Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

Dosen Pengampu :

Solihatun, M.Pd., Kons.

Disusun oleh :

Ari Saputra 201901500209

Dinda Aulia Putri 201901500214

Firda Widia Lestari 201901500185

Haliza Safira 201901500193

Ika Ropianah 201901500217

Siti Nur Rohmah 201901500249

Kelas : R6C

Program Studi Bimbingan Konseling


Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indraprasta PGRI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Diagnostik
Kesulitan Belajar” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Diagnostik Kesulitan Belajar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................................7
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................8
D. Tujuan........................................................................................................................................9
BAB II.................................................................................................................................................10
KAJIAN TEORI..................................................................................................................................10
A. Hakikat Diagnostik Kesulitan Belajar......................................................................................10
B. Hakikat Program BK dalam Kesulitan Belajar Siswa..............................................................13
C. Penelitian Relevan Diagnostik Kesulitan Belajar.....................................................................14
D. Kerangka Berfikir Diagnostik Kesulitan Belajar......................................................................15
BAB III................................................................................................................................................18
RENCANA KEGIATAN DKB...........................................................................................................18
A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan.................................................................................................18
B. Populasi dan Sampel................................................................................................................18
C. Instrumentasi yang digunakan.................................................................................................19
D. Kisi-Kisi Instrumentasi............................................................................................................20
E. Instrumentasi...........................................................................................................................23
BAB IV...............................................................................................................................................38
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................................38
A. Hasil Temuan Kegiatan DKB Dari Hasil Lapangan................................................................38
B. Pembahasan Temuan Kegiatan DKB Dari Hasil Lapangan.....................................................49
BAB V.................................................................................................................................................62
PENUTUP...........................................................................................................................................62
A. SIMPULAN.............................................................................................................................62
B. SARAN...................................................................................................................................62
C. PENJELASAN........................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................63
LAMPIRAN........................................................................................................................................64
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning
disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan
dilapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. (Irham & Wiyani,
2013: 117) belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi. Belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2004: 20). Kesulitan belajar adalah
suatu keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya
(Dalyono, 1997: 229). Menurut Hamalik, kesulitan belajar adalah hal-hal atau
gangguan yang mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadi gangguan yang
dapat menghambat kemajuan belajar (Hamalik, 2012: 112).

Kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa di sekolah harus menjadi
perhatian bagi kedua belah pihak, baik guru maupun orang tua siswa. Adanya
kesulitan belajar pada beberapa siswa terbukti dengan pola pencapaian belajar yang
rendah adapun dapat dideteksi dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan
tugas maupun soal-soal tes. Kesalahan adanya penyimpangan terhadap jawaban yang
benar pada suatu butir soal. Kesulitan belajar siswa akan dapat dideteksi melalui
jawaban-jawaban siswa dalam mengerjakan suatu soal.

Siswa berkesulitan belajar yang dapat berada di sekolah juga dikarenakan


adanya kebijakan zonasi pada penerimaan peserta didik baru diatur di dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 14 Tahun
2018 yang menggantikan Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang PPDB. Di
dalam pasal 16 disebutkan bahwa sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona
terdekat dari Sekolah paling sedikit sebesar 90 persen dari total jumlah keseluruhan
peserta didik yang diterima (Permendikbud No. 14 Tahun 2018). Kesulitan belajar
siswa dikarenakan kekurang pahaman orang tua 2 terhadap kebutuhan belajar siswa
dan jenis pendidikan yang sesuai, oleh karena itu orang tua memilih menyekolahkan
siswa di sekolah terdekat.

Kesulitan belajar dengan jenis tertentu sebenarnya dapat diatasi dengan


pembelajaran tematik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian empirik yang
dilakukan Wikremesooriya (2015). Penelitian yang dilakukan Wikremesooriya (2015)
menyimpulkan bahwa “students with Learning Desabilities actively engage in
learning when an integrated approach that uses thematic units which reflect the
students’ world, is in force.” Hasil penelitian tersebut mengimplikasikan bahwa anak
berkesulitan belajar dapat berhasil jika proses belajar mengajar dilakukan dengan
menggunakan tematik dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kebutuhan mereka.

Observasi merupakan suatu kegiatan mengamati, melihat serta menganalis


suatu kegiatan dan seperangkat informasi yang diperoleh dengan menggunakan
indera. Hasil dari observasi akan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
walaupun objek yang diamati sama. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan dan
pengetahuan dari subjek observasi juga berbeda-beda.

Pendidikan anak usia dini sendiri tidak ditekankan kepada pemberian stimulus
pengayaan pengetahuan anak, tetapi lebih diarahkan kepada pengembangan potensi
dan daya kreatifitas anak dan sangat penting adalah pada pembentukan sikap mental
dan kepribadian anak yang berlandaskan pada nilai-nilai ajaran agama islam. Pada
hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat, untuk menciptakan generasi
yang berkualitas.

Pendidikan harus dilakukan sejak usia dini, yaitu pendidikan yang di


tunjukkan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sebagai jenjang pendidikan, paud
merupakan pendidikan yang di selenggarakan sebelum pendidikan dasar 9 tahun. Hal
tersebut bertujuan menyiapkan anak-anak usia dini siap memasuki jalur pendidikan
dasar selanjutnya dengan bekal kesiapan mental peserta didik. Dalam laporan
observasi ini dibahas mengenai penyelenggaraan PAUD TUNAS HARAPAN dimana
didalam observasi ini terdapat beberapa kesulitan belajar yang dialamai oleh beberapa
peserta didiknya

Pendidikan anak usia dini merupakan kunci utama sukses sebuah program
pendidikan nasional suatu bangsa. Dunia anak adalah dunia bermain, sehingga
pendidikan anak usia dini (PAUD) harus bertitik tolak dari kaidah belajar sambil
bermain. Pembelajaran anak usia dini harus dibedakan dengan pembelajaran usia
sekolah dasar. Pembelajaran pada anak usia dini mestinya lebih bersifat memberi
rangsangan agar tumbuh minatnya dalam membaca dan menulis permulaan.

Jumlah responden kami berjumlah enam peserta didik yakni Dami, Gibran,
Wahyu, Al-gifary, Restu, dan Putra.

B. Identifikasi Masalah
Standar materi membaca dan menulis permulaan untuk anak usia dini
didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar kompetensi
membaca dan menulis permulaan pada anak usia dini 4-6 tahun RA/ TK adalah anak
mampu mendengarkan dan berkomunikasi. Secara lisan, anak memiliki
perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya untuk
persiapan membaca dan menulis (Anonim, 2004: 74).

Pendidikan anak usia dini (4-6 tahun) pada jalur non formal selain sebagai
sarana bermain juga sebagai sarana belajar, untuk mempersiapkan anak didik ke
jenjang selanjutnya yaitu pendidikan sekolah dasar. Kenyataan dilapangan
menunjukkan adanya kesulitan yang dihadapi anak dalam pembelajaran membaca dan
menulis permulaan, karena guru kelas masih kesulitan dalam penggunaan media
pembelajaran yang tepat dan akurat untuk pengerjaan dan pembelajaran membaca dan
menulis permulaan terhadap anak didiknya.

Melalui membaca anak dapat memahami hal-hal yang belum diketahui. Anak
usia dini memiliki rasa ingin tahu yang besar, melalui media suatu gambar, tulisan,
benda konkrit anak dapat membaca dan menafsirkan sesuai pemahaman mereka.
Keterampilan menulis sejak dini sangat penting bagi anak, agar anak dapat belajar
menyampaikan suatu pesan maupun informasi secara tertulis. Tulisan dapat menjadi
alat komunikasi, melalui sebuah tulisan anak dapat mengungkapkan sesuatu hal yang
ditujukan kepada orang yang berada di sekitarnya. Menjadi suatu masalah apabila
anak mengalami kesulitan menulis, karena orang lain tidak dapat memahami
ungkapan anak melaui tulisannya. Sehingga Stimulus diperlukan sejak dini, guna
persiapan pembelajaran menulis permulaan yaitu berkaitan dengan motorik halus
anak.

Sejak awal masuk sekolah dasar, anak harus belajar menulis tangan karena
kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya berbagai bidang studi yang lain.
Kesulitan menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak tetapi
juga guru (Mulyono, 1999: 227). Membaca dan menulis permulaan sangat signifikan
untuk ditumbuhkan sejak dini tehadap anak untuk mempersiapkan mengikuti jenjang
pendidikan selanjutnya yaitu sekolah dasar. Sekolah dasar memberikan pembelajaran
membaca dan menulis yang lebih komplek yaitu terdapat dalam berbagai pelajaran
yang akan ditempuh anak. Agar anak tidak tertinggal dalam mengikuti pelajaran perlu
disiapkan kemampuan membaca dan menulis permulaan secara sederhana melalui
membaca simbol-simbol tertentu dan menulis garis-garis tertentu.

Fenomena nyata yang tampak saat ini di masyarakat adalah apabila anak lulus
dari TK (kelompok B) belum dapat membaca dan menulis maka para orang tua akan
memindahkan anak mereka ke TK yang meluluskan dan membekali dengan
kemampuan membaca dan menulis. Anggapan mereka orangtua jika anak sekolah di
TK tersebut lulus belum dapat membaca dan menulis, maka tidak diterima di sekolah
SD Favorit/ternama, sebab saat ini hampir kebanyakan SD menerima murid baru
dengan syarat mengikuti tes membaca dan menulis. Ironisnya jika saat dites di SD
favorit anak tidak dapat membaca maupun menulis dengan lancar pihak sekolah tidak
menerima anak tersebut. Tetapi berbeda dengan SD yang kekurangan murid, pihak
sekolah terpaksa menerima anak yang belum lancar, bahkan belum dapat membaca
sekalipun guna mempertahankan sekolah tersebut agar tetap berdiri.
Fakta di atas membuktikan bahwa ketika anak melanjutkan kejenjang
selanjutnya yaitu SD kelas 1 belum dapat membaca dan menulis dengan baik dan
benar, maka anak tersebut jelas akan tertinggal dalam konteks pemahaman untuk
setiap pelajaran yang disampaikan oleh Guru SD di kelas 1. Pelajaran SD kelas 1 saat
ini sudah banyak yang berupa kalimat-kalimat panjang, sedangkan untuk memahami
pelajaran tersebut anak harus dapat membaca dan mengerti apa isi bacaan tersebut.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan memfokuskan pada permasalahan
berikut :

1. Apakah kesulitan yang dialami anak dalam pembelajaran membaca dan menulis
permulaan ?
2. Strategi apakah yang digunakan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar
membaca dan menulis permulaan ?

D. Tujuan
Dari uraian di tersebut ternyata di PAUD TUNAS HARAPAN terdapat
beberapa anak yang mengalami kesulitan membaca dan menulis permulaan, sehingga
dapat dianalisis untuk menemukan beberapa penyebab anak mengalami kesulitan
belajar membaca dan menulis permulaan. Haslinya agar anak terdeteksi sejak dini
kesulitan yang dialami anak baik kesulitan membaca maupun kesulitan menulis,
sehingga ketika anak memasuki jenjang selanjutnya anak sudah siap mengikuti
pembelajaan membaca dan menulis pemulaan. Berbagai masalah tersebut diatas
berkaitan dengan pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Agar permasalahan
dapat dikaji secara mendalam dan lebih spesifik masalah yang dibahas harus dibatasi.
Penelitian ini penulis membatasi masalah pada hal yang pokok dan mendasar yaitu
sebagai berikut : Peneliti akan menganalisis kesulitan anak dalam proses pembelajar
membaca dan menulis permulaan pada anak usia dini khususnya di PAUD TUNAS
HARAPAN pada kelompok B.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Diagnostik Kesulitan Belajar


1. Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar
Kata diagnosis merupakan istilah teknis yang diadopsi dari bidang medis.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata diagnosis sebagai jenis kata atau
keterangan benda diartikan sebagai: penentuan jenis penyakit dengan cara
meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya; sedangkan sebagai jenis kata atau
keterangan dalam bidang social diartikan sebagai: pemeriksaaan terhadap suatu
hal; (http://kbbi.web.id/diagnosis). Dalam kamus istilah: konseling dan terapi,
dijelaskan bahwa istilah diagnosis "secara umum menunjuk pada pengkajian
faktor penyebab masalah., secara khusus, suatu proses dalam konseling dan
psikoterapi yang lazimnya mencakup pengumpulan, pengkajian, analisis, dan
interpretasi data atas kalian bagi maksud mengenali dan memahami masalah atau
kali kerisauan klien" (Mappriare, 2006 : 86).
Menurut Thorndike dan Hager (dalam Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis
Dapat diartikan sebagai berikut:
a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease)
apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian yang studi yang
seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas
gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.

Secara lebih khusus, dan dalam kaitannya dengan kesulitan belajar diagnosis
dapat berarti sebagai suatu kegiatan untuk meneliti, menyigi dan menemukan
berbagai hal yang berkaitan dengan kegagalan belajar siswa. Berkaitan dengan
ini, Syahril (1991: 45) Mengemukakan diagnosis kesulitan belajar itu merupakan
usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, penyebab, dan menemukan serta
menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar.

Sedangkan kesulitan belajar dapat berarti suatu kondisi dalam proses belajar
mengajar yang ditandai oleh adanya hambatan hambatan untuk mencapai hasil
belajar yang diharapkan. Hambatan ini dapat bersifat pisikologis, fisiologis
ataupun sosiologis dalam keseluruhan proses belajar seseorang siswa. Hambatan
itu ada kalanya disadari oleh siswa yang mengalami kesulitan belajar dan ada
kalanya tidak, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak sesuai dengan semestinya,
atau hasil yang dicapai oleh siswa di bawah dari yang semestinya dapat dicapai.
Menurut Mulyadi (2010 : 6) kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar.

Menurut, Kosestoer Partowisastro dan A. Hadisaputro (1986:46-


49),Memberikan batasan tentang kesulitan atau masalah belajar sebagai berikut.
Pertama, kesulitan atau masalah belajar itu ada kalau seseorang siswa jelas tidak
memenuhi harapan- harapan yang disyaratkan kepadanya. Kedua, kesulitan
belajar itu ada kalau seorang siswa jelas berada di bawah taraf perilaku dari
sebagian besar teman teman seusia nya atau kelasnya. Ketiga, kesulitan belajar itu
ada kalau seseorang siswa mempunyai kemampuan yang tinggi tetapi dia tidak
mampu mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya itu.

