Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT FATHIR AYAT 28

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi)

Dosen pengampu:

Agus Zamzam Nur, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 2

Eva Silvia Andriani 20211021013


Muhammad Rojail Jannah 20211021010
Nurul Agustin 20211021003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


(PGMI)

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. Berkat rahmat dan karunianya,
kami bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan
kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.
Dalam penyusunan makalah ini yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat Fathir
Ayat 28”, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas.
Kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Saran dan kritik tersebut
sebagai motivasi bagi kami untuk menyempurnakan makalah ini, sehingga makalah berikutnya
akan menjadi lebih baik lagi. Meskipun makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, kami
berharap makalah ini akan bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Terimakasih kepada seluruh pihak, terutama kepada Bapak Agus Zamzam Nur, M.Pd
sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir Tarbawi yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Kuningan, 17 Mei 2022


      

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Tafsir Surat Fatir ayat 28 3

2.2 Karakteristik Orang Berilmu dalam surat Al-Fathir ayat 28 5


2. 3 Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari 6
2.4 Nilai-nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Surat Fatir ayat 28 6
BAB III PENUTUP 8

3.1 Kesimpulan 8

DAFTAR PUSTAKA 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengetahuan merupakan anugerah yang sangat agung dan rahasia Illahi yang paling
besar dari sekian banyak rahasia Allah di alam ini. Allah menciptakan dan membentuk manusia
dengan perangkat akal dan pikiran yang responsif terhadap berbagai fenomena kehidupan di
muka bumi, beserta berbagai macam tanda kebesaran-Nya di jagad raya. Dengan ilmu
pengetahuan, manusia dikukuhkan menjadi pembawa risalah kekhalifahan di muka bumi, yang
memiliki kewajiban untuk memakmurkan dan mengembangkannya. Dengan dinamika kehidupan
dan berbagai pernak-perniknya, berdasarkan petunjuk Rabb-Nya, selaras dengan manhaj dan
arahan-Nya, sehingga proses pencarian maupun pengamalan Ilmu Pengetahuan dapat
dikategorikan sebagai ibadah.
Berbicara tentang Ilmu Pengetahuan dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ada persepsi
bahwa Al-Qur’an itu adalah kitab Ilmu Pengetahuan. Persepsi ini muncul atas dasar isyarat-
isyarat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan. Dari isyarat tersebut sebagian para
ahli berupaya membuktikannya dan ternyata mendapatkan hasil yang sesuai dengan isyaratnya,
sehingga semakin memperkuat persepsi tersebut. Salah satu pokok ajaran yang terkandung dalam
al-Qur’an adalah tentang kedudukan ilmu pengetahuan dan al-qur’an.
Isi kandungan al-qur’an menyngkut semua segi kehidupan manusia baik di bidang ibadah
yang menyangkut hablumminallah dan hablumminannas. Disamping itu, al-Qur’an juga
dijadikan sebagai sumber kehidupan manusia baik di bidang ilmu pengetahuan, bidang soisial,
ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, penting kiranya kita sebagai ummat Islam untryuk mengkaji secara
mendalam maksud dan isi kandungan al-Qur’an untuk diaplikasikan dalam kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Asbabun Nuzul Surat Fatir ayat 28?
2. Bagaimana Tafsir Surat Fatir ayat 28?
3. Apa saja nilai-nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Surat Fatir ayat 28?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul Surat Fatir ayat 28
2. Untuk mengetahui Tafsir Surat Fatir ayat 28
3. Untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Surat Fatir ayat 28

