Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelas : R6C
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Diagnostik Kesulitan Belajar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................................7
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................8
D. Tujuan........................................................................................................................................9
BAB II.................................................................................................................................................10
KAJIAN TEORI..................................................................................................................................10
A. Hakikat Diagnostik Kesulitan Belajar......................................................................................10
B. Hakikat Program BK dalam Kesulitan Belajar Siswa..............................................................13
C. Penelitian Relevan Diagnostik Kesulitan Belajar.....................................................................14
D. Kerangka Berfikir Diagnostik Kesulitan Belajar......................................................................15
BAB III................................................................................................................................................18
RENCANA KEGIATAN DKB...........................................................................................................18
A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan.................................................................................................18
B. Populasi dan Sampel................................................................................................................18
C. Instrumentasi yang digunakan.................................................................................................19
D. Kisi-Kisi Instrumentasi............................................................................................................20
E. Instrumentasi...........................................................................................................................23
BAB IV...............................................................................................................................................38
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................................38
A. Hasil Temuan Kegiatan DKB Dari Hasil Lapangan................................................................38
B. Pembahasan Temuan Kegiatan DKB Dari Hasil Lapangan.....................................................49
BAB V.................................................................................................................................................62
PENUTUP...........................................................................................................................................62
A. SIMPULAN.............................................................................................................................62
B. SARAN...................................................................................................................................62
C. PENJELASAN........................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................63
LAMPIRAN........................................................................................................................................64
BAB I
PENDAHULUAN
Kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa di sekolah harus menjadi
perhatian bagi kedua belah pihak, baik guru maupun orang tua siswa. Adanya
kesulitan belajar pada beberapa siswa terbukti dengan pola pencapaian belajar yang
rendah adapun dapat dideteksi dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan
tugas maupun soal-soal tes. Kesalahan adanya penyimpangan terhadap jawaban yang
benar pada suatu butir soal. Kesulitan belajar siswa akan dapat dideteksi melalui
jawaban-jawaban siswa dalam mengerjakan suatu soal.
Pendidikan anak usia dini sendiri tidak ditekankan kepada pemberian stimulus
pengayaan pengetahuan anak, tetapi lebih diarahkan kepada pengembangan potensi
dan daya kreatifitas anak dan sangat penting adalah pada pembentukan sikap mental
dan kepribadian anak yang berlandaskan pada nilai-nilai ajaran agama islam. Pada
hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat, untuk menciptakan generasi
yang berkualitas.
Pendidikan anak usia dini merupakan kunci utama sukses sebuah program
pendidikan nasional suatu bangsa. Dunia anak adalah dunia bermain, sehingga
pendidikan anak usia dini (PAUD) harus bertitik tolak dari kaidah belajar sambil
bermain. Pembelajaran anak usia dini harus dibedakan dengan pembelajaran usia
sekolah dasar. Pembelajaran pada anak usia dini mestinya lebih bersifat memberi
rangsangan agar tumbuh minatnya dalam membaca dan menulis permulaan.
Jumlah responden kami berjumlah enam peserta didik yakni Dami, Gibran,
Wahyu, Al-gifary, Restu, dan Putra.
B. Identifikasi Masalah
Standar materi membaca dan menulis permulaan untuk anak usia dini
didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar kompetensi
membaca dan menulis permulaan pada anak usia dini 4-6 tahun RA/ TK adalah anak
mampu mendengarkan dan berkomunikasi. Secara lisan, anak memiliki
perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya untuk
persiapan membaca dan menulis (Anonim, 2004: 74).
Pendidikan anak usia dini (4-6 tahun) pada jalur non formal selain sebagai
sarana bermain juga sebagai sarana belajar, untuk mempersiapkan anak didik ke
jenjang selanjutnya yaitu pendidikan sekolah dasar. Kenyataan dilapangan
menunjukkan adanya kesulitan yang dihadapi anak dalam pembelajaran membaca dan
menulis permulaan, karena guru kelas masih kesulitan dalam penggunaan media
pembelajaran yang tepat dan akurat untuk pengerjaan dan pembelajaran membaca dan
menulis permulaan terhadap anak didiknya.
Melalui membaca anak dapat memahami hal-hal yang belum diketahui. Anak
usia dini memiliki rasa ingin tahu yang besar, melalui media suatu gambar, tulisan,
benda konkrit anak dapat membaca dan menafsirkan sesuai pemahaman mereka.
Keterampilan menulis sejak dini sangat penting bagi anak, agar anak dapat belajar
menyampaikan suatu pesan maupun informasi secara tertulis. Tulisan dapat menjadi
alat komunikasi, melalui sebuah tulisan anak dapat mengungkapkan sesuatu hal yang
ditujukan kepada orang yang berada di sekitarnya. Menjadi suatu masalah apabila
anak mengalami kesulitan menulis, karena orang lain tidak dapat memahami
ungkapan anak melaui tulisannya. Sehingga Stimulus diperlukan sejak dini, guna
persiapan pembelajaran menulis permulaan yaitu berkaitan dengan motorik halus
anak.
