Makalah
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas Pada Mata Kuliah
Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu:
Dra. Rahmiati, M.Psi
Disusun oleh:
Shipa Faujiah 1801025031
Lulu Fathiyah 1801025044
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini dibuat dengan tujuan
memperdalam pemahaman dan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
“Pendidikan Inklusi”.
Ucapan terima kasih, kami ucapkan kepada semua yang telah
membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan
penulisan makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk
menyempurnakan makalah ini, apabila dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan kami mengharapkan kritik dan saran
yang dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
pengetahuan dan wawasan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesulitan belajar merupakan kondisi yang sering terjadi dalam proses
pembelajaran. Dalam prosesnya banyak ditemukan anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar. Bagi seorang anak mengalami kesulitan belajar merupakan
hal wajar. Namun sangat disayangkan hal ini terkadang tidak disadari oleh
orang tua maupun guru yang membimbing. Ketidaksadaran tersebut membuat
orang tua atau guru tidak memahami kondisi anak, maka seringkali label “
Tidak Pandai” menjadi cap bagi anak yang mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan belajar akan bertambah parah apabila pembimbing tidak menangani
dengan tepat dan sesuai dengan kondisi yang dialami anak. Kesulitan belajar
yang dialami anak dapat mengakibatkan terhambatnya proses belajar anak
tersebut, tidak menutup kemungkinan anak harus mengulang kelas karena
mengalami kesulitan belajar secara akademik.
Kondisi kesulitan belajar sering dijumpai dalam mempelajari matematika.
anak-anak seakan memberikan label bahwa matematika merupakan momok
menakutkan yang harus dipelajari. Kesulitan belajar matematika banyak
ditemukan pada siswa sekolah dasar. berdasarkan hasil yang dilakukan oleh
(Kenedi, Helsa, Ariani, Zainil, & Hendri, 2019) membuktikan bahwa
kemampuan koneksi matematika pada siswa sekolah dasar dalam
menyelesaikan permasalahan matematika masih rendah. Dalam hal ini banyak
faktor yang menjadi penyebab anak mengalami kesulitan belajar matematika.
Salah satu penyebabnya mengalami gangguan diskalkulia learning disability.
Kondisi dimana siswa dengan gangguan diskalkulia tidak dapat belajar
aritmetika dengan baik, sehingga memorinya tidak dapat mengingat dengan
lancar (Azhari, 2017).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Diskalkulia?
2. Apa Jenis-Jenis dari Diskalkulia?
3. Apa Kebutuhan dan Karakteristik Diskalkulia?
4. Apa Faktor penyebab Diskalkulia?
5. Apa Permasalahan yang dihadapi Anak, Orang tua, dan Guru terhadap
Diskalkulia?
6. Bagaimana Penyelenggaraan Pembelajaran bagi Diskalkulia?
7. Bagimana Teknik Bimbingan bagi Diskalkulia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian, Jenis - Jenis, Kebutuhan dan Karakteristik
pada Diskalkulia.
2. Untuk mengetahui Faktor Penyebab Diskalkulia.
3. Untuk mengetahui Permasalahan yang Dihadapi Anak, Orang Tua dan Guru
terhadap Diskalkulia.
4. Untuk mengetahui bagaimana Penyelenggaraan Pembelajaran bagi
Diskalkulia.
5. Untuk mengetahui Teknik Bimbingan bagi Diskalkulia.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Diskalkulia
Diskalkulia sering dikatakan sebagai suatu bentuk learning disability yang
ditandai dengan kekacauan dalam berhitung. Menurut diagnostic and stastitical
manual of mental disorder, bahwa diskalkulia sebagai gangguan kesulitan
belajar spesifik khususnya di bidang matematika. Lily sisiarto (Haris Mudjiman
dan Munawir Yusuf, 1990) mengemukakan bahwa anak diskalkulia adalah anak
yang memiliki ketidakmampuan berhitung yang disebabkan oleh gangguan
pada sistem saraf pusat. Dalam hal ini umumnya anak yang mengalami
diskalkulia lemah dalam beberapa kemampuan seperti persepsi social, konsep
arah waktu, serta memiliki gangguan memori.
Secara khusus arti diskalkulia apabila ditinjau lebih dalam merupakan
gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis yang dibagi menjadi
bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi. Anak yang bersangkutan
tersebut akan menunjukan kesulitan dalam memahami proses matematis. yang
umunya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas
yang melibatkan angka ataupun symbol matematis. Anak mengalami kesulitan
dalam membedakan bentuk geometri, symbol, konsep angka, sulit menghafal
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian secara tepat dan cepat.