Sedangkan kesulitan belajar menurut Blassic dan Jones (dalam Warkitri dkk.
(1990 : 8.3), adalah terdapatnya suatu jarak atau deviasi antara prestasi akademik
yang diharapkan atau yang diidealkan dengan prestasi akademik yang diperoleh
atau kenyataan.

Siti Mardiyati dkk. (1994) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi
dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan


suatu kondisi atau keadaan di mana terdapat suatu jarak antara prestasi akademik
yang diharapkan dengan yang diperoleh yang ditandai oleh adanya hambatan
tertentu baik bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis dalam prestasi
belajar.
2. Ciri-Ciri Kesulitan Belajar
Di samping itu, Cece Widjaya (1996 : 58-65), mengemukakan bahwa aja ciri-
ciri atau gejala siswa lamban (mengalami kesulitan belajar) dapat ditinjau dari
beberapa sisi, antara lain dari sisi proses belajar yang dilakukannya. Ciri-ciri siswa
yang mengalami kesulitan belajar ditinjau dari sisi ini adalah sebagai berikut:
a. Lamban mengamati dan mereaksi peristiwa yang terjadi di lingkungannya,
b. Kurang berminat untuk melakukan penyelidikan terhadap hal hal yang
baru di lingkungannya,
c. Tidak banyak mengajukan pertanyaan, apalagi pertanyaan pertanyaan yang
mengandung unsur problematik yang menuntut pemecahan masalah, dan
sangat sulit mengikuti pelajaran yang disajikan,
d. Kurang memperlihatkan perhatian terhadap apa dan bagaimana tugas dapat
diselesaikan dengan baik,
e. Banyak menggunakan ingatan (hafalan) daripada logika (reasoning).
f. Tidak mampu menggunakan cara cara tertentu dalam mempelajari ilmu
pengetahuan,
g. Kurang lancar berbicara, tidak jelas, dan gagap,
h. Sangat bergantung kepada gurunya dan orang tuanya, terutama untuk
membuktikan kebenaran pengetahuan yang sedang dipelajari nya,
i. Sulit memahami konsep konsep abstrak,
j. Sulit memindahkan kecakapan tertentu yang telah dikuasai nya ke dalam
kecakapan lainnya (transfer) sekalipun dalam mata pelajaran yang sama,
k. Lebih sering berbuat salah,
l. Mengalami kesulitan membuat generalisasi pengetahuan secara terurai,
bahkan tidak mampu menarik kesimpulan,
m. Memiliki daya ingat yang lemah atau mudah lupa,
n. Mengalami kesulitan dalam menuliskan pengetahuannya, sekalipun
dengan menggunakan kata dan kalimat sederhana, dan
o. Lambat mengerjakan tugas tugas atau latihan latihan yang diberikan, baik
di sekolah maupun di rumah.

3. Gejala Kesulitan Belajar


Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan beberapa ciri atau gejala
tingkah laku yang merupakan pernyataan gejala kesulitan belajar, antara lain:
a. Menunjukkan hasil belajar rendah, di bawah rata rata nilai yang dicapai oleh
kelompok nya dan/atau di bawah dari potensi/kemampuan yang dimilikinya;
atau di bawah batas luas )
b. (passing grade) yang telah diterapkan;
c. Tidak seimbangnya usaha yang dilakukan dengan hasil yang dicapai;
d. Lambat dalam mengerjakan tugas tugas kegiatan belajar dan/atau mengalami
kesulitan dalam mengikuti proses belajar,
e. Menunjukkan sikap sikap, tingkah laku dan gejala emosional yang berlebihan
dan kurang wajar.

B. Hakikat Program BK dalam Kesulitan Belajar Siswa


Program bimbingan dan konseling merupakan rancangan mengenai kegiatan
bimbingan konseling yang bertujuan untuk mampu peserta didik agar mampu
memahami dirinya sendiri, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
Menurut Prayitno (2000) program bimbingan konseling adalah satuan rencana
kegiatan bimbingan konseling yang akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu.
Program bimbingan konseling diartikan seperangkat kegiatan bimbingan konseling
yang dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu
tertenu dan dilakukan secara kait mengait untuk mencapai tujuan.
Program Bimbingan Konseling dalam kesulitan belajar siswa adalah kegiatan
bimbingan konseling untuk mengentaskan permasalahan kesulitan belajar siswa
melalui program yang sudah dirancang.
Program Bimbingan dan konseling mingguan adalah program pelayanan
bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang
merupakan jabaran program bulanan.
Program harian merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan
jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan atau rencana program
layanan atau satuan kegiatan pendukung atau rencana kegiatan pendukung pelayanan
bimbingan dan konseling.
C. Penelitian Relevan Diagnostik Kesulitan Belajar
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Marwati (2017) dengan judul “kesulitan
belajar anak usia 5-6 tahun di tk lab model muhammadiyah pontianak kota” hasil
penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa kesulitan belajar anak usia 5-6 tahun di
TK Lab. Model Muhammadiyah Pontianak kota, yaitu:
1) Kesulitan belajar membaca pada anak di kelompok usia 5-6 tahun itu berbeda-beda
yaitu dalam menyebutkan bunyi huruf, menyusun huruf menjadi sebuah kata,
mengenal gambar dengan angka, mengenal huruf besar dan huruf kecil, dalam
proses membaca di kelas anak mengalami kesulitan, yang mempengaruhinya
dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seperti tidak merespon, bahkan tidak
mengerti yang guru utarakan.
2) Kesulitan belajar pada anak bermasalah di kelompok usia 5-6 tahun dalam
pembelajaran menulis cenderung mengalami kesulitan seperti menyusun huruf
menjadi kata dan menyusun kata menjadi kalimat, yang mempengaruhinya dalam
kegiatan pembelajaran dikelas, seperti tidak konsisten dalam bentuk huruf, bila
menulis memiliki tulisan yang jelek .
3) Kesulitan belajar berhitung pada anak bermasalah di kelompok usia 5-6 tahun itu
cenderung tidak bisa menghubungkan angka dengan gambar, dalam proses
berhitung dikelas mengalami kesulitan, yang mempengaruhinya dalam kegiatan
pembelajaran dikelas, seperti mampu menyusun angka, dan kesulitan dengan
nomor yang hampir sama.

Penelitian yang dilakukan oleh Anggun Pramesty (2020) dengan judul “


Analisis kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran tematik pada siswa kelas V
SDN Merak Batin natar lampung selatan. Hasil penelitian ini memperoleh
kesimpulan bahwa Analisis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Tematik
Pada Siswa Kelas V SDN 5 Merak Batin Natar, dapat ditarik kesimpulan yaitu
sebagai berikut:

1) Siswa yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan sikap yang kurang wajar
(Social). Pencapaian akademik siswa rendah (Academic). Kesulitan membuat
pemahaman baru (Metacognition). Siswa lamban dalam memproses sesuatu
(Processing speed). Siswa sulit menafsirkan apa yang dirasakan, didengar, dan
dilihat (Perception). Siswa kurang perhatian dan kurang fokus dalam belajar
(Attention). Terlalu banyak kegiatan yang kurang bermanfaat yang siswa lakukan
sehingga sulit untuk mengingat materi pelajaran (Memory).
2) Faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar ada 2 faktor yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhinya: 1)
kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran (konsentrasi). Konsentrasi
dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar.
Kurangnya konsentrasi dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar. Siswa kelas
V B saat proses belajar masih mengobrol, bermain, melamun, dan mengganggu
temannya. 2) kurangnya partisipasi dan respons siswa saat mengikuti kegiatan
belajar mengajar (reaksi). Reaksi dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan
unsur fisik maupun mental, sebagai wujud reaksi, sehingga belajar harus aktif. 3)
lambatnya siswa dalam memahami materi (pemahaman). 4) nilai ulangan yang
tidak tuntas (ulangan). Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu:
1) pengaruh teman di masyarakat yang selalu bermain (lingkungan sosial
masyarakat). Pengaruh teman-teman yang berada disekeliling tempat tinggalnya
mempengaruhi siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk bermain sehingga
siswa enggan untuk belajar.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas kesulitan belajar


siswa, sedangkan peneliti terdahulu membahas objek dari sekolah TK dan SD.
Sedangkan penelitian ini membahas dengan rentang sekolah PAUD.

D. Kerangka Berfikir Diagnostik Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar terjadi saat siswa dengan intelegensi normal mengalami
hambatan dalam mencapai tujuan belajar sebagaimana mestinya karena faktor – faktor
tertentu. Setiap siswa terlahir dengan karakteristik serta tumbuh dan berkembang
dalam lingkungannya masing – masing.
Sebelum dilaksanakan penelitian, dilakukan pemilihan tempat penelitian
dimana terdapat siswa yang teridentifikasi mengalami kesulitan belajar dan
pembuatan tes diagnostik kesulitan belajar. Tes diagnostik kesulitan belajar
diposisikan sebagai instrumen berupa angket wawancara dan angket observasi bantu
untuk mendukung peneliti sebagai instrumen utama penelitian. Untuk membuat tes
diagnostik yang baik dilakukan kajian pustaka terhadap tes diagnostik dengan
membaca referensi dan membaca beberapa jurnal terkait pengembangan dan
penerapan tes diagnostik. Berdasarkan hasil kajian pustaka dilaksanakan proses
pembuatan draft tes diagnostik kesulitan belajar. Setelah selesai pembuatan draft tes
diagnostik kesulitan belajar dilakukan proses validasi yang melibatkan para validator
yang dianggap ahli dalam bidang kesulitan belajar. Penelitian dilaksanakan setelah
draft tes diagnostik kesulitan belajar dinyatakan valid. . Penelitian ini dilaksanakan di
PAUD Tunas Harapan pada kelas A dan B dengan dilaksanakannya observasi dari
kelas A dan B. Kemudian menentukan siswa yang nampak mengalami kesulitan
belajar serta mengidentifikasi siswa yang mengalami permasalahan kesulitan belajar
dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi siswa mengalami kesulitan belajar.
Dalam hal ini maka faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa
harus diatasi oleh guru bimbingan dan konseling serta bekerja sama dengan guru,
orang tua atau yang bersangkutan. Apabila kesulitan belajar siswa dapat diatasi maka
siswa akan mengikuti proses pembelajaran dengan baik di dalam kelas.
Adapun bagan alur kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Menentukan Tempat Penelitian

Menyiapkan Tes Diagnostik (Alat


Instrumentasi)

Validasi Instrumen Penelitian

Melakukan Penelitian (Observasi)

Identifikasi Siswa Masalah Kesulitan Belajar

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Internal:
Eksternal:
 Fisik
 Lingkungan
(motorik
kelarga
kasar dan
halus)  Lingkungan
sekolah
 Kognitif
 Lingkungan
 Bahasa
masyarakat
 Sosial emosi

Program Bimbingan Dan Konseling dan PPI Terkait


Kesulitan Belajar Siswa
BAB III

RENCANA KEGIATAN DKB

A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian
tersebut dilakukan. Tempat yang dijadikannya penelitian ini adalah di PAUD TUNAS
HARAPAN Kp. Petukangan RT 09 RW 04 Rawaterate Cakung Jakarta Timur.
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2013;117) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas atau objek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa PAUD TUNAS HARAPAN PADA
KELOMPOK B
2. Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2013:118) adalah “ bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut “. Untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu harus ditentukan teknik
sampling yang akan digunakan. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel
yang digunakan adalah nonprobability sampling. Masih menurut Sugiyono
(2013:122) “nonprobabililty sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel”.
Berdasarkan hal tersebut peneliti memilih kelas B di PAUD TUNAS
HARAPAN yang berjumlah 24 siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian
. Pengambilan sampel ini dimaksudkan dengan tujuan untuk memilih kelas
yang mayoritas siswanya memiliki kesulitan belajar
C. Instrumentasi yang digunakan
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan antara lain:

1. Instrumen wawancara
Instrumen wawancara merupakan pedoman peneliti dalam mewawancarai
subjek penelitian untuk menggali sebanyak-banyaknya tentang segala sesuatu
yang berkaitan tentang masalah yang diberikan. Pedoman ini merupakan garis
besar pertanyaan-pertanyaan peneliti yang akan diajukan kepada subjek penelitian.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi wawancara
yang tidak terstruktur untuk memaksimalkan hasil wawancara peneliti
menggunakan alat perekam dalam mengambil data berupa suara, tujuannya untuk
mengantisipasi keterbatasan peneliti dalam mengingat wawancara pada penelitian
ini bedasarkan pedoman wawancara sebagai garis besar pertanyaan-pertanyaan
peneliti yang akan diajukan kepada orang tua siswa yang memiliki kesulitan
belajar di PAUD TUNAS HARAPAN keompok B sebagai subjek penelitian

2. Instrumen Observasi
Instrumen observasi merupakan pedoman peneliti dalam mengadakan
pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap fenomena yang diamati. Pedoman
ini berupa penggalian informasi berkenaan dengan situasi dan kondisi di PAUD
TUNAS HARAPAN

3. Instrumen Dokumentasi
Instrumen dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang berupa dokumen seperti foto-foto kegiatan dan
transkrip wawancara sebagaimana yang telah dilakukkan. Dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan foto dan video. Foto
dan video diambil pada saat proses penelitian di PAUD TUNAS HARAPAN
D. Kisi-Kisi Instrumentasi
Teori Kesulitan Belajar Anak

Menurut Djamarah (2008:8) dalam Putri dan Prihatining (2021:122-123


menjelaskan bahwa Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga dalam
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam berinteraksi dengan lingkungan, baik menyangkut aspek kognitif, afektik
maupun psikomotor. Sehingga belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar anak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi satu
sama lain dalam proses individu anak sehingga menentukan kualitas belajar.

