di SMP Negeri 1 Palopo, rata-rata siswa malas dan
merasa kesulitan dalam menuangkan ide mereka dalam bentuk tulisan. Terkadang,
27

siswa selalu meminta izin kepada guru untuk membuka akses internet sebagai
sumber mencari ide untuk menulis dan alhasil sebagian besar dari siswa hanya
melakukan plagiat dan hanya asal mencari sumber. Akibat hal tersebut,
berdampak pada cara berpikir siswa dalam menuangkan gagasan serta alokasi
waktu dalam pembelajaran menulis selalu dirasa kurang. Menurut Frince (2014 :
4) terkadang siswa sengaja mengulur waktu agar tugas menulis yang diberikan di
sekolah tersebut menjadi tugas rumah. Hal ini diperbuat agar tugas menulis
tersebut dapat disalin secara utuh dari internet atau media cetak bukan hasil
pikiran siswa itu sendiri. Padahal untuk menulis teks prosedur, siswa dapat
membaca, menggunakan pengalamannya dalam kegiatan sehari-hari, dan berlatih.
Dengan adanya asumsi dan permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan
tersebut, maka diperlukan desain pembelajaran untuk mendukung siswa mencapai
kualitas pembelajaran yang lebih baik.
Selain itu, guru diharapkan mampu menggunakan kreativitas dalam
membuat metode pembelajaran dan tidak hanya menggunakan metode yang
selama ini digunakan, tetapi menggunakan metode, pendekatan, model, dan
strategi yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Metode mengajar ada
bermacam-macam seperti: demonstrasi, inquiri, ceramah, kooperatif (kelompok)
dan masih banya lagi metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menciptakan pembelajaran yang berkualitas bagi peserta didik. Peneliti tertarik
mengembangkan desain model pembelajaran kooperatif (kelompok) guna
meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik di mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Pembelajaran kooperatif akan menghasilkan keyakinan yang lebih kuat
bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa yang lain dan adanya
kerjasama dalam mengerjakan sesuatu. Peserta didik sebagai subyek yang belajar
merupakan sumber belajar bagi peserta didik lainnya yang bisa diwujudkan
melalui berbagai kegiatan-kegiatan misalnya pemberian umpan balik atau bekerja
sama, diskusi dalam melatih keterampilan-keterampilan tertentu peserta didik.
Slavin (1994) menyatakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa
ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang
merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam.
27

itu, berimbang menurut jenis kelamin. Guru menyajikan materi lalu peserta didik
bersama-sama dengan tim mereka memastikan bahwa setiap anggota mereka
paham mengenai materi yang dipelajari, lalu peserta didik diberikan kuis untuk
mengerjakan secara individu tanpa bekerjasama. Tipe pembelajaran ini sangat
cocok untuk meningkatkan kerjasama dan menumbuhkan rasa tolong menolong
antara siswa.
Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran yang diterapkan
dalam proses pembelajaran di kelas, dengan menggunakan kelompok-kelompok
beranggota 4-5 orang siswa secara heterogen. Koooperatif tipe STAD lebih
mementingkan sikap partisipasi peserta didik dalam rangka mengembangkan
potensi kognitif dan afektif kelebihan STAD ini, antara lain sebagai berikut : (1)
Relatif mudah menyelenggarakannya. (2) Mampu memotivasi peserta didik dalam
mengembangkan potensi individu terutama kreatifitas dan tanggungjawab dalam
mengangkat citra kelompoknya. (3) Melatih peserta didik untuk bekerja sama dan
saling tolong menolong dalam kelompok. (4) Peserta didik mampu meyakinkan
dirinya dan orang lain bahwa tujuan yang ingin dicapai bergantung pada kinerja
mereka, bukanlah karena keberuntungan (5) Peserta didik lebih mampu
berkomunikasi verbal dan nonverbal dalam bekerjasama. (6) Meningkatkan
keakraban peserta didik.
Diharapkan dengan penelitian menggunakan perangkat pembelajaran
bahasa Indonesia dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD peserta didik
menjadi lebih termotivasi dalam pelajaran tersebut dan lebih aktif, Siswa dapat
belajar dari siswa lainnya yang telah mengerti, sehingga rasa malu untuk bertanya
terhadap materi yang belum dimengerti siswa dapat berkurang.
Berdasarkan beberapa alasan tersebut, maka peneliti bermaksud
merancang, membuat dan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada materi pelajaran bahasa Indonesia disekolah. Oleh karena itu, penulis
megadakan penelitian dengan judul “Peningkatan keterampilan menulis teks
prosedur melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Palopo.”
27

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah dalam penelilitian
ini adalah, “Bagaimanakah bentuk model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam meningkatkan keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Palopo?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan bagaimana bentuk
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam menulis teks prosedur pada
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Palopo.