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tafsir surat Fathir ayat 28

ّ ِ ‫غَ ُف ٌور َع ِز ٌيز اهَّلل َ َّن ۗالْ ُعلَ َما ُء ِه ِع َبا ِد ِم ْن اهَّلل َ ِم ْن خَي ْىَش ن َّ َما ۗ َك َ ٰذكِل َ َألْ َوان ُ ُه ُمخْ َت ِل ٌف َواَأْلنْ َعا ِم َوادلَّ َو‬
(۲۸) ‫اب النَّ ِاس َو ِم َن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
Artinya : “ (Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-
binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya)sebagaimana beranekaragamnya buah-
buahan dan gunung-gunung.(Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-
Nya, hanyalah ulama) berbeda halnya dengan orang-orang yang jahil seperti orang-orang kafir
Mekkah. (Sesungguhnya Allah Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Pengampun)
terhadap dosa hamba-hamba-Nya yang mukmin.[2]
Dalam Al-Qur’an surat Fathir ayat 28 Allah menjelaskan tentang hal-hal yang menunjukkan
kesempurnaan dan kekuasaannya. Allah SWT, menciptakan binatang-binatang melata dan
binatang ternak, yang bermacam-macam warnanya, sekalipun dari jenis-jenis yang satu. Penting
untuk dikaji agar kita sebagai hamba Allah yang telah diberi akal oleh-Nya, bisa
mempergunakan akal yang kita miliki dengan baik, dan sebagai manusia yang berilmu agar dapat
mengamalkan ilmunya dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri bahkan orang lain.

1. Tafsir Al-Misbah
Firman-Nya (‫ )لك كذ‬kadalika dipahami oleh banyak ulama dalam arti seperti keragaman itu
juga terjadi pada makhluk-makhluk hidup itu. Ada juga ulama yang memahaminya dalam arti
“seperti itulah perbedaan-perbedaan yang nampak dalam kenyataan yang dialami makhluk”. Ini
kemudian mengantar kepada pertanyaan berikutnya yang maknanya adalah yang takut kepada
Allah dari manusia yang berbeda-beda warnanya itu hanyalah para ulama/cendekiawan.
Ayat ini menggaris bawahi juga kesatuan sumber materi namun menghasilakn aneka
perbadaan. Sperma yang menjadi bahan penciptaan dan cikal bakal kejadian manusia dan
binatang, pada hakikatnya nampak tidak berbeda dalam kenyataannya satu dengan yang lain.
Bahkan sekiranya kita menggunakan alat pembesar sekalipun, sperma-sperma tersebut tampak
tidak berbeda. Di sinilah letak salah satu rahasia dan misteri gen dan plasma. Ayat ini pun
mengisyaratkab bahwa faktor genetislah yang menjadikan tumbuh-tumbuhan, hewan dan

3
manusia tetap memiliki ciri khasnya dan tidak berubah hanya disebabkan oleh habitat dan
makanannya.
Kata (‫ )علماء‬ulama adalah bentuk jamak dari kata (‫ )عالم‬alim yang terambil dari akar kata yang
berarti mengetahui secara jelas, karena itu semua kata yang terbentuk oleh huruf-huruf ain, lam
dan mim selalu menujuk kepada kejelasan, seperti (‫ )علم‬alam/bendera, (‫ )عالم‬alam/alam raya atau
makhluk yang memiliki rasa atau kecerdasan
Thahir Ibn Asyur menulis bahwa yang dimaksud dengan ulama adalah orang-orang yang
mengetahui tentang Allah dan syariat. Sebesar kadar pengetahuan tentang hal itu sebesar itu juga
kadar kekuatan khasyat/takut. Adapun ilmuawan dalam bidang yang tidak berkaitan dengan
penegtahuan tentang Allah, serta pengetahuan tentang ganjaran dan balasan-NYA yakni
pengetahuan yang sebenarnya maka pengetahuan mereka itu tidaklah mendekatkan mereka
kepada rasa takut dan kagum kepada Allah.[ 3]

2. Tafsir Al-Azhar
Dalam ayat ini (Al-Fathir ayat 28) ,disebut tiga kelompok besar makhluk bernyawa pengisi
bumi.

1. Pertama ialah manusia dengan berbagai warna dan bangsa dan bahasa. Kita akan melihat
berbagai ragam bangsa, berbagai ragam suku, berbagai apa yang dinanami ras.

2. Yang kedua di minta perhatian kita kepada binatang-binatang yang melata di mka bumi ini.
Baik yang berjalan dengan kaki empat, atau yang berkaki enam, atau yang mempunyai berpuluh
kaki sebagai lipan, ulat sampah yang merah dan lain-lain. Demikian juga bangsa serangga,
kumbang-kumbang, lipas, kacoak, jengkrik dan beratus macamnya pula sampai kepada cacing,
termasuk juga binatang di rimba masih liar dan buas.