1. Faktor Internal Faktor internal anak meliputi kekurangmampuan psiko-fisik,


yaitu: bersifat kognitif seperti intelegensi anak, besifat afektif emosi dan sikap,
bersifat psikomotor seperti terganggunya alat indera pengelihatan dan
pendengaran.
2. Faktor Eksternal Faktor eksternal anak meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak. Diantaranya:
lingkungan keluarga seperti tidak harmonisnya hubungan orang tua, lingkungan
masyarakat seperti teman bermain yang nakal, dan lingkungan sekolah seperti
kondisi guru dan fasilitas belajar yang tidak memadai.
Kisi-Kisi Instrumentasi

Catatan
Pencapaian
Tujuan Faktor Aspek Perkembangan Anak Observer
BM M BSH
Untuk Internal Pertumbuhan fisik
mengetahui ditandai dengan :
kesulitan lebih tinggi, berat,
belajar dan kuat. Dalam hal
siswa ini peran gizi penting.
PAUD Pertumbuhan fisik
cenderung lebih stabil
atau tenang, Anak
menjadi lebih tinggi,
lebih berat, lebih kuat
serta belajar berbagai
Pertumbuhan keterampilan.
Fisik (motorik Perubahan nyata
kasar) terlihat pada system
tulang, otot dan
keterampilan gerak
Berlari, memanjat,
melompat
Kegiatan fisik sangat
perlu, utk melatih
koordinasi dan
kestabilan tubuh dan
energi yang
tertumpuk perlu
penyaluran.
Perkembanga Berbicara lebih
n Bicara selektif, ngobrol
berkurang, penekanan
sebagai bentuk
komunikasi, bukan
hanya latihan verbal
Berbicara merupakan
alat komunikasi
terpenting dalam
berhubungan dengan
orang lain.
Bertambahnya kosa
kata yang berasal dari
berbagai sumber
menyebabkan
semakin banyak
perbendaharaan kata
yang dimiliki. Bila
pada
masa kanak-kanak
awal anak berada
pada tahap
mengobrol, maka kini
kegiatan
bicara makin
berkurang. Pada
umumnya anak
perempuan berbicara
lebih
banyak daripada anak
laki-laki karena anak
laki-laki berpendapat
bahwa terlalu
banyak berbicara
kurang sesuai dengan
perannya sebagai
laki-laki.
Sudah memiliki
kecakapan berpikir
logis, namun hanya
pada benda-benda
yang bersifat konkret
Memiliki kemampun
Perkembanga menyusun ,
n Kognitif mengelompokan serta
menghubungkan atau
menghitung angka
Memiliki
kemampuan
memecahkan masalah
yang sederhana
Memiliki
keterampilan
mengelola informasi
yang ia terima dan
berpikir serta
Bahasa
menyampaikan
pendapatnya
Mem

Sosial- Emosi Mampu beradaptasi


dengan lingkungan
baru
Mengikuti aturan
Menjalin hubungan
pertemanan dengan
orang atau teman
baru
Mengutarakan
keinginan atau
perasaan dengan
kalimat yang bisa
dipahami
Eksternal Terjalinnya
keharmonisan di
dalam keluarga
Adanya
Lingkungan
dukungan/motivasi
Keluarga
dalam keluarga
Memiliki kondisi
ekonomi keluarga
yang stabil
Lingkungan Memiliki kondisi
Sekolah pengajar baik
Memiliki fasilitas
belajar memadai
Memiliki persiapan /
kurikulum sekolah
baik
Terciptanya suasana
pembelajaran
menyenangkan
Terciptanya suasana
sekolah nyaman
untuk siswa
Terdapat lingkungan
pembelajaran sekolah
yang aman untuk
anak
Memiliki hubungan
baik antara pengelola,
pengajar dan anak
didik
Memiliki hubungan
dengan teman rumah
Lingkungan yang baik
Masyarakat Memiliki hubungan
dengan teman
sekolah yang baik

E. Instrumentasi
1. Pedoman Observasi

Nama Anak :

Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin : P/L

Catatan
Pencapaian
Tujuan Faktor Aspek Perkembangan Anak Observer
BM M BSH
Untuk Internal Fisik Gerak dasar lokomotor
mengetahui (motorik (berjalan,berlari,melompat
kesulitan kasar) ) dengan kontrol dan
belajar terkoordiasi
siswa
PAUD Gerak dasar non –
lokomotor (melempar,
menangkap, menendang
bola, atau benda lain)
dengan kontrol dan
terkoordinasi
Gerak kreasi sederhana
(Gerakan binatang,
kendaraan, dsb)
Menggunting mengikuti
garis
Menggunakan alat tulis
Fisik
dengan benar
(motorik
Membuat coretan yang
halus)
sudah berbentuk
(menyerupai huruf,
symbol, atau angka)
Konsep ukuran besar-
kecil, Panjang-pendek
(membedakan dan
mengurutkan dalam
seriasi)
Mengelompokkan benda
Kognitif
dua seriasi
(warna,bentuk,fungsi,
ukuran)
Membilang dan
memahami konsep
berhiyung 1-20
Memahami perintah
sederhana
Berkomomunikasi dua
arah dengan menggunakan
kalimat sederhana yang
benar
Bahasa
Tertarik dan focus
mendengarkan cerita dari
buku
Mengenal symbol alfabet
terutama Namanya sendiri
beserta pengucapannya
Sosial- Mampu beradaptasi
dengan lingkungan baru
Mengikuti aturan
Menjalin hubungan
pertemanan dengan orang
Emosi atau teman baru
Mengutarakan keinginan
atau perasaan dengan
kalimat yang bisa
dipahami
Eksterna Terjalinnya keharmonisan
l di dalam keluarga
Adanya
Lingkungan
dukungan/motivasi dalam
Keluarga
keluarga
Memiliki kondisi ekonomi
keluarga yang stabil
Lingkungan Memiliki kondisi pengajar
Sekolah baik
Memiliki fasilitas belajar
memadai
Memiliki persiapan /
kurikulum sekolah baik
Terciptanya suasana
pembelajaran
menyenangkan
Terciptanya suasana
sekolah nyaman untuk
siswa
Terdapat lingkungan
pembelajaran sekolah yang
aman untuk anak
Memiliki hubungan baik
antara pengelola, pengajar
dan anak didik
Memiliki hubungan
dengan teman rumah yang
Lingkungan baik
Masyarakat Memiliki hubungan
dengan teman sekolah
yang baik
CATATAN OBSERVER :

Jakarta,

Observer
( )
2. Pedoman Wawancara
a. Pedoman Wawancara Tenaga Pengajar
Nama :
Hari / Tanggal Wawancara :
Jam Wawancara :
Tempat Wawancara :

Keteran
Tujuan Faktor Aspek Indicator Pertanyaan
gan
Untuk Internal Gerak dasar Apakah ibu
mengeta lokomotor memperhatikan
hui (berjalan,berlari,melo siswa meloncat
kesulitan mpat) dengan kontrol sambil berlari
belajar dan terkoordiasi dalam suatu
siswa kegiatan
PAUD pembelajaran atau
di jam istirahat?
Gerak dasar non – Pada saat
Motorik lokomotor (melempar, pembelajaran
kasar menangkap, olahraga apakah
menendang bola, atau siswa aktif dalam
benda lain) dengan mengikuti kegiatan
kontrol dan olahraga tersebut
terkoordinasi misalnya
menendang bola?
Gerak kreasi Apakah siswa
sederhana (Gerakan mampu menirukan
binatang, kendaraan, gerakan seperti
dsb) kelinci?
Motorik Menggunting Dapatkah siswa
halus mengikuti garis menggunting kertas
mengikuti pola
yang disediakan
oleh guru?
Menggunakan alat Apakah siswa
tulis dengan benar mampu memegang
alat tulisnya
dengan baik dan
benar?
Membuat coretan Apakah siswa
yang sudah berbentuk sudah dapat
(menyerupai huruf, membuat coretan
symbol, atau angka) berbentuk
lingkaran?
Konsep ukuran besar- Dapatkah siswa
kecil, Panjang-pendek membedakan
(membedakan dan berbagai bentuk
mengurutkan dalam ukuran benda yang
seriasi) ada
disekitarnya,misaln
ya seperti
membedakan besar
atau kecil?
Mengelompokkan Apakah siswa
Kognitif
benda dua seriasi mampu mengenal
(warna,bentuk,fungsi, berbagai jenis
ukuran) warna dan bebagai
jenis bentuk benda
yang ada
disekitarnya?
Membilang dan Apakah siswa
memahami konsep dapat menyebutkan
berhitung 1-20 suatu angka dengan
baik?
Bahasa Memahami perintah Dapatkah siswa
sederhana memahami
perintah yang
diberikan oleh
gurunya missal
meminta tolong
untuk
mengambilkan
penghapus?
Berkomomunikasi dua Apakah siswa
arah dengan mampu
menggunakan kalimat berkomunikasi
sederhana yang benar dengan guru
maupun temannya?
Tertarik dan focus Dapatkah siswa
mendengarkan cerita memahami makna
dari buku kata dalam sebuah
cerita ?
Mengenal symbol Apakah siswa
alfabet terutama dapat menyebutkan
namanya sendiri bunyi huruf dengan
beserta baik?
pengucapannya
Sosial Mampu beradaptasi Bagaimana cara
emosi dengan lingkungan guru membantu
baru siswanya dalam
beradaptasi dengan
lingkungan baru?
Mengikuti aturan Bagaimana cara
guru agar siswanya
dapat mengikuti
aturan yang dibuat
oleh pihak sekolah?
Menjalin hubungan Apakah siswa
pertemanan dengan sudah mempunyai
orang atau teman baru hubungan yang
baik dengan teman
disekolah?
Mengutarakan Dapatkah siswa
keinginan atau mengutarakan
perasaan dengan perasaan atau
kalimat yang bisa keinginan dari
dipahami dalam dirinya
sendiri?
Eksternal Terjalinnya Adakah
keharmonisan di keharmonisan yang
dalam keluarga siswa terjalin di dalam
keluarga siswa?
Adanya Adakah
Lingkungan dukungan/motivasi dukungan/motivasi
Keluarga dalam keluarga dalam keluarga
untuk siswa?
Memiliki kondisi Apakah siswa
ekonomi keluarga memiliki kondisi
yang stabil ekonomi keluarga
yang stabil?
Lingkungan Memiliki kondisi Apakah sekolah
Sekolah pengajar baik memiliki kondisi
pengajar baik?
Memiliki fasilitas Apakah sekolah
belajar memadai memiliki fasilitas
belajar memadai?
Memiliki persiapan / Apakah sekolah
kurikulum sekolah memiliki
baik persiapan /
kurikulum sekolah
baik?
Terciptanya suasana Adakah terciptanya
pembelajaran suasana
menyenangkan pembelajaran
menyenangkan di
kelas?
Terciptanya suasana Adakah terciptanya
sekolah nyaman untuk suasana sekolah
siswa nyaman untuk
siswa?
Terdapat lingkungan Apakah terdapat
pembelajaran sekolah lingkungan
yang aman untuk pembelajaran
siswa sekolah yang aman
untuk siswa?
Memiliki hubungan Adakah hubungan
yang baik antara yang baik antara
pengelola, pengajar pengelola, pengajar
dan anak didik dan anak didik?
Memiliki hubungan Apakah siswa
dengan teman rumah memiliki hubungan
yang baik dengan teman
Lingkungan rumah yang baik?
Masyarakat Memiliki hubungan Apakah siswa
dengan teman sekolah memiliki hubungan
yang baik dengan teman
sekolah yang baik?
b. Pedoman Wawancara Orang Tua
Nama :
Hari / Tanggal Wawancara :
Jam Wawancara :
Tempat Wawancara :

Tujuan Faktor Aspek Indicator Pertanyaan Keterangan


Untuk Internal Gerak dasar Apakah dalam kegiatan
mengeta lokomotor sehari-hari ibu selalu
hui (berjalan,berlari, memperhatikan anak
kesulitan melompat) dalam melakukan gerak
belajar dengan kontrol dasar seperti
siswa dan terkoordiasi berjalan,berlari,melomp
PAUD at dengan kontrol dan
terkoordiasi?
Motorik Gerak dasar non – Apakah pada saat
kasar lokomotor melakukan salah satu
(melempar, kegiatan olahraga anak
menangkap, aktif dapat melakukan
menendang bola, gerak dasar seperti
atau benda lain) melempar, menangkap,
dengan kontrol menendang bola, atau
dan terkoordinasi benda lain dengan
kontrol dan
terkoordinasi?
Gerak kreasi Apakah pada saat
sederhana melakukan kegiatan di
(Gerakan dalam sehari-hari anak
binatang, aktif dapat melakukan
kendaraan, dsb) gerak kreasi sederhana
seperti gerakan
binatang dan
kendaraan?
Menggunting Dapatkah anak
mengikuti garis menggunting kertas
mengikuti pola yang
telah disediakan?
Menggunakan Dapatkah anak mampu
alat tulis dengan memegang alat tulisnya
Motorik
benar dengan baik dan benar?
halus
Membuat coretan Dapatkah anak sudah
yang sudah dapat membuat coretan
berbentuk yang sudah berbentuk
(menyerupai seperti menyerupai
huruf, symbol, huruf, symbol, atau
atau angka) angka?
Konsep ukuran Apakah anak dapat
besar- kecil, membedakan berbagai
Panjang-pendek konsep ukuran benda
(membedakan dan yang ada disekitarnya,
mengurutkan seperti membedakan
dalam seriasi) besar atau kecil,
panjang atau pendek,
Kognitif
dan mengurutkan dalam
tatanan yang benar?
Mengelompokkan Apakah anak mampu
benda dua seriasi mengenal berbagai jenis
(warna,bentuk,fun warna dan bebagai jenis
gsi, ukuran) bentuk benda yang ada
disekitarnya?
Bahasa Membilang dan Apakah anak dapat
memahami menyebutkan dan
konsep berhitung memahami suatu angka
1-20 dengan baik?
Memahami Dapatkah anak
perintah memahami perintah
sederhana yang diberikan oleh
orang tua seperti
meminta tolong untuk
mengambilkan sesuatu?
Berkomunikasi Apakah anak mampu
dua arah dengan berkomunikasi dengan
menggunakan anggota keluarga
kalimat sederhana maupun temannya?
yang benar
Tertarik dan Dapatkah anak tertarik
fokus dan fokus dalam
mendengarkan memahami makna
cerita dari buku cerita dalam sebuah
cerita ?
Sosial Mengenal symbol Apakah anak dapat
emosi alfabet terutama mengenal symbol
namanya sendiri alfabet sehingga bisa
beserta menyebutkan namanya
pengucapannya sendiri beserta
pengucapannya?
Mampu Bagaimana cara ibu
beradaptasi membantu anak dalam
dengan beradaptasi dengan
lingkungan baru lingkungan baru?
Mengikuti aturan Bagaimana cara ibu
agar anak dapat
mengikuti aturan yang
dibuat dirumah?
Menjalin Apakah anak sudah
hubungan mempunyai hubungan
pertemanan yang baik dengan
dengan orang atau teman di lingkungan
teman baru rumah?
Mengutarakan Dapatkah anak
keinginan atau mengutarakan perasaan
perasaan dengan atau keinginan dari
kalimat yang bisa dalam dirinya sendiri?
dipahami
Eksternal Terjalinnya Adakah keharmonisan
Lingkungan keharmonisan di yang terjalin di dalam
Keluarga dalam keluarga keluarga anak?
siswa
Adanya Adakah
dukungan/motiva dukungan/motivasi
si dalam keluarga dalam keluarga untuk
anak?
Memiliki kondisi Apakah anak memiliki
ekonomi keluarga kondisi ekonomi
yang stabil keluarga yang stabil?
Lingkungan Memiliki kondisi Apakah sekolah
Sekolah pengajar baik memiliki kondisi
pengajar baik?
Memiliki fasilitas Apakah sekolah emiliki
belajar memadai fasilitas belajar
memadai?
Memiliki Apakah sekolah
persiapan / memiliki persiapan /
kurikulum kurikulum sekolah
sekolah baik baik?
Terciptanya Adakah terciptanya
suasana suasana pembelajaran
pembelajaran menyenangkan di
menyenangkan kelas?
Terciptanya Adakah terciptanya
suasana sekolah suasana sekolah
nyaman untuk nyaman untuk anak?
siswa
Terdapat Apakah terdapat
lingkungan lingkungan
pembelajaran pembelajaran sekolah
sekolah yang yang aman untuk anak?
aman untuk siswa
Memiliki Adakah hubungan yang
hubungan yang baik antara pengelola,
baik antara pengajar dan anak
pengelola, didik?
pengajar dan anak
didik
Memiliki Apakah anak memiliki
hubungan dengan hubungan dengan
teman rumah teman rumah yang
Lingkungan yang baik baik?
Masyarakat Memiliki Apakah anak memiliki
hubungan dengan hubungan dengan
teman sekolah teman sekolah yang
yang baik baik?
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Temuan Kegiatan DKB Dari Hasil Lapangan


