Anda di halaman 1dari 23

Diskalkulia

Makalah
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas Pada Mata Kuliah
Pendidikan Inklusi

Dosen Pengampu:
Dra. Rahmiati, M.Psi

Disusun oleh:
Shipa Faujiah 1801025031
Lulu Fathiyah 1801025044

Rizka Maulida 1801025381


Sarah Amalia Putri 1801025458

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini dibuat dengan tujuan
memperdalam pemahaman dan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
“Pendidikan Inklusi”.
Ucapan terima kasih, kami ucapkan kepada semua yang telah
membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan
penulisan makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk
menyempurnakan makalah ini, apabila dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan kami mengharapkan kritik dan saran
yang dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
pengetahuan dan wawasan.

Jakarta, 03 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................. 3
A. Pengertian Diskalkulia ............................................................................................ 3
B. Jenis – Jenis Diskalkulia ......................................................................................... 4
C. Faktor – Faktor Penyebab Anak Diskalkulia .......................................................... 5
D. Kebutuhan dan Karakteristik Anak Diskalkulia ..................................................... 6
1. Kebutuhan Anak Diskalkulia dalam Kegiatan Belajar ....................................... 6
2. Karakteristik Anak Diskalkulia ........................................................................... 7
E. Permasalahan yang Dihadapi oleh Anak, Orang Tua dan Guru Terhadap
Diskalkulia ...................................................................................................................... 9
1. Permasalahan yang Dihadapi oleh Anak Diskalkulia ......................................... 9
2. Permasalahan yang Dihadapi oleh Orang Tua Terhadap Anak Diskalkulia ..... 10
3. Permasalahan yang Dihadapi oleh Guru Terhadap Anak Diskalkulia .............. 11
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................... 12
A. Strategi Penyelenggaraan Pembelajaran Bagi Anak Diskalkulia .......................... 12
B. Teknik Bimbingan Untuk Anak Diskalkulia......................................................... 15
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
B. Saran ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesulitan belajar merupakan kondisi yang sering terjadi dalam proses
pembelajaran. Dalam prosesnya banyak ditemukan anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar. Bagi seorang anak mengalami kesulitan belajar merupakan
hal wajar. Namun sangat disayangkan hal ini terkadang tidak disadari oleh
orang tua maupun guru yang membimbing. Ketidaksadaran tersebut membuat
orang tua atau guru tidak memahami kondisi anak, maka seringkali label “
Tidak Pandai” menjadi cap bagi anak yang mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan belajar akan bertambah parah apabila pembimbing tidak menangani
dengan tepat dan sesuai dengan kondisi yang dialami anak. Kesulitan belajar
yang dialami anak dapat mengakibatkan terhambatnya proses belajar anak
tersebut, tidak menutup kemungkinan anak harus mengulang kelas karena
mengalami kesulitan belajar secara akademik.
Kondisi kesulitan belajar sering dijumpai dalam mempelajari matematika.
anak-anak seakan memberikan label bahwa matematika merupakan momok
menakutkan yang harus dipelajari. Kesulitan belajar matematika banyak
ditemukan pada siswa sekolah dasar. berdasarkan hasil yang dilakukan oleh
(Kenedi, Helsa, Ariani, Zainil, & Hendri, 2019) membuktikan bahwa
kemampuan koneksi matematika pada siswa sekolah dasar dalam
menyelesaikan permasalahan matematika masih rendah. Dalam hal ini banyak
faktor yang menjadi penyebab anak mengalami kesulitan belajar matematika.
Salah satu penyebabnya mengalami gangguan diskalkulia learning disability.
Kondisi dimana siswa dengan gangguan diskalkulia tidak dapat belajar
aritmetika dengan baik, sehingga memorinya tidak dapat mengingat dengan
lancar (Azhari, 2017).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Diskalkulia?
2. Apa Jenis-Jenis dari Diskalkulia?
3. Apa Kebutuhan dan Karakteristik Diskalkulia?
4. Apa Faktor penyebab Diskalkulia?
5. Apa Permasalahan yang dihadapi Anak, Orang tua, dan Guru terhadap
Diskalkulia?
6. Bagaimana Penyelenggaraan Pembelajaran bagi Diskalkulia?
7. Bagimana Teknik Bimbingan bagi Diskalkulia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian, Jenis - Jenis, Kebutuhan dan Karakteristik
pada Diskalkulia.
2. Untuk mengetahui Faktor Penyebab Diskalkulia.
3. Untuk mengetahui Permasalahan yang Dihadapi Anak, Orang Tua dan Guru
terhadap Diskalkulia.
4. Untuk mengetahui bagaimana Penyelenggaraan Pembelajaran bagi
Diskalkulia.
5. Untuk mengetahui Teknik Bimbingan bagi Diskalkulia.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Diskalkulia
Diskalkulia sering dikatakan sebagai suatu bentuk learning disability yang
ditandai dengan kekacauan dalam berhitung. Menurut diagnostic and stastitical
manual of mental disorder, bahwa diskalkulia sebagai gangguan kesulitan
belajar spesifik khususnya di bidang matematika. Lily sisiarto (Haris Mudjiman
dan Munawir Yusuf, 1990) mengemukakan bahwa anak diskalkulia adalah anak
yang memiliki ketidakmampuan berhitung yang disebabkan oleh gangguan
pada sistem saraf pusat. Dalam hal ini umumnya anak yang mengalami
diskalkulia lemah dalam beberapa kemampuan seperti persepsi social, konsep
arah waktu, serta memiliki gangguan memori.
Secara khusus arti diskalkulia apabila ditinjau lebih dalam merupakan
gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis yang dibagi menjadi
bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi. Anak yang bersangkutan
tersebut akan menunjukan kesulitan dalam memahami proses matematis. yang
umunya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas
yang melibatkan angka ataupun symbol matematis. Anak mengalami kesulitan
dalam membedakan bentuk geometri, symbol, konsep angka, sulit menghafal
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian secara tepat dan cepat.
Dalam DSM IV anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (matematika)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut (a) kemampuan linguistic (kesulitan mengerti
istilah matematika dan mengubah masalah tertulis menjadi symbol
matematika), (b) kemampuan perseptual (kemampuan mengenali dan mengerti
symbol dan mengurutkan kelompok angka), (c) kemampuan atensional
(kesulitan dalam menjalin angka-angka atau gambar dengan benar, (d)
kemampuan Matematika (kesulitan mengikuti langkah-langkah menghitung
dalam matematika, menghitung objek dan mempelajari angka dalam tabel).