3. ketiga disebutlah tentang binatang-binatang ternak sejak dari untanya, kerabu, sapi, kambing
dan domba. Ada pula yang ditemakkan buat dikendarai sebagai kuda dan keledai.

Dengan demikian setelah menyuruh kita melihat dan memperhatikan itu semunya, yang dapat
menimnulkan berbagai ilmu penegtahuan dan pengalaman, Firman Allah QS. Fathir ayat 28
“sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang
berilmu.[4]

4
3. Tafsir Ibnu Katsir

Dalam ayat ini Allah mengingatkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya dalam menciptakan
segala perkara dengan berbeda-beda dan variatif dari bahan yang satu, yaitu air yang diturunkan
dari langit. Air hujan dapat mengeluarkan aneka warna seperti kuning, merah, hijau, putih dan
sebagainya serta berbeda-beda warna, rasa dan baunya. Hal ini sebgaimana Firman Allah “ Dan
di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman,
dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang disirami dengan air yang sama.
Kami melebihkan sebagian tanaman itu atas sebagian yang lain dalam hal rasanya sesungguhnya
pada yag demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan bagi kaum yang berpikir,”(ar-Ra’d : 4).

Firman Allah Ta’ala “ sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya
hanyalah ulama. “Sesungguhnya orang yang benar-benar takut kepada-Nya ialah para ulama
yang memahami tentang Allah. Hasan Bashari berkata “ orang alim ialah yang takut kepada
Tuhan yang maha Pemurah dengan Kegaiban-Nya, yang mencintai apa yang di cintai-Nya , dan
yang zuhud terhadap perkara yang dimurkai Allah.[5]

2.2 Karakteristik Orang Berilmu dalam surat Al-Fathir ayat 28


Ilmu adalah suatu sifat yang dengan sifat tersebut sesuatu yang dituntut bisa terungkap
dengan sempurna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan sarana untuk
menungkap, mengatasi, menyelesaikan dan menjawab persoalan yang sedang dihadapi dalam
hidup dan kehidupan manusia.[6]
Dalam surat Al-Fathir ayat 28, yang dimaksud dengan “ulama” adalah “yang
berpengetahuan agama”. Siapapun yang memiliki pengetahuan, dan dalam disiplin apapun
penegtahuan itu, maka ia dapat dinamai alim.[7]
Ibnu Abbas mengatakan ;” Alim sejati di antara Arrahman ialah yang tidak
mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan yang halal tetap halal dan yang haram tetap
haram, serta memelihara perintahNya dan yakin bahwa dia akan bertemu dengan Dia, lalu selalu
menilik dan menghitung amalnya sendiri.[8]
Sedangkan menurut Hasan Al-Basri berkata. “Orang yang berilmu ialah orang yang takut
kepada Allah yang Maha pengasih, sekalipun dia tidak menegtahui-Nya. Dan menyukai apa yang
disukai oleh Allah dan menghindari apa yang dimurkai Allah.[9]