1. Identifikasi Siswa
Dalam observasi ini peneliti memilih dua siswa sebagai klien karena peneliti
mengamati siswa tersebut  mengalami kesulitan belajar dan masih ada beberapa
aspek perkembangan yang belum dicapai. Dalam observasi ini peneliti mengamati
bahwa dua siswa tersebut mengalami kesulitan belajar pada proses belajar
mengajar sikapnya kurang baik terhadap materi pelajaran, dan terlihat kurang
konsentrasi. Selain pengamatan dari peneliti hasil informasi dari wali kelas dan
kepala sekolah dan wawancara dengan wali murid juga memberikan informasi
yang sama dengan pengamatan peneliti.
Berikut hasil pengumpulan data diri siswa yang megalami kesulitan belajar:
a. siswa A
1) identitas siswa
Nama : Al Fattah Mahdami Yasvin
TTL : Jakarta, 14 Oktober 2015
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Petukangan Rt 12/04 Rawaterate,
Cakung Jakarta Timur
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Kelas :B
Jumlah Saudara : 2 Saudara
Anak Ke : 1 (Pertama)
Tinggal Bersama : Orang Tua
2) Nama Orang Tua
Ayah : Yakub
Ibu : Selvia Wijaya
Agama : Islam
Pekerjaan orang tua
Ayah : Karyawan Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
3) Nama Wali Kelas : Suparti
4) Kepala Sekolah : Masyuti

b. Siswa B
1) Identitas Siswa
Nama : Muhammad Ali
TTL : Jakarta, 17 Juni 2015
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Petukangan Rt 016/04 Rawaterate, Cakung,
Jakarta Timur
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Kelas :B
Jumlah Saudara :2
Anak Ke : 1 (Petama)
Tinggal Bersama : Orangtua
2) Nama Orang Tua
Ayah : Rindang
Ibu : Brigita Satu Ambarwati
Agama : Islam
Pekerjaan
Ayah : Buruh Harian Lepas
Ibu : Ibu Rumah Tangga
3) Nama Wali Kelas : Suparti
4) Kepala Sekolah : Masyuti
2. Melokalisasi Letak dan Jenis Kesulitan Belajar
a. Siswa A (Al Fattah Mahdami Yasvin)
Melokalisasi letak kesulitan belajar, maksudnya adalah menentukan kesulitan
belajar.
Dan dalam hal ini, siswa yang di teliti mengalami kesulitan dalam meyerap
pelajaran yang disampaikan oleh guru dan kesulitan belajar karena beberapa
aspek yang belum trecapai perkembangannya. Kesulitan belajar yang dialami
siswa ini dapat kita sebut dengan  (lambat dalam belajar).

b. Siswa B (Muhammad Ali)


Melokalisasi letak kesulitan belajar, untuk menentukan kesulitan belajar.
Dan dalam hal ini, siswa yang di teliti mengalami kesulitan dan
Keterlambatan meyerap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Peneliti
melihat bahwa muhammad Ali ini kekurangan rasa percaya dirinya dan kurang
dorongan motivasi belajar.

3. Melokalisasikan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


a. Siswa A (Al Fattah Mahdami Yasvin)
Dalam melokalisasi faktor penyebab kesulitan belajar siswa dapat
dilakukan dengan cara menggunakan berbagai instrument seperti wawancara,
dan observasi.
Pengungkapan yang dilakukan dengan mengunakan berbagai instrument
tujuannya adalah agar dapat melihat dan mengetahui apakah siswa mengalami
kesulitan belajar itu berasal dari faktor dari dalam diri sendiri atau dari luar
diri sendiri.
Setelah melakukan berbagai instrumen dalam mengungkap faktor
penyebab kesulitan belajar siswa, maka faktor peneyebab kesulitan belajar
siswa adalah sebagai berikut:
1) Faktor Internal
a) Fisik (motorik halus) : belum mampu menggunting mengikuti garis
b) Kognitif : ada keterlambatan dalam menghitung
c) Bahasa : keterlambatan dalam komunikasi, sulit
mengenal alfabet nama sendiri dan
pengucapannya.
d) Sosial emosi : sulit mengikuti aturan, sulit megutarakan
keinginan
2) Faktor eksternal
a) Lingkungan keluarga : pola asuh yang otoriter
b) Lingkungan sekolah : sering menjadi bahan bullyan teman
sekolah

b. Siswa B (Muhammad Ali)


Dalam melokalisasi faktor penyebab kesulitan belajar siswa dapat
dilakukan dengan cara menggunakan berbagai instrument seperti wawancara,
dan observasi.
Pengungkapan yang dilakukan dengan mengunakan berbagai
instrument tujuannya adalah agar dapat melihat dan mengetahui apakah siswa
mengalami kesulitan belajar itu berasal dari faktor dari dalam diri sendiri atau
dari luar diri sendiri.
Setelah melakukan berbagai instrumen dalam mengungkap faktor
penyebab kesulitan belajar siswa, maka faktor peneyebab kesulitan belajar
siswa adalah sebagai berikut:
1) Faktor internal
Sosial emosi : belum mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, mejalin
hubungan dengan orang-orang tertentu saja, belum bisa mengutarakan
keinginan.
2) Faktor eksternal
a) Lingkungan keluarga : dari segi keharmonisan keluarga kurang
harmonis, kondisi ekonomi yang kurang.
b) Lingkungan sekolah : kurangnya bersosialisasi dengan teman
sekelasnya
4. Menentukan kemungkinan Program BK dan PPI
Menurut Kitano dan Kirby (1986) dalam Mulyono Abdulrrahman (2005)
ada lima langkah dalam merumuskan program pembelajaran individual:
1) Membentuk tim PPI, tim penyusun PPI terdiri atas guru kelas, guru bidang
studi, kepala sekolah, Guru Pendamping Khusus (GPK), orang tua atau
tenaga ahli lain yang ada dan terkait dengan kondisi anak. Tim PPI ini
bertanggungjawab atas program yang dirancang bersama.
2) Menilai kekuatan, kelemahan, minat dan kebutuhan anak dari berbagai
aspek perkembangan; emosi, sosialisasi, kognitif, bahasa, fisik motorik
dan lain-lain serta program khusus.
3) Mengembangkan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
4) Merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan, dan
5) Menentukan metode evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menentukan
kemajuan anak.
Dalam PPI menurut Kitano dan Kirby hendaknya memuat lima
pernyataan, yaitu:
a) Identitas anak
b) Taraf kemampuan anak usia dini saat ini.
c) Tujuan umum yang akan dicapai dalam satu tahun (tujuan jangka panjang).
d) Tujuan jangka pendek atau tujuan pembelajaran khusus
e) Proyeksi waktu pelaksanaan program
f) Pendekatan & metode
g) Prosedur evaluasi
1. Program BK
a. Jadwal Kegiatan Program Bimbingan Dan Konseling Paud Tunas Harapan
Tahun Pelajaran 2021/2022

b. RPL

A. Komponen Layanan Layanan Dasar


B. Bidang Pelayanan Keterampilan belajar
C. Topik/Tema Layanan Kesulitan Belajar Pada Siswa
D. Fungsi Layanan Pemahaman
E. Tujuan Umum Peserta didik /konseli memiliki motivasi untuk
kesulitan belajar terhadap siswa
F. Tujuan Khusus Peserta didik/konseli memiliki semangat untuk
belajar
G. Sasaran Layanan PAUD
H. Materi Motivasi kesulitan belajar
I. Waktu 4 x pertemuan x 40 menit
J. Sumber materi Buku
K. Metode Tanya jawab, praktek, diskusi
L. Media Buku
M. Pelaksanaan
1 Tahap Awal/Pendahuluan Uraian Kegiatan
a. Membangun hubungan konseling yang
melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan
terletak pada terpenuhinya asas-asas
bimbingan dan konseling, terutama asas
kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan;
dan kegiatan.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
Jika hubungan konseling sudah terjalin
dengan baik dan klien telah melibatkan
diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien.
c. Membuat penaksiran dan perjajagan.
Konselor berusaha menjajagi atau
menaksir kemungkinan masalah dan
merancang bantuan yang mungkin
dilakukan, yaitu dengan membangkitkan
semua potensi klien, dan menentukan
berbagai alternatif yang sesuai, untuk
mengantisipasi masalah yang dihadapi
klien.
d. Menegosiasikan kontrak. Membangun
perjanjian antara konselor dengan klien,
berisi: (1) Kontrak waktu, yaitu berapa
lama waktu pertemuan yang diinginkan
oleh klien dan konselor tidak
berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu
berbagi tugas antara konselor dan klien;
dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses
konseling, yaitu terbinanya peran dan
tanggung jawab bersama antara konselor
dan konseling dalam seluruh rangkaian
kegiatan konseling. 

2 Tahap Inti Uraian kegiatan


a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah
klien lebih dalam. Penjelajahan masalah
dimaksudkan agar klien mempunyai
perspektif dan alternatif baru terhadap
masalah yang sedang dialaminya.
b. Konselor melakukan reassessment
(penilaian kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali permasalahan yang
dihadapi klien.
c. Menjaga agar hubungan konseling tetap
terpelihara.
N. Evaluasi
Evaluasi Proses a. Konselor bersama klien membuat
kesimpulan mengenai hasil proses
konseling.
b. Menyusun rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling
sebelumnya.
c. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil
konseling (penilaian segera).
d. Membuat perjanjian untuk pertemuan
berikutnya
b. Program Pendidikan Indivual (PPI)
1. Siswa A
a) Identitas Anak
PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL (PPI)
IDENTITAS SISWA
Nama : Al Fattah Mahdami Yasvin
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Jakarta, 14 Oktober 2015
Kelas :B
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Tahun Pelajaran: 2021/2022
Alamat : Kp. Petukangan Rt 12/04 Rawaterate,Cakung Jakarta Timur

b) Taraf Kemampuan Anak Usia Dini


No Aspek perkembangan Kekuatan kelemahan kebutuhan
.
1. Fisik (motorik halus) Mampu Belum mampu Menggunting
menggunakan alat menggunting mengikuti garis
tulis dengan benar mengikuti garis
2. kognitif Mampu Belum mampu Megelompokkan
megelompokkan mengemompokkan warna,
ukuran besar dan warna, belum mmebilang
kecil mampu berhitung memahami
1-20 konsep 1-20
3. Bahasa Mampu memahami Belum mampu Berkomunikasi
perintah sederhana berkomunikasi dua dua arah,
arah, belum mengenal
mampu mengenal alfabet nama
simbol alfabet sendiri dan
terutama nama pengucapannya
sendiri dan
pengucapannya
4. Sosial emosi Mampu beradatasi Belum mampu Mengikuti
dengan orang baru, mengikuti aturan, aturan,
sudah muncul belum mampu megutarakan
kemampuan megutarakan perasaan.
menjalin hubungan keinginan atau
dengan orang baru perasaannya.

c) Tujuan jangka pendek dan tujuan khusus


Aspek perkembangan Tujuan jangka Panjang Tujuan jangka Pendek
Fisik (motorik Halus) Menggunting megikuti Dapat mengikuti garis
garis dalam bentuk ukuran
(lingkaran, segitiga dll)

Kognitif Mengelompokkan warna dapat membedakan


warna dari berbagai jenis
Berhitung 1-20 Dapat berhitung 1-20
dengan benda
Berkomunikasi dua arah Dapat menyapa teman,
menjawab pertanyaan
dari guru ketika belajar
Bahasa Mengenal alfabet nama Dapat mengenal abjad A
sendiri dan pengucapannya sampai Z, mengetahui
huruf yang ada di
namanya.
Mengikuti aturan Dapat menaati perintah
dan aturan yang
Sosial emosi diberikan guru
Mengutarakan keinginan Dapat mengekspresikan
dan perasaan apa yang diinginkannya
Program Khusus Program khusus mencakup aspek perkembangan fisik
(motorik halus),kognitif,bahasa dan komuikasi, serta
sosial emosi
Waktu 1 Semester
Penanggung Jawab Guru paud, orang tua, dan guru bk
Pendekatan dan Metode Individual
Alat dan Media Pola gambar; menggunting pola dasar berbagai
bentuk, alat permainan yang berwarna seperti bola-
bola warna-warni, poster abjad a-z, dan poster angka
Penilaian Pedoman identifikasi PAUD

2. Siswa B
a) Identitas Anak

PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL (PPI)


IDENTITAS SISWA
Nama : Muhammad Ali
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Jakarta, 17 Juni 2015
Kelas :B
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Tahun Pelajaran: 2021/2022
Alamat : Kp. Petukangan Rt 12/04 Rawaterate,Cakung Jakarta Timur

b) Taraf Kemampuan Anak Usia Dini


No Aspek perkembangan Kekuatan Kelemahan Kebutuhan
.
1. Sosial emosi Sudah mampu Belum mampu Bisa beradaptasi
mengikuti aturan beradatasi dengan dengan
lingkungan dan lingkungan dan
orang baru, belum orang baru, bisa
mampu menjalin menjalin
hubungan dengan hubungan
orang-orang, dengan orang-
belum bisa orang baru, bisa
mengutarakan mengutarakan
keinginan. keinginan.

c) Tujuan jangka pendek dan tujuan khusus

Aspek perkembangan Tujuan jangka Panjang Tujuan jangka Pendek


Beradaptasi dengan Dapat berbaur dengan
lingkungan dan orang baru teman sekelas
Dapat berbaur dengan
lingkungan dan suasana
baru
Sosial emosi Menjalin hubungan Dapat menyapa orang-
dengan orang-orang baru orang baru
Dapat membalas sapaan
orang-orang baru
Mengutarakan keinginan Dapat mengekspresikan
dan perasaan apa yang diinginkannya
Program Khusus Program khusus mencakup aspek sosial emosi
Waktu 1 Semester
Penanggung Jawab Guru paud, orang tua, dan guru bk
Pendekatan dan Metode Individual
Alat dan Media -
Penilaian Pedoman identifikasi PAUD

B. Pembahasan Temuan Kegiatan DKB Dari Hasil Lapangan


1. Identifikasi Siswa
Dalam observasi ini peneliti memilih dua siswa sebagai klien karena peneliti
mengamati siswa tersebut  mengalami kesulitan belajar dan masih ada beberapa
aspek perkembangan yang belum dicapai. Dalam observasi ini peneliti mengamati
bahwa dua siswa tersebut mengalami kesulitan belajar pada proses belajar
mengajar sikapnya kurang baik terhadap materi pelajaran, dan terlihat kurang
konsentrasi. Selain pengamatan dari peneliti hasil informasi dari wali kelas dan
kepala sekolah dan wawancara dengan wali murid juga memberikan informasi
yang sama dengan pengamatan peneliti.
Berikut hasil pengumpulan data diri siswa yang megalami kesulitan belajar
a. .siswa A
1) identitas siswa
Nama : Al Fattah Mahdami Yasvin
TTL : Jakarta, 14 Oktober 2015
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Petukangan Rt 12/04 Rawaterate,
Cakung Jakarta Timur
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Kelas :B
Jumlah Saudara : 2 Saudara
Anak Ke : 1 (Pertama)
Tinggal Bersama : Orang Tua
2) Nama Orang Tua
Ayah : Yakub
Ibu : Selvia Wijaya
Agama : Islam
Pekerjaan orang tua
Ayah : Karyawan Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
3) Nama Wali Kelas : Suparti
4) Kepala Sekolah : Masyuti

b. Siswa B
1) Identitas Siswa
Nama : Muhammad Ali
TTL : Jakarta, 17 Juni 2015
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Petukangan Rt 016/04 Rawaterate, Cakung,
Jakarta Timur
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Kelas :B
Jumlah Saudara :2
Anak Ke : 1 (Petama)
Tinggal Bersama : Orangtua
2) Nama Orang Tua
Ayah : Rindang
Ibu : Brigita Satu Ambarwati
Agama : Islam
Pekerjaan
Ayah : Buruh Harian Lepas
Ibu : Ibu Rumah Tangga
3) Nama Wali Kelas : Suparti
4) Kepala Sekolah : Masyuti

2. Melokalisasi Letak dan Jenis Kesulitan Belajar


a. Siswa A (Al Fattah Mahdami Yasvin)
Melokalisasi letak kesulitan belajar, maksudnya adalah menentukan kesulitan
belajar. Dalam hal ini, siswa yang di teliti mengalami kesulitan dalam meyerap
pelajaran yang disampaikan oleh guru seperti kesulitan saat menerima materi
dan kesulitan belajar karena beberapa aspek yang belum tercapai
perkembangannya seperti kesulitan berbicara, kesulitan dalam pengucapan,
kesulitan mengutarakan keinginan, pasif di kelas. Kesulitan belajar yang
dialami siswa ini dapat kita sebut dengan  (lambat dalam belajar).

b. Siswa B (Muhammad Ali)


Melokalisasi letak kesulitan belajar, untuk menentukan kesulitan belajar.
Dan dalam hal ini, siswa yang di teliti mengalami kesulitan dalam
bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan dan orang baru, pasif di
kelas dan. Peneliti melihat bahwa muhammad Ali ini kekurangan rasa percaya
dirinya kurang di dalam proses pembelajaran.
3. Melokalisasikan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
1. Siswa A (Al Fattah Mahdami Yasvin)
Dalam melokalisasi faktor penyebab kesulitan belajar siswa dapat
dilakukan dengan cara menggunakan berbagai instrument seperti wawancara,
dan observasi.
Pengungkapan yang dilakukan dengan mengunakan berbagai
instrument tujuannya adalah agar dapat melihat dan mengetahui apakah siswa
mengalami kesulitan belajar itu berasal dari faktor dari dalam diri sendiri atau
dari luar diri sendiri.
Setelah melakukan berbagai instrumen dalam mengungkap faktor
penyebab kesulitan belajar siswa, maka faktor peneyebab kesulitan belajar
siswa adalah sebagai berikut:
1) Faktor Internal
a) Fisik (motorik halus) : belum mampu menggunting mengikuti garis,
seperti: belum bisa konsentrasi dalam
menggunting dengan baik sehingga hasil dalam
guntingannya tidak mengikuti garis dan
kurangnya keluwesan jari
b) Kognitif : ada keterlambatan dalam menghitung, seperti:
belum bisa menghitung sampai angka 20
c) Bahasa : keterlambatan dalam komunikasi, sulit
mengenal alfabet nama sendiri dan
pengucapannya, dalam hal ini peneliti melihat
bahwa siswa mengalami kesulitan berbicara
yang dinilai kurang sesuai dengan
perkembangannya
d) Sosial emosi : sulit mengikuti aturan, sulit megutarakan
keinginan, dalam hal ini peneliti melihat bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan perasaanya dan siswa terlihat
masih kurang koopeatif dalam mengikuti aturan.
2) Faktor Eksternal
a) Lingkungan keluarga : pola asuh yang otoriter, dalam hal ini peneliti
melihat bahwa orang tua siswa terlalu otoriter
dalam memberikan kegiatan di sekolah maupun
di luar sekolah tanpa melihat adanya minat dan
bakat dari anaknya
b) Lingkungan sekolah : sering menjadi bahan bullyan teman sekolah,
dalam hal ini peneliti melihat bahwa siswa
menjadi bahan ejekan karena terlalu pasif dan
keterlambatan di kelas.
b. Siswa B (Muhammad Ali)
Dalam melokalisasi faktor penyebab kesulitan belajar siswa dapat dilakukan
dengan cara menggunakan berbagai instrument seperti wawancara, dan
observasi. Pengungkapan yang dilakukan dengan mengunakan berbagai
instrument tujuannya adalah agar dapat melihat dan mengetahui apakah siswa
mengalami kesulitan belajar itu berasal dari faktor dari dalam diri sendiri atau
dari luar diri sendiri. Setelah melakukan berbagai instrumen dalam
mengungkap faktor penyebab kesulitan belajar siswa, maka faktor peneyebab
kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut:
1) Faktor internal
Sosial emosi : belum mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, menjalin
hubungan dengan orang-orang tertentu saja, dan belum bisa mengutarakan
keinginan, dalam hal ini peneliti melihat bahwa siswa tersebut mengalami
kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru seperti terlihat
membatasi diri, belum berani membuka diri dengan orang lain, dan belum
bisa mengutarakan keinginannya dalam situasi tertentu.
2) Faktor eksternal
Lingkungan keluarga : dari segi keharmonisan keluarga kurang harmonis,
kondisi ekonomi yang kurang, dalam hal ini peneliti
melihat bahwa siswa terlihat minder dalam segi
ekonominya yang kurang sehingga siswa menutup
diri dari teman-temannya.
Lingkungan sekolah : kurangnya bersosialisasi dengan teman sekelasnya
dalam hal ini peneliti melihat bahwa siswa terlihat
pasif di kelas dan kurang berkomunikasi dengan teman
sekelasnya
4. Menentukan kemungkinan Program BK dan PPI
Menurut Kitano dan Kirby (1986) dalam Mulyono Abdulrrahman (2005) ada
lima langkah dalam merumuskan program pembelajaran individual:
a. Membentuk tim PPI, tim penyusun PPI terdiri atas guru kelas, guru bidang
studi, kepala sekolah, Guru Pendamping Khusus (GPK), orang tua atau tenaga
ahli lain yang ada dan terkait dengan kondisi anak. Tim PPI ini
bertanggungjawab atas program yang dirancang bersama.
b. Menilai kekuatan, kelemahan, minat dan kebutuhan anak dari berbagai aspek
perkembangan; emosi, sosialisasi, kognitif, bahasa, fisik motorik dan lain-lain
serta program khusus.
c. Mengembangkan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
d. Merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan, dan
e. Menentukan metode evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menentukan
kemajuan anak.

Dalam PPI menurut Kitano dan Kirby hendaknya memuat lima pernyataan, yaitu:
a. Identitas anak
b. Taraf kemampuan anak usia dini saat ini.
c. Tujuan umum yang akan dicapai dalam satu tahun (tujuan jangka panjang).
d. Tujuan jangka pendek atau tujuan pembelajaran khusus
e. Proyeksi waktu pelaksanaan program
f. Pendekatan & metode
g. Prosedur evaluasi

1. Program BK
a. Jadwal Kegiatan Program Bimbingan Dan Konseling Paud Tunas Harapan
Tahun Pelajaran 2021/2022
Terdapat beberapa komponen dalam program semesteran, yaitu :
1) Layanan Dasar berisi tentang strategi layanan dan topik/tema layanan dalam
komponen layanan dasar, seperti bimbingan klasikal dengan tema yang sudah
dibuat dalam rencana kegiatan
2) Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual Berisi tentang strategi layanan
dan topik/tema dalam komponen layanan perencanaan individual
3) Layanan Responsif Berisi strategi layanan dan topik/tema (bila ada) dalam
komponen layanan responsive
- Dukungan sistem Berisis tentang strategi kegiatan dalam dukungan sistem
seperti pengembangan jejaring, kegiatan manajemen dan PKB

b. RPL
A. Komponen Layanan Layanan Dasar
B. Bidang Pelayanan Keterampilan belajar
C. Topik/Tema Layanan Kesulitan Belajar Pada Siswa
D. Fungsi Layanan Pemahaman
E. Tujuan Umum Peserta didik /konseli memiliki motivasi untuk
kesulitan belajar terhadap siswa
F. Tujuan Khusus Peserta didik/konseli memiliki semangat untuk
belajar
G. Sasaran Layanan PAUD
H. Materi Motivasi kesulitan belajar
I. Waktu 4 x pertemuan x 40 menit
J. Sumber materi Buku
K. Metode Tanya jawab, praktek, diskusi
L. Media Buku
M. Pelaksanaan
1 Tahap Awal/Pendahuluan Uraian Kegiatan
a. Membangun hubungan konseling yang
melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan
terletak pada terpenuhinya asas-asas
bimbingan dan konseling, terutama asas
kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan;
dan kegiatan.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
Jika hubungan konseling sudah terjalin
dengan baik dan klien telah melibatkan
diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien.
c. Membuat penaksiran dan perjajagan.
Konselor berusaha menjajagi atau
menaksir kemungkinan masalah dan
merancang bantuan yang mungkin
dilakukan, yaitu dengan membangkitkan
semua potensi klien, dan menentukan
berbagai alternatif yang sesuai, untuk
mengantisipasi masalah yang dihadapi
klien.
d. Menegosiasikan kontrak. Membangun
perjanjian antara konselor dengan klien,
berisi: (1) Kontrak waktu, yaitu berapa
lama waktu pertemuan yang diinginkan
oleh klien dan konselor tidak
berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu
berbagi tugas antara konselor dan klien;
dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses
konseling, yaitu terbinanya peran dan
tanggung jawab bersama antara konselor
dan konseling dalam seluruh rangkaian
kegiatan konseling. 

2 Tahap Inti Uraian kegiatan


C. Menjelajahi dan
mengeksplorasi masalah klien
lebih dalam. Penjelajahan
masalah dimaksudkan agar
klien mempunyai perspektif
dan alternatif baru terhadap
masalah yang sedang
dialaminya.
D. Konselor melakukan
reassessment (penilaian
kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali
permasalahan yang dihadapi
klien.
E. Menjaga agar hubungan
konseling tetap terpelihara.
N. Evaluasi
Evaluasi Proses i. Konselor bersama klien membuat
kesimpulan mengenai hasil proses
konseling.
ii. Menyusun rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling
sebelumnya.
iii. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil
konseling (penilaian segera).
iv. Membuat perjanjian untuk pertemuan
berikutnya

c. Program Pendidikan Indivual (PPI)


1. Siswa A
a) Identitas Anak
PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL (PPI)
IDENTITAS SISWA
Nama : Al Fattah Mahdami Yasvin
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Jakarta, 14 Oktober 2015
Kelas :B
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Tahun Pelajaran: 2021/2022
Alamat : Kp. Petukangan Rt 12/04 Rawaterate,Cakung Jakarta Timur

b) Taraf Kemampuan Anak Usia Dini


No Aspek perkembangan Kekuatan kelemahan kebutuhan
.
1. Fisik (motorik halus) Mampu Belum mampu Menggunting
menggunakan alat menggunting mengikuti garis
tulis dengan benar mengikuti garis
2. kognitif Mampu Belum mampu Megelompokkan
megelompokkan mengemompokkan warna,
ukuran besar dan warna, belum membilang
kecil mampu berhitung memahami
1-20 konsep 1-20
3. Bahasa Mampu memahami Belum mampu Berkomunikasi
perintah sederhana berkomunikasi dua dua arah,
arah, belum mengenal
mampu mengenal alfabet nama
simbol alfabet sendiri dan
terutama nama pengucapannya
sendiri dan
pengucapannya
4. Sosial emosi Mampu beradatasi Belum mampu Mengikuti
dengan orang baru, mengikuti aturan, aturan,
sudah muncul belum mampu megutarakan
kemampuan megutarakan perasaan.
menjalin hubungan keinginan atau
dengan orang baru perasaannya.

c) Tujuan jangka pendek dan tujuan khusus


Aspek perkembangan Tujuan jangka Panjang Tujuan jangka Pendek
Fisik (motorik Halus) Menggunting megikuti Dapat mengikuti garis
garis dalam bentuk ukuran
(lingkaran, segitiga dll)