1.4 Manfaat penelitian


a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan
kepada mata pelajaran bahasa Indonesia dan sebagai salah satu cara meningkatkan
kemandirian belajar siswa pada pembelajaran menulis teks prosedur melalui
pembelajaran kooperartif tipe STAD.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa, dapat memberikan pengaruh positif dalam pembelajaran di
sekolah terkhusus dalam meningkatkan keterampilan menulis teks prosedur
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Bagi guru, menambah pengetahuan guru untuk memanfaatkan segala media
atau model pembelajaran disekolah agar mendukung pembelajaran berjalan
dengan baik. Khususnya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
3. Bagi sekolah, memberikan sumbangan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan khsusunya dalam meningkatkan pembelajaran siswaBagi peneliti,
sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti lainnya dalam
membuat sebuah karya tulis atau penelitian yang menyangkut tema
pendidikan.
27

4. Bagi peneliti, membuktikan bahwa menerapkan pembelajaran kooperatif tipe


STAD pada pembelajaran menulis teks prosedur dapat meningkatkan
keterampilan menulis siswa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
27

2.1 Kajian Teori


1. Pengertian Keterampilan Menulis

Menurut pendapat Abbas (2006:125), keterampilan menulis adalah


kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain
dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung
dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan
penggunaan ejaan. Lalu Menurut Tarigan (2008:3), keterampilan menulis adalah
salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap
muka dengan pihak lain. Sedangkan menurut Suparno (2009:13) pengertian
keterampilan menulis adalah sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan atau cara
penulis untuk menyalurkan ide gagasan atau ide kreatif melalui tulisan tidak
secara tatap muka dengan pihak lain tetapi melalui tulisan yang terdiri atas kata,
kalimat dan mempunyai makna untuk suatu tujuan tertentu kepada pembacanya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut teks prosedur adalah teks yang yang
menjelaskan langkah-langkah secara lengkap dan jelas tentang cara melakukan
sesuatu.
a. Fungsi Menulis
Fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.
Menulis dinilai sangat penting bagi pendidikan karena dapat mempermudah siswa
dalam berfikir serta dapat membantu siswa dalam berfikir kritis. Disamping itu,
menulis juga dapat kita gunakan untuk memperdalam daya tanggap atau persepsi
kita ketika kita memecahkan masalah yang dihadapi dan menyusun ke dalam
urutan bagi pengalaman, (Tarigan 2013: 22).
27

b. Tujuan Menulis
Setiap penulis harus mempunyai tujuan yang jelas dari tulisan yang akan
ditulisnya. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008:37), tujuan yangingin
dicapai seorang penulis bermacam-macam sebagai berikut:
1. Menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar.
2. Membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan.
3. Menjadikan pembaca beropini.
4. Menjadikan pembaca mengerti.
5. Membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan.
6. Membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang dikemukakan
seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral,
nilai kemanusiaan dan nilai estetik.
Menurut Semi (2007:14-21), mengungkapkan bahwa secara umum tujuan
orang menulis, yaitu :
1. Untuk menceritakan sesuatu, menceritakan disini memiliki maksud agar orang
lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami, diimpikan, dikhayalkan,
maupun yang dipikirkan oleh si penulis.
2. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, maksudnya bila seseorang
mengajari orang lain bagaimana cara mengerjakan, memberikan petunjuk,
maupun memberikan pengarahan dengan tahapan-tahapan yang benar, berarti
orang itu sedang memberi petunjuk atau pengarahan.
3. Untuk menjelaskan sesuatu, bahwa penulis berusaha menyampaikan
gagasannya dalam menjelaskan sesuatu melalui tulisan yang bertujuan
menjelaskan sesuatu itu kepada pembaca, sehingga pengetahuan si pembaca
menjadi bertambah serta pemahaman pembaca tentang topik yang kamu
sampaikan itu menjadi lebih baik.
4. Untuk menyakinkan, yaitu ada saat-saat tertentu bahwa orang yangmenulis itu
perlu menulis untuk menyakinkan orang lain tentang pendapat, buah
pikirannya ataupun pandangannya mengenai sesuatu.
5. Untuk merangkum, maksudnya dengan menuliskan rangkuman, pembaca akan
sangat tertolong dan sangat mudah dalam mempelajari isi buku yang panjang
dan tebal.
27

c. Ciri-ciri Tulisan yang Baik


Penugasan gagasan atau ide ke dalam tulisan yang baik dan benar akan
memudahkan pembaca memahaminya. Tulisan yang baik adalah yang mampu
mewakili secara tepat gagasan penulisnya. Enre (1994:7) mengemukakan bahwa
ada lima ciri-ciri tulisan yang baik, yaitu (1) bermakna; (2) jelas; (3) bulat dan
utuh; (4) ekonomis; dan (5) memenuhi kaidah-kaidah gramatikal.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
menulis agar pembaca dapat memahami dan mengetahui makna yang jelas dan
utuh, Agar maksud serta tujuan penulis tercapai, yaitu sang pembaca dapat
memberikan respon yang diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya, maka
seorang penulis harus menyajikan tulisan yang baik.