5
2. 3 Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam buku Secercah Cahaya Ilahi penulis mengemukakan bahwa ada dua catatan kecil
namun amat penting dari ayat ini.
Pertama adalah penekananya pada keanekaragaman serta perbedaan-perbedaan yang
terhampar dibumi. Penekanan ini, diingatkan Allah swt. Sehubung dengan keanekaragaman
tanggapaan manusia terhadap para nabi dan kitab-kitab suci yang diturunkan Allah. Ini
mengandung arti bahwa keanekaragaman dalam kehidupan merupakan keniscayaan yang
dikehendaki Allah. Termasuk dalam hal ini perbedaan dan keanekaragaman pendapat dalam
bidang ilmiah, bahkan keanekaragaman tanggapan manusia menyangkut kebenaran kitab-kitab
suci, penafsiran kandungannya serta bentuk-bentuk pengamalannya.
Kedua, mereka yang memiliki pengetahuan tentang fenomena alam dan sosial, dinamai oleh
al-qur’an ulama. Hanya saja seperti pernyataannya diatas, pengetahuan tersebut menghasilkan
khasyat. Khasyat menurut pakar bahasa al-qur’an , ar-Raghib al-Ashfahani adalah rasa takut
yang disertai penghormatan, yang terlahir akibat pengetahuan tentang objek. Pernyataan al-
Qur’an bahwa yang memiliki sifat tersebut hanya ulama, mengandung art bahwa yang tidak
memilikinya bukanlah ulama.
Ayat ini berbicara tentang fenomena alam dan sosial. Ini berarti para ilmuan sosial dan alam,
dituntut agar mewarnai ilmu mereka dengan nilai spiritual dan agar dalam penerapannya selalu
mengindahkan nilai-nilai tersebut. Bahkan tidak meleset jika dikatakan bahwa ayat ini berbicara
tentang kesatuan apa yang dinamai “ilmu agama” dan “ilmu umum”. Karena puncak ilmu agama
adalah penegtahuan tentang Allah, sedang seperti terbaca diatas, ilmuawan sosial dan alam
memiliki rasa takut dan kagum kepada Allah yang lahir dari pengetahuan mereka tentang
fenomena alam dan sosial dan pengetahuan mereka tentang Allah.[10]

2.4 Nilai-Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Surat Fatir ayat 28

1. Memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah SWT.

2. Selalu beramal sesuai dengan ilmunya.

3. Menyebarkan ilmu yang dimilikinya dan tidak menyembunyikannya.

4. Selalu berfikir dan mentadaburi tanda-tanda kekuasaan Allah azza wa jalla, meyakini bahwa
seluruh yang Allah ciptakan tidak ada kebatilan sedikitpun di dalamnya.

6
5. Tidak menjadikan ilmunya (ilmu agama) untuk mengeruk keuntungan dunia dengan cara yang
diharamkan oleh agama.

6. Selalu mengikuti yang terbaik dari apa yang didapatkan dan selalu mencari yang paling
mendekati kebenaran.

7. Tidak akan menyampaian ilmunya kecuali benar-benar telah diketahui kebenaran ilmu
tersebut dan tidak berbicara kecuali kebenaran semata.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu yang benar menurut syari’at Islam adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunah serta tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini. Dalam Al-Qur’an maupun
As-Sunah kita sebagai umat Islam diperintahkan untuk menuntut ilmu dan dihukumi wajib. Ilmu
adalah suatu sifat yang dengan sifat tersebut sesuatu yang dituntut bisa terungkap dengan
sempurna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan sarana untuk menungkap,
mengatasi, menyelesaikan dan menjawab persoalan yang sedang dihadapi dalam hidup dan
kehidupan manusia.
Dalam surat Al-Fathir ayat 28, yang dimaksud dengan “ulama” adalah “yang
berpengetahuan agama”. Siapapun yang memiliki pengetahuan, dan dalam disiplin apapun
penegtahuan itu, maka ia dapat dinamai alim.
Beberapa ciri-ciri orang berilmu adalah memiliki rasatakut dan khasyyah yang tinggi kepada
Allah SWT, selalu beramal sesuai ilmunya, menyebarkan ilmuyang dimilikinya dan tidak
menyembunyikannya, tidak menjadikan ilmunya (ilmu agama) untukmengeruk keuntungan
dunia dengan cara yang diharamkan oleh agama, selalu mengikuti yang terbaikdari apa yang
didapatkan dan selalu mencari yang paling mendekati kebenaran.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hamka. 1988. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXII (Jakarta : PT. Pustaka Panjimas)

Juwariah. 2010. HADIS TARBAWI (YOGYAKARTA : Teras)

Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi cet.I (Yogyakarta: Teras)

Mustafa Al Maragi, Ahmad. 1992. Tafsir Al-Maragi Juz XXII (Semarang : CV Toha Putra
Semarang)

Nasib Ar-Rifa’i, Muhammad. 1999. Kemudahan dari Allah : Ringaksan Tafsir IBNU KATSIR
JILID 3 (Jakarta : Gema Insani Press)

Quraish Shihab, Muhammad. 2002. Tafsir Al-Misbah (Jakarta : Lentera Hati)

http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2016/09/tt1-2b-sifat-orang-alim-qs-fathir-ayat.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai