Anda di halaman 1dari 27

KESULITAN BELAJAR DISKALKULIA

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penanganan Anak Kesulitan Belajar)

Dosen Pengampu:
Nur Rohmatillah, S.Ps.I, M.Si

Disusun Oleh:
Agus Jumadi 20211021019
Agus Setiawan 22231021008
Aziid Herdiyanto FT 19201021007
M. Rojail Jannah 20211021010
Rafli Ramza Fukhaira 20211021023
Sulaeman 20211021022
Waliyul Ilmi 20211021014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan
karunianya, kami bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Rasulullah SAW. beserta Keluarganya, Sahabatnya, dan kepada kita selaku
Ummat-Nya.
Dalam penyusunan makalah ini yang berjudul “Diskalkulia”, kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan
pengetahuan penulis yang terbatas.
Kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Saran dan kritik tersebut
sebagai motivasi bagi kami untuk menyempurnakan makalah ini, sehingga makalah berikutnya
akan menjadi lebih baik lagi. Meskipun makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Terimakasih kepada seluruh pihak, terutama kepada Ibu Nur Rohmatillah, S.Ps.I,
M.Si sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Penanganan Anak Kesulitan Belajar yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kuningan, 05 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
A. Definisi Diskalkulia ...................................................................................... 2
B. Faktor-faktor Penyebab Diskalkulia ............................................................. 2
C. Ciri-ciri Diskalkulia ...................................................................................... 4
D. Mengatasi Kesulitan Belajar Berhitung pada Anak SD ............................... 7
E. Penanganan Diskalkulia ............................................................................... 9
F. Mengatasi Diskalkulia dengan Menyadarkan
Pentingnya Ilmu Matematika ....................................................................... 11
G. Peraktik Penggunaan Ilmu Matematika
untuk Mengatasi Diskalkulia ........................................................................ 12
H. Penanganan Anak Diskalkulia dengan
Media Ajar-Belajar yang Kreatif .................................................................. 14
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di masa modern ini, munculnya kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena
faktor inteligensi yang rendah(kelainan mental. Dengan semakin baiknya asupan gizi
untuk anak dan semakin meningkatnya kesadaran orang tua akan proses tumbuh kembang
anak yang sehat. Ada 3 jenis kesulitan belajar utama yang sering dialami oleh anak,yakni
Disleksia, Disgrafia, dan Diskalkulia.
Salah satu bentuk kelainan belajar yang sering dialami anak adala gangguan
dalam hal berhitung atau bisa disebut dengan diskalkulia. Istilah dyscalculia ini biasanya
mengacu pada suatu problem khusus dalam menghitung atau melakukan operasi
aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dalam hal ini
seorang anak mengalami kesulitan untuk memahami dan mengerjakan ulang operasi-
operasi penghitungan yang sederhana.
Dengan mengamati perkembangan pembelajaran matematika dan berhitung di
sekolah-sekolah umum dewasa ini, terasa sekali adanya sesuattu yang “belum tepat”
dengan proses Pendidikan kita. Terkait dengan masalah diskalkulia, ada begitu banyak
penyebabnya, misalnya Teknik instan dengan memberikan kalkulator alih-alih
mengajarkan kepada mereka tentang Teknik berhitung yang unik dan kreatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Disleksia?
2. Apa saja Faktor-faktor Penyebab Diskalkulia?
3. Apa saja Ciri-ciri Diskalkulia?
4. Bagaimana Penanganan Diskalkulia?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Disleksia?
2. Mengetahui Faktor-faktor Penyebab Diskalkulia?
3. Mengetahui Ciri-ciri Diskalkulia?
4. Mengetahui Cara Penanganan Diskalkulia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diskalkulia
Dyscalculia berasal dari bahasa Yunani dan Latin dan berarti "menghitung
dengan buruk". Awalan dys- berasal dari bahasa Yunani dan berarti "buruk". Akar calculia
berasal dari bahasa Latin calculare , yang berarti " menghitung "; itu juga merupakan
serumpun dari perhitungan dan kalkulus .
Lihat Menurut (Sudha & Shalini, 2014) menyatakan bahwa diskalkulia
merupakan istilah luas untuk kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini mencakup semua
jenis permasalahan dalam matematika seperti ketidakmampuan untuk memahami arti
bilangan sampai dengan ketidakmampuan untuk menerapkan prinsip matematika dalam
memecahkan masalah.
Menurut Chinn & Ashcroft(2007), Diskalkulia ialah“a disorder in the ability to
do or learn mathematics, diffcully in number conceptualitation, understanding number
relationship, diffcully in learning algorithms, and applying them”. Hal ini mendefinikan
bahwa diskalkulia adalah gangguan kepiawaian dalam menggali matematika, baik itu
menggali konsep bilangan, pengorperasian bilangan, dan penerapannya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa diskalkulia merupakan salah satu
jenis kesulitan belajar pada anak berupa ketidak mampuan Berhitung. Ketidakmampuan
ini mengacu pada suatu problem khusus dalam menghitung atau melakukan operasi
aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

B. Faktor-faktor Penyebab Diskalkulia


Untuk memeberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar,
tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu factor-faktor apa saja yang menjadi
penyebab munculnya masalah kesulitan belajar Diskalkulia ini. Berikut Faktor-faktor
penyebab yang melatarbelakangi munculnya gangguan belajar berhitung(Diskaklkulia), di
antaranya:
1. Penyebab secara Umum
a) Seorang anak tidak menguasai Bahasa tulis, sehingga sulit menangkap makna
atau arti dari kalimat-kalimat dalam soal hitungan.

2
b) Anak tidak memahami arti kata-kata yang terdapat dalam soal-soal hitungan
tersebut misalnya arti kata bank,deposito,transport, modal, bunga, laba dan
sebagainya.
c) Anak tidak menguasai rumus-rumus hitungan. Contoh anak kurang paham “luas”
adalah Panjang kali lebar, “Laba” adalah penjualan dikurangi pembelian, dan
sebagainya.
d) Anak kurang menguasai Teknik-teknik berhitung seperti bagaimana cara
menjumlahkan, mengurangi, membagi, dan sebagainya.
2. Penyebab secara Khusus
a) Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan bisa saja mengalami
diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis
dengan tangan.
b) Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan
mengorganisasikan informasi secara detail umumnya juga akan kesulitan dalam
mengingat sebuah fakta, konsep, ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi
matematis. Jika masalah ini yang menjadi penyebabnya, anak cenderung
mengalami hambatan pada aspek-aspek kemampuan mengingat Kembali hal-hal
detail.
c) Fobia Matematika
Anak yang mengalami trauma pada pelajaran matematika bisa kehilangan rasa
percaya dirinya billa berkaitan dengan hal-hal yang berbau hitungan. Jika hal ini
tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang
mengandung unsur hitungan. Inilah tipe diskalkulia yang disebabkan oleh factor
psikologis atau lingkungan.