Sejak awal masuk sekolah dasar, anak harus belajar menulis tangan karena
kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya berbagai bidang studi yang lain.
Kesulitan menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak tetapi
juga guru (Mulyono, 1999: 227). Membaca dan menulis permulaan sangat signifikan
untuk ditumbuhkan sejak dini tehadap anak untuk mempersiapkan mengikuti jenjang
pendidikan selanjutnya yaitu sekolah dasar. Sekolah dasar memberikan pembelajaran
membaca dan menulis yang lebih komplek yaitu terdapat dalam berbagai pelajaran
yang akan ditempuh anak. Agar anak tidak tertinggal dalam mengikuti pelajaran perlu
disiapkan kemampuan membaca dan menulis permulaan secara sederhana melalui
membaca simbol-simbol tertentu dan menulis garis-garis tertentu.
Fenomena nyata yang tampak saat ini di masyarakat adalah apabila anak lulus
dari TK (kelompok B) belum dapat membaca dan menulis maka para orang tua akan
memindahkan anak mereka ke TK yang meluluskan dan membekali dengan
kemampuan membaca dan menulis. Anggapan mereka orangtua jika anak sekolah di
TK tersebut lulus belum dapat membaca dan menulis, maka tidak diterima di sekolah
SD Favorit/ternama, sebab saat ini hampir kebanyakan SD menerima murid baru
dengan syarat mengikuti tes membaca dan menulis. Ironisnya jika saat dites di SD
favorit anak tidak dapat membaca maupun menulis dengan lancar pihak sekolah tidak
menerima anak tersebut. Tetapi berbeda dengan SD yang kekurangan murid, pihak
sekolah terpaksa menerima anak yang belum lancar, bahkan belum dapat membaca
sekalipun guna mempertahankan sekolah tersebut agar tetap berdiri.
Fakta di atas membuktikan bahwa ketika anak melanjutkan kejenjang
selanjutnya yaitu SD kelas 1 belum dapat membaca dan menulis dengan baik dan
benar, maka anak tersebut jelas akan tertinggal dalam konteks pemahaman untuk
setiap pelajaran yang disampaikan oleh Guru SD di kelas 1. Pelajaran SD kelas 1 saat
ini sudah banyak yang berupa kalimat-kalimat panjang, sedangkan untuk memahami
pelajaran tersebut anak harus dapat membaca dan mengerti apa isi bacaan tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan memfokuskan pada permasalahan
berikut :
1. Apakah kesulitan yang dialami anak dalam pembelajaran membaca dan menulis
permulaan ?
2. Strategi apakah yang digunakan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar
membaca dan menulis permulaan ?
D. Tujuan
Dari uraian di tersebut ternyata di PAUD TUNAS HARAPAN terdapat
beberapa anak yang mengalami kesulitan membaca dan menulis permulaan, sehingga
dapat dianalisis untuk menemukan beberapa penyebab anak mengalami kesulitan
belajar membaca dan menulis permulaan. Haslinya agar anak terdeteksi sejak dini
kesulitan yang dialami anak baik kesulitan membaca maupun kesulitan menulis,
sehingga ketika anak memasuki jenjang selanjutnya anak sudah siap mengikuti
pembelajaan membaca dan menulis pemulaan. Berbagai masalah tersebut diatas
berkaitan dengan pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Agar permasalahan
dapat dikaji secara mendalam dan lebih spesifik masalah yang dibahas harus dibatasi.
Penelitian ini penulis membatasi masalah pada hal yang pokok dan mendasar yaitu
sebagai berikut : Peneliti akan menganalisis kesulitan anak dalam proses pembelajar
membaca dan menulis permulaan pada anak usia dini khususnya di PAUD TUNAS
HARAPAN pada kelompok B.
BAB II
KAJIAN TEORI
Secara lebih khusus, dan dalam kaitannya dengan kesulitan belajar diagnosis
dapat berarti sebagai suatu kegiatan untuk meneliti, menyigi dan menemukan
berbagai hal yang berkaitan dengan kegagalan belajar siswa. Berkaitan dengan
ini, Syahril (1991: 45) Mengemukakan diagnosis kesulitan belajar itu merupakan
usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, penyebab, dan menemukan serta
menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Sedangkan kesulitan belajar dapat berarti suatu kondisi dalam proses belajar
mengajar yang ditandai oleh adanya hambatan hambatan untuk mencapai hasil
belajar yang diharapkan. Hambatan ini dapat bersifat pisikologis, fisiologis
ataupun sosiologis dalam keseluruhan proses belajar seseorang siswa. Hambatan
itu ada kalanya disadari oleh siswa yang mengalami kesulitan belajar dan ada
kalanya tidak, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak sesuai dengan semestinya,
atau hasil yang dicapai oleh siswa di bawah dari yang semestinya dapat dicapai.