2. Pengertian Teks Prosedur


Teks prosedur berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus ditempuh
untuk mencapai tujuan Kosasih (2013: 6). Menurut Kemendikbud (2013 : 84)
Teks prosedur merupakan teks yang berisi tujuan dan langkah-langkah yang harus
menggunakan sesuatu dengan langkah-langkah yang urut. Selanjutnya menurut
Anderson dalam Priyatni (2014: 66) teks dikelompokkan menjadi dua kategori
besar (genre), yaitu genre sastra dan genre faktual. Teks genre sastra terdiri dari
teks naratif (cerpen dan novel), puitis dan dramatik. Sedangkan teks genre faktual
terdiri dari teks laporan hasil observasi, deskripsi, eksplanasi, eksposisi, prosedur
dan cerita ulang. teks prosedur adalah teks mendiskripsikan langkah-langkah
membuat sesuatu secara teratur atau tersusun dan termaksud teks genre factual.
a. Tujuan Teks Prosedur
Tujuan teks prosedur menjelaskan bagaimana sesuatu dibuat atau
dilakukan dengan langkah-langkah yang urut Priyatni (2014:87). Tujuan
komunikatif teks prosedur adalah memberikan petunjuk atau cara melakukan
sesuatu melalui serangkain tindakan atau langkah-langkah. Kemendikbud
(2013:84).
b. Struktur Teks Prosedur
Merupakan teks yang berisi tujuan dan langkah-langkah yang harus diikuti
agar suatu pekerjaan dapat dilakukan Kemendikbud (2013 : 84). Teks prosedur
ditata dengan struktur teks tujuan dan langkah-langkah Kemendikbud (2013).
27

Tujuan yang dimaksud adalah berisi pembuatan teks prosedur atau hasil akhir
yang akan dicapai (dapat berupa judul). Sedangkan langkah-langkah yang
dimaksud terdapat pada bagian langkah-langkah berisi tentang langkah-langkah
atau urutan-urutan yang harus dilakukan agar tujuan yang diuraikan tersebut pada
bagian tujuan dapat tercapai. Langkah tersebut haruslah urut atau runtut dari yang
pertama hingga terakhir (tidak dapat diubah urutannya). Priyatni (2014: 87)
mengungkapkan struktur teks prosedur terbagi atas 4 bagian, yaitu:
1. Judul
a) Dapat berupa nama benda/sesuatu yang hendak dibuat/dilakukan.
b) Dapat berupa cara melakukan/menggunakan sesuatu.
2. Tujuan
a) Dapat berupa pernyataan yang menyatakan tujuan penulisan.
b) Dapat berupa paragraf pengantar yang menyatakan tujuan penulisan.
3. Bahan atau alat
a) Dapat berupa daftar/rincian.
b) Dapat berupa paragraf.
c) Pada teks prosedur tertentu misalnya cara melakukan sesuatu, tidak
diperlukan bahan/alat.
4. Tahapan
a) Berupa tahapan yang ditunjukkan dengan penomoran.
b) Berupa tahapan yang ditunjukkan dengan kata yang menunjukkan urutan
: pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
c) Berupa tahapan yang ditunjukkan dengan kata yang menunjukkan urutan
waktu : sekarang, kemudian, setelah dan seterusnya.
d) Tahapan biasanya dimulai dengan kata yang menunjukkan perintah :
tambahkan aduk tiriskan, panaskan dan lain-lain.
e) Isi Teks Prosedur Isi secara keseluruhan tertuang dalam tujuan dan
langkah-langkah.
c. Kaidah Penulisan Teks Prosedur

Menurut Semi (2007: 42), setiap penulis dituntut agar terampil


menggunakan bahasa tulis. Bahasa tulis yang dimaksud adalah semua
pemakaian unsur bahasa, yaitu ejaan, kata, ungkapan kalimat dan Kaidah
27

