Anda di halaman 1dari 56

UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS V DI MI NURUL HUDA

OLEH:
TITIN HAFISAH
NIM. 856607645

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS TERBUKA
2022

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Dampak Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Sukaraja, November 2022

Penulis.

ii
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................... i
Kara pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan teori ........................................................................................... 6
1. Pengertian Belajar dan Kesulitan Belajar Matematika ......................... 6
2. Kesulitan Belajar Matematika .............................................................. 6
3. Ciri – ciri Siswa yang mengalami Kesulitan Belajar ............................ 7
4. Faktor – factor penyebab Kesulitan Belajar ......................................... 8
5. Cara mengatasi Kesulitan Belajar siswa ............................................... 9
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 11
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................ 13
B. Kehadiran Peneliti ..................................................................................... 14
C. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 14
D. Data dan Sumber Data .............................................................................. 14
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 15
F. Teknik Analisi Data ................................................................................. 16
G. Pengecekan Keabsahan Temuan Data ...................................................... 17
H. Tahapan – tahapan Penelitian ................................................................... 18
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Umum dan Khusus ........................................................... 21
B. Analisis Data ............................................................................................. 22
1. Hasil Penelitian ..................................................................................... 22
2. Pembahasan ......................................................................................... 31

iii
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 38
B. Saran ......................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
2. Transkip wawancara
3. Dokumentasi foto – foto

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran, dalam dunia proses pembelajaran anak kurang didorong untuk
berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak
untuk menghapal informasi, otak anak di paksa untuk mengingat berbagai
informasi tanpa di tuntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk
mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari (Siregar, 2020). Keberhasilan suatu
pembelajaran salah satunya berasal dari strategi guru pada saat menyampaikan
suatu materi pembelajaran. Menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Hasanah et al.,
2016). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2018).

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan
(Yuliyanti, 2020). Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Proses saling
berinteraksi antara yang mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada
suatu kondisi yang unik.

Strategi pembelajaran didefinisikan dengan sebuah perencanaan yang


mengandung rangkaian kegiatan yang dibentuk dalam sebuah tindakan
(rangkaian kegiatan) yang dirancang untuk meraih tujuan pendidikan tertentu

1
(Siregar, 2020). Sistem pembelajaran dalam dunia pendidikan yang dilakukan di
dalam kelas sangat berkaitan dengan perubahan karakter masing-masing peserta
didik. Perubahan tersebut dapat pula ditemui dalam kemampuan akademis yang
sering disebut intelektual.

Guru adalah tenaga pendidik profesional di bidangnya yang memiliki tugas


utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, memberi arahan, memberi
pelatihan, memberi penilaian, dan mengadakan evaluasi kepada peserta didik
yang menempuh pendidikannya sejak usia dini melalui jalur formal pemerintahan
berupa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah (Slameto, 2018). Terdapat anak
yang memiliki kecerdasan di bawah dan di atas rata-rata sehingga akan
memengaruhi prestasi belajarnya di sekolah. Saat anak tidak mampu berprestasi
dengan baik dan memuaskan berdasarkan kecerdasan yang dimiliki, maka
mereka akan dijuluki sebagai anak yang bermasalah dalam belajar atau kesulitan
belajar. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai ketidak mampuan anak dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.

Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai ketidakmampuan anak dalam


menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru (Novitasari & Fathoni, 2022).
Kesulitan belajar merupakan gangguan pada anak yang terkait dengan tugas
umum maupun khusus penyebabnya diduga faktor disfungsi neurologis, proses
psikologis maupun sebab-sebab lainnya sehingga anak yang berkesulitan belajar
dalam suatu kelas menunjukkan prestasi belajar rendah.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-


sekolah dengan frekuensi jam pembelajaran yang lebih banyak dibandingkan
dengan mata pelajaran yang lainnya. Berbicara mengenai matematika itu sulit
tentunya tidak lepas dari ketidak senangan dari peserta didik tentang mata
pelajaran matematika itu sendiri (Indri Wulandari, 2018). Kemampuan umum
pembelajaran matematika di SD yaitu melakukan operasi hitung penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang
melibatkan pecahan. Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat

2
berlangsung secara wajar. Perbedaan individual antar siswa yang sering kita
temui di dunia pendidikan yang dapat menyebabkan perbedaan tingkah laku
belajar di kalangan siswa. Keadaan dimana siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”
(Wulandari, 2018). Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti
memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya
dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan saja, tetapi juga dimiliki oleh
sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya.
Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya.

Kesulitan belajar matematika adalah gangguan yang dialami siswa pada saat
mempelajari matematika yang meliputi beberapa karakteristik, seperti gangguan
hubungan keruangan, abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual motor,
perserverasi, dll yang menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Kesulitan
belajar dapat diterjemahkan dari fenomena dimana siswa mengalami kesulitan
ketika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar
tertentu berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam
tujuan instruksional atau tingkat perkembangannya (Rofiqi, 2020).

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang melatih anak bepikir logis dan
analitis sehingga anak menjadi cerdas karena matematika sebagai pelayan dan
mahkota ilmu-ilmu lain. Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya
dapat berlangsung secara wajar, begitupun dalam pembelajaran matematika.
Keadaan tersebut dipengaruhi oleh cepat lambatnya daya tangkap seseorang
terhadap suatu pelajaran dan cepat daya tangkap dipengaruhi oleh konsentrasi.

Kesan matematika yang dianggap sulit menimbulkan rasa malas terhadap siswa.
Rasa malas yang timbul dari diri siswa dapat menghambat proses belajarnya.
Sebagai orang tua siswa di sekolah guru juga dapat memberi dorongan belajar
berupa motivasi. Guru memotivasi siswa untuk belajar matematika dengan
mengkaitkan konteks dalam kehidupan sehari-hari. Saat siswa mengalami
kesulitan belajar guru dapat memotivasi untuk tidak menyerah, guru dapat

3
memberikan solusi kepada siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dengan
kehidup sehari-hari (Mike Olerton, 2014:50).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru matematika di MI Nurul Huda


Sukaraja, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi siswa. Beberapa siswa
masih mengalami kesulitan belajar matematika, seperti sulit dalam hal operasi
bilangan dan menyelesaikan soal matematika. Guru harus mampu membantu
siswa untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan studi kebutuhan dan teoritis di atas maka menarik bagi peneliti
untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Guru Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V di MI Nurul Huda
Sukaraja”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kesulitan belajar matematika pada siswa kelas V di MI Nurul


Huda Sukaraja?

2. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar matematika


siswa kelas V di MI Nurul Huda Sukaraja?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengatasi kesulitan


belajar matematika siswa kelas V di MU Nurul Huda Sukaraja?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kesulitan belajar matematika pada siswa kelas V di MI


Nurul Huda Sukaraja

2. Untuk mengetahui strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar


matematika siswa kelas V di MI Nurul Huda Sukaraja

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mengatasi


kesulitan belajar matematika siswa kelas V di MI Nurul Huda Sukaraja

4
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis:


a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran;
b. Dapat memberikan sumbangan dan bahan untuk mengubah dan
menyempurnakan metode pembelajaran;
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan kembali sebagai pedoman untuk
melakukan kegiatan penelitian sejenis kedepannya.
2. Manfaat secara Praktis:
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti untuk mengetahui faktor-
faktor kesulitan belajar matematika yang di alami siswa kelas V MI
Nurul Huda Sukaraja sehingga hal tersebut dapat dijadikan bekal ketika
terjun langsung ke sekolah.
b. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan kebiasaan belajarnya sehingga dalam proses
belajarnya tidak mengalami kesulitan lagi serta dapat memahami materi
yang didapatkan untuk diterapkan atau digali denga pengembangan
masing-masing siswa.
c. Bagi Guru
Dapat meningkatkan profesionalitas kerjanya dalam proses belajar
mengajar sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana
dengan lebih baik lagi.
d. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah dalam memahami setiap
siswa, sehingga pihak sekolah dapat mengembangkan segala potensi
yang dimiliki siswa dengan segala kemampuan yang dimiliki sekolah.
Selain itu dapat meningkatkan tingkat kelulusan yang terbaik.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar dan Kesulitan Belajar Matematika

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Siregar, 2020).
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Hanafy, 2014).

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu


senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru, dan lain sebagainya.