3
B. Jenis – Jenis Diskalkulia
Diskalkulia merupakan kondisi di mana anak memliki kesulitan belajar
spesifik khususnya dibidang matematika. Kesulitan anak dalam
mengoperasikan aritmatika merupakan keadaan yang mewakili lemahnya
penggunaan strategi pemecahan masalah siswa yang belum matang dan tidak
efesien, sehingga siswa dengan gangguan diskalkulia tidak dapat belajar
aritmetika dengan baik, sehingga memorinya tidak dapat mengingat dengan
lancar (Azhari, 2017). Selanjutnya dijelaskan terdapat jenis-jenis diskalkulia
menurut (Nfon, 2016) diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Diskalkulia kuantitatif adalah kesulitan keterampilan menghitung dan
mengkalkulasi.
2. Diskalkulia kualitatif adalah kesulitan menguasai keterampilan yang
diperlukan untuk suatu operasi melibatkan penambahan, pengurangan,
perkalian, pembagian dan akar kuadrat.
3. Diskalkulia intermediate merupakan ketidakmampuan siswa untuk
mengoperasikan simbol (<,>, t, -, x, ÷) atau bilangan.
4. Diskalkulia verbal, dapat membaca dan menulis bilangan, tetapi tidak dapat
paham tentang makna dari bilangan, mengingat nama bilangan, atau
mengenali bilangan ketika diucapkan oleh orang lain.
5. Diskalkulia practognostic adalah kesulitan dalam memanipulasi hal-hal
secara matematis, misalnya membandingkan bilangan untuk melihat mana
yang lebih kecil atau lebih besar dan mengalami kesulitan bekerja dengan
kuantitas, volume atau persamaan yang sebenarnya secara praktis.
6. Diskalkulia leksikal, dapat membaca digit tunggal, tetapi tidak dapat
mengingat tempat mereka dalam jumlah yang lebih besar.
7. Diskalkulia grafis adalah kesulitan siswa dalam menulis simbol dan bilangan
matematika.
8. Diskalkulia indiagnostik merupakan ketidakmampuan untuk mengingat ide
atau konsep matematika setelah mempelajarinya.
9. Diskalkulia operasional adalah kesulitan dalam melakukan operasi dan
perhitungan aritmatika, memiliki masalah untuk melakukan perhitungan
yang membutuhkan memanipulasi angka dan simbol matematika.