Menurut Mulyadi (2010 : 6) kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Sedangkan kesulitan belajar menurut Blassic dan Jones (dalam Warkitri dkk.
(1990 : 8.3), adalah terdapatnya suatu jarak atau deviasi antara prestasi akademik
yang diharapkan atau yang diidealkan dengan prestasi akademik yang diperoleh
atau kenyataan.
Siti Mardiyati dkk. (1994) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi
dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar.
1) Siswa yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan sikap yang kurang wajar
(Social). Pencapaian akademik siswa rendah (Academic). Kesulitan membuat
pemahaman baru (Metacognition). Siswa lamban dalam memproses sesuatu
(Processing speed). Siswa sulit menafsirkan apa yang dirasakan, didengar, dan
dilihat (Perception). Siswa kurang perhatian dan kurang fokus dalam belajar
(Attention). Terlalu banyak kegiatan yang kurang bermanfaat yang siswa lakukan
sehingga sulit untuk mengingat materi pelajaran (Memory).
2) Faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar ada 2 faktor yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhinya: 1)
kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran (konsentrasi). Konsentrasi
dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar.
Kurangnya konsentrasi dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar. Siswa kelas
V B saat proses belajar masih mengobrol, bermain, melamun, dan mengganggu
temannya. 2) kurangnya partisipasi dan respons siswa saat mengikuti kegiatan
belajar mengajar (reaksi). Reaksi dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan
unsur fisik maupun mental, sebagai wujud reaksi, sehingga belajar harus aktif. 3)
lambatnya siswa dalam memahami materi (pemahaman). 4) nilai ulangan yang
tidak tuntas (ulangan). Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu:
1) pengaruh teman di masyarakat yang selalu bermain (lingkungan sosial
masyarakat). Pengaruh teman-teman yang berada disekeliling tempat tinggalnya
mempengaruhi siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk bermain sehingga
siswa enggan untuk belajar.
Internal:
Eksternal:
Fisik
Lingkungan
(motorik
kelarga
kasar dan
halus) Lingkungan
sekolah
Kognitif
Lingkungan
Bahasa
masyarakat
Sosial emosi
1. Instrumen wawancara
Instrumen wawancara merupakan pedoman peneliti dalam mewawancarai
subjek penelitian untuk menggali sebanyak-banyaknya tentang segala sesuatu
yang berkaitan tentang masalah yang diberikan. Pedoman ini merupakan garis
besar pertanyaan-pertanyaan peneliti yang akan diajukan kepada subjek penelitian.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi wawancara
yang tidak terstruktur untuk memaksimalkan hasil wawancara peneliti
menggunakan alat perekam dalam mengambil data berupa suara, tujuannya untuk
mengantisipasi keterbatasan peneliti dalam mengingat wawancara pada penelitian
ini bedasarkan pedoman wawancara sebagai garis besar pertanyaan-pertanyaan
peneliti yang akan diajukan kepada orang tua siswa yang memiliki kesulitan
belajar di PAUD TUNAS HARAPAN keompok B sebagai subjek penelitian
2. Instrumen Observasi
Instrumen observasi merupakan pedoman peneliti dalam mengadakan
pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap fenomena yang diamati. Pedoman
ini berupa penggalian informasi berkenaan dengan situasi dan kondisi di PAUD
TUNAS HARAPAN
3. Instrumen Dokumentasi
Instrumen dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang berupa dokumen seperti foto-foto kegiatan dan
transkrip wawancara sebagaimana yang telah dilakukkan. Dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan foto dan video. Foto
dan video diambil pada saat proses penelitian di PAUD TUNAS HARAPAN
D. Kisi-Kisi Instrumentasi
Teori Kesulitan Belajar Anak
Catatan
Pencapaian
Tujuan Faktor Aspek Perkembangan Anak Observer
BM M BSH
Untuk Internal Pertumbuhan fisik
mengetahui ditandai dengan :
kesulitan lebih tinggi, berat,
belajar dan kuat. Dalam hal
siswa ini peran gizi penting.
PAUD Pertumbuhan fisik
cenderung lebih stabil
atau tenang, Anak
menjadi lebih tinggi,
lebih berat, lebih kuat
serta belajar berbagai
Pertumbuhan keterampilan.