2. Kesulitan Belajar Matematika

Kesulitan belajar ialah suatu gejala tampak pada peserta didik yang ditandai
dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah
ditetapkan (Djamaluddin & Wardana, 2019). Kesulitan belajar dapat diartikan
sebagai ketidak mampuan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan guru dan anak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
(Nurlina, 2021). Siswa yang prestasi belajarnya lebih renda dibandingkan
teman-temanya, atau prestasi belajarnya lebih rendah dibandingkan prestasi
belajar sebelumnya dikatakan mengalami kesulitan belajar.

6
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
merupakan kondisi dimana siswa tidak dapat belajar sesuai mestinya, memiliki
prestasi belajar dibawah kreteria yang telah ditetapkan yang disebabkan ada
hambatan-hambatan dalam belajar dan dapat terjadi pada semua siswa.

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran


penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika
merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan disekolah. Mata pelajaran ini
harus benar-benar dipahami karena sering dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Matematika di defidefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar


bilangan dan prosedur yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenal
bilangan (Shukshina et al., 2021). Kemampuan umum pembelajaran
matematika di SD yaitu melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan
pecahan. Kesulitan belajar matematika adalah gangguan yang dialami siswa
pada saat mempelajari matematika yang meliputi beberapa karakteristik,
seperti gangguan hubungan keruangan, abnormalitas persepsi visual, asosiasi
visual motor, perserverasi, dll yang menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran. Kesulitan belajar dapat diterjemahkan dari fenomena dimana
siswa mengalami kesulitan ketika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai
taraf kualifikasi hasil belajar tertentu berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan
seperti yang dinyatakan dalam tujuan instruksional atau tingkat
perkembangannya (Nuragnia et al., 2021).

3. Ciri-ciri Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar

Ciri dari siswa yang mengalami kesulitan yaitu seperti tidak mampu
menyelesaikan tugas belajar sesuai waktu yang ditentukan. Adapun ciri lainnya
yaitu sebagai berikut (Supriyono, 2014).

7
a) Prestasi belajar rendah artinya skor yang diperoleh dibawa skor rata-rata
kelompoknya,

b) Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan


hasil yang dicapai.

c) Lambat dalam mengerjakan tugas dan lambat dalam menyelesaikan tugas


atau menyerahkan tugas.

d) Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar dan lainnya,

e) Menunjukkan perilaku menyimpang dari perilaku temannya yang seusia,


misalnya suka membolos, enggan mengerjakan tugas, tidak dapat kerja
sama dengan temannya, tidak dapat berkonsentrasi, tidak punya semangat
dan sebagainya.

4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Penyebab kesulitan belajar dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruh


belajar maka penyebab kesulitan belajar di kelompokan menjadi dua yaitu
faktor internal (bersal dari dalm diri siswa) dan faktor eksternal (berasal dari
luar diri siswa) (Dalyono, 2019). Faktor internal meliputi: kemampuan
intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan
untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat,
dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengar, dan merasakan.
Faktor eksternal meliputi: guru, kualitas pembelajaran, instrument dan fasilitas
pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan,
baik lingkungan social maupun lingkungan alam (Sugihartono, 2012).

Faktor-faktor di atas dapat diketahui bahwa kesulitan belajar di sebabkan oleh


diri siswa sendiri dan pengaruh dari luar diri siswa. Kesulitan belajar banyak
dipengaruhi oleh kesiapan diri siswa untuk belajar, pengaruh di luar diri siswa
serta kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dari paparan diatas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dapat di

8
bedakan menjadi dua yaitu, faktor internal, faktor eksternal, faktor. Faktor
internal antara lain yaitu: kondisi tubuh dan mental, kecerdasan siswa, sikap
terhadap pembelajaran, minat siswa terhadap pembelajaran, motivasi siswa
terhadap pembelajaran, dan kebiasaan siswa saat belajar. Faktor eksternal
diantaranya: perhatian orangtua terhadap kegiatan belajar siswa, hubungan
siswa dengan keluarga, uasana rumah saat siswa belajar, ondisi lingkungan
tempat tinggal, egiatan dalam masyarakat, pengaruh media massa, persiapan
guru sebelum KBM, hubungan guru dengan murid, kondisi sekolah, ruang
kelas dan sarana penunjang pembelajaran, kedisiplinan siswa dan guru, materi
pembelajaran, metode dan media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

5. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Kesulitan belajar siswa perlu dicari penyebabnya dan ditanggulangi melalui


usaha-usaha perbaikan (Novitasari & Fathoni, 2022). Evaluasi dapat diketahui
kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi siswa dalam proses belajarnya.
Informasi tersebut dapat dirancang dan diupayakan untuk menanggulangi dan
membantu yang bersangkutan mengatasi kesultannya, atau memecahkan
masalahnya.

Alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan


terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat)
terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar
yang melanda siswa tersebut (Yuliyanti, 2020). Upaya seperti ini disebut
diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni kesulitan belajar
siswa. Membiasakan siswa untuk belajar matematika adalah salah satu cara
agar siswa menyenangi pelajaran matematika

Kesan matematika yang dianggap sulit menimbulkan rasa malas terhadap


siswa. Rasa malas yang timbul dari diri siswa dapat menghambat proses
belajarnya. Sebagai orang tua siswa di sekolah guru juga dapat memberi
dorongan belajar berupa motivasi. Guru memotivasi siswa untuk belajar
matematika dengan mengkaitkan konteks dalam kehidupan sehari-hari. Saat

9
siswa mengalami kesulitan belajar guru dapat memotivasi untuk tidak
menyerah, guru dapat memberikan solusi kepada siswa untuk menyelesaikan
suatu masalah dengan kehidupan sehari-hari (Siregar, 2020).

Beberapa alternatif kemungkinan pemecahan kesulitan belajar yang dapat


dilakukan sebagai berikut (Irwan, 2017).

a) Jika sumber kesulitan belajar berasal dari factor bawaan atau herediter dan
kemampuan dasar dalam belajar siswa, dapat dilakukan penyaluran atau
penjurusan kepada program pendidikan tertentu yang lebih sesuai dengan
tingkat kecerdasan atau jenis bakatnya.

b) Jika sumber kesulitan belajar berasal dari pribadi siswa, seperti sikap,
kebiasaan, minat, motivasi, sikap terhadap guru dan mata pelajaran, dan
sebagainya, masih ada kemungkinan mengatasi melalui penciptaan
conditioning dan pembelajaran yang inovatif.

c) Jika sumber kesulitan belajar berasal dari luar siswa, akan sangat mungkin
diatasi terutama jika menyangkut lingkungan sekolah. Namun, sangat
tergantung kondisi sekolah dan lingkungan yang bersangkutan

Beberapa cara lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan
belajar matematika yang dialami oleh siswa, yaitu (Novitasari & Fathoni,
2022):

a) Memastikan kesiapan intelektual anak untuk mempelajari konsep baru


matematika.
b) Mempersiapkan penguasaan materi prasyarat
c) Memastikan kesiapan anak belajar dari rumah
d) Pemakaian media belajar
e) Permasalahan yang konkret
f) Tingkat kesulitan masalah yang sesuai kemampuan anak
g) Memberikan kebebasan menyelesaikan masalah

10
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Guru dapat
mengetahui upaya siswa untuk keluar dari masalah kesulitan belajar yaitu
seperti memastikan kesiapan siswa untuk belajar, memilih media pembelajaran,
memberikan latihan soal kepada siswa serta memberikan kebebasan kepada
siswa dalam menyampaikan gagasannya.