Kognitif Mengelompokkan warna dapat membedakan


warna dari berbagai jenis
Berhitung 1-20 Dapat berhitung 1-20
dengan benda
Berkomunikasi dua arah Dapat menyapa teman,
menjawab pertanyaan
dari guru ketika belajar
Bahasa Mengenal alfabet nama Dapat mengenal abjad A
sendiri dan pengucapannya sampai Z, mengetahui
huruf yang ada di
namanya.
Sosial emosi Mengikuti aturan Dapat menaati perintah
dan aturan yang
diberikan guru
Mengutarakan keinginan Dapat mengekspresikan
dan perasaan apa yang diinginkannya
Program Khusus Program khusus mencakup aspek perkembangan fisik
(motorik halus),kognitif,bahasa dan komuikasi, serta
sosial emosi
Waktu 1 Semester
Penanggung Jawab Guru paud, orang tua, dan guru bk
Pendekatan dan Metode Individual
Alat dan Media Pola gambar; menggunting pola dasar berbagai
bentuk, alat permainan yang berwarna seperti bola-
bola warna-warni, poster abjad a-z, dan poster angka
Penilaian Pedoman identifikasi PAUD

Contoh pemberian PPI (Program Pendidikan Individu) yang bisa di


terapkan kepada masalah siswa PAUD Tunas Harapan adalah sebagai berikut :
a. Meminta siswa untuk berlatih menggunting megikuti garis
b. Melatih siswa untuk mengelompokkan benda sesuai warnanya
c. Meminta siswa untuk menghitung angka
d. Meminta siswa untuk berani untuk berkomunikasi dengan teman dan
menjawab pertanyaan apabila guru bertanya
e. Meminta siswa untuk berlatih menulis namanya sendiri
f. Meminta siswa untuk mengikuti perintah yang diberikan seperti mengambil
buku, mainan, dll
g. Meminta siswa untuk mulai berani mengutarakan keinginanya

1. Siswa B
a) Identitas Anak

PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL (PPI)


IDENTITAS SISWA
Nama : Muhammad Ali
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Jakarta, 17 Juni 2015
Kelas :B
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Tahun Pelajaran: 2021/2022
Alamat : Kp. Petukangan Rt 12/04 Rawaterate,Cakung Jakarta Timur

b) Taraf Kemampuan Anak Usia Dini


No Aspek perkembangan Kekuatan Kelemahan Kebutuhan
.
1. Sosial emosi Sudah mampu Belum mampu Bisa beradaptasi
mengikuti aturan beradatasi dengan dengan
lingkungan dan lingkungan dan
orang baru, belum orang baru, bisa
mampu menjalin menjalin
hubungan dengan hubungan
orang-orang, dengan orang-
belum bisa orang baru, bisa
mengutarakan mengutarakan
keinginan. keinginan.

c) Tujuan jangka pendek dan tujuan khusus

Aspek perkembangan Tujuan jangka Panjang Tujuan jangka Pendek


Beradaptasi dengan Dapat berbaur dengan
lingkungan dan orang baru teman sekelas
Dapat berbaur dengan
lingkungan dan suasana
baru
Sosial emosi Menjalin hubungan Dapat menyapa orang-
dengan orang-orang baru orang baru
Dapat membalas sapaan
orang-orang baru
Mengutarakan keinginan Dapat mengekspresikan
dan perasaan apa yang diinginkannya
Program Khusus Program khusus mencakup aspek sosial emosi
Waktu 1 Semester
Penanggung Jawab Guru paud, orang tua, dan guru bk
Pendekatan dan Metode Individual
Alat dan Media -
Penilaian Pedoman identifikasi PAUD

Contoh pemberian PPI (Program Pendidikan Individu) yang bisa di


terapkan kepada masalah siswa MA Nur Al-Zahrah adalah sebagai berikut :
a. Meminta siswa untuk berani dalam beradaptasi dan berbaur kepada orang-
orang baru
b. Meminta siswa untuk mulai menjalin hubungan dengan orang-orang baru
seperti bergabung dalam bermain dan mengajak main
c. Meminta siswa untuk mulai berani mengutarakan keinginanya

BAB V

PENUTUP
A. SIMPULAN
Diagnosis kesulitan belajar ini dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan belajar
siswa, sehingga segala bentuk kesulitan belajar pada siswa dapat terentaskan dengan
baik dan kegiatan belajar mengajar menjadi lancar dan dapat lebih baik lagi dalam
upaya meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Berdasarkan apa yang
dipaparkan di dalam laporan, terdapat bahwa Kesulitan belajar yang dialami siswa,
dipengaruhi dua faktor yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri siswa sebagai faktor
internal dan faktor yang berasal dari luar diri siswa sebagai faktor eksternal. Faktor
internal yang berasal dari dalam diri seperti perkembangan anak usia dini yang belum
berkembang sesusianya dan faktor luar seperti lingkungan disekitar yang
mmepengaruhinya.

Diagnosis kesulitan belajar memerlukan perencanaan yang matang, yang memerlukan


waktu dan  tenaga. Oleh karena itu diagnosis kesulitan belajar siswa hendaknya menjadi
bagian dari program bimbingan dan konseling agar mampu mecegah dan mengentaskan
permasalahan kesulitan belajar siswa. Sehingga dalam proses belajar siswa mampu
belajar secara optimal dalam pembelajaran.

B. SARAN
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling guru bk harus mampu mendiagnosa
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa serta mengumpulkan data yang diperlukan
untuk mengetahui megenai kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dan guru bk dapat
memberikan layanan yang dibutuhkan oleh siswa sehingga siswa mampu belajar secara
optimal dan menghasilkan hasil belajar yang diharapkan.

C. KETERBATASAN
Dalam penulisan laporan ini peneliti meyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan guna
perbaikan pada masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Catharina Tri Anni. 2005. Psikologi Belajar. Semarang : UPT. MKK UNNES.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Casey., et. al. (2000). Structural and functional brain developmentand its relation to cognitive
development. Biological Psychology54 (2000) 241–257
Johnson. M., Munakata. Y. (2005). Processes of change in brainand cognitive development.
TRENDS in Cognitive Sciences Vol.9 No.3 March 2005
Max Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.
McLeod, S. A. (2009). Jean Piaget | Cognitive Theory. Retrieved from
http://www.simplypsychology.
org/piaget.html on 10 January 2013
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Mulyono Abdurrahman. 1996. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Mustaqim. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Ngalim Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurdin, Adnil Edwin (2009) Tumbuh Kembang PerilakuManusia, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes. 1997. Landasan-landasan Pendidikan Sekolah
Dasar. Jakarta : Depdikbud.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta :
Rineka Cipta.
Wahyuni, Nani (2010). Defi nisi Perkembangan. Retrieved from http://edukasi.kompasiana.
com/2010/10/25/defi nisi-perkembangan/ on 10 January 2013

LAMPIRAN

1. Program bk

2. Program Pendidikan Individu


a. Siswa 1
PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL (PPI)
IDENTITAS SISWA
Nama : Al Fattah Mahdami Yasvin
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Jakarta, 14 Oktober 2015
Kelas :B
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Tahun Pelajaran: 2021/2022
Alamat : Kp. Petukangan Rt 12/04 Rawaterate,Cakung Jakarta Timur

No Aspek perkembangan Kekuatan kelemahan kebutuhan


.
1. Fisik (motorik halus) Mampu Belum mampu Menggunting
menggunakan alat menggunting mengikuti garis
tulis dengan benar mengikuti garis
2. kognitif Mampu Belum mampu Megelompokkan
megelompokkan mengemompokkan warna,
ukuran besar dan warna, belum membilang
kecil mampu berhitung memahami
1-20 konsep 1-20
3. Bahasa Mampu memahami Belum mampu Berkomunikasi
perintah sederhana berkomunikasi dua dua arah,
arah, belum mengenal
mampu mengenal alfabet nama
simbol alfabet sendiri dan
terutama nama pengucapannya
sendiri dan
pengucapannya
4. Sosial emosi Mampu beradatasi Belum mampu Mengikuti
dengan orang baru, mengikuti aturan, aturan,
sudah muncul belum mampu megutarakan
kemampuan megutarakan perasaan.
menjalin hubungan keinginan atau
dengan orang baru perasaannya.

Aspek perkembangan Tujuan jangka Panjang Tujuan jangka Pendek


Fisik (motorik Halus) Menggunting megikuti Dapat mengikuti garis
garis dalam bentuk ukuran
(lingkaran, segitiga dll)

Kognitif Mengelompokkan warna dapat membedakan


warna dari berbagai jenis
Berhitung 1-20 Dapat berhitung 1-20
dengan benda
Berkomunikasi dua arah Dapat menyapa teman,
menjawab pertanyaan
dari guru ketika belajar
Bahasa Mengenal alfabet nama Dapat mengenal abjad A
sendiri dan pengucapannya sampai Z, mengetahui
huruf yang ada di
namanya.
Mengikuti aturan Dapat menaati perintah
dan aturan yang
Sosial emosi diberikan guru
Mengutarakan keinginan Dapat mengekspresikan
dan perasaan apa yang diinginkannya
Program Khusus Program khusus mencakup aspek perkembangan fisik
(motorik halus),kognitif,bahasa dan komuikasi, serta
sosial emosi
Waktu 1 Semester
Penanggung Jawab Guru paud, orang tua, dan guru bk
Pendekatan dan Metode Individual
Alat dan Media Pola gambar; menggunting pola dasar berbagai
bentuk, alat permainan yang berwarna seperti bola-
bola warna-warni, poster abjad a-z, dan poster angka
Penilaian Pedoman identifikasi PAUD
b. Siswa 2

PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL (PPI)


IDENTITAS SISWA
Nama : Muhammad Ali
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Jakarta, 17 Juni 2015
Kelas :B
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Tahun Pelajaran: 2021/2022
Alamat : Kp. Petukangan Rt 12/04 Rawaterate,Cakung Jakarta Timur

No Aspek perkembangan Kekuatan Kelemahan Kebutuhan


.
1. Sosial emosi Sudah mampu Belum mampu Bisa beradaptasi
mengikuti aturan beradatasi dengan dengan
lingkungan dan lingkungan dan
orang baru, belum orang baru, bisa
mampu menjalin menjalin
hubungan dengan hubungan
orang-orang, dengan orang-
belum bisa orang baru, bisa
mengutarakan mengutarakan
keinginan. keinginan.

Aspek perkembangan Tujuan jangka Panjang Tujuan jangka Pendek


Sosial emosi Beradaptasi dengan Dapat berbaur dengan
lingkungan dan orang baru teman sekelas
Dapat berbaur dengan
lingkungan dan suasana
baru
Menjalin hubungan Dapat menyapa orang-
dengan orang-orang baru orang baru
Dapat membalas sapaan
orang-orang baru
Mengutarakan keinginan Dapat mengekspresikan
dan perasaan apa yang diinginkannya
Program Khusus Program khusus mencakup aspek sosial emosi
Waktu 1 Semester
Penanggung Jawab Guru paud, orang tua, dan guru bk
Pendekatan dan Metode Individual
Alat dan Media -
Penilaian Pedoman identifikasi PAUD

3. Rencana Pemberian Layanan BK

A. Komponen Layanan Layanan Dasar


B. Bidang Pelayanan Keterampilan belajar
C. Topik/Tema Layanan Kesulitan Belajar Pada Siswa
D. Fungsi Layanan Pemahaman
E. Tujuan Umum Peserta didik /konseli memiliki motivasi untuk
kesulitan belajar terhadap siswa
F. Tujuan Khusus Peserta didik/konseli memiliki semangat untuk
belajar
G. Sasaran Layanan PAUD
H. Materi Motivasi kesulitan belajar
I. Waktu 4 x pertemuan x 40 menit
J. Sumber materi Buku
K. Metode Tanya jawab, praktek, diskusi
L. Media Buku
M. Pelaksanaan
1 Tahap Awal/Pendahuluan Uraian Kegiatan
e. Membangun hubungan konseling yang
melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan
terletak pada terpenuhinya asas-asas
bimbingan dan konseling, terutama asas
kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan;
dan kegiatan.
f. Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
Jika hubungan konseling sudah terjalin
dengan baik dan klien telah melibatkan
diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien.
g. Membuat penaksiran dan perjajagan.
Konselor berusaha menjajagi atau
menaksir kemungkinan masalah dan
merancang bantuan yang mungkin
dilakukan, yaitu dengan membangkitkan
semua potensi klien, dan menentukan
berbagai alternatif yang sesuai, untuk
mengantisipasi masalah yang dihadapi
klien.
h. Menegosiasikan kontrak. Membangun
perjanjian antara konselor dengan klien,
berisi: (1) Kontrak waktu, yaitu berapa
lama waktu pertemuan yang diinginkan
oleh klien dan konselor tidak
berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu
berbagi tugas antara konselor dan klien;
dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses
konseling, yaitu terbinanya peran dan
tanggung jawab bersama antara konselor
dan konseling dalam seluruh rangkaian
kegiatan konseling. 

2 Tahap Inti Uraian kegiatan


F. Menjelajahi dan
mengeksplorasi masalah klien
lebih dalam. Penjelajahan
masalah dimaksudkan agar
klien mempunyai perspektif
dan alternatif baru terhadap
masalah yang sedang
dialaminya.
G. Konselor melakukan
reassessment (penilaian
kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali
permasalahan yang dihadapi
klien.
H. Menjaga agar hubungan
konseling tetap terpelihara.
N. Evaluasi
Evaluasi Proses v. Konselor bersama klien membuat
kesimpulan mengenai hasil proses
konseling.
vi. Menyusun rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling
sebelumnya.
vii. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil
konseling (penilaian segera).
viii. Membuat perjanjian untuk pertemuan
berikutnya

4. Materi Layanan BK
A. Kajian Teori tentang Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Oemar Hamalik (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 114) menyatakan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah keadaan individu yang terangsang dan terjadi jika suatu motif
telah dihubungkan dengan suatu pengharapan yang sesuai (Max Darsono, 2001:
62).
Motivasi yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri
seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 114). Motivasi adalah dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar
manusia tersebut (Dimyati, 2002: 80).
Gagne dan Berliner (dalam Catharina Tri Anni, 2005 : 2) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman. Morgan (dalam Catharina Tri Anni, 2005 : 2)
menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi
karena hasil dari praktik atau pengalaman. Slavin (dalam Catharina Tri Anni,
2005 : 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang
disebabkan oleh pengalaman. Gagne (dalam Catharina Tri Anni, 2005 : 2)
menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan
manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan
perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Dari beberapa
pengertian di atas akhirnya dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Sesuai dengan pengertian motivasi belajar, maka tidak perlu dipertanyakan lagi
betapa pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar. Didalam kenyataan,
motivasi belajar ini tidak selalu timbul dalam diri siswa. Sebagian siswa
mempunyai motivasi belajar yang tinggi, tetapi sebagian lain motivasinya
rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Motivasi belajar penting bagi siswa
dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan
dengan teman sebaya
c. Mengarahkan kegiatan belajar
d. Membesarkan semangat belajar
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja,
siswa dilatih untuk menggunakan kekuatannya sehingga dapat berhasil.