4
C. Faktor – Faktor Penyebab Anak Diskalkulia
1. Faktor Genetika
Kelahiran yang belum matang atau dengan kata lain lahir prematur
dan juga mengkonsumsi minuman alkohol ketika hamil, namun hal ini
tidak dapat dijadikan acuan yang tepat.
2. Faktor Psikologi
Dapat terjadi dikarenakan trauma atau ketakutan yang luar biasa, dalam
kata lain phobia terhadap pelajaran matematika yang bisa saja dikarenakan
pengalaman buruk yang terjadi ketika proses pembelajaran matematika sedang
berlangsung.
Dalam bukunya, Sudarmadji menyebutkan beberapa penyebab diskalkulia
sebagai berikut:
1. Lemah dalam proses penglihatan atau visual
Siswa yang mempunyai kelemahan dalam proses penglihatan
akan berpeluang besar mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi
mengalami masalah dalam mengeja serta menulis.
2. Bermasalah mengurutkan informasi
Siswa yang mengalami kelemahan mengurutkan dan
mengelompokkan informasi secara lengkap, pada dasarnya akan sulit
mengingat suatu fakta, konsep bahkan rumus untuk menyelesaikan
perhitungan matematika. Jika masalah ini merupakan penyebabnya, maka
siswa akan mengalami hambatan pada aspek bidang lainnya, misal membaca
kode-kode dan mengeja, atau bahkan hal apapun yang memerlukan
kemampuan pada hal mengingat secara detail.
3. Phobia terhadap pelajaran matematika
Siswa yang pernah mengalami trauma terhadap pelajaran matematika
dapat kehilangan kepercayaan dirinya. Trauma juga dapat dikarenakan
oleh beberapa masalah, seperti: guru yang sering marah, galak atau guru
yang mempunyai wajah serta karakter yang seram. Hal tersebut membuat
beberapa siswa menjadi takut bahkan mengakibatkan siswa tersebut susah
memahami pelajaran matematika. Selain masalah di atas, hal lain yang
mengakibatkan siswa mengalami phobia terhadap pelajaran matematika

5
disebabkan ketakutan siswa jika hasil yang diperoleh salah. Mereka merasa
hasil dari jawaban yang salah merupakan kegagalan sehingga siswa dipaksa
untuk bisa memberikan jawaban yang tepat.

D. Kebutuhan dan Karakteristik Anak Diskalkulia


1. Kebutuhan Anak Diskalkulia dalam Kegiatan Belajar
Anak yang mengalami gangguan diskalkulia, sulit untuk belajar
matematika dan merasa bahwa dirinya tidak mampu belajar matematika. Untuk
menangani gangguan pada anak diskalkulia, harus dimulai sejak pendidikan
anak, walaupun biasanya gangguan diskalkulia ini tidak disadari dan sulit
untuk dideteksi sejak dini. Oleh karena itu, peran pendidik sangat membantu
anak dalam membantu dan membimbing anak berkebutuhan khusus yang
mengalami gangguan diskalkulia.
Berikut merupakan beberapa strategi yang dibutuhan oleh anak diskalkulia :
1) Perbanyak memberikan contoh konkrit
Hal ini membantu untuk anak memiliki pemahaman yang kuat untuk
memvisualisasikan konsep. Biasanya terjadi pada soal cerita.
2) Memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakan bantuan grafik,
gambar, kalimat atau kartu.
Hal tersebut dapat membantu anak dalam memahami soal matematika.
3) Kembangkan konsep kepada diri anak bahwa “ saya bisa “ sesering
mungkin.
Suasana yang baik dan sikap yang positif akan membuat anak untuk
semangat dan pandai belajar matematika.
4) Memilih media yang tepat dalam mengenalkan konsep dasar.
Misalnya, pemilihan media permainan komputer atau kartu untuk
menguasai konsep awal hingga angka 20 serta menggunakan table perkalian
untuk membantu anak gangguan diskalkulia dalam belajar matematika.
5) Menggunakan simbol-simbol dalam matematika dan Bahasa matematika.
Misalnya, simbol (+) dan (-) dapat diartikan mengurangi, pecahan, atau
bilangan bulat.