B. Penelitian yang Relevan


1) Hasil penelitian (Yulianti, 2020) ini menunjukkan bahwa: (1) jenis
kesulitan belajar siswa pada pelajaran matematika adalah kondisi
kelas yang kurang kondusif, sulit menghafalkan rumus matematika,
sulit membedakan jenis perkalian dan pembagian, tidak mampu
dalam pelajaran matematika, tidak mampu melihat papan tulis dengan
jelas, kesulitan membaca maupun menghitung. (2) peran guru dalam
mengatasi kesulitan belajar matematika pada siswa adalah dengan
cara memberi contoh, memberikan pendampingan dan teguran,
menggunakan media yang tersedia di sekolah dan jari tangan siswa,
menyederhanakan bentuk rumus, menempatkan siswa di bangku
paling depan, memberikan latihan atau PR untuk berupa soal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.(3) kendala guru dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa adalah karakteristik siswa berbeda,
sikap anak yang cenderung acuh, sulit mengendalikan siswa yang
aktif.
2) Temuan penelitian (Nurwahidah, et.al, 2022) bahwa terdapat
beberapa perspektif guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
yang meliputi: (1) Adanya faktor internal dan faktor eksternal
terhadap penyebab kesulitan belajar siswa (2) Terdapat kesulitan
yang seringkali didapati oleh guru matematika dalam pembelajaran;
(3) Strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Solusi
yang ditawarkan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam proses
pembelajaran matematika yaitu dengan melakukan 6 M yaitu;

11
(a) Menjalin kerjasama kepada orang tua siswa agar dapat
mendukung, membimbing, serta mengarahkan siswa dalam belajar.
(b) Memastikan kesiapan dan fokus siswa untuk belajar. (c)
Memberikan motivasi belajar kepada siswa baik dari guru maupun
lingkungan keluarga. (d) Menggunakan strategi serta media yang
menarik (e) Memberikan ruang untuk bereksplorasi. (f) Memberikan
soal atau tes pada batas kemampuan siswa.
3) Hasil penelitian (Unaenah, 2022) menunjukkan siswa kesulitan belajar
pada pokok materi luas dan keliling bangun datar layang-layang dan
trapesium. Kesulitan yang dialami siswa yakni kesulitan menentukan
rumus, kekeliruan memahami soal cerita, kekeliruan penggunaan nilai
tempat, kekeliruan penghitungan dalam luas dan keliling bangun datar
layang-layang dan trapesium. Upaya guru dalam mengatasi kesulitan
belajar matematika luas dan keliling bangun datar layang-layang dan
trapesium dengan memberikan perhatian khusus pada siswa,
bimbingan belajar seperti symbol matematika, nilai tempat, konsep
luas dan keliling bangun datar layang-layang dan trapesium,
pembelajaran remedial, memotivasi siswa dalam belajar.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan


pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang di amati. Pendekatan ini diarahkan pada
latar individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis tetap
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kebutuhan (Unaenah,
2022)

Sedangkan Kualitatif deskriptif adalah penelitian yang mengedepankan


pengumpulan data atau realitas persoalan dengan berlandaskan pada
ungkapan apa-apa yang telah dieksplorasikan dan diungkapkan oleh
responden dan data yang dikumpulkan berupa kata kata, gambar dan
bukan angka-angka. Penelitian kualitatif bertujuan mendalami
pemahaman mengenai sebuah topic dan dilakukan melalui interprestasi
dari apa yang telah ditemukan dilapangan sehingga dalam melakukan
penelitian seorang peneliti dituntut untuk lepas dari pemikiran yang judge
mental

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Menurut Creswall dalam (Novitasari & Fathoni, 2022) yang dikutip oleh
Gunawan dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif:
Teori dan Praktik, menyebutkan bahwa, “metode penelitian studi kasus
sebagai salah satu strategi penelitian kualitatif.

13
B. Kehadiran Peneliti
Seluruh rangkaian dan proses pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti sendiri
sebagai instrument utama dalam penelitian ini. Penelitian ini berlangsung pada
latar ilmiah, yang menuntut kehadiran peneliti di lapangan, maka peneliti
mengadakan pengamatan mendatangi subyek penelitian atau informan dalam hal
ini di MI Nurul Huda Sukaraja, sekaligus menghimpun dokumen-dokumen yang
diperlukan.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di MI Nurul Huda Sukaraja.

D. Data dan Sumber Data

Pada dasarnya menurut Lofland dalam (Sugiyono, 2014) sumber data dalam suatu
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (sumber data primer) dan
selebihnya adalah sumber data sekunder seperti dokumen dan arsip-arsip.
Berkaitan dengan itu, Lexy Moloeng menyimpulkan bahwa sumber data terbagi
ke dalam kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Dengan
demikian data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang
diklasifikasikan maupun analisis untuk mempermudah dalam menghadapkan pada
pemecahan permasalahan, perolehannya dapat berasal dari:

1) Sumber data primer

Sumber primer dalam penelitian ini adalah guru bidang studi matematika dan
siswa kelas VA MI Nurul Huda Sukaraja.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen, serta foto-
foto kegiatan belajar mengajar.

14
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam


penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting
alamiah (natural setting), di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan.
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2014).

Pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan


pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dan
mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang
diamati. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
letak geografis, keadaan serta proses belajar mengajar.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan langsung mengadakan


Tanya jawab kepada objek yang diteliti atau kepada perantara yang
mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti. Teknik ini digunakan
untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sekolah MI Nurul Huda
Sukaraja, strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar matematika, serta
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang berkenaan dengan kesulitan
belajar matematika.

15
3. Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa


berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
cerita, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Dalam hal ini peneliti menghimpun dokumen-dokumen sesuai kebutuhan


peneliti, seperti surat-surat atau data-data dari sekolah mengenai data guru,
siswa, fasilitas sekolah dan foto-foto kegiatan yang dilakukan peneliti selama
di lapangan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.

Adapun metode analisis menurut Miles dan Huberman dalam (Novitasari &
Fathoni, 2022) yang digunakan adalah :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu kegiatan proses pemilihan, pemusatan


perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
mentah yang didapat dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Maka
dari itu dapat disimpulkan bahwa reduksi data berlangsung terus-menerus
selama penelitian (Langkah-langkah yang dilakukan dalam reduksi data
adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau mengkategorikan ke
dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang

16
yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan
diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data disini dibatasi sebagai penyajian sekumpulan informasi


tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan adanya penyajian data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut

Penyajian data dalam penelitian ini adalah pembuatan laporan hasil


penelitian yang telah dilakukan agar data yang telah dikumpulkan dapat
dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang
disajikan disajikan dengan sederhana dan jelas agar mudah dipahami.

3. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan


masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak, karena
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan. Penelitian
ini diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukakan di
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten dalam
mengumpulkan data. Pada kesimpulan ini akan dijelaskan terkait dengan
mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan,
persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari
permasalahan yang ada.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan (Data)

Patton dan Lexy Moleong dalam (Novitasari & Fathoni, 2022) Supaya data
yang diperoleh dari lokasi penelitan lapangan memiliki keakuratan yang
maksimal, maka peneliti melakukan usaha sebagai berikut: 1) Triangulasi,

17
2) Ketekunan Pengamatan, 3) Pemeriksaan Sejawat, 4) Perpanjangan
Keikutsertaan.

Triangulasi adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan


sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding kebsahan data”. Triangulasi dibagi menjadi dua yaitu triangulasi
sumber dan triangulasi teknik.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk


memperoleh keabsahan data. Dalam hal ini sumber datanya adalah guru
matematika dan siswa kelas VA. Contohnya dalam mewancarai subjek yang
berbeda-beda seperti mewawancarai beberapa siswa kelas VA, mewancarai
guru matematika dengan menggunakan teknik wawancara mendalam.

H. Tahapan-Tahapan Penelitian

Penelitian kualitatif biasanya didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam
pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah
direncanakan. Hal itu dapat terjadi bila perencanaan ternyata tidak sesuai dengan
apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, kerja penelitian mestilah
merancang langkah-langkah kegiatan penelitian. Menurut (Sugiyono, 2014)
terdapat tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu:

1) Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti


mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru
mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.

2) Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang
diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.

3) Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah
ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara
mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi
berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis,
bahkan teori baru.

18
Secara spesifik, ketiga tahap diatas dapat dijabarkan dalam lima langkah
penelitian kualitatif, yaitu: rumusan masalah, pengumpulan data, pengelolaan
dan pemaknaan data, pemunculan teori, dan pelaporan hasil penelitian.
Keterkaitan ke lima tahap tersebut dijelaskan di bawah ini:

a) Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memadu peneliti


untuk mengumpulkan data dilapangan. Dalam rumusan masalah peneliti harus
mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara
menyeluruh, luar dan mendalam. Rumusan masalah yang merupakan fokus
penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
masuk lapangan atau sitiasi sosial tertentu. Hal itu dapat terjadi bila fokus
masalah yang telah dirumuskan secara baik, namun setelah di lapangan tidak
mungkin dilakukan penelitian sehingga diubah, diganti, disempurnakan atau
dialihkan. Peneliti memiliki peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau
menambah fokus penelitian.

b) Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,


karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dengan
terkumpulnya data yang dapat dari penelitian maka peneliti dapat menemukan
teori baru.Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengumpulan data
adalah menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data.
Hal ini terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan misalnya
observasi, wawancara atau pengamatan.

c) Pengelolaan dan pemaknaan data

Pada penelitian yang lain pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan
data dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan pengumpulan di
lapangan dinyatakan selesai. Analisis data kualitatif yang meliputi
pengolahan dan pemaknaan data dimulai sejak peneliti memasuki lapangan.