Fisik (motorik Perubahan nyata
kasar) terlihat pada system
tulang, otot dan
keterampilan gerak
Berlari, memanjat,
melompat
Kegiatan fisik sangat
perlu, utk melatih
koordinasi dan
kestabilan tubuh dan
energi yang
tertumpuk perlu
penyaluran.
Perkembanga Berbicara lebih
n Bicara selektif, ngobrol
berkurang, penekanan
sebagai bentuk
komunikasi, bukan
hanya latihan verbal
Berbicara merupakan
alat komunikasi
terpenting dalam
berhubungan dengan
orang lain.
Bertambahnya kosa
kata yang berasal dari
berbagai sumber
menyebabkan
semakin banyak
perbendaharaan kata
yang dimiliki. Bila
pada
masa kanak-kanak
awal anak berada
pada tahap
mengobrol, maka kini
kegiatan
bicara makin
berkurang. Pada
umumnya anak
perempuan berbicara
lebih
banyak daripada anak
laki-laki karena anak
laki-laki berpendapat
bahwa terlalu
banyak berbicara
kurang sesuai dengan
perannya sebagai
laki-laki.
Sudah memiliki
kecakapan berpikir
logis, namun hanya
pada benda-benda
yang bersifat konkret
Memiliki kemampun
Perkembanga menyusun ,
n Kognitif mengelompokan serta
menghubungkan atau
menghitung angka
Memiliki
kemampuan
memecahkan masalah
yang sederhana
Memiliki
keterampilan
mengelola informasi
yang ia terima dan
berpikir serta
Bahasa
menyampaikan
pendapatnya
Mem
E. Instrumentasi
1. Pedoman Observasi
Nama Anak :
Tanggal Lahir :
Catatan
Pencapaian
Tujuan Faktor Aspek Perkembangan Anak Observer
BM M BSH
Untuk Internal Fisik Gerak dasar lokomotor
mengetahui (motorik (berjalan,berlari,melompat
kesulitan kasar) ) dengan kontrol dan
belajar terkoordiasi
siswa
PAUD Gerak dasar non –
lokomotor (melempar,
menangkap, menendang
bola, atau benda lain)
dengan kontrol dan
terkoordinasi
Gerak kreasi sederhana
(Gerakan binatang,
kendaraan, dsb)
Menggunting mengikuti
garis
Menggunakan alat tulis
Fisik
dengan benar
(motorik
Membuat coretan yang
halus)
sudah berbentuk
(menyerupai huruf,
symbol, atau angka)
Konsep ukuran besar-
kecil, Panjang-pendek
(membedakan dan
mengurutkan dalam
seriasi)
Mengelompokkan benda
Kognitif
dua seriasi
(warna,bentuk,fungsi,
ukuran)
Membilang dan
memahami konsep
berhiyung 1-20
Memahami perintah
sederhana
Berkomomunikasi dua
arah dengan menggunakan
kalimat sederhana yang
benar
Bahasa
Tertarik dan focus
mendengarkan cerita dari
buku
Mengenal symbol alfabet
terutama Namanya sendiri
beserta pengucapannya
Sosial- Mampu beradaptasi
dengan lingkungan baru
Mengikuti aturan
Menjalin hubungan
pertemanan dengan orang
Emosi atau teman baru
Mengutarakan keinginan
atau perasaan dengan
kalimat yang bisa
dipahami
Eksterna Terjalinnya keharmonisan
l di dalam keluarga
Adanya
Lingkungan
dukungan/motivasi dalam
Keluarga
keluarga
Memiliki kondisi ekonomi
keluarga yang stabil
Lingkungan Memiliki kondisi pengajar
Sekolah baik
Memiliki fasilitas belajar
memadai
Memiliki persiapan /
kurikulum sekolah baik
Terciptanya suasana
pembelajaran
menyenangkan
Terciptanya suasana
sekolah nyaman untuk
siswa
Terdapat lingkungan
pembelajaran sekolah yang
aman untuk anak
Memiliki hubungan baik
antara pengelola, pengajar
dan anak didik
Memiliki hubungan
dengan teman rumah yang
Lingkungan baik
Masyarakat Memiliki hubungan
dengan teman sekolah
yang baik
CATATAN OBSERVER :
Jakarta,
Observer
( )
2. Pedoman Wawancara
a. Pedoman Wawancara Tenaga Pengajar
Nama :
Hari / Tanggal Wawancara :
Jam Wawancara :
Tempat Wawancara :
Keteran
Tujuan Faktor Aspek Indicator Pertanyaan
gan
Untuk Internal Gerak dasar Apakah ibu
mengeta lokomotor memperhatikan
hui (berjalan,berlari,melo siswa meloncat
kesulitan mpat) dengan kontrol sambil berlari
belajar dan terkoordiasi dalam suatu
siswa kegiatan
PAUD pembelajaran atau
di jam istirahat?