Kaidah penulisan teks prosedur adalah memperhatikan tata penulisan. Tata


penulisan yang dimaksud adalah tata penulisan yang sesuai dengan ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Dalam KBBI (2014: 353),
menyatakan bahwa ejaan adalah kaidah cara melapmbangkan bunyi-bunyi
(kata, kalimat. dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda
baca. Tata penulisan atau ejaan yang sering terdapat pada teks prosedur adalah
penggunaan tanda baca dan penggunaan huruf kapital. Berdasarkan yang
dijelaskan oleh Semi (2007: 42), setiap penulis dituntut agar terampil
menggunakan bahasa tulis. Bahasa tulis yang dimaksud adalah semua
pemakaian unsur bahasa, yaitu ejaan, kata, ungkapan kalimat dan
pengembangan paragraf.
1. Pemakaian huruf
Pemakaian huruf dikelompokkan menjadi delapan bagian, yaitu huruf
abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan,
huruf kapital, huruf miring, dan huruf tebal. Dalam penelitian ini hanya
pemakaian huruf kapital yang akan dilihat pemakaiannya pada penulisan teks
prosedur siswa, dengan pertimbangan bahwa dalam teks prosedur hanya
penulisan huruf kapital yang paling sering digunakan. Pemakaian huruf kapital
memuat lima belas aturan. Peneliti membatasi penulisan huruf kapital pada
penelitian ini hanya tiga aturan, dengan pertimbangan bahwa hanya tiga aturan
tersebut yang paling sering digunakan dalam teks prosedur. Pertama, huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Kedua, huruf
kapital di pakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan, dan pangkat yang
diikuti nama orang, atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi atau nama tempat. Ketiga, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang.
2. Penulisan Kata
Penulisan kata memuat sebelas aturan, yaitu kata dasar, kata turunan,
bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti ku-, kau-,-ku,-mu, -nya, kata depan di,
ke, dan dari, kata si dan sang, partikel, singkatan dan akronim, angka dan
lambang, serta penulisan unsur serapan. Dalam teks prosedur, aturan penulisan
kata yang akan dianalisis hanya penulisan kata depan depan di, ke, dan dari.
27

3. Penggunaan tanda baca


Penggunaan tanda baca dalam pedoman EYD terdiri atas lima belas
aturan, yaitu tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda
hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda elipsis, tanda petik, tanda petik
tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda garis miring, dan tanda
penyingkat atau apostrof. Tidak semua pemakaian tanda baca tersebut digunakan
dalam teks prosedur. Tanda baca yang sering digunakan dalam teks prosedur
adalah tanda titik, tanda seru, dan tanda koma. Tanda titik digunakan pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Tanda titik juga dipakai di belakang
angka atau huruf dalam satu bagan ikhtisar, atau daftar. Tanda koma dipakai
untuk memisahkan unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Sedangkan tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah.
4. Ciri kebahasaan Teks
Prosedur Menurut Priyatni (2014: 89) ciri kebahasaan teks prosedur adalah
sebagai berikut: (1) Menggunakan penomoran yang menunjukkan urutan atau
tahapan, (2) menggunakan kata yang menunjukkan perintah, (3) menggunakan
kata-kata yang menjelaskan kondisi. Selanjutnya, menurut Rohimah (2014: 160)
ciri kebahasaan teks prosedur yaitu : (1) penggunaan kata yang menunjukkan
urutan, seperti kemudian, lalu dan selanjutnya, (2) penggunaan kalimat perintah
dan (3) penggunaan kata keterangan. Sedangkan Wahono, dkk. (2013: 156)
membagi ciri kebahasaan teks prosedur menjadi dua bagian yaitu menggunakan
kalimat inversi (kalimat susun balik, yakni predikat mendahului subjek) dan
menggunakan kalimat imperatif (kalimat perintah).
5. Langkah-langkah menyusun teks prosedur sebagai berikut:
a. Menelaah teks prosedur
b. Menyunting dan merevisi teks prosedur
c. Meringkas teks prosedur

3. Model Kooperatif Tipe STAD


STAD terdiri atas lima komponen utama antara lain presentasi kelas, tim,
kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim Slavin (2005: 143). Menurut
27

Trianto (2009: 68) STAD merupakan model pembelajaran kooperatif dengan


menggunakan kelompok kecil dengan anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen, diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Trianto (2009: 68-
70) menambahkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan
persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan antara lain
perangkat pembelajaran, membentuk kelompok kooperatif, menentukan skor
awal, pengaturan tempat duduk, dan kerja kelompok.
1. Unsur-unsur Model STAD
Menurut Slavin (2008: 146) unsur-unsur model STAD terdiri atas lima
komponen utama yaitu:
a. Presentasi kelas Materi
Dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau
diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Sehingga para siswa akan memberi
perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka akan
menentukan skor tim mereka.
b. Tim
Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim
benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bias mengerjakan kuis
dengan baik.
c. Kuis
Setelah tim tersebut melakukan diskusi maka semua siswa akan
mengerjakan kuis secara individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling
membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab
secara individual untuk memahami materinya.
d. Skor kemajuan individual
Gagasan di balik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan
kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja
lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap
siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya, tetapi
27