Diskalkulia juga bisa terjadi akibat adanya kelainan di otak yang mana ini
merupakan kelainan spesisfik. Penyebab diskalkulia juga bisa dikarenakan adanya
kelemahan dalam proses penglihatan atau visualiasasi, misalnya anak sulit focus pada
pelajaran atau permainan. Faktor genetic mungkin berperan pada kasus diskalkulia, tapi
faktor lingkungan dan simulasi juga sangat berperan dalam menangani anak Diskalkulia
ini. Misalnya penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran di kelas akan sangat
bagus untuk memudahkan anak dengan diskalkulia, terutama untuk simbol-simbol yang

3
bersifat abstrak. Dengan demikian, anak akan lebih mudah dalam mengenal dan
memahami konsep matematika itu sendiri.

C. Ciri-ciri Diskalkulia
Untuk mendeteksi apakah seorang anak mengalami diskalkulia memang
dibutuhkan pemeriksaan yang menyeluruh dan teliti. Perlu juga ditentukan, macam
kesulitan yang bagaimanakah yang dialami oleh seorang anak: apakah anak kesulitan
dalam proses menghitung? Apakah ia sulit memahami konsep matematika karena masalah
Bahasa? Ataukah karena gangguan-gangguan persepsi visual-spasial?.
1. Ciri-ciri Khusus
Perlu diketahui bahwa diskalkulia juga dapat terinfestasikan lewat kesulitan
menulis, kesulitan orientasi kanan-kiri, kesulitan menunjukan arah, masalah urutan,
gangguan memori, dan cara menyelesaikan soal matematika. Tidak semua anak
diskalkulia dengan kesulitan dalam proses menghitung. Jadi, guru harus memahami
kemampuan dan sifat dasar ketidakmampuan si anak. Ciri-ciri khas dari diskalkulia
adalah sebagai berikut:
a) Kegagalan dalam keterampilan-keterampilan:
 Linguistik (memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke symbol
matematika).
 Perseptual (kemampuan untuk memahami symbol dan mengurutkan
kelompok angka), matematik (+/-/x/: dan cara mengoperasikannya).
 Atensinal (mengcopy bentuk dengan benar, mengoperasikan symbol dengan
benar).
b) Prevalensi kejadiannya ± 5% anak usia sekolah.
c) Lebih banyak dialami oleh anak perempuan ketimbang anak laki-laki.
d) Biasanya disertai gangguan belajar yang lain.
e) Kebanyakan terdeteksi Ketika berada di kelas 2 dan 3 SD(6-8 tahun).
2. Gejala-Gejala
Banyak anak yang terdiagnosis diskalkulia dan kemudian mereka memiliki
Riwayat kegagalan akademis, yang pada akhirnya berkembang menjadi
ketidakmampuan dalam belajar matematika atau merasa tidak mampu
mempelajarinya. Adapun gejala diskalkulia sebagaimana dikutip dari situs
ayudyarindani.blogspot.com adalah sebagai berikut.

4
a) Proses penglihatan atau visual lemah dan anak juga bermasalah dengan spasial(
kemampuan memahami bangun ruang). Anak juga kesulitan memasukan angka-
angka pada kolom yang tepat.
b) Anak kesulitan dalam mengurutkan, misalnya saat diminta menyebutkan urutan
angka. Kebingungan menentukan sisi kiri dan kanan, serta disorientasi waktu(
bingung antara masa lampau dan masa depan)
c) Bingung membedakan dua angka yang bentuknya hamper sama, misalnya angka
7 dan 9, atau 3 dengan 8. Beberapa anak bahkan mengalami kesulitan dalam
menggunakan kalkulator.
d) Umumnya anak-anak diskalkulia memiliki kemampuan Bahasa yang normal( baik
kemampuan verbal, membaca, menulis, atau mengingat kalimat yang tertulis).
e) Kesulitan memahami konsep waktu dan arah. Akibatnya seringkali mereka datang
terlambat ke sekolah atau ke suatu acara.
f) Salah dalam mengingat atau menyebutkan Kembali nama orang
g) Memberikan jawaban yang berubah-ubah(inkonsisten) saat diberi pertanyaan
tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian.
h) Orang dengan diskalkulia tidak bisa merencanakan keuangannya dengan baik dan
biasanya hanya berpikir tentang keuangan jangka pendek, terkadang dia cemas
Ketika harus bertransaksi yang melibatkan uang(misalnya di kasir).
i) Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak, seperti
lokasi sebuah negara, kota, jalan, dan sebagainya.
j) Sulit memahami not-not dalam pelajaran musik atau kesulitan dalam memainkan
alat music.
k) Koordinasi gerak tubuhnya juga buruk, misalkan saat diminta mengikuti Gerakan-
gerakan dalam senam aerobic dan menari. Dia juga kesulitan dalam mengingat
skor dalam pertandingan olahraga.
Deteksi diskalkulia bisa dilakukan sejak kecil, tapi juga disesuaikan dengan
perkembangan usia. Anak usia 4-5 tahun biasanya belum diwajibkan mengenal
konsep jumlah, hanya konsep hitungan. Sementara, anak usia 6 tahun ke atas
umumnya sudah mulai dikenalkan dengan konsep jumlah yang mengunakan symbol
seperti penambahan (+) dan pengurangan (-). Jika pada usia 6 tahun anak sulit
mengenali konsep jumlah, kemungkinan nantinya dia akan mengalami kesulitan
berhitung.

5
Adapun gejala lain yang sering juga dijumpai pada anak yang mengalami
diskalkulia antara lain sulit melakukan hubungan yang sifatnya sistematis, misalnya
menghitung jumlah uang kembalian. Lambat laun, anak kemudian menjadi takut saat
memegang uang atau bahkan ia menghindari transaksi jual-beli.
Anak dengan Diskalkulia juga sering kesulitan dalam menggunakan konsep
waktu. Dalam hal ini, anak bingung untuk mengurutkan antara masa lampau dan masa
sekarang. Dalam pelajaran olahraga, anak juga sulit menghitung skor pertandingan.
3. Kekeliruan umum yang sering terjadi pada anak Diskalkulia
Agar dapat membantu anak dengan kesulitan belajar matematika, kita perlu
mengenal kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam menyelesaikan tugas-
tugas dalam bidang studi matematika. Beberapa kekeliruan umum tersebut menurut
Lerner(1981) adalah kekurangpahaman anak tentang hal-hal berikut ini.
a) Keliru membaca simbol
Anak diskalkulia akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal
seperti 4+ ….. =7, daripada soal seperti 4+3=…. Kesulitan maca mini karena anak
tidak memahami symbol-simbol (=), (+), (-).
b) Nilai Tempat
Anak diskalkulia belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan,
ratusan, dan seterusnya.
c) Penggunaan proses yang keliru
Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat dilihat pada contoh
berikut:
6 15
2x3
8 18
d) Perhitungan
Jika anak belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi mencoba
menghafal perkalian tersebut.
e) Tulisan yang tidak dapat dibaca
Anak tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk
hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Biasanya, anak-anak yang
mengalami kesulitan belajar spesifik (Termasuk Diskalkulia) akan dites dengan
standard progressive matrices (SPM) yang merupakan suatu tes intelegensi bagi
anak-anak usia 7-12 tahun(siswa kelas 2 dan 3 SD) atau tes coloured progessive

6
matrices (CPM) untuk siswa kelas 1SD. Jika hasil diagnosis, tes, dan assessment
menyatakan bahwa anak menderita Diskalkulia, maka harus ada perawatan dan
metode penyampaian khusus yang bisa membuat anak menjadi lebih paham.