Gerak dasar non – Pada saat
Motorik lokomotor (melempar, pembelajaran
kasar menangkap, olahraga apakah
menendang bola, atau siswa aktif dalam
benda lain) dengan mengikuti kegiatan
kontrol dan olahraga tersebut
terkoordinasi misalnya
menendang bola?
Gerak kreasi Apakah siswa
sederhana (Gerakan mampu menirukan
binatang, kendaraan, gerakan seperti
dsb) kelinci?
Motorik Menggunting Dapatkah siswa
halus mengikuti garis menggunting kertas
mengikuti pola
yang disediakan
oleh guru?
Menggunakan alat Apakah siswa
tulis dengan benar mampu memegang
alat tulisnya
dengan baik dan
benar?
Membuat coretan Apakah siswa
yang sudah berbentuk sudah dapat
(menyerupai huruf, membuat coretan
symbol, atau angka) berbentuk
lingkaran?
Konsep ukuran besar- Dapatkah siswa
kecil, Panjang-pendek membedakan
(membedakan dan berbagai bentuk
mengurutkan dalam ukuran benda yang
seriasi) ada
disekitarnya,misaln
ya seperti
membedakan besar
atau kecil?
Mengelompokkan Apakah siswa
Kognitif
benda dua seriasi mampu mengenal
(warna,bentuk,fungsi, berbagai jenis
ukuran) warna dan bebagai
jenis bentuk benda
yang ada
disekitarnya?
Membilang dan Apakah siswa
memahami konsep dapat menyebutkan
berhitung 1-20 suatu angka dengan
baik?
Bahasa Memahami perintah Dapatkah siswa
sederhana memahami
perintah yang
diberikan oleh
gurunya missal
meminta tolong
untuk
mengambilkan
penghapus?
Berkomomunikasi dua Apakah siswa
arah dengan mampu
menggunakan kalimat berkomunikasi
sederhana yang benar dengan guru
maupun temannya?
Tertarik dan focus Dapatkah siswa
mendengarkan cerita memahami makna
dari buku kata dalam sebuah
cerita ?
Mengenal symbol Apakah siswa
alfabet terutama dapat menyebutkan
namanya sendiri bunyi huruf dengan
beserta baik?
pengucapannya
Sosial Mampu beradaptasi Bagaimana cara
emosi dengan lingkungan guru membantu
baru siswanya dalam
beradaptasi dengan
lingkungan baru?
Mengikuti aturan Bagaimana cara
guru agar siswanya
dapat mengikuti
aturan yang dibuat
oleh pihak sekolah?
Menjalin hubungan Apakah siswa
pertemanan dengan sudah mempunyai
orang atau teman baru hubungan yang
baik dengan teman
disekolah?
Mengutarakan Dapatkah siswa
keinginan atau mengutarakan
perasaan dengan perasaan atau
kalimat yang bisa keinginan dari
dipahami dalam dirinya
sendiri?
Eksternal Terjalinnya Adakah
keharmonisan di keharmonisan yang
dalam keluarga siswa terjalin di dalam
keluarga siswa?
Adanya Adakah
Lingkungan dukungan/motivasi dukungan/motivasi
Keluarga dalam keluarga dalam keluarga
untuk siswa?
Memiliki kondisi Apakah siswa
ekonomi keluarga memiliki kondisi
yang stabil ekonomi keluarga
yang stabil?
Lingkungan Memiliki kondisi Apakah sekolah
Sekolah pengajar baik memiliki kondisi
pengajar baik?
Memiliki fasilitas Apakah sekolah
belajar memadai memiliki fasilitas
belajar memadai?
Memiliki persiapan / Apakah sekolah
kurikulum sekolah memiliki
baik persiapan /
kurikulum sekolah
baik?
Terciptanya suasana Adakah terciptanya
pembelajaran suasana
menyenangkan pembelajaran
menyenangkan di
kelas?
Terciptanya suasana Adakah terciptanya
sekolah nyaman untuk suasana sekolah
siswa nyaman untuk
siswa?
Terdapat lingkungan Apakah terdapat
pembelajaran sekolah lingkungan
yang aman untuk pembelajaran
siswa sekolah yang aman
untuk siswa?
Memiliki hubungan Adakah hubungan
yang baik antara yang baik antara
pengelola, pengajar pengelola, pengajar
dan anak didik dan anak didik?
Memiliki hubungan Apakah siswa
dengan teman rumah memiliki hubungan
yang baik dengan teman
Lingkungan rumah yang baik?