6
2. Karakteristik Anak Diskalkulia
a) Adanya gangguan dalam memahami pola hubungan keruangan
Konsep pola hubungan keruangan yang dimaksud seperti“atas-bawah,
puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir”biasanya
sudah mampu dikuasai oleh siswa jauh ketika mereka belum masuk Sekolah
Dasar (SD).
b) Abnormalitas persepsi visual
Siswa diskalkulia sering mengalami ketidakmampuan melihat macam-
macam objek dalam satu kelompok dan hubungan diantaranya. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya gejala abnormalitas persepsi
visual. Kemampuan melihat macam-macam objek dalam suatu kelompok
adalah dasar yang penting sehingga siswa dapat secara cepat dan tepat
dalam menentukan jumlah objek dalam suatu kelompok.
c) Asosiasi visual-motorik
Siswa diskalkulia juga tidak mampu menghitung beberapa benda
dengan berurutan sambil membilang benda tersebut, seperti “satu, dua, tiga,
...”. Akan tetapi siswa baru memegang benda kedua namun baru
mengucapkan “satu” atau kebalikannya baru menyentuh benda pertama
namun ia sudah mengucapkan “dua”. Siswa dengan masalah tersebut
menunjukkan kesan bahwa ia hanya menghafal bilangan tapi tidak memahami
maknanya.
d) Perseverasi
Beberapa siswa ada yang perhatiannya fokus pada satu objek saja
dengan waktu yang lama. Gangguan perhatian seperti itu dikenal dengan
perseverasi. Dimana siswa tersebut awalnya dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, namun lambat laun fokusnya melekat pada objek yang lain.
e) Ketidakmampuan dalam mengenal dan memahami symbol
Sebagian siswa diskalkulia yang mengalami ketidakmampuan dalam
mengenal dan menggunakan beberapa simbol matematika, seperti : +, -, ×, ÷,
>, < dan simbol lainnya. Ketidakmampuan dalam masalah ini dikarenakan
adanya gangguan memori pada otak atau bisa juga disebabkan adanya
gangguan persepsi visual.

7
f) Gangguan penghayatan tubuh
Siswa dengan masalah diskalkulia juga sering menunjukkan adanya
gangguan penghayatan tubuh (body image). Siswa yang mengalami
masalah ini akan merasa sukar untuk memahami hubungan dari
bagian-bagian tubuhnya sendiri. Misalnya siswa disuruh untuk menggambar
bagian tubuh manusia, maka yang ia lakukan adalah menggambar dengan
beberapa bagian yang tidak lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada
posisi yang tidak tepat.
g) Kesulitan memahami bahasa dan membaca
Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang banyak menggunakan
simbol-simbol tertentu. oleh sebab itu, kesulitan dalam memahami
bahasa bisa mempengaruhi kemampuan siswa pada pelajaran ini. Soal
matematika yang didesain berbentuk soal cerita menuntut kemampuan
membaca untuk menyelesaikannya. Sehingga siswa yang mengalami
kesulitan memahami bahasa dan membaca akan susah untuk
menyelesaikan soal tersebut.
h) Performance IQ lebih rendah daripada Verbal IQ
Hasil tes inteligensi dengan mengandalkan alat WISC membuktikan
bahwa siswa diskalkulia memiliki skor Performance IQ (PIQ) yang lebih
rendah daripada skor Verbal IQ (VIQ). Rendahnya skor PIQ yang dialami
oleh siswa diskalkulia ini berkaitan dengan kesulitan dalam memahami
konsep keruangan, gangguan persepsi visual, dan juga adanya gangguan
asosisasi visual-motorik.

8
E. Permasalahan yang Dihadapi oleh Anak, Orang Tua dan Guru
Terhadap Diskalkulia
1. Permasalahan yang Dihadapi oleh Anak Diskalkulia
a) Sulit melakukan hitungan matematis.

Anak diskalkulia umumnya mengerjakan proses perhitungan dengan


menghafal bukan memahami konsep penjumlahan, sehingga apabila anak lupa
dengan hafalan, maka akan terjadi kesalahan dalam menghitung. Contoh
sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung
kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang,
menghindari transaksi, atau apapun kegiatan yang harus melibatkan uang.

b) Lemah untuk menganalisa dan memecahkan soal-soal berhitung.

Ketika anak diskalkulia diberikan soal – soal berhitung dalam bentuk cerita,
mereka akan menolak untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan, karena
mereka merasa sulit untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di soal
tersebut.

c) Kesulitan mengemukakan urutan angka.

Anak diskalkulia sulit untuk menentukan urutan angka, mereka tidak dapat
membedakan angka yang memiliki intensitas yang “lebih besar” dengan angka
yang memiliki intensitas “lebih kecil”. Anak diskalkulia juga kerap mengubah
atau menukar posisi angka, seperti seharusnya angka 36 tetapi ditulis menjadi 63.
d) Mempunyai pemahaman yang kurang baik tentang simbol.

Anak diskalkulia kurang memahami simbol-simbol seperti sama dengan


(=), tidak sama dengan (≠), tambah (+), kurang (-) dan sebagainya. Sehingga
hal ini berdampak pada kesulitan dalam memecahkan berbagai persoalan
hitungan.

9
e) Tidak memahami nilai tempat.

Terdapat anak diskalkulia yang juga belum memahami nilai tempat seperti
satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya. Misalnya menulis 1029 dengan 129
atau kadang menulis 1029 dengan 1000 29 (sesuai dengan ucapan seribu dua
puluh sembilan).

f) Tidak mampu membaca tulisan sendiri.

Terdapat anak diskalkulia yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri


karena bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis.

g) Kesulitan memahami konsep waktu dan arah.

Anak diskalkulia akan sulit untuk menentukan sisi kiri dan kanan. Hal itu
akan membuat mereka datang terlambat. Anak diskalkulia juga kesulitan
membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak seperti lokasi
sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya.

h) Terkendala terhadap pembelajaran lain yang berkaitan dengan konsep


matematika.

Seperti mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena


sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya. Bisa juga mengalami
kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang
berhubungan sistem skor.

2. Permasalahan yang Dihadapi oleh Orang Tua Terhadap Anak Diskalkulia


a) Merasa kesal karena anak tidak mampu (sulit) melakukan perhitungan
matematis.
b) Mendapat ejekan dari orang lain karena kondisi anak.
c) Tidak adanya kepercayaan diri untuk melepas anak dalam melakukan
kegiatan di luar rumah atau sekolah.
d) Memandang rendah kemampuan anak karena dipandang tidak bisa
melakukan perhitungan.
e) Anak membutuhkan perhatian yang ekstra dari orang tua sehingga waktu
orang tua harus lebih banyak diberikan kepada anak.

10
3. Permasalahan yang Dihadapi oleh Guru Terhadap Anak Diskalkulia
a) Proses pembelajaran menjadi terhambat.
b) Tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai.
c) Guru harus selalu membuat alternatif penjelasan bagi anak diskalkulia
agar lebih mudah dimengerti.
d) Guru harus selalu berusaha untuk menguatkan mental anak diskalkulia.
e) Guru harus memiliki 2 metode pembelajaran yang digunakan.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Strategi Penyelenggaraan Pembelajaran Bagi Anak Diskalkulia


Strategi pembelajaran merupakan rangkaian rencana guru dalam melakukan
kegiata belajar mengajar. Strategi pembelajaran di dalamnya mencakup
pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. kegunaan
strategi adalah memberikan rumusan acuan kegiatan belajar mengajar untuk
memperoleh pengalaman belajar yang inovatif mengenai pengetahuan dan
kemampuan berfikir rasional dalam menyiapkan siswa memasuki kehidupan
dalam masa dewasa.
Diskalkulia yaitu gangguan perkembangan aritmatika, yaitu kesulitan
belajar yang terkait dengan perhitungan matematika. Diskalkulia ini sulit
dikenali oleh para guru dan orang tua, dikarenakan pelajaran matematika
dikenal dengan pelajaran yang cukup sulit bagi siswa, sehingga orang tua dan
guru menilai bawa anak yang tidak bisa belajar matematika dalam kondisi baik
baik saja. Maka strategi pembelajaran bagi penyandang Diskalkulia ialah
rencana guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dengan tujuan akhir
yakni siswa mampu memahami dan tidak mengalami kesulitan dalam
pembelajaran matematika.
Dalam proses pembelajaran siswa diskalkulia diperlukan kerjasama antara
siswa dan guru, serta amat sangat diperlukan kreativitas guru dalam penyusunan
strategi pembelajaran bagi siswa diskalkulia. Oleh karena itu strategi atau cara
membantu anak yang diskalkulia adalah dengan cara memberikan soal-soal
secara bertahap dan berkelanjutan yang berpedoman pada teori
konstruktivisme.
Suparno mengatakan untuk membantu siswa berkebutuhan khusus, dalam
pembelajaran matematika khususnya (Diskalkulia) dapat dilakukan strategi
oleh guru di sekolah sebagai berikut
1. Memberikan pembelajaran sejara rinci
2. Menerapkan Model Pembelajaran berbasis proses
3. Memberikan arah strategis