Dalam DSM IV anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (matematika)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut (a) kemampuan linguistic (kesulitan mengerti
istilah matematika dan mengubah masalah tertulis menjadi symbol
matematika), (b) kemampuan perseptual (kemampuan mengenali dan mengerti
symbol dan mengurutkan kelompok angka), (c) kemampuan atensional
(kesulitan dalam menjalin angka-angka atau gambar dengan benar, (d)
kemampuan Matematika (kesulitan mengikuti langkah-langkah menghitung
dalam matematika, menghitung objek dan mempelajari angka dalam tabel).
3
B. Jenis – Jenis Diskalkulia
Diskalkulia merupakan kondisi di mana anak memliki kesulitan belajar
spesifik khususnya dibidang matematika. Kesulitan anak dalam
mengoperasikan aritmatika merupakan keadaan yang mewakili lemahnya
penggunaan strategi pemecahan masalah siswa yang belum matang dan tidak
efesien, sehingga siswa dengan gangguan diskalkulia tidak dapat belajar
aritmetika dengan baik, sehingga memorinya tidak dapat mengingat dengan
lancar (Azhari, 2017). Selanjutnya dijelaskan terdapat jenis-jenis diskalkulia
menurut (Nfon, 2016) diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Diskalkulia kuantitatif adalah kesulitan keterampilan menghitung dan
mengkalkulasi.
2. Diskalkulia kualitatif adalah kesulitan menguasai keterampilan yang
diperlukan untuk suatu operasi melibatkan penambahan, pengurangan,
perkalian, pembagian dan akar kuadrat.
3. Diskalkulia intermediate merupakan ketidakmampuan siswa untuk
mengoperasikan simbol (<,>, t, -, x, ÷) atau bilangan.
4. Diskalkulia verbal, dapat membaca dan menulis bilangan, tetapi tidak dapat
paham tentang makna dari bilangan, mengingat nama bilangan, atau
mengenali bilangan ketika diucapkan oleh orang lain.
5. Diskalkulia practognostic adalah kesulitan dalam memanipulasi hal-hal
secara matematis, misalnya membandingkan bilangan untuk melihat mana
yang lebih kecil atau lebih besar dan mengalami kesulitan bekerja dengan
kuantitas, volume atau persamaan yang sebenarnya secara praktis.
6. Diskalkulia leksikal, dapat membaca digit tunggal, tetapi tidak dapat
mengingat tempat mereka dalam jumlah yang lebih besar.
7. Diskalkulia grafis adalah kesulitan siswa dalam menulis simbol dan bilangan
matematika.
8. Diskalkulia indiagnostik merupakan ketidakmampuan untuk mengingat ide
atau konsep matematika setelah mempelajarinya.
9. Diskalkulia operasional adalah kesulitan dalam melakukan operasi dan
perhitungan aritmatika, memiliki masalah untuk melakukan perhitungan
yang membutuhkan memanipulasi angka dan simbol matematika.
4
C. Faktor – Faktor Penyebab Anak Diskalkulia
1. Faktor Genetika
Kelahiran yang belum matang atau dengan kata lain lahir prematur
dan juga mengkonsumsi minuman alkohol ketika hamil, namun hal ini
tidak dapat dijadikan acuan yang tepat.
2. Faktor Psikologi
Dapat terjadi dikarenakan trauma atau ketakutan yang luar biasa, dalam
kata lain phobia terhadap pelajaran matematika yang bisa saja dikarenakan
pengalaman buruk yang terjadi ketika proses pembelajaran matematika sedang
berlangsung.
Dalam bukunya, Sudarmadji menyebutkan beberapa penyebab diskalkulia
sebagai berikut:
1. Lemah dalam proses penglihatan atau visual
Siswa yang mempunyai kelemahan dalam proses penglihatan
akan berpeluang besar mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi
mengalami masalah dalam mengeja serta menulis.
2. Bermasalah mengurutkan informasi
Siswa yang mengalami kelemahan mengurutkan dan
mengelompokkan informasi secara lengkap, pada dasarnya akan sulit
mengingat suatu fakta, konsep bahkan rumus untuk menyelesaikan
perhitungan matematika. Jika masalah ini merupakan penyebabnya, maka
siswa akan mengalami hambatan pada aspek bidang lainnya, misal membaca
kode-kode dan mengeja, atau bahkan hal apapun yang memerlukan
kemampuan pada hal mengingat secara detail.