tidak ada 9 siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka
yang terbaik.
e. Rekognisi tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
2. Langkah-langkah pembelajaran STAD
Menurut Agus Suprijono (2009: 133) langkah-langkah pembelajaran
koopertif tipe STAD adalah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota
lainnya sampai semua anggota anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Kesimpulan.
Lalu menurut menurut Asma (2006: 51-4), Tahap-tahap proses
pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain:
1. Tahap Persiapan Pembelajaran
Tahap-tahap dalam persiapan pembelajaran antara lain:
a. Materi
Materi yang akan disampaikan menggunakan model STAD dirancang
terlebih dahulu untuk pembelajaran secara berkelompok. Sebelum menyajikan
materi pelajaran, guru harus sudah membuat lembar kegiatan siswa (LKS) yang
akan dipelajari kelompok beserta dengan lembar jawabnya.
b. Menempatkan siswa dalam kelompok
Menempatkan siswa dalam kelompok maksudnya yaitu mengurutkan siswa
dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya dan daftar siswa yang
telah diurutkan tersebut dibagi menjadi empat bagian. Setelah itu, diambil satu
siswa dari tiap kelompok untuk dijadikan sebagai ketua kelompok.
27

Kelompok yang sudah terbentuk diusahakan berimbang antara kemampuan


akademik, jenis kelamin, dan etnisnya.
c. Menentukan skor dasar
Skor dasar merupakan rata-rata skor pada kuis sebelumnya. Apabila akan
menggunakan STAD, setelah memberikan tes kemampuan prasyarat/tes
pengetahuan awal, maka skor tes tersebut dapat digunakan sebagai skor dasar.
Selain skor tes tersebut, nilai UTS siswa pada semester sebelumnya juga dapat
digunakan sebagai skor dasar.
2. Tahap Penyajian Materi
Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. Guru
memulai dengan menyampaikan tujuan yang harus dicapai dan memotivasi rasa
ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari baru kemudian
menyampaikan materi pelajaran.
3. Tahap Kegiatan Belajar Kelompok
Pada tahap ini, setiap kelompok diberi lembar kegiatan, lembar tugas, dan
lembar kunci jawaban yang masing-masing dua lembar untuk setiap kelompok.
Hal ini bertujuan agar terjalin kerjasama di antara anggota tiap kelompok. Lembar
kegiatan dan lembar tugas diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok,
sedangkan lembar kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai
dilaksanakan. Setelah menyerahkan lembar kegiatan dan lembar tugas, guru
menjelaskan tahapan dan fungsi belajar kelompok model STAD.
Pada awal kegiatan kelompok dengan model ini, diperlukan adanya diskusi
dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam kelompok
kooperatif. Hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menunjukkan tanggung
jawab terhadap kelompoknya, misalnya meyakinkan bahwa setiap anggota
kelompoknya telah mempelajari materi, tidak seorangpun menghentikan belajar
sampai semua anggota menguasai materi, meminta bantuan kepada tiap anggota
kelompoknya untuk menyelesaikan masalah sebelum menanyakan kepada
gurunya, setiap anggota kelompok berbicara secara sopan, dan saling menghargai
pendapat anggota kelompok.
27

4. Tahap Pemeriksaan terhadap Hasil Kegiatan Kelompok


Tahap ini dilakukan dengan cara mempresentasikan hasil kegiatan
kelompok di depan kelas oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap ini,
diharapkan terjadi interaksi antara penyaji dan anggota kelompok lain untuk 28
melengkapi jawaban kelompok tersebut. Pada tahap ini, juga dilakukan
pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci
jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya, serta
memperbaikinya, jika masih terdapat jawaban yang masih salah/kurang tepat.
5. Tahap Tes Individual
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar
siswa. Setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa
yang telah diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes
sesuai dengan kemampuannya. Pada tahap ini, setiap siswa tidak diperkenankan
untuk bekerjasama mengerjakan soal.
6. Tahap Pemeriksaan Hasil Tes
Pada tahap ini, dilakukan adanya perhitungan berdasarkan skor awal.
Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes
yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar
siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
7. Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-
masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota
kelompok. Pemberian penghargaan kepada kelompok, diberikan berdasarkan poin
perkembangan kelompok tertinggi dengan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan poin perkembangan yang diperoleh terdapat tiga tingkatan


penghargaan, yaitu: kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15, sebagai
kelompok baik, kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20, sebagai kelompok
hebat, dan kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25, sebagai kelompok super.
27

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD


Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2016 :22) kelebihan dan kelemahan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :
a. Kelebihan STAD
Manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD diantaranya :
1. Karena dalam kelompok siswa dituntut untuk aktif sehingga dengan model ini
siswa dengan sendirinya akan percaya diri dan meningkat kecakapan
individunya.
2. Interaksi sosial yang terbangun dalam kelompok, dengan sendirinya siswa
belajar dalam bersosialisasi dengan lingkungannya (kelompok).
3. Dengan kelompok yang ada, siswa diajarkan untuk membangun komitmen
dalam mengembangkan kelompoknya.
4. Mengajarkan menghargai orang lain dan saling percaya.
5. Dalam kelompok siswa diajarkan untuk saling mengerti dengan materi yang
ada, sehingga siswa saling memberitahu dan mengurangi sifat kompetitif.
b. Kekurangan STAD
1. Karena tidak adanya kompetisi diantara anggota masing-masing kelompok,
anak yang berprestasi bisa saja menurun semangatnya.
2. Jika guru tidak biasa mengarahkan anak, maka anak yang berprestasi biasa
jadi lebih dominan dan tidak terkendali.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut mengenai model pembelajaran