12
4. Menjalin dialog antara guru dan siswa
5. Menyiapkan proses pembelajaran

Pada siswa penyandang diskalkulia factor genetic mungkin berpengaruh


terhadap penangkapan informasi, tetapi factor lingkungan dan stimulasi tidak
kalah penting dalam penangkapan informasi siswa mengenai matematika, maka
stimulus dan strategi guru dalam pengembangan kemampuan berhitung anak.
Diskalkulia sangatlah penting, strategi guru dapat dilakukan dengan cara
berikut :
1. Memperbanyak contoh konkret dan visualisai simbol

Kognisi siswa sekolah dasar masih berada ditahap penerimaan informasi


konkret, dimana informasi yang diberikan melalui media konkert dapat lebih di
ingat dan lebih dipahami oleh siswa. Terlebih lagi bagi siswa penyandang
diskalkulia, hal tersebut akan memudahkan siswa untuk memvisualisasikan
konsep, dengan begitu akan memudahkan siswa untuk berhitung dan membuat
siswa lebih paham arti dari setiap tanda. Guru dapat memeberikan soal dalam
bentuk cerita, berikan kesempatan pada anak untuk membayangkan soal tersebut
kedalam permasalahan kehidupan sehari hari, atau gunakan alat yang dapat
membantu mengvisualisasikan konsep. Seperti penggunaan video youtube.
Penggunaan metode transaksi jual beli dalam materi penjumlahan dan
pengurangan. Contohnya ibu membeli jeruk seharga lima ribu, gambarkan buah
jeruk dan uang kertas senilai lima ribu

2. Visualisasikan tanda dan simbol

Dalam materi penjumlahan dan pengurangan, guru dapat


memvisualisasikan tanda atau simbol minus (-) memiliki arti hilang atau pergi,
dan simbol plus (+) berarti datang sehingga jumlahnya menjadi lebih banyak.
Dengan memvisualkisasikan simbol simbol matematika pada siswa diskalkulia
akan memudahkan siswa untuk lebih mengingat dan memahami apa symbol
symbol matematika yang rumit.

13
3. Belajar sambil bermain

Hakikanya anak usia sekolah dasar masih melakukan hamper seluruh


aktifitasnya sambil bermain, karena dunia dan masa anak adalah untuk bermain.
Bermain itu sendiri adalah upaya untuk menyenangkan hari individu tersebut.
Sehingga alangkah baiknya bermain menjadi pendekatan dalam pembelajaran
siswa diskalkulia. Karena dengan bermain siswa kemudian disispkan
pembelajaran, tidak akan membuat siswa diskalkulia merasa terbebani dengan
pembelajaran itu sendii, khususnya matematika.
Dalam proses belajar sambal bermain, ketika guru ingin mengajarkan cara
mengajarkan berhitung kepada anak usia dini, maka harus di buat suatu
permainan yang dapat menarik perhatianya untuk belajar. Bisa menggunakan
nyanyian, permainan sambung kata dan banyak metode permainan lainnya.
Cara belajar sambal bermain ini akan lebih berkesan dalam memori otak
anak-anak untuk perkembangan pengetahuannya karena pada usia tersebut
adalah masa-masa perkembangan memori otak sangat pesat

4. Tenamkan kepercayaan diri

Guru adalah tonggak atau panutan disekolah, setiap kata yang disampaikan
oleh guru sangat membekas di hati siswa, maka dari itu dalam menanamkan
kepercayaan diri pada siswa peran guru sangat diperlukan untuk memotivasi
siswa dan tanamkan “aku bisa!” pada siswa penyandang diskalkulia. Jangan
pernah sekali kali guru membandingan siswa penyandang diskalkulia dengan
siswa lainnya. Lakukan pembelajaran dengan teratur dan bertahap yang
memfokuskan pada proses perkembangan siswa, bukan pada hasilnya. Berikan
pujian pada siswa terlebih jika melakukan perkembangan, dengan memberikan
pujian, siswa diskalkulia akan merasa diayomi dan dilindungi. Siswa akan
merasa bahwa dengan kekurangannya tetap ada yang menyayanginya dan
memotivasinya, sehingga siswa tersebut akan secara naluriah belajar menjadi
lebih baik lagi.

14
B. Teknik Bimbingan Untuk Anak Diskalkulia
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik)
agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal
dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Siswa penyandang diskalkulia umumnya memiliki IQ yang normal, bahkan
tidak sedikit diantranya memiliki IQ diatas rata rata. Jadi dapat dikatakan bahwa
tidak semua siswa yang memiliki kesulitan belajar dalam hal pemrosesan
informasi numeric yakni berhitung, melakukan operasi aritmatika,
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian atau yang biasa disebut
matematika adalah siswa yang bodoh.
Penanganan pada siswa penyandang diskalkulia dapat menggunakan terapi
pendidikan remidi. Terapi pendidikan remidi ini sejatinya hampir sama dengan
les, yang membedakan ialah bagaimana guru mencari akar permasalahan
permasalahan yang dialami anak kemudian memperbaikinya dengan program
yang telah disesuaikan dengan assessment yang dilakukan oleh spesialis
kompeten dibidangnya serta disesuaikan juga dengan karakteristik siswa.
Terapi pada siswa penyandang diskalkulia haruslah deficit tingkat kesulitannya
berdasarkan usia siswa.
Adapun terapi pada anak diskalkulia yang dapat dilakukan oleh guru di
kelas sebagai berikut:
1. Guru harus menyadari dan mengetahui dimanakah taraf perkembangan
siswa.
2. Pendekatan yang sistematis dengan alokasi waktu yang tepat untuk siswa
3. Perlu stategi belajar yang efektif dan memancing siswa untuk
memepertanyakan matematika dalam dirinya.
4. Pelatihan dan bimbingan untuk siswa yang akan membantu pemecahan
masalah dalam menghadapi kesulitan pelajaran Matematika.
5. Memverbalisasikan konsep matematika yang rumit dengan cermat. Dengan
cara ini mempermudah siswa untuk mengerti konsep Matematika.

15
6. Tulis angka-angka di atas kertas untuk mempermudah siswa melihat dan
menuliskan urutan angka-angka untuk membantu memahami konsep angka
secara keseluruhan.
7. Jangan biarkan siswa untuk berpikir secara abstrak dulu tentang
Matematika.
8. Berikan pujian ketika siswa sudah menujukkan kemajuan, tetapi jangan
terlalu menekan siswa untuk pandai berhitung.
9. Gunakan gambar agar siswa merasa nyaman dan tidak terlalu fokus dengan
penghitungan. Gunakan gambar yang menyenangkan
10. Ingatan siswa diasah terus menerus agar ingatannya tentang informasi-
informasi yang ada tidak terbuang.

Berikut merupakan hal hal yang perlu diperhatikan terhadap siswa


penyandang diskalkulia yang dapat dilakukan guru dan orang tua

1. Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti,


dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani
langkah-langkah atau urutan dari proses keseluruhannya.
2. Menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta anak
mendengarkan secara cermat. Biasanya siswa diskalkulia tidak mengalami
kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas
kertas agar siswa mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Bila perlu,
tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu siswa memahami konsep
setiap angka sesuai dengan urutannya.
4. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas
sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika
bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu,
berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan
anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
5. Sering-seringlah mendorong siswa melatih ingatan secara kreatif, entah
dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah
menampilkan ingatannya tentang angka.

