Anda di halaman 1dari 16

TAFSIR AYAT-AYAT ILMU PENGETAHUAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir

Oleh :

Kelompok 10

1. Sutiah (2120202149)
2. Irene Septia Fada (2120202154)

Kelas : PAI 2102 E

Dosen Pengampuh : Dr. Ahmad Sulaiman, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH


PALEMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula shalawat beriringkan salam kita
curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, yang
InsyaAllah kita mendapatkan syafaat-Nya di hari akhir kelak, aamiin ya
rabbal’alamin.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas dari bapak Ahmad Sulaiman
M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada beliau karena telah
memberikan kami pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi kalimat atau tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat
terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk membangun makalah ini agar
lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, 13 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Tafsir .......................................................................................... 3

B. Pengertian Ilmu Pengetahuan....................................................................... 4

C. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Ilmu Pengetahuan ........................................ 5

D. Tafsir Ayat-Ayat Ilmu Pengetahuan ............................................................ 7

BAB II PENUTUP ................................................................................................ 11

A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

B. Saran .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan manusia dan memberinya akal
tidak lain adalah agar manusia mau berfikir terhadap berbagai kejadian atau
fenomena yang terjadi di muka bumi ini sehingga manusia mengenal berbagai
macam tanda-tanda kebesaran-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan
fitrah yang bersih dan mulia itu lalu melengkapinya dengan bakat dan sarana
pemahaman yang baik yang memungkinkan manusia mengetahui kenyataan-
kenyataan besar di alam jagat raya ini. Fitrah manusia mukmin mengarah ke alam
raya untuk mengungkap rahasia dan tujuan penciptaannya serta berakhir dengan
memahami posisi dirinya di alam raya ini dan menentukan bagaimana ia harus
berbuat dan bersikap di dalamnya. Ilmu yang diperoleh manusia semestinya dapat
membuahkan penanaman aqidah dan pendalaman keimanan yang tulus kepada
Allah.
Jika terjadi aliran yang deras dalam kemajuan ilmu dan teknologi melalui
penelitian terhadap gejala-gejala alam dan kehidupan, sebenarnya sangat
mengherankan jika orang-orang yang lalai itu hanya berhenti pada batas studi
yang bersifat mekanis dan tidak menyeberang untuk menemukan rahasia-rahasia
hukum Tuhan serta memahami hikmah di balik ciptaan-Nya. Orang yang melihat
laut hanya dari rasanya yang asin, atau bumi dari tanahnya, ataupun langit dari
warnanya yang biru, ia tidak ubahnya seperti hewan, bahkan lebih rendah dan
lebih sesat.
Sebagai makhluk yang diberi akal dan pikiran, manusia dituntut untuk
berpikir serta menggali ilmu karena Islam sendiri telah mewajibkan untuk
menuntut ilmu pengetahuan. Berbicara tentang Ilmu Pengetahuan dalam
hubungannya dengan Al-Qur’an, ada persepsi bahwa Al-Qur’an itu adalah kitab
Ilmu Pengetahuan. Sekarang ini, di saat semua teknologi sudah canggih, dunia
membuktikan dengan banyaknya temuan-temuan terkini yang ternyata semuanya
sudah terdapat dalam Al-Qur’an yang diturunkan sekitar 14 abad yang lalu.

1
Penafsiran Al-Quran sendiri seolah tidak pernah selesai, karena setiap saat bisa
muncul pembuktian yang baru, sehingga Al-Quran terasa selalu segar karena
dapat mengikuti perkembangan zaman. Pada kesempatan ini penulis hendak
sedikit mengulas tentang ayat-ayat Al-Quran tentang ilmu pengetahuan beserta
tafsir dan analisisnya. Semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini sedikit
membantu pembaca dalam memperoleh khazanah-khazanah keislaman yang baru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tafsir ?
2. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan ?
3. Apa saja ayat yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan ?
4. Bagaimana Tafsir ayat-ayat tentang Ilmu Pengetahuan ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui definisi Tafsir
2. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan
3. Untuk Mengetahui apa saja ayat yang berhubungan dengan Ilmu
Pengetahuan
4. Untuk Mengetahui Tafsir ayat-ayat tentang Ilmu Pengetahuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir

Tafsir secara etimologi berarti menjelaksan dan mengungkapkan.