19
Selanjutnya, hal yang sama dilakukan secara kontinyu pada saat
pengumpulan sampai akhir kegiatan pengumpulan data secara berulang
sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi informasi baru). Dalam hal ini, hasil
analisis dan pemaknaan data akan berkembang, berubah, dan bergeser
sesuai perkembangan dan perubahan data yang ditemukan di lapangan.

d) Pemunculan Teori

Peran tori dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif.


Dalam penelitian kualitatif teori tidak dimanfaatkan membangun kerangka
pikir dalam penyususnan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan tujuan.
Teori sebagai alat dimaksud bahwa dengan teori ada peneliti dapat
melengkapi dan menyediakan keterangan terhadap fenomena yang ditemui.
Teori sebagai tujuan mengandung makna bahwa temuan penelitian dapat
dijadikan suatu teori baru.

e) Pelaporan hasil penelitian

Laporan hasil penelitian merupakan bentuk pertanggung jawaban peneliti


setelah melakukan kegiatan engumpulan data penelitian dinyatakan selesai.
Dalam konteks yang seperti ini, pelapor hasil penelitian secara tertulis
memiliki nilai guna, yaitu:

1) Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para


peneliti dalam setiap kegiatan penelitian.

2) Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah.

3) Sebagai suatu karya ilmiah yang dapat di dokumentasikan kepada


masyarakat atau sesama peneliti.

4) Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai


keperluan pada kepentingan peneliti.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Umum dan Data Khusus

Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengumpulkan


data untuk menunjang judul yang peneliti buat dan menjawab fokus penelitian.
Pada deskripsi data umum dan khusus penelitian ini akan menguraikan mengenai
gambaran umum mengenai MI Nurul Huda dan strategi guru dalam mengatasi
kesulitan belajar matematika di kelas V. Dengan menggunakan teknik
pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi yang diperoleh dari
narasumber MI Nurul Huda yaitu Bapak Budiono, S.Pd.SD. Selaku wali kelas V
sekaligus guru matematika di kelas V.

MI Nurul Huda memiliki Visi “Terwujudnya peserta didik yang unggul dalam
prestasi berbasis IPTEK, yang berlandaskan pada IMTAQ”. Adapun misinya
adalah 1) Mengoptimalkan kegiatan keagamaan peserta didik agar menjadi
generasi penerus bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara PAKEM sebagai upaya
mewujudkan sekolah sebagai pusat kegiatan belajar yang menyenangkan. 3)
Melaksanakan pembinaan berbagai kegiatan lomba baik akademik maupun non
akademik guna meraih prestasi yang unggul berbasis IPTEK. 4) Melaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler untuk memupuk bakat dan kreatifitas

Keadaan sarana dan prasarana di MI Nurul Huda dikatakan baik, dengan


memiliki 8 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 perpustakaan. MI
Nurul Huda juga memiliki lapangan sepak bola, dan terdapat 1 mushola. Guru MI
Nurul Huda dengan jumlah 13 guru dan semuanya sudah memenuhi standar
kualifikasi guru yaitu dengan gelar sarjana pendidikanpeserta didik.

21
.

Data Khusus dalam penelitian ini merupakan uraian yang disajikan


untuk mengetahui karakteristik data yang dilakukan peneliti dengan topik
sesuai dalam pertanyaan-pertanyaan yang peneliti lakukan dan amati dalam
proses penelitian. Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan data yang
peneliti peroleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang
berkaitan dengan Rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apa saja kesulitan belajar matematika pada siswa kelas V di MI Nurul


Huda, 2) Bagaimana strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar
matematika di kelas V, 3) Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi
guru dalam mengatasi kesulitan belajar matematika siswa kelas V di MI Nurul
Huda.

B. Analisis Data
1. Hasil Penelitian

a. Kesulitan Belajar Matematika Siswa kelas V

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa bermacam-macam, dalam


pembelajaran matematika peneliti membagi menjadi 4 kesulitan. Sebagaimana
data yang diperoleh oleh peneliti didapatkan dari hasil wawancara beberapa
siswa yang memiliki kesulitan belajar yaitu:

1) Kesulitan Penggunaan Konsep

Kesulitan penggunaan konsep pada siswa kelas V yaitu pada materi perkalian
dan pembagian, siswa kesulitan pada perkalian ribuan dan perpangkatan. Siswa
juga mengalami kesulitan memahami konsep geometri serta materi operasi
hitung bilangan. Guru kelas V juga menjelaskan bahwa masih ada siswa yang
mengalami kesulitan belajar matematika seperti memahami materi geometri,
materi pembagian dan susah mengoperasikan penjumlahan atau perkalian
pecahan. Materi geometri di anggap paling susah oleh siswa kelas V, hal ini

22
dikarenakan materi geometri mengandung banyak rumus yang harus dihafal,
dan siswa sering salah dalam menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada
bangun ruang sederhana. Adapun tanda bahwa mereka sulit memahami materi
geometri ketika pada saat latihan mereka belum menggunakan rumus yang
tepat jadi mereka salah mengerjakan soal tersebut.

Konsep merupakan pengertian, gambaran dari soal atau bisa dikatakan dengan
ide atau cara yang digunakan dalam pengerjaan soal. Agar kegiatan belajar
berjalan dengan lancar, dibutuhkan perencanaan yang mudah dipahami dan
dimengerti. Dalam penggunaan konsep materi matematika semuanya
menggunakan konsep, akan tetapi di MI Nurul Huda materi dalam penggunaan
konsep yang dianggap sulit yaitu materi perkalian dan pembagian, materi
operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dan materi geometri dan bangun
ruang.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami


siswa adalah kesulitan pada materi perkalian dan pembagian, kesulitan
memahami materi operasi hitung dan bilangan, kesulitan memahami materi
geometri yang mencakup bangun ruang.

2) Kesulitan Memahami Simbol

Siswa masih kesulitan dalam memahami simbol lebih dari (>) dan kurang dari
(<) dan pada materi operasi bilangan siswa masih mengalami kesulitan simbol
min (-) dan plus (+). Berdasarkan hasil wawancara tentang materi bilangan
siswa masih kebingung menentukan nilai mana yang lebih besar (>) ataupun
lebih kecil (<) dan juga pada simbol plus (+) dan min (-). Simbol adalah adalah
suatu suatu huruf, nomor atau tanda yang mewakili bilangan. Menurut Lener
anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam
mengenal dan menggunakan symbol- symbol matematika (Abu Ahmadi,
2014:74). Berdasarkan paparan di atas disimpulkan bahwa siswa berkesulitan
dalam memahami simbol matematika berupa simbol lebih dari (>) dan kurang
dari (<) dan memahami simbol min (-) dan (+).

23
3) Kesulitan Dalam Perhitungan

Kesulitan dalam perhitungan adalah keadaan dimana siswa sulit dalam


menghitung pada pelajaran matematika. Siswa sulit dalam menghitung
perkalian dan pembagian yang menjadi dasar matematika, kesulitan dalam
operasi hitung dan volume balok dan kubus.

Kesalahan perhitungan biasanya disebabkan karena kesulitan memahami


maksud soal dan juga siswa belum menguasai konsep. Selain itu kesalahan
perhitungan juga bisa terjadi karena siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal
yang diberikan. Anak berkesulitan belajar matematika sering membuat
kekeliruan dan kesalahan dalam belajar matematika.

Berdasarkan paparan di atas disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami siswa


yaitu kesulitan menghitug materi perkalian dan pembagian, operasi hitung,
dan kesulitan pada perhitungan materi balok dan kubus.

4) Kesulitan Dalam Memahami Rumus

Kesulitan dalam memahami rumus matematika siswa kelas V yaitu pada materi
geometri, siswa kesulitan dalam memahami rumus balok, kubus, segitiga dan
siswa masih sulit dalam menentukan sisi dan rusuknya. Jika siswa sulit
memahami rumus hal ini akan mempengaruhi proses belajar siswa. Rumus
merupakan cara singkat untuk mencari informasi tertentu dengan cara
menggunakan patokan yang dilambangkan dengan huruf, angka, ataupun tanda
(KBBI).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami


siswa yaitu, kesulitan dalam memahami rumus balok, kubus, segitiga dan
prisma.

b. Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Matematika

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pada pelaksanaan proses


pembelajaran di kelas, guru sudah melakukan upaya untuk mengatasi kesulitan

24
belajar matematika. Dan jenis kesulitan belajar yang dialami setiap siswa
tidaklah sama dalam pembelajaran matematika. Jenis kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa bermacam-macam. Untuk mengetahui strategi yang
dilakukan oleh guru kelas V dalam mengatasi kesulitan belajar matematika
siswa di MI Nurul Huda maka peneliti melakukan penggalian data dengan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berikut adalah hasil wawancara yang
peneliti lakukan dengan guru kelas V, dan siswa kelas V. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh bapak Budiono selaku wali kelas V sebagai berikut:

1) Memastikan Kesiapan Siswa dalam Belajar Matematika

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru matematika selalu mengajak


siswa berdoa bersama. Selain itu guru matematika juga selalu menanyakan
kabar siswa dan melakukan absensi untuk memastikan siswa yang tidak
hadir di kelas.

Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan


belajar siswa yaitu memastikan kesiapan siswa untuk belajar matematika,
pemakaian media belajar yang memepermudah pemahaman anak,
permasalahan yang diberikan merupakan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari, memberi kebebasan pada anak untuk menyelesaikan soal
dengan caranya.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa guru sudah


melakukan upaya untuk mengatasi kesulitan belajar yaitu dengan cara
memastikan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran.

2) Menggunakan Metode Pembelajaran

Guru kelas V menggunakan metode kelompok. Ketika belajar di kelas


siswa belajar kelompok, guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa
kelompok, guru mengelompokkan siswa yang kurang bisa materi
matematika dengan siswa yang pintar matematika, hal ini bertujuan agar
siswa yang belum bisa dapat di ajari oleh siswa sudah bisa, jadi mereka

25
bisa berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pengunaan metode di dalam
pembelajran matematika harus disesuaikan dengan, materi yang akan
disampaikan dalam pembelajran, waktu yang diperlukan kemampuan dan
kemampuan guru dalam menguasai metode.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa guru sudah


menggunakan metode dalam proses pembelajaran yaitu menggunakan
metode kelompok. Tetapi dalam penggunaan metode kelompok siswa
masih mengalami kesulitan dalam belajar matematika, sebaiknya guru
menggunakan metode yang bervariasi dan jangan hanya monoton
menggunakan metode kelompok saja.

3) Memberikan motivasi kepada siswa

Motivasi sangat di butuhkan bagi siswa, karena dengan motivasi siswa


dapat lebih bersemangat dan giat dalam belajar. Siswa akan lebih
bersemangat dalam belajar jika guru memberi dorongan dan motivasi
siswa akan lebih semangat belajar, guru selalu bilang kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar bahwa kalian semua pasti bisa, dan harus
tetap rajin belajar, karena belajar itu bisa menghilangkan kebodohan,
intinya selalu memberi semangat untuk terus belajar. Motivasi sebagai
faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan
perbuatan belajar. dengan motivasi yang besar akan semakin besar
kesuksesan belajarnya, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas guru selalu memberikan motivasi untuk siswa


agar semangat dalam belajar. Memberikan Kesempatan Siswa Untuk
Bertanya

4) Memberikan Tugas Pada Siswa

Penilaian terhadap pembelajaran biasanya guru memberikan evaluasi


kepada siswa di akhir pembelajaran untuk mengukur kemampuan siswa
berdasakan materi yang telah diajarkan kepada siswa. Beberapa siswa juga

26
mengatakan bahwa guru matematika sering memberikan tugas di akhir
pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa guru selalu


memberikan tugas pada siswa agar siswa mudah memahami materi yang di
jelaskan. Akan tetapi pada kenyataannya jika siswa mengerjakan tugas di
rumah terkadang siswa masih belum paham materi pelajaran, jadi siswa
tersebut menuruh kakak atau ibunya untuk mengerjakan tugas siswa
tersebut.

5) Memberikan Kebebasan Pada Siswa untuk Menyelesaikan soal Sesuai


dengan Kemampuan
Saat proses belajar siswa di beri kebebasan dalam mengerjakan soal
matematika. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah sesuai dengan kemampuan dan pengalaman siswa. Karena
kemampuan siswa yang berbeda-beda menjadi salah satu perhatian guru
untuk memberikan kesempatan siswa dalam menyampaikan gagasannya
yaitu cara siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Pengalaman belajar
siswa antara yang satu dengan lainnya berbeda begitu pula dengan
kemampuan yang dimiliki setiap siswa. Kemampuan setiap siswa berbeda
dalam menyelesaikan suatu masalah. Guru dalam hal ini perlu memberikan
kebebasan bagi siswa untuk dapat menyelesaikan masalah dengan caranya
sendiri (Nurul Fadilah, 2018).

Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa guru matematika sudah


memberikan kebebasan siswa di kelasnya untuk mengerjakan soal dengan
menggunakan cara yang dicontohkan atau dengan cara masing-masing
sesuai dengan kemampuan siswa tersebut.

Berdasarkan pengamatan peneliti siswa yang mengerjakan soal dengan


caranyanya sendiri terkadang mereka asal-asalan dalam mengerjakan soal,
cara yang digunakan tidak sesuai dengan materi yang di pelajari.

27
c. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Matematika

1. Faktor Pendukung Proses Pembelajaran


a) Minat belajar siswa
Siswa yang berkesulitan belajar diketahui bahwa minat untuk
mengikuti pembelajaran cukup tinggi, dimana ada beberapa
siswa mau mengikuti tambahan jam pelajaran setelah pulang
sekolah, tetapi ada juga yang kurang berminat dalam mengikuti
jam tambahan di sekolah.

Minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu


memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus,
minat belajar erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu
dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang
kepada sesuatu (M. Alisuf Sabri, 2015).

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa


minat belajar siswa cukup baik, di buktikan bahwa ketika guru
memberikan jam tambahan siswa dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik, meskipun ada beberapa anak yang kurang berminat
dalam megikuti jam tambahan.
b) Motivasi belajar siswa
Motivasi belajar siswa sangat berpengaruh pada
keberlangsungan proses belajar matematika, jika siswa
termotivasi untuk belajar matematika siswa akan lebih mudah
memahami materi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi tidak
semua siswa kelas V memiliki motivasi dalam mempelajari
matematika.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada

28
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2019).
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
motivasi belajar bagi siswa sangat dibutuhkan agar materi
pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa.
c) Kreatifitas guru
Kreatifitas sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran,
kreatifitas dapat berupa metode yang di gunakan. Berdasarkah
wawancara dengan guru kelas V, guru menggunakan metode
ceramah, kelompok, tanya jawab dan penugasan. Sebagaima
wawancara dengan guru dan siswa kelas V bahwa pada saat
selesai proses belajar guru memberikan tugas kepada siswa,
kemudian guru membagi menjadi beberapa kelompok, guru
berharap hal ini dapat membantu proses belajar siswa, guru
terkadang menempel gambar dipapan tulis berupa rumus agar
siswa mudah menghafal.
Pengertian kreatifitas berhubungan dengan penemuan sesuatu,
mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada (Slameto, 2018).
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
guru sudah berusaha memberikan metode dalam pembelajaran
meskipun kurang maksimal.
2. Faktor Penghambat Proses Pembelajaran
a) Keterbatasan waktu di sekolah

Belajar matematika membutuhkan waktu yang cukup lama,


karena keterbatasan waktu di sekolah siswa terkadang belum
memahami materi yang disampaikan tetapi waktu belajar sudah
habis. Dengan kata lain, dalam waktu yang relatif singkat
tersebut ada tiga hal yang harus dicapai dalam pendidikan di
sekolah dasar yakni pembinaan dan pengembangan aspek

29
kognitif, psikomotor, dan afektif. Karena minimnya waktu, para
pendidik lebih terfokus dalam hal aspek kognitif dan
psikomotor, sehingga seringkali meninggalkan pembinaan aspek
afektif.

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa


waktu yang terbatas dapat menghambat proses belajar siswa,
sehingga pembelajaran matematika membutuhkan waktu yang
lama.

b) Kurangnya perhatian orang tua

Berdasarkan observasi dan hasil wawancara dengan guru dan


siswa kesibukan orang tua dapat menghambat proses
pembelajaran, dampak dari kesibukan orang tua, siswa kurang
mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga anak kurang
bersemangat dalam belajar di sekolah. Hal ini di sampaikan oleh
guru kelas V. Anak-anak terkadang tidak mengerjakan PR di
rumah, dengan alasan tidak bisa jadi mengerjakan di sekolah
dan nyontek jawaban kawannya, kadang malah banyak alasan
untuk tidak masuk sekolah.

Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pola


hidup materialis dan pragmatis menyebabkan orang tua selalu
disibukkan dengan karir masing-masing. Sehingga mereka tidak
sempat memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-
anaknya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa


orang tua sangat di butuhkan dalam kegiatan belajar mengajar,
jadi orang tua di harapkan dapat mengarahkan anaknya untuk
belajar di rumah.

30
c) Kurangnya Media Pembelajaran

Media sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Media


pembelajaran yang tersedia di sekolah belum dimanfaatkan
secara maksimal. Di MI Nurul Huda sarana dan media belum
cukup, sehingga dapat menghambat proses pembelajaran, guru
menggunakan media pembelajaran seadanya, guru belum
melakukan suatu usaha ketika media pembelajaran yang
diperlukan tidak tersedia di sekolah.

Media pembelajaran adalah alat yang membantu proses belajar


mengajar serta berfungsi untuk memperjelas makna pesan atau
informasi yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat


menyimpulkan bahwa faktor penghambat proses pembelajaran
yaitu, keterbatasan waktu di sekolah, kurangnya perhatian
orang tua, dan kurangnya media pembelajaran.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam skripsi ini adalah berbentuk
diskriptif kualitatif, yakni penelitian dengan cara pengumpulan data yang
realistis persoalan dengan berlandaskan pada ungkapan dari responden dan
data yang dikumpulkan berupa kata-kata.

Pada bab ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari temuan
sebelumnya dengan teori temuan saat penelitian. Menggabungkan antara
pola-pola yang ada dalam teori sebelumnya dan kenyataan yang ada di
lapangan. Terkadang apa yang di teoritik tidak sama dengan kenyataanya,
atau sebaliknya. Keadaan inilah yang perlu dikaji secara mendalam. Perlu
penjelasan lebih lanjut antara teori yang ada dan buktikan dengan kenyataan
yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi

31
ini, dan untuk menjawab fokus masalah yang telah tercantum pada bab
awal, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu untuk menjawab
fokus masalah yang ada.

a. Kesulitan Belajar Matematika di kelas V


Menurut Ety Muhlesi Yeni, dalam Nurul Fadilah Batubara (2018),
kesulitan belajar dapat diartikan sebagai ketidakmampuan anak dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Menurut Ety Mukhlesi
Yeni kesulitan belajar merupakan gangguan pada anak yang terkait
dengan tugas umum maupun khusus penyebabnya diduga faktor
disfungsi neurologis, proses psikologis maupun sebab-sebab lainnya
sehingga anak yang berkesulitan belajar dalam suatu kelas menunjukkan
prestasi belajar rendah. Dalam pembelajaran matematika peneliti
membagi menjadi 4 kesulitan yaitu:
1) Kesulitan memahami konsep

Pemahaman konsep menunjukkan pada kemampuan pemahaman


dasar. Siswa yang masih belum memahami konsep dimana siswa
masih sulit menghitung perkalian dan pembagian, sulit menghitung
materi berpangkat dan operasi hitung. siswa belum memahami
rumus bangun ruang serta masih keliru dalam menyebutkan sisi dan
rusuknya. Apabila siswa masih belum memahami konsep yang ada
dalam matematika maka akan terjadi kekeliruan saat siswa
mengerjakan soal.

2) Kesulitan memahami simbol

Menurut Lener anak berkesulitan belajar matematika sering


mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan symbol-
symbol matematika.

Siswa yang kesulitan mengerjakan operasi hitung bilangan negative


menunjukkan siswa kurang memahami maksud symbol. Terdapat
juga siswa yang salah dalam dalam menggunakan symbol lebih besar

32
( > ) dan lebih kecil ( > ) saat diminta untuk menentukan bilangan
mana yang lebih besar atau lebih kecil.

3) Kesulitan dalam perhitungan

Saat siswa mengalami kesulitan untuk menghitung soal maka hasil


jawabannya tentunya akan salah. Kesalahan perhitungan biasanya
disebabkan karena kesulitan memahami maksud soal dan juga siswa
belum menguasai konsep. Selain itu kesalahan perhitungan juga bisa
terjadi karena siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal yang
diberikan. Anak berkesulitan belajar matematika sering membuat
kekeliruan dan kesalahan dalam belajar matematika.

Kesulitan dalam perhitungan adalah keadaan dimana siswa sulit


dalam menghitung pada pelajaran matematika. Siswa sulit dalam
menghitung perkalian dan pembagian yang menjadi dasar
matematika, kemudian siswa sulit dalam menghitung operasi
bilangan dan sulit menghitung volume bangun ruang balok dan
kubus. Saat mengerjakan soal siswa merasa bisa tetapi saat dikoreksi
ternyata jawaban yang ditulis salah.

4) Kesulitan dalam memahami rumus

Rumus merupakan cara singkat untuk mencari informasi tertentu


dengan cara menggunakan patokan yang dilambangkan dengan huruf,
angka, ataupun tanda (KBBI). Pada saat pembelajaran siswa masih
sulit memahami rumus geometri yaitu pada rumus balok, kubus,
segitiga, prisma dan lain sebagainya.

b. Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Matematika

Hasil penelitian yang sudah diketahui menunjukkan bahwa guru


matematika kelas V melakukan strategi dalam mengatasi kesulitan
belajar matematika pada siswa. Hal ini ditunjukkan oleh guru
matematika kelas V dengan melakukan beberapa upaya untuk mengatasi

33
kesulitan belajar matematika siswa pada proses pembelajaran.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa yaitu memastikan kesiapan siswa untuk belajar
matematika, pemakaian media belajar yang memepermudah pemahaman
anak, permasalahan yang diberikan merupakan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari, memberi kebebasan pada anak untuk
menyelesaikan soal dengan caranya (Pitadjeng, 2016).

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, terlebih dahulu guru


memastikan kesiapan siswa dengan melakukan apersepsi dan
memastikan pemahaman siswa terhadap materi sebelumnya. Guru
melanjutkan materi baru setelah siswa sudah paham dan menguasai
materi sebelumnya. Untuk mengukur pemahaman siswa guru
memberikan evaluasi berupa soal latihan terkait dengan materi. Selain
itu guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya mengenai hal
yang belum dipahami. Namun, ada beberapa siswa yang tidak berani
untuk bertanya, maka dari itu guru menyuruh siswa yang sudah paham
untuk membantu teman yang belum mengerti melalui diskusi kelompok.

Dalam proses pembelajaran matematika, media pembelajaran yang


berupa alat peraga maupun benda-benda konkret juga sangat diperlukan
untuk membantu siswa dalam memahami suatu konsep matematika.
Guru juga menerapkan belajar sambil bermain untuk siswa agar siswa
tertarik dan perhatian siswa terfokus pada pembelajaran yang diberikan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Klien, belajar matematika akan efektif
dengan menyesuaikan kebutuhan siswa melalui pembelajaran yang
menyenangkan dan mengupayakan adanya situasi serta kondisi belajar
yang menyenangkan.

Ada kecenderungan bahwa peran guru sebagai evaluator, guru


mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan

34
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak (Sardiman, 2019:146).
Pada setiap selesai proses pembelajaran guru selalu memeberikan
evaluasi kepada siswa terkait materi yang disampaikan.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengatasi Kesulitan


Belajar Matematika

1. Faktor Pendukung Proses Pembelajaran


a) Minat belajar siswa
Minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan
dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat belajar erat
kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan
minat belajar itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu.
Pada saat pembelajara minat siswa ada yang baik dan ada yang
kurang mengikuti dengan baik, dibuktikan bahwa ketika guru
memberikan jam tambahan siswa ada yang mengikuti dengan
sungguh-sungguh ada juga yang ribut di dalam kelas.
b) Motivasi belajar siswa
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
Motivasi dan semangat dari siswa sangat dibutuhkan saat proses
pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat mudah
dimengerti. Pada saat belajar siswa ada yang mengikuti pelajaran
dengan baik ada yang bermalas-malasan, siswa yang mengalami
kesulitan belajar dia akan malas dalam mengikuti pembelajaran.
c) Kreatifitas Guru
Pengertian kreatifitas berhubungan dengan penemuan sesuatu,
mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada.