D. Mengatasi Kesulitan Belajar Berhitung pada Anak SD


Penderita diskalkulia umumnya anak-anak, tetapi gangguan belajar ini tidak
secara spesifik menyerang tingkat usia tertentu. Gangguan ini terutama muncul saat anak
meginjak saat anak menginjak umur sekolahsekitar usia tujuh tahun. Diskalkulia baru
dapat terdeteksi dengan kentara pada usia tersebut karena pada saat itu anak mulai sekolah
dan belajar berhitung.
Penderita diskalkulia umumnya memiliki IQ normal, namun ada juga anak yang
IQ nya melebihi rata-rata atau cukup tinggi. Anak Diskalkulia dapat berinteraksi dengan
noral seperti anak biasa, komunikasi, dan sosialisasi dengan lingkungan di di sekitarnya.
Artinya dia dapat hidup dengan baik meskipun mengalami kesulitan dalam berhitung.
Persoalan yang dihadapi anak dengan diskalkulia lebih pada kehidupannya sehari-hari.
Seperti misalnya, sulit menentukan arah ke kiri atau ke kanan, membaca jam, menghitung
uang kembalian, atau uang yang yang harus dibayarkan saat belanja.
Guru dalam menjalankan tugasnya, dituntut untuk mempunyai pengetahuan,
pemahaman, dan terampil dalam memberikan pelayanan kepada anak. Karena perannya
yang sangat vital inilah, guru memiliki peranan penting dalam mengatasi kesulitan belajar
berhitung pada anak. Ada dua pendekatan yang dapat diambil oleh guru dalam upaya
menangani anak dengan diskalkulia ini. Berikut penjelasannya.
1. Pendekatan pertama
Pendekatan pertama ini dilakukan dengan menawarkan beberapa
bentuk/model pengajaran matematika yang intensif. Atau, bisa pula menggunakkan
aneka trik dan tips model jalan pintas yang kreatif dan mengasyikan. Penanganan
gangguan belajar matematika secara intensif ini, misalnya, bis akita lakukan dengan
Teknik “ individualisasi yang dibiantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran
secara privat dengan teman sebaya(peer tutoring).
Tekniknya sendiri didasarkan pada pemahaman bahwa kecepatan belajar
seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga
yang lama memahami. Teknik ini mendorong anak cepat enagkap materi pelajaran
agar bersedia mengajarkan ilmunya pada temannya yan lain yang mengalami problem
diskalkulia tersebut.

7
2. Pendekatan kedua
Melalui pendekatan yang kedua ini, guru harus melakukan beberapa Latihan
yang dapat mengurangi gangguan belajar, antara lain dengan cara:
a) Visualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, misalnya dengan
menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani Langkah-langkah
atau urutan dari proses keseluruhannya. Atau, suarakan konsep matematis yang
sulit dimengerti dan kemudian minta si anak mendengarkan secara cermat.
Biasanya anak penderita diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami
konsep secara verbal.
b) Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas
agar anak mudah melihatnya. Atau kalua perlu, tuliskan urutan angka-angka itu
untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
Anak dengan diskalkulia cenderung kesulitan memahami operasi hitungan
matematis yang sifatnya abstrak.
c) Tuangkan konsep-konsep matematis dalam bentuk praktik serta aktivitas
sederhana yang biasa dijumpai dalam keseharian kita. Teknik ini bertujuan agar
pemberian materi matematika menjadi lebih menarik. Misalnya berapa jumlah
pintu yang ada di rumah, berapa jumlah koleksi bonekanya, berapa jumlah kursi
makan diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan
biasakan juga menggunakan computer atau kalkulator dan lakukanlah Latihan
secra berkesinambungan serta teratur.
d) Sering-seringlah mendorong anak untuk melatih ingatannya secara kreatif,
caranya bisa bermacam-macam, misalnya dengan menyanyikan angka-angka,
atau cara-cara lain yang mempermudah menampilkan ingatan anak tentang angka
e) Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan, atau bahkan sekadar usaha yang dilakukan
oleh anak.
f) Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan
nyata sehari-hari sehingga anak mudah memahaminya.
g) Jalin bekerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi
belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak. Misalnya, guru
memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-
buku bacaan, serta Latihan yang disarankan.

8
E. Penanganan Diskalkulia
Sindrom sulit belajar pada anak bisa disembuhkan dengan metode yang tepat bagi
anak. Pada dasarnya, setiap anak memiliki dorongan untuk belajar. Tapi, sering kali
dorongan tersebut dihalangi oleh keterbatasan yang sifatnya fisik maupun nonfisik,
internal maupun eksternal. Mungkin, anak mengalami kesulitan belajar (learning
disabilities) karena adanya gangguan proses psikologi dasar yang disebabkan kelainan
fungsi pada sistem saraf di otak. Gangguan ini terutama tampak pada ketidaksempurnaan
mereka saat membaca, menulis, berbicara, atau berhitung.
Jangan segera menyalahkan anak jika Anda mendapati anak Anda mengalami
kesulitan belajar dalam berhitung. Seorang anak dengan gangguan belajar memiliki
masalah pada kemampuan meta kognisi, yaitu sulit mengatur pemahaman ketika
menerima informasi. Atau, bisa saja la salah dalam memberikan respons Gangguan belajar
pada anak juga tidak selalu terkait dengan kekurangan, seperti autisme atau down
syndrome. Dalam kenyataannya, diskalkulia dan juga gangguan-gangguan belajar yang
lain, lebih terkait dengan masalah gen atau lingkungan (pola asuh).
Untuk diskalkulia terkait gen atau kelainan otak, hanya ada sedikit terapi yang
bisa diupayakan. Penanganan diskalkulia tipe ini lebih pada bagaimana membuat si anak
tidak merasa rendah diri dengan kekurangannya tersebut. Misalnya saja, dengan
mengupayakan anak untuk lebih menonjolkan kelebihannya di bidang lain. kekurangan
seseorang dalam satu hal biasanya diimbangi dengan kelebihan dalam bidang lainnya.
Guru atau orang tua harus mampu menemukan sisi lebih atau keunggulan
tersembunyi dari anak penderita diskalkulia karena gen ini. Hal ini penting untuk
mendongkrak rasa percaya diri si anak dan agar ia dapat merasa bangga dengan dirinya
sendiri. Dengan demikian, akibat-akibat buruk dari diskalkulia terhadap masa depan si
anak dapat diminimalisir sekecil mungkin.
Sementara, untuk menangani diskalkulia yang sifatnya karena lingkungan atau
lebih ke sisi psikologis, bisa dengan menggunakan terapi dan pendidikan remedial.
Program ini bertujuan untuk menyisihkan masalah yang dihadapi sehingga dapat
membantu mencapai potensi anak secara maksimal sehingga menanganinya harus
berdasarkan tingkat kesulitan atau defisit yang sesuai dengan usianya.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani diskalkulia, antara lain :
 Gunakan gambar, grafik, atau kata-kata untuk membantu pemahaman anak.
Misalnya, ibu membeli jeruk seharga lima ribu, gambarkan buah jeruk dan uang
kertas senilai lima ribu.
9
 Hubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari- hari. Misalnya, dengan
menghitung piring sehabis makan atau mengelompokkan benda sesuai dengan warna
dan lalu menjumlahkannya. Latihan-latihan sederhana ini ternyata dapat membantu
anak yang mengalami kesulitan dalam berhitung.
 Jadikan pelajaran matematika sebagai sesuatu yang menarik. Anda bisa
menggunakan media komputer atau kalkulator. Lakukan berbagai latihan secara
kontinu dan teratur.
 Menciptakan atau mengubah suasana pembelajaran menjadi lebi hidup dan dinamis
supaya memori bisa hidup kembali. Hal ini, misalkan dengan penggunaan warna-
warna yang melambangkan angka.
Kelainan diskalkulia juga bisa berkomplikasi dengan kelainan lain, misalnya
autis. Anak-anak dengan kesulitan belajar belum tentu bodoh, tapi bisa jadi dia mengalami
kelainan komunikasi, sosialisasi, dan kreativitas seperti yang terjadi pada anak autis Dalam
hal ini, penanganan dan pendampingan psikologis adalah yang terbaik bagi si anak
Diskalkulia juga terkadang dikaitkan dengan ketidak-se- imbangan orientasi otak
kanan dan kiri, yang imbasnya me nimbulkan kesulitan orientasi matematika. Aktivitas
fisik diduga ada hubungannya dengan anak yang kesulitan geometri atau bangun ruang.
Ada juga yang mengatakan bahwa diskallkulla terkait dengan kelainan pada motorik
sehingga terapi bisa dibers kan untuk memperbaiki saraf motoriknya.
Setelah sebab-sebabnya kita pahami, kita bisa mengatasinya masalah-masalah
yang membuat anak lemah dalam berhitung soal. Misalnya bila kesalahan karena tidak
menguasai baca tulis anak perlu ditingkatkan penguasaan bahasa tulis. Latihan yang baik
adalah latihan penguasaan menangkap inti cerita.
Bila anak salah berhitung karena kurang pengetahuan umum, anak perlu diberi
banyak bacaan, dan sebelum berhitung ditanya terlebih dahulu mana kata-kata yang dia
tidak mengerti artinya. Bila anak salah berhitung karena tidak paham atau tidak hafal
rumus-rumus, ia harus dilatih memahami rumus-rumus yang bersangkutan. Bila anak tidak
dapat berhitung karena tidak terampil dalam teknik-teknik berhitung, maka harus segera
dilatih keterampilan teknik-teknik berhitung tersebut.
Beberapa langkah nyata yang dapat dilakukan untuk menangani diskalkulia yaitu
dengan menggunakan gambar, grafik, atau kata-kata untuk membantu pemahaman anak.
Hubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Buat pelajaran matematika