Sedangkan menurut istilah adalah ilmu yang membahas tentang cara
mengucapkan lafadz-lafadz Al-Qur’an, makna-makna yang ditunjukkannya dan
hukum-hukumnya, baik ketika berdiri sendiri atau tersusun, serta makna-makna
yang dimungkinkan ketika dalam keadaan tersusun.1

Tafsir bisa berarti menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai


seginya, baik konteks historisnya maupun sebab nuzulnya, dengan menggunakan
ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang dikehendaki
secara terang dan jelas. Sementara itu, Imam Az-Zarkoni menegaskan bahwa yang
dimaksud dengan tafsir adalah ilmu yang membahas tentang kandungan Al-
Qur’an baik dari segi pemahaman makna atau arti sesuai yang dikehendaki Allah
menurut kadar kesanggupan manusia.2

Umumnya, ulama yang konsentrasi di bidang ilmu al-Quran dan ilmu


tafsir memiliki rumusan definisi tafsir masing-masing yang diformulasikan secara
beragam seperti yang sudah diungkap di atas. Namun, dapat disimpulkan bahwa
tafsir memiliki tiga ciri utama yaitu:

1. Objek pembahasan tafsir adalah al-Quran al-karim yang merupakan frman


Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi
wasallam melalui perantaraan Jibril, yang berfungsi sebagai pedoman bagi
manusia,
2. Tujuan tafsir adalah menjelaskan, menerangkan, menyingkap kandungan,
sehingga ditemukan hikmah, hukum, ketetapan, dan ajaran yang terkandung
didalamnya,

1
Jani Arni, Metode Penelitian Tafsir, (Riau: Daulat Riau, 2013), Cet.I, hlm. 3-4.
2
Listiawati, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), Cet. I, hlm. 2.

3
3. Di lihat dari sifat dan kedudukannya, tafsir adarah hasil penalaran, kajian, dan
ijtihad para mufasir yang didasarkan pada kesanggupan dan kemampuan yang
dimilikinya, sehingga suatu saat bisa ditinjau kembali.3

B. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,


menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-
rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu
bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari istemologepi.
Ziman J. dalam Qadir memberikan definisi ilmu pengetahuan sebagai
rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah
berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan yang bermanfaat untuk
percobaan lebih lanjut. Pengertian percobaan disini adalah pengkajian atau
pengujian terhadap kerangka konseptual, ini dapat dilakukan dengan penelitian
(pengamatan data wawancara) atau dengan percobaan (eksperimen). Menurut
Notoatmodjo, ilmu pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Secara garis besar
menurut Notoatmodjo domain tingkat ilmu pengetahuan (kognitif) mempunyai
enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,
menyimpulkan dan mengevaluasi.

3
Ibid, hlm. 3.

4
Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang
diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima
dari orang lain.4 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ilmu
pengetahuan merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah,
yakni melalui “penyelidikan yang sistematik, terkontrol dan bersifat empiris atau
sesuatu relasi fenomena alam, perbedaan ini terlihat pengertian ilmu pengetahuan
(sains) sendiri, yaitu: 1. Ilmu yang teratur (sistematik) dan dapat diuji
kebenarannya; 2. Ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata,
misalnya fisika, kimia, dan biologi.5

Sedangkan secara terminologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,


pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Dalam penjelasan lain, pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.6 Contoh: Ilmu Alam
hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani
(materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak
matahari. Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup
pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret.
Ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.

C. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Ilmu Pengetahuan

1. Surah Al-Mujaadillah (58): ayat 11

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


‫ا‬
‫اّللُ لَـ ُك ْم َواِ َذا قِْي َل‬ ِ ِ‫ٰۤيَ يـُّ َها الَّ ِذيْ َن اۤ َمنُـ اْوا اِ َذا قِْيل لَـ ُك ْم تَـ َف َّس ُح ْوا ِِف الْ َم ۤجل‬
ٰۤ ‫س فَا فْ َس ُح ْوا يـَ ْف َس ِح‬ َ
‫اّللُ الَّ ِذيْ َن اۤ َمنُـ ْوا ِمْن ُك ْم َوا لَّ ِذيْ َن اُْوتُوا الْعِْل َم َد َر ۤجت َوا ّٰۤللُ ِِبَا تَـ ْع َملُ ْو َن‬
ٰۤ ‫انْ ُشُزْوا فَا نْ ُشُزْوا يـَْرفَ ِع‬
‫َخبِ ْير‬
4
Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003), hlm. 60.
5
Jalaluddin. Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Cet. I. Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 83-
84.
6
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi aksara, 2003), hlm. 5.