3. Jenis dan Sifat Motivasi


Motivasi sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat. Para ahli
ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan
tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian
tentang perilaku belajar pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat
tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya sependapat bahwa
motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan
motivasi sekunder. Jenis Motivasi
a. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar
atau motif bawaan. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari
segi biologis atau jasmani manusia yang timbul akibat proses kimiawi
fisiologik yang terdapat pada setiap orang.
b. Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang diperoleh dari belajar melalui
pengalaman. Motivasi sekunder ini, oleh beberapa ahli disebut juga
motivasi sosial. Lingdren (dalam Max Darsono, 2001 : 62) menyatakan
bahwa motivasi sosial adalah motivasi yang dipelajari dan bahwa
lingkungan individu memegang peran yang penting.
4. Sifat Motivasi
Berdasarkan sifatnya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik.
a) Motivasi Intrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri dan tidak
dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya karena dalam setiap diri individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Orang yang tingkah lakunya
digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas kalau tingkah lakunya
telah mencapai hasil tingkah laku itu sendiri. Misalnya seorang siswa
menyelesaikan pekerjaan rumah tentang soal-soal matematika, bertujuan
untuk memahami konsep-konsep matematika melalui penyelesaian soal-soal
itu, bukan karena takut kepada guru atau ingin mendapat pujian dari guru.

b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dalam diri seseorang
karena pengaruh dari rangsangan di luar perbuatan yang dilakukannya.
Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi
ekstrinsik terletak di luar tingkah laku itu. Misalnya siswa yang sedang
menyelesaikan pekerjaan rumah, sekedar mematuhi perintah guru, kalau
tidak dipatuhi guru akan memarahinya.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Di dalam kehidupan sehari-hari motivasi banyak dipelajari, termasuk motivasi
dalam belajar. Oleh karena itu motivasi belajar dapat timbul tenggelam atau
berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:
a) Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.
Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan
sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung
makna bagi seseorang.
b) Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi
beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa misalnya pengamatan,
perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi.
c) Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan kondisi
fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat
kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi
psikologis. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin
disebabkan waktu berangkat sekolah tidak sarapan, mungkin karena malam
harinya begadang atau mungkin sedang sakit.
d) Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur dari luar diri siswa yaitu
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagi guru hal ini penting,
karena guru terlibat langsung dalam pembelajaran siswa. Guru harus
berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
untuk memotivasi belajar siswa.
e) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya
dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah
dan bahkan hilang sama sekali khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya
kondisional. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam
belajar, dan lain-lain.
f) Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri
dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa,
dan lain-lain.
6. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang.
Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti
tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-
prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus
diterangkan dalam aktivitas belajar-mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi
dalam belajar seperti dalam uraian berikut:
1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya.
Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk
belajar. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi suatu
objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun minat adalah motivasi
dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan
untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar,
maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu.
Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong
aktivitas belajar seseorang.
2) Motivasi Intrinsik Lebih Utama daripada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar
Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan
memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Anak didik yang
malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik oleh guru
supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi
ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala
sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental
pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu motivasi intrinsik lebih
utama dalam belajar.
3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada hukuman
Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak
didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang
senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apa pun juga. Memuji
orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal
ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan
prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada
tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek.
4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar
Dalam kehidupan, anak didik membutuhkan penghargaan. Perhatian,
ketenaran, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar
bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik
dalam belajar. Guru yang berpengalaman harus dapat memanfaatkan
kebutuhan anak didik, sehingga dapat memancing semangat belajar anak
didik agar menjadi anak yang gemar belajar. Anak didik pun giat belajar
untuk memenuhi kebutuhannya demi memuaskan rasa ingin tahunya
terhadap sesuatu.
5) Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar
Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan. Dia yakin bahwa belajar bukan kegiatan
yang sia-sia. Hasilnya akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari
mendatang.
6) Motivasi Melahirkan Prestasi dalam Belajar
Dari berbagai hasil penilitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi
mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan
indikator baik buruknya prestasi belajar seorang anak didik. Anak didik
menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata
pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi dan lengkap.
Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca.
Ulangan pun dilewati dengan mulus dengan prestasi yang gemilang.

7. Fungsi Motivasi dalam Belajar


Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas
berpartisipasi dalam belajar. Sedikit pun tidak bergerak hatinya untuk
mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Sementara anak didik yang lain aktif
berpartisipasi dalam kegiatan.
Fungsi motivasi dalam belajar akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut:
a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum
diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka
mencari tahu. Oleh karena itu, motivasi mempunyai fungsi sebagai pendorong
perbuatan siswa.
b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap siswa merupakan suatu kekuatan
yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik
yang berfungsi sebagai penggerak perbuatan siswa. Sikap berada dalam
kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri
dalam wacana, prinsip, dan hukum. Sehingga mengerti betul isi yang
dikandungnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
motivasi dapat berfungsi sebagai penggerak perbuatan.
c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang
harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus diabaikan. Sesuatu yang akan
dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan
belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi pada anak didik
dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat
membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah
peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.
8. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar
Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun
motivasi ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar.
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut:
a. Memberi Angka
Angka adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik.
Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada
anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi
belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya terdapat dalam buku
rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan
atau kenang-kenangan. Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai
alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi
tinggi, ranking satu, dua, atau tiga dari anak didik lainnya. Pemberian hadiah
bisa juga diberikan dalam bentuk beasiswa atau dalam bentuk lain seperti alat
tulis. Dengan cara itu anak didik akan termotivasi untuk belajar guna
mempertahankan prestasi belajar yang telah mereka capai.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong anak didik agar mereka bergairah dalam belajar. Persaingan, baik
dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan.
Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar
mengajar yang kondusif. Bila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka
setiap anak didik telah terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan
pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik sebagai individu
melibatkan diri mereka mesing-masing ke dalam aktivitas belajar.
d. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup
penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai
prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Siswa akan belajar dengan
keras bisa jadi karena harga dirinya.
e. Memberi Ulangan
Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk
menghadapi ulangan. Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat
digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan
tidak terprogram, akan membosankan anak didik. Oleh karena itu, ulangan
akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan
strategi yang sistematis.
f. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan
mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila
hasil belajar itu mangalami kemajuan, anak didik berusaha untuk
mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna
mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di kemudian hari atau pada
semester atau catur wulan berikutnya.
g. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat
motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji
keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan di sekolah. Pujian
diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama
sekali dengan hasil kerja anak didik. Dengan begitu anak didik tidak antipati
terhadap guru, tetapi merupakan figur yang disenangi dan dikagumi.
h. Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan
dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan
edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif dimaksud di sini sebagai
hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak
didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak
didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi
frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya
di hari mendatang. Oleh karena itu, hukuman hanya diberikan oleh guru dalam
konteks mendidik seperti memberikan hukuman berupa membersihkan kelas,
menyiangi rumput di halaman sekolah, membuat resume atau ringkasan, atau
apa saja dengan tujuan mendidik.
i. Hasrat untuk Belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.
Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada
motivasi untuk belajar, sehingga sudah pasti hasilnya akan lebih baik daripada
anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar. Diakui, hasrat untuk belajar
adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan
kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu dari objek yang akan
dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang menjadi dasar aktivitas anak didik dalam
belajar. Tidak ada kebutuhan berarti tidak ada hasrat untuk belajar. Itu sama
saja tidak ada minat untuk belajar.
j. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas
akan memperhatikan aktivitas itu sacara konsisten dengan rasa senang. Dengan
kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
k. Ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan
minat anak didik sebagai berikut:
a) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik,
b) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan
pengalaman yang dimiliki anak didik
c) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik
d) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks
perbedaan individual anak didik.
l. Tujuan yang Diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga
menimbulkan gairah untuk terus belajar.