kooperatif tipe STAD, merupakan model yang melibatkan siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok untuk memecahkan suatu masalah dan hasil
pemecahan masalah tersebut akan di jelaskan kepada teman kelompok yang
lainnya secara presentasi kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
membantu siswa untuk menyadari pentingnya bekerjasama dan bersosialisasi
dalam kelompok.
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang
paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan
dengan cara kooperatif. Meski begitu model ini memiliki kelemahan yaitu
27

pembelajaran akan sulit dilaksanakan jika guru tidak terbiasa untuk mengarahkan
siswa dalam pembelajaran dengan baik, karena sistem yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah kelompok.

2.2 Hasil penelitian yang relevan


Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Siti Rofi’ah (2021) dalam penelitian yang berjudul “Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement divisions)
untuk meningkatkan hasil belajar siswa” menyimpulkan bahwa penggunaan
metode belajar kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XII Elektronika Industri-3 SMKN 1 Gunungputri tahun
pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihatdengan adanya perubahan
meningkat hasil belajar siswa dari Siklus I rata-rata hasil belajar 63,97dan
Siklus II rata-rata hasil belajar 71,26 dimana pada siklus II sudah
mencapai indikator keberhasilan.
2. Santi Utami (2015) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan hasil belajar
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran dasar sinyal
video” menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Yustin Susanti1, Wahjoedi, Sugeng Utaya (2017) dalam penelitian yang
berjudul “Prningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD” menyimpulkan bahwa Hasil belajar siswa setelah
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada subtema pentingnya
kesehatan diri dan lingkungan mengalami peningkatan. Pada kondisi awal,
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa (15%), selanjutnya pada
siklus II meningkat 8 siswa (40%) menjadi 11 siswa (55%). Pada
siklus II, hasil belajar siswa mengalami peningkatan lagi sebesar 6 siswa
(30%). Artinya, pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar yaitu 17 siswa
(85%).

2.3 Kerangka Pikir


27

Pembelajaran bahasa indonesia dilakukan dengan metode ceramah, tanya


jawab, dan penugasan baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran
bahasa Indonesia tersebut bersifat membosankan, tidak menarik, dan
menyebabkan siswa mengantuk, tidak berminat untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa menjadi malas untuk bertanya mengenai apa yang belum
dipahami sehingga mempengaruhi pola pikir siswa menjadi kurang kritis, dalam
penugasan kelompok hanya beberapa siswa saja yang aktif dalam diskusi.
Dengan kondisi seperti itu menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik untuk
mengikuti proses pembelajaran.
Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran untuk lebih
meningkatkan minat siswa dan mengurangi keengganan siswa dalam belajar
bahasa indonesia. Pembelajaran bahasa indonesia dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan menerapkan
model ini dapat menarik minat siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya
di Universitas John Hopkins. Gagasan utama STAD adalah memacu siswa agar
saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan
yang diajarkan guru, Slavin dalam Rusman (2018 : 214).

Pembelajaran Menulis Teks


Prosedur

Pengertian tek Langkah-langkah


pembuatan
prosedur
teks prosedur

Tujuan teks Ciri-ciri


prosedur Struktur teks Kaidah kebahasaan
prosedur penulisan

Model Kooperatif STAD


27

perencanaan penilaian
Menulis

Pelaksanaan

Siklus I
Siklus II

Analisis

Temuan

Gambar 1. Kerangka Berpikir

BAB III
METODE PENELITIAN
27

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan berupa penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas berkembang dari tindakan. Ciri utama penelitian
tindakan kelas adalah adanya intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan
kinerja dalam dunia nyata. Seorang ahli penelitian bernama McNiff (1992:1)
dengan tegas mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran.

Menurut Suharsimi (2008: 2) Classroom Action Research (CAR), yaitu


sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata
yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat
diterangkan: (1) Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti. (2) Tindakan –menunjuk pada sesuatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian
berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik. (3) Kelas –dalam hal ini
tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih
spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok peserta didik yang
dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok
peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas
dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang
penting ada sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Peristiwanya dapat
terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olahraga, di tempat
kunjungan, atau di tempat lain, yaitu tempat di mana peserta didik sedang
berkerumun belajar tentang hal yang sama, dari seorang guru atau fasilitator yang
sama. Berdasarkan paparan diatas dengan menggabungkan batasan pengertian tiga
kata inti, yaitu : (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu perencanaan terhadap kegiatan belajar berupa
27

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan.

Dengan penelitian tindakan kelas guru dapat meneliti sendiri terhadap


praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas. Guru juga dapat melakukan
penelitian terhadap siswa yang dapat dilihat dari aspek interaksinya. Penelitian
tindakan kelas, guru juga dapat memperbaiki praktik pembelajaran yang
dilakukan agar lebh berkualitas dan efektif.

3.2 Desain Penelitian

Pada penelitian ini, model PTK yang digunakan yaitu model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart “alasan mengapa peneliti
menggunakan model ini karena model ini terkenal dengan proses siklus putaran
spiral refleksi diri yang dimulai dengan Rencana, Tindakan, Pengamatan,
Refleksi, dan Perencanaan Kembali yang merupakan dasar ancang-ancang
pemecahan masalah”.

Adapun alur PTK menurut Kemmis dan McTaggart (dalam Arikunto, 2010)
dapat digambarkan sebagai berikut:
27

Gambar 2. Desain penelitian

3.3 Lokasi dan Waktu

a. lokasi

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Palopo di jalan Andi pagerang


No.2, Luminda, Wara Utara, Kota Palopo, Sulawesi Selatan.

b. Waktu

waktu penelitian ini berjalan pada semester genap tahun ajaran 2021\2022.

3.4 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian


a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 1 Palopo dengan
jumlah siswa sebanyak 32 siswa.
b. Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah keterampilan menulis teks prosedur melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3.5 Prosedur Penelitian


27

Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam dua


siklus. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Palopo pada materi menulis teks prosedur dengan
menggunakan model pembelajaran koopertif tipe STAD. Menurut Kemmis dan
McTaggart (dalam Arikunto, 2010:130) “Tahap penelitian tindakan kelas terdiri
atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam setiap tindakan,
dengan berpatokan pada referensi awal”. Siklus tersebut antara lain:

Siklus I

a. Perencanaan (Planning)
1. Wawancara keadaan kelas dan siswa kepada guru.
2. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Pembuatan media pembelajaran
4. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan
5. Membuat lembar observasi
Hal ini dimaksudkan untuk melihat kondisi belajar di kelas ketika
menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division), lembar observasi ini meliputi lembar observasi kegiatan
siswa dan guru.
b. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan dengan rencana yang telah
dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses atau kegiatan belajar
mengajar yang mengacu pada skenario model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD). Adapun penjabaran rencana
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penyampaian tujuan dan motivasi


Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan
motivasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya
terdiri dari 4 – 5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas kelas dalam prestasi
akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.
27

c. Presentasi dari guru


Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan
tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya
pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat
belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh
media, demonstrasi, pernyataan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara -
cara mengerjakannya.
d. Kegiatan belajar dalam Tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyajikan lembar
kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai
dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan
pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperluan.
e. Kuis
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-
masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan
bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individual
bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.
f. Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan
angka dengan rentang 0-100.
c. Pengamatan (Observation)
Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung karena untuk
mengetahui ;
1. Situasi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas.
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
3. Sikap siswa saat berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
4. Kemampuan siswa saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru.
27

d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi ini bertujuan memperbaiki pelaksanaan penelitian pada
siklus selanjutnya. Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi serta analisis yang
mengacu pada hasil temuan pada saat pelaksanaan tindakan. Setelah dilakukan
analisis tersebut, peneliti mempertimbangkan rencana dengan segala perbaikannya
sebagai tindak lanjut untuk langkah pada siklus II.

Siklus II

Seperti halnya pada siklus pertama, siklus kedua ini juga terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

a. Perencanaan (Planning) Peneliti membuat perencanaan pembelajaran


berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

b. Pelaksanaan (Acting) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkam


model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.

c. Pengamatan (Observation) Guru dan Observer melakukan pengamatan


terhadap aktivitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

d. Refleksi (Reflecting) Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dengan dua


siklus maka peneliti membuat refleksi berupa kesimpulan atas pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkam model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran bahasa indonesia.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ada dua yaitu tes dan nontest
(obsevasi dan dokumentasi).