5
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”7

2. Surah Az-Zumar (39): ayat 9

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ب قُ ْل َه ْل يَ ْستَ ِوى‬ ِ ۤ ْ ‫اََّمن هو قَا نِت اۤ ََنٓء الَّي ِل سا ِج ًدا َّوقَآئِما ََّّي َذر‬
ٰ ‫اْل خَرةَ َويـَْر ُج ْوا َر ْْحَةَ َر‬ ُ ْ ً َ ْ َ ‫ر‬ َُ ْ
‫الَّ ِذيْ َن يـَ ْعلَ ُم ْو َن َوا لَّ ِذيْ َن َْل يـَ ْعلَ ُم ْو َن اََِّّنَا يـَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ْاْلَ لْبَا ِب‬
Artinya: “(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang
berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”.8

3. Surah At-Taubah (9): ayat 122

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َّه ْوا ِِف ال ِٰديْ ِن َو‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ


ُ ‫َوَما َكا َن الْ ُم ْؤمنُـ ْو َن ليَـْنف ُرْوا َكآ فَّةً فَـلَ ْوَْل نـَ َفَر م ْن ُك ِٰل ف ْرقَة ٰمْنـ ُه ْم طَآئ َفةر لٰيَـتَـ َفق‬
‫ا‬
‫لِيُـْن ِذ ُرْوا قَـ ْوَم ُه ْم اِ َذا َر َجعُ ْوا اِلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم ََّْي َذ ُرْو َن‬
Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke
medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara
mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah
kembali agar mereka dapat menjaga dirinya.”9

7
Al-Qur’an Indonesia, Surah Al-Mujaadillah Ayat 11, (Mobile Apps by: Andi Unpam,
2022)
8
Al-Qur’an Indonesia, Surah Az-Zumar Ayat 9 , (Mobile Apps by: Andi Unpam, 2022)
9
Al-Qur’an Indonesia, Surah At-Taubah (9) Ayat 122, (Mobile Apps by: Andi Unpam,
2022)

6
D. Tafsir Ayat-Ayat Ilmu Pengetahuan
1. Surah Al-Mujaadillah Ayat 11

Dalam ayat ini menjelaskan, derajat orang-orang yang berilmu


pengetahuan akan di angkat beberapa derajat.

ۙ ‫اّللُ الَّ ِذيْ َن اۤ َمنُـ ْوا ِمْن ُك ْم ۙ َوا لَّ ِذيْ َن اُْوتُوا الْعِْل َم َد َر ۤجت‬
ٰۤ ‫يـَْرفَ ِع‬
“…niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Sababun Nuzul dari ayat ini, ada riwayat yang mengata- kan bahwa ayat
ini turun yakni pada hari Jum'at. Yang mana ketika itu Rasul shalallahu ‘alaihi
wa sallam berada di satu tempat yang sempit, dan telah menjadi kebiasaan beliau
memberi tempat khusus buat para sahabat yang terlibat dalam Perang Badar
karena besarnya jasa mereka. Nah, ketika majelis sedang berlangsung. beberapa
orang di antara sahabat tersebut hadir, lalu mengucapkan salam kepada Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi pun menjawab, se lanjutnya mengucapkan
salam kepada hadirin, yang juga di- jawab, namun mereka tidak memberi tempat.
Para sahabat itu terus saja berdiri. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya yang lain yang tidak terlibat dalam
Perang Badar untuk mencari tempat yang lain agar para sahabat yang berjasa itu
dapat duduk di dekat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.s

Ternyata perintah Nabi itu mengecilkan hati mereka yang disuruh berdiri
dan ini digunakan oleh kaum munafikin untuk memecah belah dengan berkata:
"Katanya Muhammad berlaku adil, tetapi ternyata tidak, Nabi yang mendengar
kritik itu bersabda: "Allah akan merahmati bagi siapa yang memberi kelapangan
bagi saudaranya. "Kaum beriman menyambut tuntunan Nabi dan ayat di atas pun
turun untuk menguatkan sabda dan perintah Nabi itu.