B. Kajian Teori tentang Kesulitan Belajar


1. Pengertian Kesulitan Belajar
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara
wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal
semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk
mengadakan konsentrasi.
Kesulitan belajar itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris
learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multi disipliner yang
digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran.
The National Joint Committe for Learning Disabilities (dalam Mulyono
Abdurrahman, 1999 : 7) mengemukakan definisi kesulitan belajar adalah sebagai
berikut; kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang
dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan
penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis,
menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut
intrinsik, dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat.
Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya
kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tuna grahita,
hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan misalnya
perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat dan faktor-faktor psikogenik.
Berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah gangguan
perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif yang disebabkan adanya
ancaman, hambatan, maupun gangguan sehingga siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya.
2. Macam-macam Kesulitan Belajar
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok;
a. Kesulitan belajar yang berhubungan daengan perkembangan (developmental
learning disabilities)
b. Kesulitan belajar akademik (academic learnimg disabilities). Kesulitan belajar
yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan
persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam
penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas
yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan
ketrampilan menulis dan membaca.
Dari kedua kelompok kesulitan belajar tersebut dapat dibagi menjadi empat macam,
yaitu sebagai berikut.
a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar:
a) Ada yang berat, dan
b) Ada yang sedang
b. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari:
a) Ada yang sebagian bidang studi, dan
b) Ada yang keseluruhan bidang studi
c. Dilihat dari sifat kesulitannya:
a) Ada yang sifatnya permanen atau menetap, dan
b) Ada yang sifatnya hanya sementara
d. Dilihat dari segi faktor penyebabnya:
a) Ada yang karena faktor inteligensi, dan
b) Ada yang karena faktor non inteligensi
3.Karakteristik Siswa Berkesulitan Belajar
Seperti telah dijelaskan, murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki
hambatan-hambatan, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh
orang lain (guru, pembimbing).
a. Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya:
Menunujukkan prestasi rendah yang dicapai oleh kelompok kelas
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha
dengan keras tetapi nilainya selalu rendah
c. Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan
kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal
dalam menyelesaikan tugas-tugas
d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti: acuh tak acuh, berpura-pura,
dusta, dan lain-lain,5) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan
e. Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka
seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka
mendapatkan prestasi belajar yang rendah
f. Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk
sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya
menurun drastis.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu bisa dikenal dengan sebutan
prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi
tetapi prestasinya dalam belajar rendah (di bawah rata-rata kelas).
Dari gejala-gejala yang tampak itu guru (pembimbing) bisa menginterprestasi bahwa
ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat gejala-gejala yang
tampak, guru pun dapat mengadakan penyelidikan antara lain dengan:
a. Observasi, adalah cara memperoleh dengan langsung mengamati terhadap
objek. Data-data yang dapat diperoleh melalui observasi, misalnya:
b) Bagaimana sikap siswa dalam mengkuti pelajaran, adalah tanda-tanda
lelah, mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian pada pelajaran.
c) Bagaimana kelengkapan catatan, peralatan dalam pelajaran. Murid yang
mengalami kesulitan belajar, catatan maupun peralatan belajarnya tidak
lengkap.
b. Interviu, adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung
terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat
memberikan informasi tentang orang yang diselidiki.
c. Tes diagnostik, adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Untuk
mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi, tes buatan
guru (teacher made test) yang dikenal dengan tes diagnostik, dan tes
psikologis. Sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan
IQ rendah, tidak memiliki bakat, dan lain-lain sehingga diperlukan tes
psikologis.
d. Dokumentasi, adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat dokumen-
dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip yang berhubungan dengan orang yang
diselidiki.
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar, bisa melihat:
a) Riwayat hidupnya
b) Kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran
c) Memiliki daftar pribadinya
d) Catatan hariannya
e) Catatan kesehatannya
f) Daftar hadir di sekolah
g) Kumpulan ulangan, h) Rapor, dan lain-lain (Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, 2004 : 96).
4. Hirarki Penyebab Kesulitan Belajar
Hirarki penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu
sebagai berikut :
1. Faktor Intern
a. Sebab yang bersifat fisik
Penyebab kesulitan belajar dapat terjadi karena gangguan yang bersifat fisik
yaitu karena sakit, karena kurang sehat, dan karena cacat tubuh.
1. Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan pada fisiknya, sehingga
saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang
diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak.
2. Karena kurang sehat.
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia
mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, saraf otak
tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola
menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
3. Karena cacat tubuh.
Cacat tubuh dibedakan atas:
i. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang
pengelihatan, gangguan psikomotor
ii. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang
tangan dan kakinya.
Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti
SLB. Bagi golongan yang ringan, masih dapat mengikuti pendidikan
umum, asal guru memperhatikan dan menempuh placement yang cepat,
misalnya:
a) Bagi anak yang kurang mendengar, mereka ditempatkan pada
deretan paling depan, agar suara guru masih keras terdengar.
b) Anak yang kurang pengelihatannya, misalnya rabun jauh dan rabun
dekat. Maka yang rabun jauh ditempatkan pada meja paling depan
dan yang rabun dekat ditempatkan pada meja paling belakang agar
dapat melihat tulisan di papan tulis.
b. Sebab yang bersifat rohani
a) Inteligensi
Anak yang normal dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka
yang memiliki IQ 110 - 140 digolongkan cerdas, 140 ke atas digolongkan
jenius. Mereka yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental
(mentally deffective). Anak inilah yang banyak mengalami kesulitan
belajar. Karena itu guru/pembimbing harus meneliti IQ anak dengan
bantuan seorang psikologi agar dapat melayani murid-muridnya.
b) Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap
individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat
musik mungkin dibidang lain ia ketinggalan. Seseorang yang berbakat
teknik mungkin dibidang olah raga lemah. Jadi seseorang akan mudah
mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus
mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus
asa, tidak senang.
c) Minat
Tidak hanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul
kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai
dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan
kecakapan, bahkan banyak menimbukan problema pada dirinya. Karena itu
pelajaran pun tak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul
kesulitan.
d) Motivasi
Motivasi berfungsi mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat
menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
motivasinya semakin besar kesuksesan belajarnya. Sebaliknya mereka
yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,
perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering
meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.
Oleh karena itu, besar kecilnya motivasi siswa dalam belajar sangat
berpengaruh dalam kesuksesan belajar.
e) Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelektual, tetapi menyangkut
segi kesehatan mental dan emosional. Individu dalam hidupnya selalu
mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan. Apabila
kebutuhan itu tidak terpenuhi, akan membawa masalah-masalah emosional
dan bentuk-bentuk mal adjusment. Keadaan seperti ini akan menimbulkan
kesulitan belajar, sebab dirasakan tidak mendatangkan kebahagiaan.
f) Tipe-tipe khusus seorang pelajar
Ada tipe visual, auditif, dan motorik, yaitu sebagai berikut:
i. Seorang bertipe visual akan cepat mempelajari bahan-bahan yang
disajikan secara tertulis, bagan grafik dan gambar. Sebaliknya akan
merasa sulit belajar jika dihadapkan dalam bentuk suara atau
gerakan.
ii. Anak yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang
disajikan dalam bentuk suara (ceramah). Sedangkan pelajaran yang
disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan, ia akan
mengalami kesulitan.
iii. Individu yang bertipe motorik, mudah mempelajari bahan yang
berupa tulisan, gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa
suara dan pengelihatan.
2. Faktor Ekstern
a. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat
juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini
antara lain adalah sebagai berikut.
a) Faktor Orang Tua
i. Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan
anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan
kemajuan anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan
belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan
menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan
berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang di rumah, ia
pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Pada
umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada
anaknya, hingga anak tidak menyukai belajar, bahkan karena
sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.
ii. Hubungan Orang Tua dan Anak
Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar
anak. Yang dimaksud hubungan di sini adalah kasih sayang
penuh pengertian, atau bahkan kebencian, sikap keras, acuh
tak acuh, memanjakan dan lain-lain. Kurangnya kasih sayang
akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian juga sikap
keras, kajam, acuh tak acuh akan menimbulkan hal yang
serupa. Kasih sayang dari orang tua dapat berupa: 1) Apakah
orang tua sering meluangkan waktunya untuk omong-omong
bergurau dengan anak-anaknya. 2) Biasakan orang tua
membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-anaknya,
seorang anak akan mengalami kesulitan belajar karena faktor-
faktor tersebut.
b) Suasana Rumah/Keluarga
Suasana rumah atau keluarga yang sangat ramai/gaduh, selalu tegang,
selalu banyak masalah diantara anggota keluarga antara ayah dan ibu
selalu ada masalah atau membisu, menyebabkan anak tidak tahan di
rumah, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar anak menurun.
Untuk itu hendaknya suasana rumah dibuat menyenangkan, tentram,
damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan
menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.
c) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam:
i. Ekonomi yang kurang atau miskin
Keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar,
kurangnya biaya yang disediakan olah orang tua, dan tidak
mempunyai tempat belajar yang baik. Keadaan seperti itu akan
menghambat kemajuan anak. Faktor biaya merupakan faktor yang
sangat penting, karena belajar dan kelangsungannya sangat
memerlukan biaya. Misalnya untuk membeli alat-alat, uang
sekolah, dan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan
merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam
itu. Karena keuangan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
keluarga sehari-hari. Keluarga yang miskin juga tidak dapat
menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, dimana tempat
belajar itu merupakan tempat terlaksananya belajar secara efisien
dan efektif.
ii. Ekonomi yang berlebihan atau kaya
Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana
ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan
belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga
mereka terlalu dimanja oleh orang tua, orang tua tidak tahan
melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan seperti
ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.
b. Faktor Sekolah
a) Guru
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila:
i. Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang
digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa
saja terjadi, karena mata pelajaran yang dipegangnya kurang sesuai,
sehingga kurang menguasai, lebih-lebih kurang persiapan, sehingga
cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-
muridnya.
ii. Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada
sifat dan sikap guru yang kurang disenangi oleh murid-muridnya,
seperti:
1) Kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak
suka membantu anak, suka membentak, dan lain-lain,
2) Tak pandai menerangkan, sinis, sombong
3) Menjengkelkan, pelit dalam memberi angka, tidak adil, dan
lain-lain
4) Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
Hal ini dapat mengakibatkan hanya sebagian kecil muridnya
dapat berhasil dengan baik
5) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis
kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat,
kebutuhan anak-anak, dan sebagainya
6) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar
7) Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan
mekanis tidak didasarkan pada pengertian
8) Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga yang
memungkinkan semua alat indranya berfungsi,
9) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga
anak tidak ada aktivitas
10) Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya
tinggi, atau tidak menguasai bahan
11) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak
bervariasi.
b) Alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran
yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum.
Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan
dalam belajar. Timbulnya alat-alat itu akan menimbulkan perubahan
metode mengajar guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran
anak, memenuhi tuntutan dari bermacam-macam tipe anak. Tiadanya
alat-alat tersebut, guru cenderung menggunakan metode ceramah
yang menimbulkan kepasifan bagi anak, sehingga akan timbul
kesulitan belajar.
c) Kondisi Gedung
Terutama ditunjukkan pada ruang kelas/ruangan tempat belajar anak.
Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti:
i. Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat
masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan
ii. Dinding harus bersih, putih, dan tidak terlihat kotor
iii. Lantai tidak becek, licin atau kotor,
iv. Keadaan gedung jauh dari keramaian. Apabila beberapa hal
tersebut tidak terpenuhi, maka situasi dan kondisi belajar akan
kurang baik. Anak-anak selalu gaduh, sehingga
memungkinkan pelajaran terhambat.
d) Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik, misalnya: a) Bahan-bahannya terlalu
tinggi,b) Pembagian bahan tidak seimbang (kelas 1 banyak pelajaran,
sedangkan kelas-kelas di atasnya sedikit pelajaran), c) Adanya
pendataan materi. Hal ini akan membawa kesulitan belajar bagi
murid-murid. Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
anak, akan membawa kesuksesan dalam belajar.
e) Waktu Sekolah dan Disiplin Waktu Kurang
Apabila sekolah masuk sore, siang, atau malam, maka kondisi anak
tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran.
Sebab energi sudah berkurang, di samping udara yang relatif panas di
siang hari, juga dapat mempercepat proses kelelahan. Karena itu
waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari.
Disamping itu pelaksanaan disiplin kurang, misalnya murid-murid
liar, sering terlambat datang, tugas yang diberikan tidak dikerjakan,
kewajibannya dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih
gurunya kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam
belajar.
c. Faktor media massa dan Lingkungan Sosial
a) Faktor media massa
Faktor mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-
buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat
belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk
itu, hingga lupa tugasnya untuk belajar.
b) Lingkungan Sosial
i. Teman bergaul
Anak yang bergaul dengan teman yang tidak sekolah, ia akan
malas belajar. Sebab cara hidup anak yang bersekolah
berlainan dengan anak yang tidak sekolah.

c) Lingkungan Tetangga
Corak kehidupan tetangga misalnya sering main judi, minum minuman
keras, menganggur, tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak-anak
yang bersekolah.
d) Aktivitas dalam Masyarakat
Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu, akan menyebabkan
belajar anak akan terbengkalai.
5. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar bagi Siswa yang Mengalami
Kesulitan Belajar
Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya. Pada siswa yang
motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung
pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat
ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya.
Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi,
terutama pada anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, upaya menimbulkan dan
meningkatkan motivasi belajar, khususnya oleh guru merupakan suatu hal yang perlu
dan wajar (Max Darsono, 2001 : 68).
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa adalah sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian siswa,
keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa, materi pelajaran yang merangsang, dan
lain-lain. Agar motivasi belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha
menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga perhatian, keterlibatan siswa, dan
lain-lain yang termasuk prinsip balajar dapat berfungsi secara optimal.
b. Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar maksudnya adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan lemah
menjadi menguat. Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan upaya
pengadaannya, alat bantu mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar dan
upaya pengembangannya, kondisi siswa dan upaya penyiapannya.
c. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa
Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa
mempunyai latar belakang untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu,
guru harus pandai memilih contoh-contoh untuk menjelaskan suatu konsep baru,
contoh-contoh ini hendaknya banyak terdapat di lingkungan siswa.
d. Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam belajar. Namun tidak semua siswa dapat
mencapai kesuksesan tersebut. Kesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi,
dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini,
hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal. Kegagalan yang
berkepanjangan menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam mencapai cita-
citanya. Sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan
tujuan belajar yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk
mencapai tujuan itu lebih kuat.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor
lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga.
Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam
dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah
pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam
pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi.
Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat
belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan.
Salah satu contoh dari ancaman tersebut adalah kurangnya motivasi belajar siswa.
Pada tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya,
tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena siswa
belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain
sangat diperlukan oleh siswa tersebut.
Berikut adalah upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa yang
mengalami kesulitan belajar:
a) Pergunakan Pujian Verbal
Kata-kata seperti ”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan guru
kepada siswa setelah selesai mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati
tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.

b) Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana


Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial
menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi
siswa. Siswa belajar karena ada keuntungan yang diperoleh dengan nilai yang
tinggi. Dengan demikian, memberikan tes dan nilai mempunyai efek dalam
memotivasi siswa untuk belajar.
c) Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
Di dalam diri siswa ada potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu.
Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang
kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik melahirkan kegiatan yang positif, yaitu
eksplorasi. Keinginan siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru
merupakan desakan eksploratif dari dalam diri siswa. Motivasi akan terus
meningkat jika dalam diri siswa sudah ada rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
d) Melakukan Hal yang Luar Biasa
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus dapat melakukan hal-hal
yang luar biasa, misalnya menceritakan masalah guru dalam belajar di masa lalu
ketika sedang sekolah seperti mereka, sehingga setelah mendengar cerita dari
guru siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dan prestasi siswa akan
meningkat. Melakukan hal yang luar biasa merupakan upaya yang dapat
dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
e) Merangsang Hasrat Siswa
Hasrat siswa perlu dirangsang dengan memberikan sedikit contoh hadiah yang
akan diterimanya bila ia berusaha dan berprestasi dalam belajar. Hadiah yang
diberikan kepada siswa dapat berupa benda, pujian verbal, nilai yang baik dan
lain-lain yang akan merangsang hasrat siswa sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
f) Memanfaatkan Apersepsi Siswa
Pengalaman siswa baik yang didapat di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah dapat dimanfaatkan ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran.
Siswa mudah menerima dan menyerap materi pelajaran dengan menghubungkan
bahan pelajaran yang telah dikuasainya. Bahan apersepsi merupakan seperangkat
materi yang dikuasai yang memudahkan untuk menuju materi pelajaran yang
baru.
g) Minta Kepada Siswa untuk Mempergunakan Hal-hal yang Sudah Dipelajari
Sebelumnya
Hal ini menguatkan belajar siswa dan sekaligus menanamkan suatu penghargaan
pada diri siswa, bahwa apa yang sedang dipelajarinya sekarang, juga
berhubungan dengan pengajaran yang akan datang.
h) Perkecil Daya Tarik Sistem Motivasi yang Bertentangan
Kadang agar diterima oleh teman-temannya, siswa melakukan hal-hal yang tidak
diinginkan oleh guru. Dalam hal ini guru sebaiknya melibatkan ketua kelas yang
berperan sebagai pemimpin dan sebagai contoh siswa yang lain di kelas itu,
dalam aktivitas yang berguna (menyusun tes, mewakili sekolah dalam pameran
ilmiah, dan sebagainya) sehingga teman-temannya akan meniru melakukan hal-
hal yang positif.
Dalam interaksi edukatif tidak semua siswa termotivasi untuk bidang studi
tertentu. Motivasi siswa untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada
siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang
sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat
memberi motivasi yang bervariasi kepada siswa.
Jika terdapat siswa yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi
ekstrinsik yang bersumber dari luar diri siswa sangat diperlukan. Motivasi
ekstrinsik ini di berikan bisa dalam bentuk pujian, hadiah, dan lain-lain. Tugas
guru sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat
mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju.
Siswa dapat tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya menopang keberhasilan
pengajaran yang gemilang.
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menyesuaikan
dan akhirnya untuk mendapatkan kepuasan ini disebut dinamika manusia. Tugas
guru dalam memberikan motivasi siswa adalah mengingat adanya dinamika siswa
dan membimbing dinamika siswa. Maksudnya ialah supaya anak yang belajar
dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman
yang kurang baik.
Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada
motivasi tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam
mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan
merupakan kekuatan mental siswa dalam belajar. Dari siswa, motivasi tersebut
perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan
dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang
hayat, sebagai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-
cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, dan dinamika siswa
dalam belajar. Dari guru, motivasi belajar pada siswa berada dalam lingkup
program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk
meningkatkan motivasi belajar.
Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar
secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun
sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh siswa tertentu.
Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam
berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang berkesulitan belajar.
Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan,
tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman
dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor
penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang
lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa yang lain. Dalam setiap bulan atau
bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan siswa yang berkesulitan
belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar
siswa ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh siswa itu sendiri.
Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar datang pada siswa. Namun, begitu
usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar
siswa dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila tidak, siswa akan
mengalami kegagalan dalam meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Kenyataan-kenyataan di atas membuktikan betapa pentingnya meningkatkan
motivasi belajar siswa terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat berkepentingan
dengan masalah ini. Oleh karena itu, sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin
kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terutama
bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan
berbagai upaya yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

5.Profil Sekolah dan atau Lembaga Non Formal Pendidikan dalam kegiatan DKB

Nama Sekolah : BKP Paud Tunas Harapan 2


NPSN : 69975008
Bentuk Pendidikan : Sps
Status Sekolah : Swasta
SK Izin Operasional : 58/A.6/31.75.06.1002/-1851.192/2018
Tanggal SK : 2018-03-23
Alamat : Jl. Krt Radjiman Widyodiningrat Kp. Petukangan Rt. 009 Rw. 004
No. 5
Desa Kelurahan : Rawa Terate
Kecamatan : Cakung
Kabupaten Kota : Kota Jakarta Timur
Provinsi : D.K.I Jakarta
SK Pendirian Sekolah : Nomor 26 Tahun 2016
Tanggal SK : 2016-07-29
Nomor Telepon : 081282047302
E-Mail :Tunasharapan.Rawaterate@Gmail.Com

6. Foto Kegiatan DKB

Anda mungkin juga menyukai