Masyarakat Memiliki hubungan Apakah siswa
dengan teman sekolah memiliki hubungan
yang baik dengan teman
sekolah yang baik?
b. Pedoman Wawancara Orang Tua
Nama :
Hari / Tanggal Wawancara :
Jam Wawancara :
Tempat Wawancara :
b. Siswa B
1) Identitas Siswa
Nama : Muhammad Ali
TTL : Jakarta, 17 Juni 2015
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Petukangan Rt 016/04 Rawaterate, Cakung,
Jakarta Timur
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Kelas :B
Jumlah Saudara :2
Anak Ke : 1 (Petama)
Tinggal Bersama : Orangtua
2) Nama Orang Tua
Ayah : Rindang
Ibu : Brigita Satu Ambarwati
Agama : Islam
Pekerjaan
Ayah : Buruh Harian Lepas
Ibu : Ibu Rumah Tangga
3) Nama Wali Kelas : Suparti
4) Kepala Sekolah : Masyuti
2. Melokalisasi Letak dan Jenis Kesulitan Belajar
a. Siswa A (Al Fattah Mahdami Yasvin)
Melokalisasi letak kesulitan belajar, maksudnya adalah menentukan kesulitan
belajar.
Dan dalam hal ini, siswa yang di teliti mengalami kesulitan dalam meyerap
pelajaran yang disampaikan oleh guru dan kesulitan belajar karena beberapa
aspek yang belum trecapai perkembangannya. Kesulitan belajar yang dialami
siswa ini dapat kita sebut dengan (lambat dalam belajar).
b. RPL
2. Siswa B
a) Identitas Anak
b. Siswa B
1) Identitas Siswa
Nama : Muhammad Ali
TTL : Jakarta, 17 Juni 2015
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Petukangan Rt 016/04 Rawaterate, Cakung,
Jakarta Timur
Sekolah : BKB Paud Tunas Harapan 2
Kelas :B
Jumlah Saudara :2
Anak Ke : 1 (Petama)
Tinggal Bersama : Orangtua
2) Nama Orang Tua
Ayah : Rindang
Ibu : Brigita Satu Ambarwati
Agama : Islam
Pekerjaan
Ayah : Buruh Harian Lepas
Ibu : Ibu Rumah Tangga
3) Nama Wali Kelas : Suparti
4) Kepala Sekolah : Masyuti
Dalam PPI menurut Kitano dan Kirby hendaknya memuat lima pernyataan, yaitu:
a. Identitas anak
b. Taraf kemampuan anak usia dini saat ini.
c. Tujuan umum yang akan dicapai dalam satu tahun (tujuan jangka panjang).
d. Tujuan jangka pendek atau tujuan pembelajaran khusus
e. Proyeksi waktu pelaksanaan program
f. Pendekatan & metode
g. Prosedur evaluasi
1. Program BK
a. Jadwal Kegiatan Program Bimbingan Dan Konseling Paud Tunas Harapan
Tahun Pelajaran 2021/2022
Terdapat beberapa komponen dalam program semesteran, yaitu :
1) Layanan Dasar berisi tentang strategi layanan dan topik/tema layanan dalam
komponen layanan dasar, seperti bimbingan klasikal dengan tema yang sudah
dibuat dalam rencana kegiatan
2) Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual Berisi tentang strategi layanan
dan topik/tema dalam komponen layanan perencanaan individual
3) Layanan Responsif Berisi strategi layanan dan topik/tema (bila ada) dalam
komponen layanan responsive
- Dukungan sistem Berisis tentang strategi kegiatan dalam dukungan sistem
seperti pengembangan jejaring, kegiatan manajemen dan PKB
b. RPL
A. Komponen Layanan Layanan Dasar
B. Bidang Pelayanan Keterampilan belajar
C. Topik/Tema Layanan Kesulitan Belajar Pada Siswa
D. Fungsi Layanan Pemahaman
E. Tujuan Umum Peserta didik /konseli memiliki motivasi untuk
kesulitan belajar terhadap siswa
F. Tujuan Khusus Peserta didik/konseli memiliki semangat untuk
belajar
G. Sasaran Layanan PAUD
H. Materi Motivasi kesulitan belajar
I. Waktu 4 x pertemuan x 40 menit
J. Sumber materi Buku
K. Metode Tanya jawab, praktek, diskusi
L. Media Buku
M. Pelaksanaan
1 Tahap Awal/Pendahuluan Uraian Kegiatan
a. Membangun hubungan konseling yang
melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan
terletak pada terpenuhinya asas-asas
bimbingan dan konseling, terutama asas
kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan;
dan kegiatan.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
Jika hubungan konseling sudah terjalin
dengan baik dan klien telah melibatkan
diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien.
c. Membuat penaksiran dan perjajagan.