35
Kreatifitas sangat dibutuhkan untuk mempermudah proses
pembelajaran. guru seharusnya memiliki kreatifitas yang tinggi
agar siswa mudah memahami materi yang di sampaikan. Guru
sudah menggunakan metode pembelajaran berupa metode
kelompok, tanya jawab dan penugasan. Akan tetapi metode
tersebut masih kurang diminati oleh siswa.
2. Faktor Penghambat Proses Pembelajaran
a) Keterbatasan waktu di sekolah

Dengan kata lain, dalam waktu yang relatif singkat tersebut ada
tiga hal yang harus dicapai dalam pendidikan di sekolah dasar
yakni pembinaan dan pengembangan aspek kognitif, psikomotor,
dan afektif. Karena minimnya waktu, para pendidik lebih terfokus
dalam hal aspek kognitif dan psikomotor, sehingga seringkali
meninggalkan pembinaan aspek afektif.

Di sekolah jam pelajaran matematika hanya berlangsung seperti


pada jam pelajaran biasanya, seharusnya jam pelajaran matematika
mendapatkan jam pelajaran yang lebih agar siswa yang mengalami
kesulitan dapat memaksimalkan belajar dengan waktu yang
banyak.

b) Kurangnya perhatian orang tua

Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pola


hidup materialis dan pragmatis menyebabkan orang tua selalu
disibukkan dengan karir masing-masing. Sehingga mereka tidak
sempat memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-
anaknya.

Kesibukan orang tua dapat menghambat proses belajar siswa


dikarenakan kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya,
siswa mengerjakan PR sendiri sehingga siswa mengerjakan

36
sebisanya tanpa bantuan orang tuanya, dan ketika jam belajar siswa
hanya sibuk bermain sehingga lupa mengerjakan tugas.

c) Kurangnya media pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat yang mantu membantu proses


belajar mengajar serta berfungsi untuk memperjelas makna pesan
atau informasi yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan.

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena


alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai
pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu, alat
pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan
bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah
menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan lebih maju.

Guru kurang menggunakan media pelajaran, materi hanya di tulis


di papan tulis, guru hanya menggunakan media seadanya,
seharusnya guru lebih berusaha lagi dalam menggunakan media
pembelajaran, dan sebaiknya guru menggunakan media yang
menarik, walaupun tidak semua materi matematika membutuhkan
media pembelajaran.

37
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi guru dalam mengatasi kesulitan


belajar matematika siswa kelas V di MI Nurul Huda yang telah dibahas
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kesulitan pembelajaran matematika siswa kelas V yaitu kesulitan


memahami konsep, materi yang dianggap sulit dalam memahami konsep
yaitu materi perkalian dan pembagian, materi operasi hitung, dan materi
geometri bangun ruang. Kesulitan memahami simbol, materi yang dianggap
sulit dalam memahami simbol yaitu materi operasi hitung bilangan bulat
negatif plus (+) dan min (-), dan simbol lebih dari (>) dan kurang dari (<).
Kesulitan dalam perhitungan, materi yang dianggap sulit dalam perhitungan
yaitu materi perkalian dan pembagian dan perhitungan yang menggunakan
rumus matematika. Kesulitan dalam memahami rumus, materi yang
dianggap sulit dalam memahami rumus yaitu pada materi geometri pada
konsep bangun ruang berupa rumus kubus, balok, segitiga, prisma.

2. Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa di MI Nurul Huda yaitu memastikan kesiapan siswa dalam
belajar matematika, menggunakan metode pembelajaran, memberikan
motivasi pada siswa, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya,
memberikan tugas pada siswa, dan memberikan kebebasan pada

38
siswa untuk menyelesaikan soal sesuai dengan kemampuan.

3. Faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran


a. Faktor Pendukung Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor


pendukung proses pembelajaran yaitu, minat belajar siswa, motivasi
belajar siswa, dan kreatifitas guru.

b. Faktor Penghambat Proses Pembelajaran


Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor
penghambat proses belajar yaitu keterbatasan waktu di sekolah,
kurangnya perhatian dari orang tua, kurangnya media pembelajaran.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Siswa sebaiknya meningkatkan motivasi untuk giat belajar dan


memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh guru kelas, agar lebih
memahami materi matematika. Siswa juga sebaiknya membentuk kelompok
belajar di lingkungan tempat tinggal agar dapat berdiskusi dan belajar
bersama-sama untuk menyelesaikan kesulitan dalam memahami matematika

2. Bagi Guru

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan terdapat beberapa rekomendasi


pemecahan masalah kesulitan belajar matematika siswa kelas V di MI Nurul
Huda diantaranya: Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, menata
kelas yang rapi dan bersih, menggunakan metode dan alat peraga yang tepat
sesuai materi, memberikan tugas/PR serta pendidik harus rajin memeriksa
sekaligus memberikan pemikiran dan umpan balik, membimbing siswa
secara pribadi, pemakaian media pembelajaran, memberikan bantuan
kepada siswa dengan cara menceritakan sesuatu yang baik yang dapat

39
menjamin kehidupannya yang merupakan salah satu ide yang bagus,
memberikan kesempatan untuk beratanya dan berpendapat, dan
berkonsultasi dengan orang tua agar mencukupi kebutuhan sekolah siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dikaji untuk dapat dimanfaatkan dalam melakukan
penelitian selanjutnya. Penelitian yang dilakukan ini masih sangat sederhana
sehingga perlu adanya penelitian yang mendalam dan melakukan kajian
lebih mendalam terhadap kesulitan belajar matematika.

40
DAFTAR PUSTAKA

Angga, Cucu Suryana, Ima Nurwahidah, D. (2022). Analisis Perspektif Guru


dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(4), 5877–5889.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1230
Djamaluddin, A., & Wardana. (2019). Belajar Dan Pembelajaran. In CV Kaaffah
Learning Center.

Dalyono, M. 2019. “Psikologi Pendidikan”. Jakarta: Rineka Cipta.

Hanafy, M. S. (2014). Konsep Belajar Dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan :


Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 17(1), 66–79.
https://doi.org/10.24252/lp.2014v17n1a5
Hasanah, N., Studi, P., Matematika, P., Tarbiyah, F., Keguruan, D., &
Banjarmasin, I. A. (2016). Upaya Guru Dalam Mengatasi Siswa Berkesulitan
Belajar Matematika Di Kelas Iv Sdit Ukhuwah Banjarmasin. Juli-Desember,
2(2), 27–34.

Irwan, Muhammad. 2017. “Psikologi Pendidikan”. Ar-Ruzz media.

Novitasari, A., & Fathoni, A. (2022). Peran Guru dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Siswa pada Pelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu,
6(4), 5969–5975. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3168
Nuragnia, B., Nadiroh, & Usman, H. (2021). Pembelajaran Steam Di Sekolah
Dasar : Implementasi Dan Tantangan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
6(2), 187–197. https://doi.org/10.24832/jpnk.v6i2.2388
Nurlina, Nurfadilah, A. B. (2021). Teori belajar dan pembelajaran (H. Bancong
(ed.); Issue April). LPP UNISMUH MAKASSAR. http://repository.uin-
malang.ac.id/6124/
Pitadjeng. (2016). “Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan”. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

Rofiqi. & Syaiful Rosyid. 2020. “Diagnosis Kesulitan Belajar”. Malang: Literasi
Nusantara Abadi.

Sardiman. (2019). “Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar”. Jakarta: Rajawali

Slameto. (2018). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Abadi.

41
Shukshina, L. V., Gegel, L. A., Erofeeva, M. A., Levina, I. D., Chugaeva, U. Y.,
& Nikitin, O. D. (2021). STEM and STEAM Education in Russian
Education: Conceptual Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science
and Technology Education, 17(10), 1–14.
https://doi.org/10.29333/ejmste/11184
Siregar, S. (2020). Upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar matematika
pada peserta didik di kelas VIII SMP Negeri 5 Padangsidimpuan.
http://etd.iain-padangsidimpuan.ac.id/id/eprint/2914%0Ahttp://etd.iain-
padangsidimpuan.ac.id/2914/1/1420200117.pdf
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R&D. Alfabeta.
Unaenah, E. (2022). Upaya, Analisis Dalam, Guru Kesulitan, Mengatasi Pagi, S
D N Kalideres. 2, 324–331.
Wulandari, Indri. 2018. “Kesulitan Belajar Siswa Dalam Mempelajari Perkalian dan
Pembagian Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas

Yuliyanti, F. D. (2020). Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar


Matematika Siswa Kelas IV SDN I Kemusu Boyolali. 1–14.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/87747

42
Lampiran - Lampiran

43
INSTRUMEN PENELITIAN

Untuk memperoleh suatu data maka, penelitian ini menggunakan


wawancara sebagai metode utama dalam memperoleh suatu data secara
mendalam. Peneliti ini akan meneliti tentang Strategi guru dalam mengatasi
kesulitan belajar matematika siswa kelas V di MI Nurul Huda Sukaraja. Maka
untuk itu peneliti ingin melakukan wawancara kepada guru matematika kelas
V, siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Maka dengan
demikian dibawah ini daftar wawancara yang telah dibuat untuk responden.
A. Informan Guru matematika Kelas V A
1. Apa yang bapak lakukan sebelum melaksanakan pembelajaran?
2. Bagaimana pendapat bapak mengenai anak yang kesulitan belajar
matematika?
3. Apakah siswa mengalami kesulitan pada materi tertentu?
4. Apakah siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika dapat
mengikuti pelajaran dengan baik?
5. Ada berapa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika?
6. Apa strategi yang bapak lakukan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan matematika?
7. Apa saja faktor pendukung dalam mengatasi kesulitan belajar
matematika?
8. Apa saja faktor penghambat dalam mengatasi kesulitan belajar
matematika?
9. Apa harapan bapak kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar
matematika?

44
B. Informan Siswa Kelas V A yang mengalami kesulitan menulis
1. Apa yang kamu lakukan sebelum belajar?
2. Apakah kamu senang belajar matematika?
3. Apakah materi matematika itu sulit?
4. Materi apa yang menurut kamu sulit dalam pelajaran matematika?
5. Apa yang membuatmu sulit memahami matematika?
6. Adakah materi matematika yang kamu sukai?
7. Apakah kamu dapat memahami materi matematika?
8. Bagaimana cara guru mengajari kamu belajar matematika?
9. Dalam mengerjakan soal apakah kamu mengerjakan dengan baik?
10. Apakah gurumu menggunakan gambar pada saat menjelaskan materi?
11. Apakah gurumu selalu menyemangati kamu untuk belajar?
12. Bagaiman guru mu menyemangatinya?
13. Apa yang kamu lakukan setelah pulang sekolah?
14. Apakah orang tua mu membantu kamu mengerjakan tugas?

45
TRANSKIP WAWANCARA GURU

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apa yang bapak lakukan sebelum Menyiapkan materi dan bahan ajar, Menyiapkan
melaksanakan pembelajaran RPP, Berdoa dan menyuruh siswa untuk
membuka buku pelajaran.
2 Bagaimana pendapat bapak mengenai Yaitu anak yang sulit memahami materi
anak yang kesulitan belajar matematika, anak yang minat belajarnya rendah
matematika? dan tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

3 Apakah siswa mengalami kesulitan pada Iya, yaitu pada materi menghitung perkalian dan
materi tertentu? pembagian, siswa masih bingung cara
menghitungnya, padahal sudah di ajarkan
pada kelas 4 kemaren, kemudian siswa sulit
pada materi operasi hitung bilangan bulat
negatif, dan materi geometri, mungkin susah
karena banyak rumusnya.
4 Apakah siswa yang mengalami kesulitan Ya seperti itu, ada yang ketika di jelaskan Cuma
belajar matematika dapat mengikuti diam ada juga yang ribut di kelas, dan ada juga
pelajaran dengan baik? suka nyontek sama temannya.
5 Berapa siswa yang mengalami kesulitan 5 orang siswa yaitu salsa, fatkul, faris, lionel dan
belajar matematika? Siapa saja? zahir.
6 Apa strategi yang bapak lakukan kepada Saya kadang membuat kelompok kecil, siswa
peserta didik yang mengalami yang sulit memahami pelajaran saya
kesulitan matematika? kelompokan dengan siswa ya lebih
menguasai pelajaran matematika, lalu saya
memberi motivasi kepada siswa, lalu
memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya, dan memberikan tugas kepada
siswa agar siswa dapat mengevaluasi diri

46
dimana batas kemampuan siswa dalam
belajar matematika.
7 Apa saja faktor pendukung dalam Faktor pendukungnya yaitu minat dan motivasi
mengatasi kesulitan belajar belajar siswa, kalo siswa senang belajar
matematika? matematika dia pasti bisa mengikuti pelajaran
dengan baik.
Apa saja faktor penghambat dalam Yaitu keterbatasan waktu di sekolah, belajar
8 mengatasi kesulitan belajar matematika membutuhkan konsentrasi yang
matematika lebih jadi sebaiknya waktu pembelajaran
harus lebih banyak, lalu kurang perhatian
orang tua, siswa jarang ngerjakan PR dengan
alasan tidak ada yang membantu
mengerjakan, dan sarana prasarana serta
media pembelajaran di sini masih kurang
lengkap.
9 Apa harapan bapak kepada siswa yang Saya berharap siswa dapat mengikuti pelajaran
mengalami kesulitan belajar dengan baik, dan selalu berusa untuk belajar
matematika? walaupun materinya di anggap sulit jangan
malas-malas untuk belajar dan tetap
semangat.

47
TRANSKIP WAWANCARA SISWA

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Siswa ke-1 “Berdo’a dan menyiapkan buku”
Apa yang kamu lakukan sebelum
Siswa ke-2 sampai ke-3 “Berdo’a”
belajar?
2 Apakah kamu senang belajar Siswa ke-1 sampai ke-3, “Tidak”
matematika
3 Apakah materi matematika itu Siswa ke-1 sampai ke-3, “Iya”
sulit?
4 Materi apa yang menurutmu sulit? Siswa ke-1 “Perkalian dan Pembagian, bangun
ruang”
Siswa ke-2 “Bilangan bulat negatif, geometri yang
banyak rumus”
Siswa ke-3 “Bilangan berpangkat, geometri”
Siswa ke-4 “Pembagian dan bilangan berpangkat,
geometri”
Siswa ke-5 “Operasi hitung bilangan yang ngitung
min (-) dan plus (+), materi geometri”

5 Apa yang membuatmu sulit Siswa ke-1 “materinya sulit”


memahami matematika? Siswa ke-2 banyak rumus
Siswa ke-3, ke-4 dan ke-5 “Pelajarannya sulit
ngitungnya gak bisa”
6 Adakah materi matematika yang Siswa ke-1 sampai Siswa ke-5, “Penjumlahan dan
kamu sukai? pengurangan”
7 Apakah kamu dapat memahami Siswa ke-1 sampai ke-5, “Kadang paham kadang
materi matematika? tidak”
8 Bagaimana cara gurumu mengajar Siswa ke-1 dan ke-2 “Kerja kelompok dan memberi
matematika di kelas? tugas”

48
Siswa ke-3 “Dijelaskan lalu di suruh maju kedepan
mengerjakan soal”
Siswa ke-4 “Menjelaskan”
Siswa ke-5 “Menjelaskan materi, lalu memberi
tugas”
9 Dalam mengerjakan soal apakah Siswa ke-1 “Iya”
kamu berusah mengerjakan Siswa ke-3 sampai ke-5 “Iya saya mengerjakan
dengan baik? semampu saya”
10 Apakah guru menggunakan Siswa ke-1 sampai ke-5 “Kadang-kadang”.
gambar pada saat belajar
11 Apakah gurumu selalu Siswa ke-1 sampai ke-5 “Iya’’
menyemangati kamu untuk
belajar?
12 Bagaiman guru mu Siswa ke-1 dan ke-2 “Selalu ngomong kalo kalian
menyemangatinya? pasti bisa belajar dengan baik”
Siswa ke-3 “Mengajari sampai bisa”
Siswa ke-4 dan ke-5 “Bapak ngomong semangat
belajarnya, biar nilainya bagus”
13 Apa yang kamu lakukan setelah Siswa ke-1 dan ke-3 “Bermain”
pulang sekolah? Siswa ke-2, ke-4 dan ke-5 “Makan”
14 Apakah orang tuamu Siswa ke-1 dan ke-2 “Kadang-kadang”
membantumu mengerjakan Siswa ke-3 dan ke-4 “Di belajari”
tugas? Siswa ke-5 “Nggak, mamak sibuk jualan”

49
DOKUMENTASI

Wawancara Siswa

50
Wawancara Siswa

51
Wawancara Guru Kelas

52

Anda mungkin juga menyukai