16
6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan
oleh siswa.
7. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan
kehidupan nyata sehari-hari, sehingga siswa mudah memahaminya.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diskalkulia sering dikatakan sebagai suatu bentuk learning disability yang
ditandai dengan kekacauan dalam berhitung. Lily sisiarto (Haris Mudjiman dan
Munawir Yusuf, 1990) mengemukakan bahwa anak diskalkulia adalah anak
yang memiliki ketidakmampuan berhitung yang disebabkan oleh gangguan
pada sistem saraf pusat). Selanjutnya dijelaskan terdapat jenis-jenis diskalkulia
menurut (Nfon, 2016) antara lain, diskalkulia kuantitatif, diskalkulia kualitatif,
diskalkulia intermediate, diskalkulia verbal, diskalkulia practognostic,
diskalkulia leksikal, diskalkulia grafis, diskalkulia indiagnostik dan diskalkulia
operasional.
Diskalkulia disebabkan oleh 2 faktor, faktor genetika dan faktor
psikologi. Anak yang mengalami gangguan diskalkulia, sulit untuk belajar
matematika dan merasa bahwa dirinya tidak mampu belajar matematika. Untuk
menangani gangguan pada anak diskalkulia, harus dimulai sejak pendidikan
anak, walaupun biasanya gangguan diskalkulia ini tidak disadari dan sulit
untuk dideteksi sejak dini. Oleh karena itu, peran pendidik sangat membantu
anak dalam membantu dan membimbing anak berkebutuhan khusus yang
mengalami gangguan diskalkulia. Penanganan pada siswa penyandang
diskalkulia dapat menggunakan terapi pendidikan remidi. Terapi pendidikan
remidi ini sejatinya hampir sama dengan les, yang membedakan ialah
bagaimana guru mencari akar permasalahan permasalahan yang dialami anak
kemudian memperbaikinya dengan program yang telah disesuaikan dengan
assessment yang dilakukan oleh spesialis kompeten dibidangnya serta
disesuaikan juga dengan karakteristik siswa. Terapi pada siswa penyandang
diskalkulia haruslah deficit tingkat kesulitannya berdasarkan usia siswa.

18
B. Saran
Kesulitan belajar merupakan kondisi yang sering terjadi dalam proses
pembelajaran. Dalam prosesnya banyak ditemukan anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar. Bagi seorang anak mengalami kesulitan belajar merupakan
hal wajar.
Diskalkulia juga merupakan sebuah hal yang wajar. Bagi anak yang
mengalaminya, hal tersebut bukan menjadi penghalang untuk menggapai cita -
cita yang dimiliki. Sebagai individu, kita harus bisa menerima kekurangan yang
terjadi pada orang lain. Setiap manusia sudah diberikan porsi kelebihanya
masing-masing, jadi kita tidak boleh merendahkan kemampuan orang lain
hanya karena kekurangan yang dimiliki. Berbuat baiklah kepada orang lain
dengan selalu membanggakan kelebihan yang mereka miliki.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achyar. Bagaimana Terapi Diskalkulia. https://p4tktkplb.kemdikbud.go.id.


Diakses pada 03/11/2020 pukul 06:17
Alfari Sabrina. 2018. Hari Guru: 5 Trik Guru untuk Menangani Siswa
dengan Gangguan Diskalkulia. https://blog.ruangguru.com. Diakses pada
02/11/2020 pukul 22.00
Basir Ahmad. 2015. BAGUS SETIYO ANAK DISKALKULIA TERNYATA
JAGO MATEMATIKA. https://www.kompasiana.com. Diakses pada 02/11/2020
pukul 00.42
Lerner, J.W, Learning disabilities:Theories, diagnosis, dan teaching
strategies. Boston, Houghton Mifflin, 1981.
Patricia, F.A., Zamzam, K.F. (2019). Diskalkulia (Kesulitan Matematika)
Berdasarkan Gender pada Siswa Sekolah Dasar Kota Malang. Jurnal Program
Studi Pendidikan Matematika.Vol 8. No 2. hlm 290.
Sudarmadji, Mengatasi Gangguan Belajar pada Siswa. Jakarta: Prestasi
Putra, 2002.
Suharmini, Tin. Aspek-aspek Psikologis Anak Diskalkulia. Jurnal
Pendidikan Khusus. Vol 1. No 2. Tahun 2005. hlm 76.
Suparno. Model Layanan Pendidikan SD Berkesulitan Belajar. Jurnal
Pendidikan khusus.Vol 2. No 2. Tahun 2009. Hlm 56
Yenny Suzana, dan Iyana Maulida. 2019. Mengatasi Dampak Negatif
DiskalkuliaDalam MenyelesaikanMasalah Matematika. Jurnal Ilmu-ilmu
Pendidikan dan Sains, 7 (1), 19-24.

20

Anda mungkin juga menyukai