10
menjadi sesuatu yang menarik. Anda bisa menggunakan media komputer atau kalkulator.
Lakukan latihan ini secara kontinu dan teratur.
Kunci dari penanganan anak dengan diskalkulullia- sebagaimana gangguan-
gangguan belajar yang lain-adalah ketekunan dan kreativitas. Oleh karena itu, sebagai guru
dan orang tua yang hebat dan bertanggung jawab, Anda semestinya tiak mudah berputus
asa atau gampang menyerah ketika menghadapi ada anak dengan gejala diskalkulia yang
membandel. Cobalah menerapkan trik-trik di atas dan Anda akan terkejut dengan hasilnya.
Semua yang diupayakan lewat kerja keras, ketekunan, dan hati yang ikhlas biasanya akan
berbuah manis kedepannya.

F. Mengatasi Diskalkulia dengan Menyadarkan Pentingnya Ilmu Matematika


Menguasai matematika mungkin hanya disukai oleh beberapa anak yang memang
memiliki bakat dan fundamental yang baik untuk menguasai matematika. Jika demikian,
bagaimana dengan anak yang tidak memiliki bakat dan fondasi yang baik di bidang ini?
Atau, lebih spesifiknya, bagaimana cara mengatasi anak dengan diskalkulia. Dalam situs
ayrind.blogspot.com disebutkan lima alasan perlunya belajar matematika sebagai berikut.
Matematika itu penting karena ilmu ini merupakan:
1. Sarana berpikir yang jelas dan logis,
2. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari,
3. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman,
4. Sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan
5. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Cockroft (1982) mengemukakan pendapat lain mengenai pentingnya pengajaran
matematika kepada siswa, yakni karena matematika:
1. Selalu digunakan dalam segala kehidupan,
2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai,
3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas,
4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara
5. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan
6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memcahkan masalah yang menantang.
Pendapat dari kedua tokoh tersebut memiliki kesamaan, yaitu bahwa belajar
matematika sangatlah penting, oleh karena itu, jika kesulitan anak dalam belajar
matematika dibiarkan saja, maka selamanya anak akan menghindari dengan segala

11
sesuatu yang berhubungan dengan hitung-hitungan. Padahal, matematika sangatlah
penting untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya gangguan kesulitan belajar Bahasa, membaca, dan menulis,
gangguan matematika juga harus diatasi sedini mungkin. Kalua tidak, anak akan
menghadapi banyak masalah ke depannya karena hamper semua bidang studi
memerlukan ilmu matematika yang sesuai. Ada banyak alasan mengapa kita harus
menguasai hitungan bilangan. Berikut ini beberapa di antaranya:
 Agar dapat menguasai matematika
 Agar mampu memahami alam semesta
 Agar bisa membangun Gedung
 Agar bisa bersikap adil
 Agar dapat mengevaluasi target
 Agar terbiasa berpikir logis
 Agar tidak mudah tertipu
Dengan menjelaskan aneka manfaat dari pelajaran matematika dan juga operasi
hitungan, anak dengan diskalkulia akan mulai menyadari pentingnya menguasai
matematika. Hal ini niscaya akan memunculkan semacam dorongan dari dalam dirinya
agar tidak gampang menyerah dengan kesulitan berhitung yang ia hadapi.

G. Praktik Penggunaan Ilmu Matematika untuk Mengatasi Diskalkulia


Satu pertanyaan besar yang selalu tergantung dalam benak kita terkait dengan
ilmu berhitung atau matematika adalah mengapa ada sebagian anak yang mampu
menguasai operasi perhitungan dengan mudah, sedangkan sebagian yang lain tidak?
Sebelumnya, kita harus sama-sama mengingat fakta bahwa setiap anak memiliki
kemampuan dan pemahaman yang berbeda dalam berhitung. Walau sangat mendasar dan
sederhana, faktanya banyak guru maupun orang tua yang belum memahami atau mungkin
lupa dengan fakta ini.
Bahwa tidak semua anak pandai berhitung, itu adalah kenyataan. Tapi, bahwa
setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pandai berhitung, itu juga
benar. Yang keliru adalah pola pendidikan dan pengasuhan yang menyebabkan anak
menjadi malas berhitung. Dalam kasus buku ini, ada penyebab- penyebab lain yang
membuat seorang anak mengalami kesulitan dalam berhitung atau yang disebut dengan
diskalkulia.