3. Phobia terhadap pelajaran matematika
Siswa yang pernah mengalami trauma terhadap pelajaran matematika
dapat kehilangan kepercayaan dirinya. Trauma juga dapat dikarenakan
oleh beberapa masalah, seperti: guru yang sering marah, galak atau guru
yang mempunyai wajah serta karakter yang seram. Hal tersebut membuat
beberapa siswa menjadi takut bahkan mengakibatkan siswa tersebut susah
memahami pelajaran matematika. Selain masalah di atas, hal lain yang
mengakibatkan siswa mengalami phobia terhadap pelajaran matematika
5
disebabkan ketakutan siswa jika hasil yang diperoleh salah. Mereka merasa
hasil dari jawaban yang salah merupakan kegagalan sehingga siswa dipaksa
untuk bisa memberikan jawaban yang tepat.
6
2. Karakteristik Anak Diskalkulia
a) Adanya gangguan dalam memahami pola hubungan keruangan
Konsep pola hubungan keruangan yang dimaksud seperti“atas-bawah,
puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir”biasanya
sudah mampu dikuasai oleh siswa jauh ketika mereka belum masuk Sekolah
Dasar (SD).
b) Abnormalitas persepsi visual
Siswa diskalkulia sering mengalami ketidakmampuan melihat macam-
macam objek dalam satu kelompok dan hubungan diantaranya. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya gejala abnormalitas persepsi
visual. Kemampuan melihat macam-macam objek dalam suatu kelompok
adalah dasar yang penting sehingga siswa dapat secara cepat dan tepat
dalam menentukan jumlah objek dalam suatu kelompok.
c) Asosiasi visual-motorik
Siswa diskalkulia juga tidak mampu menghitung beberapa benda
dengan berurutan sambil membilang benda tersebut, seperti “satu, dua, tiga,
...”. Akan tetapi siswa baru memegang benda kedua namun baru
mengucapkan “satu” atau kebalikannya baru menyentuh benda pertama
namun ia sudah mengucapkan “dua”. Siswa dengan masalah tersebut
menunjukkan kesan bahwa ia hanya menghafal bilangan tapi tidak memahami
maknanya.
d) Perseverasi
Beberapa siswa ada yang perhatiannya fokus pada satu objek saja
dengan waktu yang lama. Gangguan perhatian seperti itu dikenal dengan
perseverasi. Dimana siswa tersebut awalnya dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, namun lambat laun fokusnya melekat pada objek yang lain.
e) Ketidakmampuan dalam mengenal dan memahami symbol
Sebagian siswa diskalkulia yang mengalami ketidakmampuan dalam
mengenal dan menggunakan beberapa simbol matematika, seperti : +, -, ×, ÷,
>, < dan simbol lainnya. Ketidakmampuan dalam masalah ini dikarenakan
adanya gangguan memori pada otak atau bisa juga disebabkan adanya
gangguan persepsi visual.
7
f) Gangguan penghayatan tubuh
Siswa dengan masalah diskalkulia juga sering menunjukkan adanya
gangguan penghayatan tubuh (body image). Siswa yang mengalami
masalah ini akan merasa sukar untuk memahami hubungan dari
bagian-bagian tubuhnya sendiri. Misalnya siswa disuruh untuk menggambar
bagian tubuh manusia, maka yang ia lakukan adalah menggambar dengan
beberapa bagian yang tidak lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada
posisi yang tidak tepat.
g) Kesulitan memahami bahasa dan membaca
Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang banyak menggunakan
simbol-simbol tertentu. oleh sebab itu, kesulitan dalam memahami
bahasa bisa mempengaruhi kemampuan siswa pada pelajaran ini. Soal
matematika yang didesain berbentuk soal cerita menuntut kemampuan
membaca untuk menyelesaikannya. Sehingga siswa yang mengalami
kesulitan memahami bahasa dan membaca akan susah untuk
menyelesaikan soal tersebut.
h) Performance IQ lebih rendah daripada Verbal IQ
Hasil tes inteligensi dengan mengandalkan alat WISC membuktikan
bahwa siswa diskalkulia memiliki skor Performance IQ (PIQ) yang lebih
rendah daripada skor Verbal IQ (VIQ). Rendahnya skor PIQ yang dialami
oleh siswa diskalkulia ini berkaitan dengan kesulitan dalam memahami
konsep keruangan, gangguan persepsi visual, dan juga adanya gangguan
asosisasi visual-motorik.