Konselor berusaha menjajagi atau
menaksir kemungkinan masalah dan
merancang bantuan yang mungkin
dilakukan, yaitu dengan membangkitkan
semua potensi klien, dan menentukan
berbagai alternatif yang sesuai, untuk
mengantisipasi masalah yang dihadapi
klien.
d. Menegosiasikan kontrak. Membangun
perjanjian antara konselor dengan klien,
berisi: (1) Kontrak waktu, yaitu berapa
lama waktu pertemuan yang diinginkan
oleh klien dan konselor tidak
berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu
berbagi tugas antara konselor dan klien;
dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses
konseling, yaitu terbinanya peran dan
tanggung jawab bersama antara konselor
dan konseling dalam seluruh rangkaian
kegiatan konseling.
1. Siswa B
a) Identitas Anak
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Diagnosis kesulitan belajar ini dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan belajar
siswa, sehingga segala bentuk kesulitan belajar pada siswa dapat terentaskan dengan
baik dan kegiatan belajar mengajar menjadi lancar dan dapat lebih baik lagi dalam
upaya meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Berdasarkan apa yang
dipaparkan di dalam laporan, terdapat bahwa Kesulitan belajar yang dialami siswa,
dipengaruhi dua faktor yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri siswa sebagai faktor
internal dan faktor yang berasal dari luar diri siswa sebagai faktor eksternal. Faktor
internal yang berasal dari dalam diri seperti perkembangan anak usia dini yang belum
berkembang sesusianya dan faktor luar seperti lingkungan disekitar yang
mmepengaruhinya.
B. SARAN
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling guru bk harus mampu mendiagnosa
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa serta mengumpulkan data yang diperlukan
untuk mengetahui megenai kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dan guru bk dapat
memberikan layanan yang dibutuhkan oleh siswa sehingga siswa mampu belajar secara
optimal dan menghasilkan hasil belajar yang diharapkan.
C. KETERBATASAN
Dalam penulisan laporan ini peneliti meyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan guna
perbaikan pada masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Catharina Tri Anni. 2005. Psikologi Belajar. Semarang : UPT. MKK UNNES.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Casey., et. al. (2000). Structural and functional brain developmentand its relation to cognitive
development. Biological Psychology54 (2000) 241–257
Johnson. M., Munakata. Y. (2005). Processes of change in brainand cognitive development.
TRENDS in Cognitive Sciences Vol.9 No.3 March 2005
Max Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.
McLeod, S. A. (2009). Jean Piaget | Cognitive Theory. Retrieved from
http://www.simplypsychology.
org/piaget.html on 10 January 2013
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Mulyono Abdurrahman. 1996. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Mustaqim. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Ngalim Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurdin, Adnil Edwin (2009) Tumbuh Kembang PerilakuManusia, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes. 1997. Landasan-landasan Pendidikan Sekolah
Dasar. Jakarta : Depdikbud.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta :
Rineka Cipta.
Wahyuni, Nani (2010). Defi nisi Perkembangan. Retrieved from http://edukasi.kompasiana.
com/2010/10/25/defi nisi-perkembangan/ on 10 January 2013
LAMPIRAN
1. Program bk
4. Materi Layanan BK
A. Kajian Teori tentang Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Oemar Hamalik (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 114) menyatakan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah keadaan individu yang terangsang dan terjadi jika suatu motif
telah dihubungkan dengan suatu pengharapan yang sesuai (Max Darsono, 2001:
62).
Motivasi yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri
seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 114). Motivasi adalah dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar
manusia tersebut (Dimyati, 2002: 80).
Gagne dan Berliner (dalam Catharina Tri Anni, 2005 : 2) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman. Morgan (dalam Catharina Tri Anni, 2005 : 2)
menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi
karena hasil dari praktik atau pengalaman. Slavin (dalam Catharina Tri Anni,
2005 : 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang
disebabkan oleh pengalaman. Gagne (dalam Catharina Tri Anni, 2005 : 2)
menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan
manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan
perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Dari beberapa
pengertian di atas akhirnya dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Sesuai dengan pengertian motivasi belajar, maka tidak perlu dipertanyakan lagi
betapa pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar. Didalam kenyataan,
motivasi belajar ini tidak selalu timbul dalam diri siswa. Sebagian siswa
mempunyai motivasi belajar yang tinggi, tetapi sebagian lain motivasinya
rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Motivasi belajar penting bagi siswa
dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan
dengan teman sebaya
c. Mengarahkan kegiatan belajar
d. Membesarkan semangat belajar
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja,
siswa dilatih untuk menggunakan kekuatannya sehingga dapat berhasil.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dalam diri seseorang
karena pengaruh dari rangsangan di luar perbuatan yang dilakukannya.
Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi
ekstrinsik terletak di luar tingkah laku itu. Misalnya siswa yang sedang
menyelesaikan pekerjaan rumah, sekedar mematuhi perintah guru, kalau
tidak dipatuhi guru akan memarahinya.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Di dalam kehidupan sehari-hari motivasi banyak dipelajari, termasuk motivasi
dalam belajar. Oleh karena itu motivasi belajar dapat timbul tenggelam atau
berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:
a) Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.
Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan
sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung
makna bagi seseorang.
b) Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi
beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa misalnya pengamatan,
perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi.
c) Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan kondisi
fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat
kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi
psikologis. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin
disebabkan waktu berangkat sekolah tidak sarapan, mungkin karena malam
harinya begadang atau mungkin sedang sakit.
d) Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur dari luar diri siswa yaitu
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagi guru hal ini penting,
karena guru terlibat langsung dalam pembelajaran siswa. Guru harus
berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
untuk memotivasi belajar siswa.
e) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya
dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah
dan bahkan hilang sama sekali khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya
kondisional. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam
belajar, dan lain-lain.
f) Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri
dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa,
dan lain-lain.
6. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang.
Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti
tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-
prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus
diterangkan dalam aktivitas belajar-mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi
dalam belajar seperti dalam uraian berikut:
1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya.
Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk
belajar. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi suatu
objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun minat adalah motivasi
dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan
untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar,
maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu.
Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong
aktivitas belajar seseorang.
2) Motivasi Intrinsik Lebih Utama daripada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar
Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan
memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Anak didik yang
malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik oleh guru
supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi
ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala
sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental
pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu motivasi intrinsik lebih
utama dalam belajar.
3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada hukuman
Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak
didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang
senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apa pun juga. Memuji
orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal
ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan
prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada
tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek.
4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar
Dalam kehidupan, anak didik membutuhkan penghargaan. Perhatian,
ketenaran, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar
bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik
dalam belajar. Guru yang berpengalaman harus dapat memanfaatkan
kebutuhan anak didik, sehingga dapat memancing semangat belajar anak
didik agar menjadi anak yang gemar belajar. Anak didik pun giat belajar
untuk memenuhi kebutuhannya demi memuaskan rasa ingin tahunya
terhadap sesuatu.
5) Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar
Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan. Dia yakin bahwa belajar bukan kegiatan
yang sia-sia. Hasilnya akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari
mendatang.
6) Motivasi Melahirkan Prestasi dalam Belajar
Dari berbagai hasil penilitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi
mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan
indikator baik buruknya prestasi belajar seorang anak didik. Anak didik
menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata
pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi dan lengkap.
Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca.
Ulangan pun dilewati dengan mulus dengan prestasi yang gemilang.
c) Lingkungan Tetangga
Corak kehidupan tetangga misalnya sering main judi, minum minuman
keras, menganggur, tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak-anak
yang bersekolah.
d) Aktivitas dalam Masyarakat
Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu, akan menyebabkan
belajar anak akan terbengkalai.
5. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar bagi Siswa yang Mengalami
Kesulitan Belajar
Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya. Pada siswa yang
motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung
pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat
ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya.
Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi,
terutama pada anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, upaya menimbulkan dan
meningkatkan motivasi belajar, khususnya oleh guru merupakan suatu hal yang perlu
dan wajar (Max Darsono, 2001 : 68).
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa adalah sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian siswa,
keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa, materi pelajaran yang merangsang, dan
lain-lain. Agar motivasi belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha
menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga perhatian, keterlibatan siswa, dan
lain-lain yang termasuk prinsip balajar dapat berfungsi secara optimal.
b. Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar maksudnya adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan lemah
menjadi menguat. Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan upaya
pengadaannya, alat bantu mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar dan
upaya pengembangannya, kondisi siswa dan upaya penyiapannya.
c. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa
Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa
mempunyai latar belakang untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu,
guru harus pandai memilih contoh-contoh untuk menjelaskan suatu konsep baru,
contoh-contoh ini hendaknya banyak terdapat di lingkungan siswa.
d. Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam belajar. Namun tidak semua siswa dapat
mencapai kesuksesan tersebut. Kesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi,
dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini,
hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal. Kegagalan yang
berkepanjangan menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam mencapai cita-
citanya. Sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan
tujuan belajar yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk
mencapai tujuan itu lebih kuat.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor
lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga.
Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam
dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah
pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam
pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi.
Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat
belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan.
Salah satu contoh dari ancaman tersebut adalah kurangnya motivasi belajar siswa.
Pada tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya,
tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena siswa
belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain
sangat diperlukan oleh siswa tersebut.
Berikut adalah upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa yang
mengalami kesulitan belajar:
a) Pergunakan Pujian Verbal
Kata-kata seperti ”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan guru
kepada siswa setelah selesai mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati
tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
5.Profil Sekolah dan atau Lembaga Non Formal Pendidikan dalam kegiatan DKB