12
Salah satu cara mengatasi problem diskalkulia adalah menjadikan ilmu hitungan
atau pelajaran matematika menjadi pelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Dalam
sebuah seminar online yang diadakan oleh WRM-BUKAMATA, disebutkan salah satu
trik untuk membuat mata pelajaran matematika menjadi sesuatu yang praktis dan menarik.
Materi seminar itu dibawakan oleh Ir. Srihari Ediati dan dimuat dalam situs blog
marthatanti. multiply.com. Berikut ini kutipannya.
Misalkan saja, kita ambil contoh angka 1996, apa makna angka pada bilangan
tersebut? Bisakah kita menjelaskannya kepada anak? Jika bisa, bagaimana
menjelaskannya secara deskriptif sekaligus kreatif? Begini caranya, secara matematika,
1996 tersebut di atas belum memiliki makna apa pun selain kumpulan tiga angka yang
berbeda, yaitu 1, 9 dan 6 dan membentuk deretan angka.
Selain itu, kita juga tau bahwa 1996 terdiri dari empat digit Sampai di sini saja,
tidak ada makna lain. Deretan angka 1, 9, 9, dan 6 ini baru akan bermakna lain jika kita
memberikan tambahan kata atau lambang lainnya. Baik di depan mau pun di belakang
deretan angka tersebut.
Namun, dalam kaitannya dengan keterampilan berhitung meski suatu deret angka
tidak diberikan tambahan kata- kata di depan atau di belakangnya, masih tetap memiliki
makna. Coba kita kembali ke deret angka 1996 sebelumnya. Makna angka 1996 dalam
kaitan keterampilan berhitung dapat diartikan sebagai 1 ribuan, 9 ratusan, 9 puluhan, dan
1 satuan. Mengapa kita artikan demikian? Ya, karena kita tidak dapat menjumlahkan
dengan baik jika kita menghitung berapa jumlah dari tahun 1996 + 1996 kg, bukan? Inilah
sisi-sisi kreatif dari ilmu hitungan yang harus kita kenalkan pada anak.
Jadi, nilai tempat (satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya) memiliki makna
terpenting dalam upaya meningkatkan keterampilan berhitung! Semua orang harus
menguasai nilai tempat jika ingin terampil dalam berhitung. Di sinilah kita harus
menekankan pada anak-anak didik kita bahwa menguasai bilangan melalui peningkatan
keterampilan berhitung akan berdampak luas pada keterampilan penguasaan matematika
di kemudian hari.
Faktanya, berhitung bisa diubah menjadi suatu aktivitas yang kreatif,
sebagaimana menggambar dan menulis cerita. Berhitung bahkan bisa dibilang sama
kreatifnya dengan ketika kita berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menyusun
sebuah puisi atau lirik lagu. Jadi, pemahaman makna bilangan dan kreativitas adalah kunci
untuk mendidik anak-anak dengan kelainan belajar menghitung atau diskalkulia.

13
Tidak perlu terburu-buru mengikutkan anak-anak ke aneka les tambahan atau
memanggil guru matematika khusus. Yang jauh lebih penting adalah justru keterlibatan
orang tua dalam upaya meningkatkan keterampilan berhitung putra putrinya. Anak akan
jauh lebih senang belajar berhitung dalam suasana yang penuh kekeluargaan bersama
orangtuanya ketimbang harus pergi ke tempat kursus yang asing dan kaku.

H. Penanganan Anak Diskalkulia dengan Media Ajar-Belajar yang Kreatif


Sebagaimana telah dibahas di depan, diskalkulia adalah sejenis gangguan atau
kelemahan yang lebih tepat digolongkan sebagai ketidakmampuan dalam belajar
matematika. Gangguan ini tidak melulu bermakna bahwa seorang anak lemah atau
memiliki kemampuan intelektual yang lemah dalam bidang berhitung atau matematika.
Diskalkulia lebih disebabkan karena adanya gangguan atau kelainan dalam beberapa saraf
di otak yang bertugas memproses konsep-konsep yang sifatnya matematis dan nilai (dan
juga musik dan waktu).
Anak-anak dengan diskalkulia sebenarnya memiliki kapasitas intelektual yang
normal. Tetapi, mereka cenderung selalu ketinggalan dalam pelajaran matematika. Anak-
anak ini mungkin merasa dirinya bodoh dan mungkin akan beranggapan bahwa dirinya
kalah bila dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Karena melihat teman-teman
sebayanya mampu mendapatkan nilai bagus dalam berhitung, mereka kemudian menjadi
minder dan tidak percaya diri.
Akibat dari kurangnya rasa percaya diri ini adalah anak dengan diskalkulia
kemudian cenderung bersikap menarik diri. Mereka mungkin akan menghindari jam
pelajaran matematika, atau mungkin sekadar bersikap kurang menonjolkan diri selama di
kelas. Sekuat tenaga mereka berupaya menyembunyikan ketidakmampuan mereka dalam
belajar matematika. Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang tepat untuk anak dengan
diskalkulia adalah dengan menggunakan cara-cara kreatif dan interaktif yang mampu
membantu mereka untuk lebih memahami konsep matematika secara lebih menyenangkan
dan interaktif.
Untuk mengatasi anak dengan problem diskalkulia, pertama-tama guru dan orang
tua harus menyadari apa yang sebenarnya dialami oleh anak-anak ini. Sering kali, kita
terlalu mudah mendakwa tanpa mau tahu alasan yang mendasari atau melatarbelakangi
mengapa sesuatu itu terjadi. Dalam hal ini, orang tua-dan juga tak jarang guru-sering
bersikap tidak adil terhadap anak dengan diskalkulia (maupun anak-anak dengan gangguan
belajar lainnya).

14
Orang tua yang hebat akan memperlakukan anak-anak mereka dengan hebat,
apapun kekurangan atau kelebihan yang dimiliki oleh anak-anak itu. Misalnya saja, orang
tua akan membawa anaknya yang dideteksi diskalkulia kepada psikolog atau tenaga ahli
lain yang memang berkompeten dalam bidang pendidikan anak ini. Mereka akan
mengecek dulu sebelum menilai. Dengan bantuan para ahli ini, akan diketahui apa yang
sebenarnya dialami si anak. Dalam hal ini, dokter atau psikolog akan memeriksa apa
sebenarnya yang menyebabkan si anak mengalami diskalkulia, dan langkah-langkah
terbaik apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Tidak ada obat yang bisa diminum atau dikonsumsi secara rutin untuk
"menyembuhkan diskalkulia. Yang bisa kita lakukan hanyalah memberikan terapi dan
rangsangan positif yang dapat memicu anak dengan diskalkulia untuk lebih
mengembangkan kemampuan berhitungnya. Dengan perawatan, pengasuhan, terapi, dan
pola pendidikan yang tepat, seorang anak dengan diskalkulia bisa belajar matematika
sebaik anak-anak lain yang normal. Mereka juga bisa menerapkan operasi-operasi
hitungan yang akan sangat penting bagi kehidupan mereka kelak.
Latihan-latihan yang tepat untuk diberikan pada anak dengan diskalkulia
misalnya dengan menggunakan metode multi-sensoris atau metode-metode pengajaran
alternatif yang lain dalam diskalkulia bisa menguasai suatu operasi hitungan. Apalagi jika
perulangan itu dilakukan lewat metode-metode yang monoton dan membosankan, bisa-
bisa anak malah jenuh dan semakin membenci pelajaran matematika dan hitungan.
Kuncinya dalam hal ini adalah kreativitas dan inovasi.
1. Creative Problem Solving
Penggunaan/pemberian model alat/mainan baru yang dapat menunjang atau
memicu keterampilan anak dalam berhitung akan sangat membantu pemahaman
materi bagi anak-anak dengan diskalkulia ini. Gunakan media tulis yang berkaitan
dengan matematika, misalnya saja membelikan buku kotak-kotak (graph paper) dan
pensil warna sehingga ia bisa menggambarkan dalam buku kotak-kotak tersebut
bangun-ruang yang berwarna- warni. Hal ini akan membuat sebuah konsep hitungan,
misalnya panjang dan lebar, menjadi sesuatu yang lebih nyata dan tidak abstrak.
Dengan goresan dan garis-garis warna, anak akan lebih menyukainya dan lebih mudah
memahaminya.