8
E. Permasalahan yang Dihadapi oleh Anak, Orang Tua dan Guru
Terhadap Diskalkulia
1. Permasalahan yang Dihadapi oleh Anak Diskalkulia
a) Sulit melakukan hitungan matematis.
Ketika anak diskalkulia diberikan soal – soal berhitung dalam bentuk cerita,
mereka akan menolak untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan, karena
mereka merasa sulit untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di soal
tersebut.
Anak diskalkulia sulit untuk menentukan urutan angka, mereka tidak dapat
membedakan angka yang memiliki intensitas yang “lebih besar” dengan angka
yang memiliki intensitas “lebih kecil”. Anak diskalkulia juga kerap mengubah
atau menukar posisi angka, seperti seharusnya angka 36 tetapi ditulis menjadi 63.
d) Mempunyai pemahaman yang kurang baik tentang simbol.
9
e) Tidak memahami nilai tempat.
Terdapat anak diskalkulia yang juga belum memahami nilai tempat seperti
satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya. Misalnya menulis 1029 dengan 129
atau kadang menulis 1029 dengan 1000 29 (sesuai dengan ucapan seribu dua
puluh sembilan).
Anak diskalkulia akan sulit untuk menentukan sisi kiri dan kanan. Hal itu
akan membuat mereka datang terlambat. Anak diskalkulia juga kesulitan
membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak seperti lokasi
sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya.
10
3. Permasalahan yang Dihadapi oleh Guru Terhadap Anak Diskalkulia
a) Proses pembelajaran menjadi terhambat.
b) Tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai.
c) Guru harus selalu membuat alternatif penjelasan bagi anak diskalkulia
agar lebih mudah dimengerti.
d) Guru harus selalu berusaha untuk menguatkan mental anak diskalkulia.
e) Guru harus memiliki 2 metode pembelajaran yang digunakan.
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
4. Menjalin dialog antara guru dan siswa
5. Menyiapkan proses pembelajaran
13
3. Belajar sambil bermain
Guru adalah tonggak atau panutan disekolah, setiap kata yang disampaikan
oleh guru sangat membekas di hati siswa, maka dari itu dalam menanamkan
kepercayaan diri pada siswa peran guru sangat diperlukan untuk memotivasi
siswa dan tanamkan “aku bisa!” pada siswa penyandang diskalkulia. Jangan
pernah sekali kali guru membandingan siswa penyandang diskalkulia dengan
siswa lainnya. Lakukan pembelajaran dengan teratur dan bertahap yang
memfokuskan pada proses perkembangan siswa, bukan pada hasilnya. Berikan
pujian pada siswa terlebih jika melakukan perkembangan, dengan memberikan
pujian, siswa diskalkulia akan merasa diayomi dan dilindungi. Siswa akan
merasa bahwa dengan kekurangannya tetap ada yang menyayanginya dan
memotivasinya, sehingga siswa tersebut akan secara naluriah belajar menjadi
lebih baik lagi.
14
B. Teknik Bimbingan Untuk Anak Diskalkulia
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik)
agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal
dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Siswa penyandang diskalkulia umumnya memiliki IQ yang normal, bahkan
tidak sedikit diantranya memiliki IQ diatas rata rata. Jadi dapat dikatakan bahwa
tidak semua siswa yang memiliki kesulitan belajar dalam hal pemrosesan
informasi numeric yakni berhitung, melakukan operasi aritmatika,
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian atau yang biasa disebut
matematika adalah siswa yang bodoh.
Penanganan pada siswa penyandang diskalkulia dapat menggunakan terapi
pendidikan remidi. Terapi pendidikan remidi ini sejatinya hampir sama dengan
les, yang membedakan ialah bagaimana guru mencari akar permasalahan
permasalahan yang dialami anak kemudian memperbaikinya dengan program
yang telah disesuaikan dengan assessment yang dilakukan oleh spesialis
kompeten dibidangnya serta disesuaikan juga dengan karakteristik siswa.
Terapi pada siswa penyandang diskalkulia haruslah deficit tingkat kesulitannya
berdasarkan usia siswa.