a. Tes
Tes adalah salah satu cara untuk dapat memperoleh data dalam penelitian,
menurut Sudjana (2012:35) menyatakan bahwa, “Tes pada umumnya digunakan
27

untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pengajaran”. Jadi tes ini bertujuan untuk mengetahui nilai kognitif siswa
berdasarkan hasil belajarnya dan sejauhnya mana guru mampu menyampaikan
materi.
b. Nontes
1). Observasi
Observasi lebih menekankan pada sikap dan tingkah laku individu, hal ini
sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Sudjana (2013:84) bahwa ”Observasi
atau pengamatan sebagai alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan”. Melalui kegiatan ini
peneliti dapat memperoleh gambaran hasil penelitian secara deskriptif, hal-hal
apa saja yang terjadi pada saat penelitian maka akan mempengaruhi hasil dari
catatan observasi, karena obsevasi yang dilakukan adalah obsevasi langsung.
Menurut Sudjana (2013:85) menjelaskan bahwa “Observasi langsung adalah
pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam
situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat”.
2) Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah gambaran atau bukti kongkrit yang terjadi dari
setiap pelaksanaan penelitian. Dengan adanya dokumentasi, peneliti memiliki
gambaran untuk membuat laporan penelitian.
3) Angket
Angket merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi
atau hal-hal yang ia ketahui. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi
yang lengkap mengenai suatu masalah, tanpa merasa khawatir bila responden
memberi jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar
pertanyaan. Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang
diminta.
27

3.7 Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian dianalsis dengan menggunakan
model analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam
Rofiuddin,1996:36) yakni dimulai dari menelaah seluruh data yang terkumpul.
Data yang terkumpul berupa data hasil observasi, wawancara, catatan lapangan
tentang proses pembelajaran menulis teks prosedur dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD, serta hasil tulisan siswa. Lalu data terbut direduksi
berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti penyajian data dan terakhir
penyimpulan. Tahap analisis diuraikan sebagai berikut:
1. Menelaah Data
Data yang terkumpul melalui observasi, pencatatan, dan studi dokumentasi
melalui proses transkripsi observasi, penyeleksian dan pemilihan data.
2. Reduksi Data
Data keseluruhan yang terkumpul diidentifikasikan kelompoknya dan
sesuai dengan fokus. Hasil Reduksi tadi, selanjutnya di buat penafsiran untuk
perencanaan tindakan selanjutnya. hasil penafsiran dapat berupa penjelasan
tentang : (a) Perbedaan antara rancangan dan pelaksanaan tindakan, (b) Perlunya
perubahan tindakan, (c) Alternatif tindakan yang dianggap paling tepat, (d)
Anggapan peneliti, teman sejawat, dan guru yang terlibat dalam pengamatan dan
pencatatan lapangan terhadap tindakan yang dilakukan, (e) Kendala dan
pemecahan.
3. Menyajikan data
Keseluruhan data dirangkum dan disajikan secara terpadu sehingga
berfokus pada pembelajaran.
4. Menyimpulkan Hasil Penelitian
Data yang terkumpul berupa hasil tulisan peserta didik dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif, lalu dinilai dengan penetuan aspek-aspek.
Penentuan aspek yang dinilai dalam menulis teks prosedur peserta didik
berdasarkan penilaian yang telah ditetapkan. Dalam kurikulum 2013 setiap
penilaian menggunakan skala 100 (Permendikbud No. 104).
27

Tabel 1. Aspek yang dinilai

No Aspek Yang Dinilai Skor

1 Isi 4

2 Struktur Teks 4

3 Kaidah Penulisan 4

4 Ciri kebahasaan 4

16

Penilaian dilakukan dengan menggunakan rumus:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =

Berdasarkan penilaian kurikulum 2013, ketentuan belajar siswa dapat


dilihat berdasarkan tabel berikut:

Tabel. 2 Penetuan Keberhasilan nilai siswa

N No Predikat Nilai Kategori

1 A 90- 100 Sangat


mampu

2 B 80- 89 Mampu

3 C 70- 79 Kurang
Mampu

4 D <70 Tidak Mampu


27
27

DAFTAR PUSTAKA

Wiriatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
Akhadiah, Sabarti. 1996. Menulis. Jakarta: Karunia Universitas Terbuka
Kosasih, E. 2014. Jenis-jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya.
Hudha, Bill Muhammad. 2014. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada mata pelajaran seni budaya siswa kelas VII B di SMP Negeri 1
Piyungan. Yogyakarta: UNY
Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Alademik. Jakarta:
Kementiran dan Kebudayaan.
Djumingin, Sulastriningsih. 2007. Strategi dan Aplikasi Model Pembelajaran
Inovatif Bahasa dan Sastra. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri
Makassar.
Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar
Isjoni. 2008. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Dalman, H. 2016. Keterampilan Menulis. PT Raja Grafindo Persada: Depok.
Agustin Flaviyana, 2015 Pengertian, Tujuan, Ciri-ciri, dan Struktur Teks
Prosedur Kompleks. Publikasi Daring. Diakses pada tanggal 16 januari 2021.
Atmazaki. 2013. Penilaian Alternatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Padang: Unp Pres
Aqib, dkk. 2010. Metodologi Penelitian.Bandung: Alfabeta
McTaggart, Kemmis dalam Arikunto. 2010. Desain Penelitian PTK.
Djajadi, Muhammad. 2019.Penelitian Tindakan Kelas. CV. Arti Bumi Intara:
Yogyakarta.
27

Anda mungkin juga menyukai