15
Sebagaimana kita ketahui, anak dengan diskalkulia mengalami kesulitan
dalam memahami konsep matematis yang abstrak. Dalam hal ini, cara yang lain tepat
untuk membantu mereka adalah dengan mewujudkan konsep-konsep abstrak itu
menjadi nyata dengan mempergunakan media-media yang tepat. Gunakan media
pembelajaran yang sifatnya interaktif dan kreatif.
Dalam hal ini, baik guru maupun orang tua memang sama- sama dituntut
untuk lebih aktif dan kreatif dalam rangka men-dampingi anak dengan diskalkulia.
Penggunaan pensil warna misalnya, dapat membantu anak dengan diskalkulia untuk
tetap berfokus pada pengerjaan operasi matematika dan untuk membedakan antara
soal yang satu dengan soal yang lainnya.
2. Lebih Mengaktifkan Unsur Visual atau Indra Penglihatan
Anak-anak yang mengalami diskalkulia biasanya menghadapi kesulitan
dalam memahami penggunaan bahasa dalam soal- soal matematika. Jika kebanyakan
anak dengan gangguan ini menunjukkan kemampuan berbahasa dan kemampuan
bahasa yang normal atau bahkan di atas rata-rata, mereka mengalami kesulitan saat
berhadapan dengan "bahasa" matematika. Dalam hal ini, anak-anak dengan
diskalkulia biasanya mengalami kesulitan dalam memahami soal cerita.
Misalnya saja dalam kasus Jessica, ia kesulitan untuk mengerjakan soal cerita
tentang pedagang apel yang memiliki 25 pohon apel dengan masing-masing pohon
yang mampu menghasilkan 50 kg apel setiap tahunnya. Ketika ia ditanya tentang
berapa total panen si petani apel dalam satu tahun, Jessica mengalami kesulitan untuk
mengalikan 25 dengan 50.
Untuk mengatasi hal ini, gunakan media gambar yang berwarna-warni untuk
membantu Jessica membayangkan jumlah apel dan pohon apel. Penggunaan media
gambar atau pensil warna di sini adalah sebagai semacam pancingan visual dan
strategi manipulasi yang dirancang untuk membuat konsep tenang perkalian itu
menjadi lebih konkret atau nyata.
Cara yang paling mudah adalah dengan menggambar apel dan pohon apel
agar Jessica bisa memahami bahwa ia harus mengalikan 25 pohon dengan 50 kg apel.
Untuk kasus lain, guru atau orang tua bisa mempergunakan benda-benda keci seperu
koin, manik-manik, koin, atau benda-benda kecil lainnya untuk membantu anak
dengan diskalkulia dalam upaya memahami problem penambahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian dengan lebih mudah.

16
3. Waktu Ekstra
Sebenarnya, anak yang mengalami diskalkulia bisa mengerja- kan atau
memahami matematika sebagaimana anak lainnya. Perlu diingat bahwa anak dengan
diskalkulia harus berjuang lebih keras untuk mengingat-ingat konsep matematika
yang telah ia pelajari. Oleh karena itu, ia akan menemui kesulitan untuk berhitung
dengan angka dan mudah dibingungkan oleh simbol-simbol yang digunakan dalam
ilmu matematika. Sebagai konsekuensinya, anak mungkin membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menyelesaikan satu soal. Anda harus selalu mengingat hal ini saat
hendak memberinya tugas, pekerjaan rumah, ataupun saat ujian.
Anak dengan diskalkulia bukan berarti ia anak yang bodoh. Tapi, mereka
membutuhkan waktu tambahan dan instruksi/ panduan ekstra untuk bisa
menyelesaikan soal-soal hitungan matematis. Sayangnya, anak dengan diskalkulia
biasanya enggan atau malas bertanya ataupun meminta bimbingan tambahan pada
guru atau orangtuanya. Hal ini sering kali disebabkan oleh unsur psikologis, di mana
anak akhirnya seperti alergi terhadap matematika karena guru/orang tua telanjur
memandang negatif dirinya sebagai anak yang bodoh dalam matematika.
Jika hal ini dibiarkan, maka yang terjadi adalah sepertilingkaran setan di
mana anak kerus-menerus menghindari materkaran dan selamanya ia tidak akan bisa
melakukan operasi hitungan, yang membuatnya semakin membenci matematika. Hal
ini tentu saja harus dihindarkan karena sebagaimana telah kita bahas di depan bahwa
matematika maupun berhitung adalah kemampuan dasar yang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan. Dengan enggan menguasai matematika, maka si anak akan
mengalami kesulitan dalam kehidupannya kelak.
Untuk mengatasi hal ini, guru atau orang tua bisa mengguna kan pendekatan
yang lebih ramah. Misalnya saja, dengan meng- gunakan sistem belajar kelompok.
Ajak anak dengan diskalkulia untuk belajar matematika bersama teman sebayanya
yang lebih pandai dalam pelajaran matematika. Anak dengan usia sebaya atau
kelompok teman bermain bisa menjelaskan mengenai konsep matematika ini kepada
anak dengan diskalkulia dengan meng- gunakan cara-cara unik yang mungkin belum
pernah terpikirkan oleh guru dan orang tua.
Belajar dengan teman sebaya juga secara otomatis meng- hilangkan
prasangka negatif anak dengan diskalkulia terhadap guru atau orangtuanya, bahkan
terhadap pelajaran matematika itu sendiri. Dengan belajar kelompok seperti ini, anak

17
menjadi lebih enjoy dan tidak mudah frustrasi serta tidak gampang stres sebagaimana
ketika ia belajar dengan tutor, guru, atau pengajar yang lebih dewasa.
Jika pun teman-teman sebayanya tidak begitu mampu untuk menjelaskan
konsep-konsep matematis tersebut dengan jelas dan benar, paling tidak anak dengan
diskalkulia menjadi lebih percaya diri dan merasa bahwa dirinya juga dapat diterima
oleh orang lain. la menjadi merasa lebih normal, lebih baik, dan lebih percaya diri
untuk tetap belajar dan mengimbangi kekurangannya dalam bidang matematika ke
bidang lain.
Setelah tahap ini terlampau, guru atau orang tua bisa mencarikan tutor yang
lebih dewasa dan lebih memahami ilmu berhitung (dan mampu mengajarkannya
dengan kreatif dan interaktif). Perhatikan juga untuk memberikan waktu tambahan
bagi anak dengan diskalkulia dalam mengerjakan pekerjaan rumah atau ujian
matematika.
4. Permainan Interaktif
Gunakan aneka permainan interaktif yang berkaitan dengan hitungan atau
materi matematika dalam pelajaran di kelas. Pilihlah jenis permainan yang mengajak
siswa itu berperan aktif dan mampu menelaah konsep matematis. Ilmu matematika
yang ramah adalah kunci utama untuk mengajarkan dasar-dasar matematika kepada
anak-anak, termasuk pada anak-anak dengan diskalkulia. Penggunaan game atau
permainan dalam pelajaran matematika, selain menjadikan matematika sebagai ilmu
yang dinamis dan tidak monoton, juga akan sangat membantu anak- anak dengan
diskalkulia untuk mempelajari ilmu hitung.
Salah satu bentuk permainan matematika sederhana yang bisa digunakan
misalnya dengan menjodohkan, di mana siswa diminta untuk mencocokkan antara dua
titik yang serupa atau memiliki keterkaitan dengan menggunakan pensilnya.
Pendekatan permainan seperti ini akan lebih banyak melibatkan Indra anak sehingga
proses penyerapan informasi pun menjadi semakin menyeluruh dan komprehensif.
Bantulah anak untuk memvisualisasikan soal-soal matematika, yang mana
anak diskalkulia sangat kesulitan untuk melakukan hal ini, Guru atau orang bisa
melakukannya dengan cara-cara sederhana seperti menggambar sebuah gambar
sederhana atau tabel yang sederhana pula. Biarkan anak memandangi tabel-tabel
gambar atau grafik yang digambar dalam buku tulis kotak-kotak (buku strimin) dan
cobalah untuk menjelaskan grafik tersebut sebelum Anda beranjak pada tahap
langkah-langkah penyelesaian soal.

18
Jika perlu, berikan kesempatan untuk menyuarakan kesulitan macam apa
yang ia hadapi, dan cobalah mendengarkannya, siapa tahu Anda bisa membantunya.
Berikan kepadanya contoh-contoh soal yang serupa dengan langkah-langkah
pengerjaan dan solusi jawabannya. Dengan begitu, ia bisa meniru contoh dan langkah-
langkah yang harus ia lakukan dalam mengerjakan soal tersebut.
Akan lebih bagus lagi jika guru atau orang tua atau pembimbing mampu
mengaitkan soal tersebut dengan kehidupan sehari-hari, misalnya saja dalam aktivitas
pembelian atau penghitungan laba-rugi. Misalnya saja, suruh anak menghitung berapa
total belanjaan ibu di pasar tadi pagi atau berapa sisa kembalian uang ayah setelah
digunakan untuk membeli makanan. Hal-hal seperti ini akan memudahkan anak
dengan diskalkulia untuk membayangkan operasi hitungan matematis sebagai sesuatu
yang wujud atau nyata.
Agar konsentrasi dan fokus anak tetap terjaga, gunakan kembali gambar tabel
atau daftar grafik yang tadi telah dibuat. Tabel dan grafik ini akan membantu anak
dengan diskalkulia agar tidak kebingungan dalam mengerjakan soal atau pertanyaan
yang tengah ia kerjakan, dan supaya konsentrasinya tidak beralih ke soal atau
pertanyaan yang lain. Terlalu banyak pertanyaan akan mengganggu fokusnya dan hal
ini bisa diatasi dengan penggunaan gambar.

5. Pemberian Tugas Khusus


Karena siswa dengan gangguan belajar diskalkulia belajar matematika
dengan cara yang berbeda dibandingkan anak- anak normal sebayanya, maka perlu
diadakan pembedaan soal- soal latihan atau soal-soal ujian yang diberikan. Hal ini
penting agar mereka juga bisa seberhasil anak-anak yang lain. Caranya mungkin
dengan mengurangi jumlah soal yang diajukan, khusus untuk anak-anak dengan
gangguan diskalkulia ini. Atau, bisa juga dengan sedikit mengubah atau memodifikasi
soal matematika yang diajukan kepada anak-anak dengan diskalkulia ini menjadi
pertanyaan yang lebih sesuai.
Pengubahan pola pertanyaan ini mungkin tidak bisa dilakukan oleh semua
guru, terutama guru di SD negeri. Inilah sebabnya sangat penting untuk memberikan
pengertian dan pemahaman kepada para guru yang ada beberapa dari anak didiknya
terdeteksi mengalami diskalkulia. Dalam kursus atau latihan khusus untuk anak
diskalkulia, para tutor dan pembimbing biasanya sudah memahami hal ini sehingga
orang tua mempercayakan pendidikan anaknya selama di kelas.

19
6. Menggunakan Kalkulator atau Alat Bantu Pendidikan yang Lain
Seorang siswa dengan diskalkulia mungkin diperkenankan untuk
mempergunakan alat bantu hitung untuk mengerjakan tugas di kelas. Jenis alat bantu
hitung yang boleh digunakan tergantung pada tingkat keparahan gangguan diskalkulia
yang diderita si anak. Untuk diskalkulia yang tidak terlalu parah, bisa diberikan
sempoa atau kalkulator. Untuk diskalkulia dalam tingkat yang berat, anak mungkin
diperbolehkan menggunakan kalkulator atau tabel perkalian sekaligus.
Guru juga bisa menempelkan tabel perkalian ini di meja siswa sehingga siswa
akan mudah mengingat dan mempelajari simbol-simbol dan operasi-operasi
matematika yang sering digunakan. Metode ini bukan berarti guru pilih kasih kepada
beberapa siswa, tapi justru untuk menerapkan keadilan kepada seluruh penghuni
kelas. Guru mungkin harus sedikit mengubah tujuan pembelajarannya karena
mungkin siswa tidak lagi disuruh menghafalkan tabel perkalian, tapi lebih untuk
memahami operasi tabel perkalian.
7. Dengan Interaksi yang Aktif di Kelas
Ingatlah selalu bahwa seorang anak yang mengalami gangguan belajar
matematika dan tidak bisa menjawab soal matematika dengan lancar itu lebih
disebabkan karena kurangnya fokus dan perhatian mereka. Jika anak membutuhkan
waktu yang agak lama untuk menjawab sebuah soal, maka sebagai guru atau orang
tua kita harus memakluminya. Yang terpenting adalah menggunakan semua cara dan
trik yang memungkinkan agar anak dengan diskalkulia mampu menjadi sehebat anak-
anak sebayanya yang normal.
Dalam hal ini, baik orang tua maupun guru harus pandai-pandai memilih
media pembelajaran yang sifatnya kreatif, interaktif, dan konkret. Ajaklah anak
dengan diskalkulia untuk mengerjakan soal-soal yang mirip dengan soal-soal yang
sudah ada jawabannya. Akan lebih bagus lagi jika Anda mampu memperkenalkan
mereka dengan penggunaan ilmu matematika secara nyata dalam kehidupan sehari-
hari.
Ajak siswa dengan diskalkulia untuk lebih aktif di dalam kelas. Libatkan ia
sebanyak mungkin agar ia merasa dirinya tidak ditinggalkan, diacuhkan, atau
dibedakan dengan anak-anak yang lain. Sebagai guru, jangan pernah Anda mengatasi
anak didik Anda dengan perkataan-perkataan kasar seperti dungu atau konyol ketika
mereka mengajukan jawaban yang keliru atau tidak masuk akal. Alih-alih

20
menyalahkan jawaban siswa yang keliru, bimbinglah ia untuk menemukan jawaban
yang tepat. Bersabar dan tekun adalah kunci keberhasilan guru dalam membimbing
anak-anak dengan diskalkulia.
Jika guru melihat anak dengan diskalkulia itu merasa malu atau kecewa
dengan jawabannya yang salah, segera alihkan perhatian kelas ke topik lain atau ke
murid yang lainnya. Hal ini akan mencegah si anak dengan diskalkulia menjadi bahan
olok- olok oleh teman-teman sekelas, yang akan berdampak negatif pada
perkembangan kepribadian dan rasa percaya dirinya. Setelah perhatian teralihkan, dan
si anak menjadi agak tenang, barulah guru kembali mendekatinya secara lebih pribadi
untuk meningkatkan pemahaman di antara guru dan siswa dengan diskalkulia.
Guru SD negeri biasa mungkin tidak memiliki pemahaman yang
dipersyaratkan bagi seorang pembimbing anak dengan diskalkulia. Namun, dengan
memiliki pemahaman yang sifatnya mendasar tentang pola pengajaran anak dengan
diskalkulia dan juga pemahaman mengenai apa dan bagaimana anak dengan
diskalkulia itu, guru biasa pun bisa menjadi seorang tutor yang hebat. Akan jauh lebih
bagus jika guru bisa bertemu secara empat mata dengan si anak sehingga ia mampu
memperoleh pemahaman tambahan untuk menangani anak dengan diskalkulia.
Dengan cara ini, guru juga akan mampu menyusun pola-pola pengajaran yang sesuai
dengan karakter dan kondisi anak-anak didiknya di kelas.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diskalkulia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar pada anak berupa ketidak
mampuan Berhitung. Ketidakmampuan ini mengacu pada suatu problem khusus dalam
menghitung atau melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
Ciri-ciri khusus diskalkulia, di antaranya: (1)Kegagalan dalam keterampilan
keterampilan; (2) Prevalensi kejadiannya ± 5% anak usia sekolah; (3) Lebih banyak
dialami oleh anak perempuan ketimbang anak laki-laki. (4) Biasanya disertai gangguan
belajar yang lain; dan (5) Kebanyakan terdeteksi Ketika berada di kelas 2 dan 3 SD(6-8
tahun).
Beberapa kekeliruan umum tersebut menurut Lerner(1981) yaitu: (1) Keliru
membaca simbol; (2) proses yang keliru; (3) Perhitungan; (4) Tulisan yang tidak dapat
dibaca.

B. Saran
1. Penekanan pada Pendekatan Individualis:
Jelaskan pentingnya memahami bahwa setiap individu dengan diskalkulia
memiliki kebutuhan unik. Mendorong pendekatan individualis dalam pembelajaran
dan dukungan dapat membantu memaksimalkan potensi setiap siswa.
2. Contoh Kasus dan Solusi Nyata:
Sisipkan contoh kasus nyata dari orang-orang yang berhasil mengatasi
diskalkulia. Cerita sukses ini dapat memberikan inspirasi dan harapan kepada mereka
yang sedang menghadapi kesulitan serupa.
3. Keterlibatan Peserta:
Selipkan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong keterlibatan peserta.
Diskusikan pengalaman mereka dengan matematika dan apakah mereka pernah
merasa mengalami kesulitan serupa. Hal ini dapat menciptakan suasana yang inklusif
dan membangun empati.

22
4. Demonstrasi Alat Bantu dan Teknologi:
Jika memungkinkan, lakukan demonstrasi langsung atau tampilkan gambar
dan video tentang alat bantu visual, manipulatif matematika, atau aplikasi teknologi
yang dapat membantu siswa dengan diskalkulia.
5. Kolaborasi Guru dan Orang Tua:
Soroti peran penting guru dan orang tua dalam mendukung anak-anak dengan
diskalkulia. Dorong kolaborasi antara kedua belah pihak untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang mendukung di sekolah dan rumah.
6. Sumber Daya Tambahan:
Sertakan daftar sumber daya tambahan, seperti buku, situs web, dan
organisasi yang dapat memberikan dukungan dan informasi lebih lanjut tentang
diskalkulia.
7. Rencana Pembelajaran Diferensiasi:
Bahas cara menerapkan rencana pembelajaran diferensiasi di kelas untuk
memenuhi kebutuhan siswa dengan diskalkulia. Tekankan pentingnya menyediakan
variasi pendekatan dan alat pembelajaran.
8. Pentingnya Pembelajaran Seumur Hidup:
Ingatkan bahwa pembelajaran matematika adalah perjalanan seumur hidup.
Meskipun seseorang mungkin menghadapi kesulitan pada awalnya, dengan tekad dan
dukungan yang tepat, mereka dapat terus berkembang dan mengatasi tantangan
matematika.
9. Pertimbangkan Aspek Emosional:
Berbicaralah tentang aspek emosional dari diskalkulia, seperti frustrasi dan
kecemasan. Berikan strategi untuk mengatasi perasaan negatif ini dan dorong
pembicaraan terbuka di antara siswa, guru, dan orang tua.

Dengan menyertakan elemen-elemen ini, presentasi atau materi tentang


diskalkulia dapat menjadi lebih interaktif, relevan, dan memberikan dampak positif pada
pemahaman dan dukungan terhadap individu dengan kesulitan matematika.

23
DAFTAR PUSTAKA

Avati, Nut. 2010. Aku Ingin Tahu Sains 4: Panca Indra, Jakarta PT. Elex Media
Komputindo.
Baumer, Bernice H. 1996. How to Teach Your Dyslexic Child to Read New York:
Kensington Publishing Corp.
Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Prikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Fadli, Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak Yogyakarta: Pastika Anggrek.
Harwell, Joan M & Jackson, Rebecca Williams. 2008. The Comple Learning
Disabilities Handbook: Ready-to-Use Strategies & Activites for Teaching
Students With Learning Disabilites. S Francisco: Jossey-Bass.
Harwell, Joan M. 1995. Ready-to-Use Information & Materials for Assessing Specific
Learning Disabilities, Compless Learning Disabilities Resource Library
Volume 1. West Nyack, New Yorkc The Center For Applied Research in
Education.
Muhammad, Jamila K.A. 2008. Special Education For Special Children. Jakarta:
Hikmah.
Pollock, Joy & Elisabeth Waller. 1994. Day--Diey Dyalecia in the Classroom. London
& New York: Routledge.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1, 2, des 3. Yogyakarta: Kanisius.
Socmantri, Sutjihati. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek
Pendidikan Tenaga Guru.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suryanah. 1996. Keperawatan Anak Untuk Sinwa SPK. Jakartz: Kedokteran EGC.
Tim Pustaka Familia. 2006. Membuat Priorita, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta:
Kanisius.

24

Anda mungkin juga menyukai