Al-Qurthubi sebagaimana dikutip Quraish menyatakan bahwa bisa saja


seseorang mengirim pembantunya ke masjid untuk mengambilkan tempat duduk
di masjid, asalkan sang pembantu berdiri meninggalkan tempat itu ketika yang
mengutusnya telah datang dan duduk. Di sisi lain tidak diperkenan kan

7
meletakkan sajadah atau semacamnya untuk menghalangi orang lain duduk di
tempat itu. Selanjutnya, ayat di atas tidak menjelaskan secara tegas bahwa Allah
akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mere-
ka memilki derajat-derajat, yakni yang lebih tinggi daripada yang sekadar
beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa
sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan besar dalam ketinggian
derajat yang diperolehnya, bukan karena akibat di luar dari faktor ilmu itu. Maka
yang dimaksud dengan allaziina uutuu al'ilm/yang diberi pengetahuan adalah
mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini
menunjukkan bahwa ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok
besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, sedang yang kedua
beriman beramal saleh serta memiliki pengetahu- an. Karenanya derajat kelompok
yang kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang
disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik secara
lisan, tulisan, maupun dengan keteladanan.

Sementara itu, al-Maraghiy menyatakan bahwa mak- sud potongan ayat ini
adalah bahwa Allah akan mengangkat orang-orang mukmin yang melaksanakan
segala perintah-Nya dan segala perintah Rasul-Nya dengan memberikan
kedudukan yang khusus, baik dari segi pahala dan keridhaan- Nya. Singkatnya
bahwa setiap orang mukmin dianjurkan agar memberikan kelapangan kepada
sesama saudaranya ketika berada di majelis, ketika saudaranya datang
belakangan, atau apabila dianjurkan untuk meninggalkan majelis, maka segera
tinggalkanlah tempat itu dan jangan ada prasangka bahwa perintah itu akan
menghilangkan haknya, melainkan merupakan kesempatan yang dapat menambah
kedekatan pada Tuhan- nya, karena Allah tidak akan menyia nyiakan setiap apa
yang diperbuat oleh hamba-Nya melainkan akan diberikan balasan yang setimpal
di dunia dan di akhirat.

Jelaslah bahwa ayat ini menunjukkan akhlak antara sesama dalam


hubungan yang harmonis, saling menghormati terhadap kepada orang-orang yang
wajar diberikan penghormatan. Selanjutnya, ayat ini menegaskan juga bahwa

8
antara orang-orang yang hanya beriman dan baramal saleh sementara ia tidak
memiliki ilmu pengetahuan, maka hal ini jelaslah berbeda dengan orang-orang
yang memang beriman serta memiliki ilmu pengetahuan serta dengan ilmunya itu
ia mengajarkan kepada orang lain yang memang butuh dengan pengajarannya itu,
nilai derajat yang akan ia terima tentu akan lebih tinggi. Namun yang perlu di-
garisbawahi bahwa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan di sini bukan saja
ilmu pengetahuan agama, akan tetapi ilmu pengetahuan apa pun yang bernilai
manfaat untuk orang lainnya dan juga ilmu itu sendiri haruslah menghasilkan
khasy- yah, yakni rasa takut dan kagum kepada Allah, yang pada gilir- annya akan
mendorong yang punya ilmu untuk mengamalkan ilmunya.

2. Surah Az-Zumar Ayat 9

‫الَّ ِذيْ َن يـَ ْعلَ ُم ْو َن َوا لَّ ِذيْ َن َْل يـَ ْعلَ ُم ْو َن‬
“Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?”
Pada ayat tersebut terlihat adanya hu- bungan orang yang mengetahui
(berilmu-ulama) dengan melakukan ibadah di waktu malam, takut terhadap
siksaan Allah di akhirat serta mengharapkan rahmat dari Allah, dan juga
menerangkan bahwa sikap yang demikian itu merupakan salah satu ciri dari ulul
al-bab, yaitu orang yang menggunakan pikiran, akal dan nalar untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menggunakan hati untuk mengarahkan
ilmu pengetahuan tersebut pada tujuan peningkatan akidah, ketekunan beribadah
serta ketinggian akhlak mulia. Dalam potongan yang berbunyi: Adakah sama
orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?

Al-Maraghi dalam hal ini menyatakan bahwa maksud ayat ini: katakanlah
hai Rasul kepada kaummu, adakah sama orang-orang yang mengetahui bahwa ia
akan mendapatkan pahala karena ketaatan kepada Allah dan akan mendapatkan
siksa karena kedurhakaannya, dengan orang-orang yang tidak mengetahui hal
yang demi- kian itu? Ungkapan pertanyaan dalam ayat ini menunjukkan bahwa
yang pertama (orang-orang yang mengetahui akan dapat mencapai derajat

9
kebaikan; sedangkan yang kedua (orang yang tidak mengetahui) akan mendapat
kehinaan dan keburukan.