Adapun terapi pada anak diskalkulia yang dapat dilakukan oleh guru di
kelas sebagai berikut:
1. Guru harus menyadari dan mengetahui dimanakah taraf perkembangan
siswa.
2. Pendekatan yang sistematis dengan alokasi waktu yang tepat untuk siswa
3. Perlu stategi belajar yang efektif dan memancing siswa untuk
memepertanyakan matematika dalam dirinya.
4. Pelatihan dan bimbingan untuk siswa yang akan membantu pemecahan
masalah dalam menghadapi kesulitan pelajaran Matematika.
5. Memverbalisasikan konsep matematika yang rumit dengan cermat. Dengan
cara ini mempermudah siswa untuk mengerti konsep Matematika.
15
6. Tulis angka-angka di atas kertas untuk mempermudah siswa melihat dan
menuliskan urutan angka-angka untuk membantu memahami konsep angka
secara keseluruhan.
7. Jangan biarkan siswa untuk berpikir secara abstrak dulu tentang
Matematika.
8. Berikan pujian ketika siswa sudah menujukkan kemajuan, tetapi jangan
terlalu menekan siswa untuk pandai berhitung.
9. Gunakan gambar agar siswa merasa nyaman dan tidak terlalu fokus dengan
penghitungan. Gunakan gambar yang menyenangkan
10. Ingatan siswa diasah terus menerus agar ingatannya tentang informasi-
informasi yang ada tidak terbuang.
16
6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan
oleh siswa.
7. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan
kehidupan nyata sehari-hari, sehingga siswa mudah memahaminya.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diskalkulia sering dikatakan sebagai suatu bentuk learning disability yang
ditandai dengan kekacauan dalam berhitung. Lily sisiarto (Haris Mudjiman dan
Munawir Yusuf, 1990) mengemukakan bahwa anak diskalkulia adalah anak
yang memiliki ketidakmampuan berhitung yang disebabkan oleh gangguan
pada sistem saraf pusat). Selanjutnya dijelaskan terdapat jenis-jenis diskalkulia
menurut (Nfon, 2016) antara lain, diskalkulia kuantitatif, diskalkulia kualitatif,
diskalkulia intermediate, diskalkulia verbal, diskalkulia practognostic,
diskalkulia leksikal, diskalkulia grafis, diskalkulia indiagnostik dan diskalkulia
operasional.
Diskalkulia disebabkan oleh 2 faktor, faktor genetika dan faktor
psikologi. Anak yang mengalami gangguan diskalkulia, sulit untuk belajar
matematika dan merasa bahwa dirinya tidak mampu belajar matematika. Untuk
menangani gangguan pada anak diskalkulia, harus dimulai sejak pendidikan
anak, walaupun biasanya gangguan diskalkulia ini tidak disadari dan sulit
untuk dideteksi sejak dini. Oleh karena itu, peran pendidik sangat membantu
anak dalam membantu dan membimbing anak berkebutuhan khusus yang
mengalami gangguan diskalkulia. Penanganan pada siswa penyandang
diskalkulia dapat menggunakan terapi pendidikan remidi. Terapi pendidikan
remidi ini sejatinya hampir sama dengan les, yang membedakan ialah
bagaimana guru mencari akar permasalahan permasalahan yang dialami anak
kemudian memperbaikinya dengan program yang telah disesuaikan dengan
assessment yang dilakukan oleh spesialis kompeten dibidangnya serta
disesuaikan juga dengan karakteristik siswa. Terapi pada siswa penyandang
diskalkulia haruslah deficit tingkat kesulitannya berdasarkan usia siswa.
18
B. Saran
Kesulitan belajar merupakan kondisi yang sering terjadi dalam proses
pembelajaran. Dalam prosesnya banyak ditemukan anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar. Bagi seorang anak mengalami kesulitan belajar merupakan
hal wajar.
Diskalkulia juga merupakan sebuah hal yang wajar. Bagi anak yang
mengalaminya, hal tersebut bukan menjadi penghalang untuk menggapai cita -
cita yang dimiliki. Sebagai individu, kita harus bisa menerima kekurangan yang
terjadi pada orang lain. Setiap manusia sudah diberikan porsi kelebihanya
masing-masing, jadi kita tidak boleh merendahkan kemampuan orang lain
hanya karena kekurangan yang dimiliki. Berbuat baiklah kepada orang lain
dengan selalu membanggakan kelebihan yang mereka miliki.
19
DAFTAR PUSTAKA
20