Dengan pemaparan tentang ayat di atas, maka jelaslah bahwa dalam ayat
ini Allah membedakan antara sikap dan ganjaran bagi orang-orang yang beriman
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala . serta orang-orang kafir. Orang-orang
beriman serta memiliki ilmu pengetahuan mereka yang senantiasa beribadah
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Di tengah malam dengan sujud dan berdiri
dengan tekunnya mengharap rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala .

3. Surah At-Taubah Ayat 122

‫َّه ْوا ِِف ال ِٰديْ ِن‬ ِ ِ ِ ِ ِ


ُ ‫فَـلَ ْوَْل نـَ َفَر م ْن ُك ِٰل ف ْرقَة ٰمْنـ ُه ْم طَآئ َفةر لٰيَـتَـ َفق‬
“Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka”
Menurut al-Maraghi bahwa ayat ini memberi isyarat tentang kewajiban
untuk memperdalam ilmu agama (wujub al-tafaqqub fi al-din) serta menyiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang
telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang
diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka sehingga tidak
membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang seharusnya
mereka ketahui oleh orang-orang yang beriman. Dengan memusatkan diri untuk
memperhatikan ilmu agama tersebut adalah merupakan yang tergolong orang
yang mendapat kan kedudukan yang tinggi di hadapan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala . Hal tersebut tidak kalah dengan orang-orang yang berjihad dengan harta
dan dirinya dalam rangka meninggikan kalimat Allah, bahkan upaya tersebut
lebih tinggi kedudukannya dari mereka yang keadaannya tidak sedang berhadapan
dengan musuh.10

10
Listiawati, …, hlm. 156-167.

10
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tafsir berarti menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai
seginya, baik konteks historisnya maupun sebab nuzulnya, dengan menggunakan
ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang dikehendaki
secara terang dan jelas.

Ilmu sendiri berarti sebuah pengetahuan yang berdasarkan pada suatu


kenyataan yang telah disusun dengan baik. Didalamnya terdapat sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan secara sistematik dapat
di uji. Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala
sesuatu yang diketahui yang merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu. Jadi ilmu pengetahuan adalah usaha mengetahui sesuatu berdasarkan fakta
dan data yang ada bersumber dari peristiwa yang terjadi dan teori-teorri yang
dapat di uji.

Banyak ayat-ayat al-qur’an yang membahas tentang ilmu pengetahuan,


diantaranya adalah surah Al-Mujaadillah ayat 11, Az-Zumar ayat 9, dan At-
Taubah ayat 122. Ketiga ayat tersebut menjelaskan mengenai ilmu pengetahuan
dan derajat orang yang memiliki pengetahuan. Namun harus digaris bawahi
bahwa ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah tentang agama dan ilmu lain yang
bermanfaat untuk orang lain.

Tafsir surah Al-Mujaadillah ayat 11, ayat ini menegaskan juga bahwa
antara orang-orang yang hanya beriman dan baramal saleh sementara ia tidak
memiliki ilmu pengetahuan, maka hal ini jelaslah berbeda dengan orang-orang
yang memang beriman serta memiliki ilmu pengetahuan serta dengan ilmunya itu
ia mengajarkan kepada orang lain yang memang butuh dengan pengajarannya itu,
nilai derajat yang akan ia terima tentu akan lebih tinggi.

11
Tafsir surah Az-Zumar ayat 9, ayat ini Allah membedakan antara sikap dan
ganjaran bagi orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala .
serta orang-orang kafir. Orang-orang beriman serta memiliki ilmu pengetahuan
mereka yang senantiasa beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Di
tengah malam dengan sujud dan berdiri dengan tekunnya mengharap rahmat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala .

Tafsir surah At-Taubah ayat 122, yat ini memberi isyarat tentang
kewajiban untuk memperdalam ilmu agama (wujub al-tafaqqub fi al-din) serta
menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam
suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia
berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan bagi
mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum
agama yang seharusnya mereka ketahui oleh orang-orang yang beriman.

B. Saran
Jangan sampai kita terlena dengan dunia, bekalilah diri dengan ilmu
agama. Belajar dan ajarkan, jangan sampai ilmu itu terhenti pada dirimu. Semoga
bermanfaat untuk semua pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Indonesia. 2022. Al-Qur’an dan Terjemahan. Mobile Apps by: Andi
Unpam.
Arni, Jani. 2013. Metode Penelitian Tafsir. Riau: Daulat Riau.

Jalaluddin.2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers.

Listiawati, 2017. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Depok: Kencana.

Notoatmodjo. Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Salam, Burhanuddin. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai