Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KONSEP ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR


( LEARNING DISABILITY )

Dosen Pengampu:
Ns. Dewi Narullita, M.Kep.

Disusun Oleh Kelompok 18 :

1. Septiani 201009314401034
2. Lia Wati 2010093144010

YAYASAN SETIH SETIO MUARA BUNGO


AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO
TAHUN AKADEMIK 2020/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah tentang Konsep Anak dengan Kesulitan Belajar ( Learning
Disability) makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata Kuliah Keperawatan Anak

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini


kami masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi bahasa
maupun tata bahasa, Namun kami tetap berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh kareana itu, kritik dan saran dari
penulisan makalah ini sangat kami harapkan sebagai masukan dalam
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah berikutnya. Untuk itu kami
ucapkan terima kasih.

Muara bungo 30 Maret, 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................6
1.3 Manfaat..............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Konsep Anak Dengan Kesulitan Belajar........................7
2.2 Etiologi ............................................................................................8
2.3 Manifestasi Klinis.............................................................................
2.4 Patofisiologi.....................................................................................
2.5 Pemeriksaan Diagnostik .................................................................
2.6 Penatalaksanaan...............................................................................
2.7 Komplikasi.......................................................................................
2.8 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kesulitan Belajar....................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................28
3.2 Saran..................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris
learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep
multidisipliner yang digunakan dilapangan ilmu pendidikan, psikologi,
maupun ilmu kedokteran. (Irham & Wiyani, 2013: 117) belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi.
Belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2004: 20). Kesulitan
belajar adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya (Dalyono, 1997: 229). Menurut Hamalik, kesulitan
belajar adalah hal-hal atau gangguan yang mengakibatkan kegagalan atau
setidaknya menjadi gangguan yang dapat menghambat kemajuan belajar
(Hamalik, 2012: 112).

Kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa di sekolah harus


menjadi perhatian bagi kedua belah pihak, baik guru maupun orang tua
siswa. Adanya kesulitan belajar pada beberapa siswa terbukti dengan pola
pencapaian belajar yang rendah adapun dapat dideteksi dengan kesalahan-
kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal tes. Kesalahan
adanya penyimpangan terhadap jawaban yang benar pada suatu butir soal.
Kesulitan belajar siswa akan dapat dideteksi melalui jawaban-jawaban siswa
dalam mengerjakan suatu soal.

Siswa berkesulitan belajar yang dapat berada di sekolah juga


dikarenakan adanya kebijakan zonasi pada penerimaan peserta didik baru
diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 14 Tahun 2018 yang menggantikan Permendikbud
Nomor 17 Tahun 2017 tentang PPDB. Di dalam pasal 16 disebutkan bahwa

4
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon
peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari Sekolah paling
sedikit sebesar 90 persen dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang
diterima (Permendikbud No. 14 Tahun 2018). Kesulitan belajar siswa
dikarenakan kekurang pahaman orang tua terhadap kebutuhan belajar siswa
dan jenis pendidikan yang sesuai, oleh karena itu orang tua memilih
menyekolahkan siswa di sekolah terdekat.

Kesulitan belajar dengan jenis tertentu sebenarnya dapat diatasi dengan


pembelajaran tematik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian empirik
yang dilakukan Wikremesooriya (2015). Penelitian yang dilakukan
Wikremesooriya (2015) menyimpulkan bahwa “students with Learning
Desabilities actively engage in learning when an integrated approach that
uses thematic units which reflect the students’ world, is in force.” Hasil
penelitian tersebut mengimplikasikan bahwa anak berkesulitan belajar dapat
berhasil jika proses belajar mengajar dilakukan dengan menggunakan
tematik dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kebutuhan mereka.

Pada pembelajaran tematik terpadu, diajarkan memiliki pola fikir


ilmiah atau menemukan, menganalisis dan memaparkan sebagai presentasi,
siswa memiliki ide baru untuk berkembang berkat dari pengalaman yang
mereka jumpai. Dibangunnya kalangan kelompok belajar siswa dapat belajar
bersama untuk menemukan pengalaman bersama, dan mempresentasikan
hasil belajar mereka didepan kelas. Hal tersebut dapat berdampak bagi siswa
yang kesulitan belajar, siswa berkesulitan belajar terdorong untuk ikut
mempelajari dan memahami dari serangkaian pembelajaran tematik terpadu.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Kesulitan Belajar ( Learning Disability) ?
2. Apakah Klasifikasi Kesulitan Belajar ?
3. Apa Jenis Learning Disabillity ?
4. Apa Etiologi Kesulitan Belajar ( Learning Disabillity ) ?
5. Apa Manifestasi Klinis Kesulitan Belajar ( Learning Disabillity ) ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Anak Dengan Kesulitan Belajar ?
7. Bagaiamana Penatalaksanaan Anak Dengan Kesulitan Belajar ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan (Pengkajian Diagnosa Intervensi
Implementasi, Evaluasi)

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kesulitan Belajar (Learning Disability)
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Kesulitan Belajar
3. Untuk Mengetahui Jenis Learning Disabillity
4. Untuk Mengetahui Etiologi Kesulitan Belajar ( Learning Disabillity )
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Kesulitan Belajar (Learning
Disabillity)
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Anak Dengan Kesulitan
Belajar
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Anak Dengan Kesulitan Belajar
8. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan (Pengkajian Diagnosa
Intervensi Implementasi, Evaluasi)

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar


Menurut Mulyono Abdurrahman (2012:1) kesulitan belajar merupakan
istilah bahasa inggris “learning disability”. Learning artinya belajar dan
disability artinya ketidakmampuan sehingga “learning disability” ialah
ketidakmampuan belajar. Kesulitan-kesulitan dalam belajar sering terjadi
pada tingkatan usia, kesulitan belajar berkaitan dengan ketidakmampuan
memahami konsep dan hingga cara penyelesainnya.
Herdina Indrijati (2017 :142) menyatakan: Gangguan dalam satu atau
lebih proses psikologis dasar yang terlihat dalam pemahaman atau
penggunaan bahasa, lisan atau tertulis, yang dimanifestasikan dalam
kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar, membaca, menulis,
mengeja, atau melakukan perhitungan matematis

Menurut Mulyadi (2010: 6), kesulitan belajar mempunyai pengertian


yang luas, meliputi :
1) Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Dengan demikian,
hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2) Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar) adalah ketidakmampuan
seseorang yang mengacu kepada gejala dimana seseorang tidak mampu
belajar (menghindari belajar) sehingga hasil belajarnya dibawah potensi
intelektualnya.
3) Learning disfunction (ketidakfungsian belajar) adalah menunjukkan gejala
dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada
dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat
indera atau gangguan psikologis lainnya.

7
4) Under Achiever adalah mengacu pada seseorang yang memiliki tingkat
potensi intelektual diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah.
5) Slow Learner adalah seseorang yang lambat dalam proses belajarnya
sehingga membutuhkan waktu dibandingkan seseorang yang lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Uraian diatas menunjukkan
bahwa kesulitan belajar mempunyai pengertian yang lebih luas daripada
pengertian-pengertian “Learning Disorder, learning disabilities, learning
disfunction, under achiever, dan slow learner”. Mereka yang tergolong
seperti diatas akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar.

2.2 Etiologi Kesulitan Belajar


Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar. Secara tegas, Roos, Painting,
Siegel, dan Gold mengemukakan banwa kesulitan belajar khusus disebabkan
oleh:
1. Cedera otak pada masa perkembangan otak
2. Ketidakseimbangan Zat-Zat kimiawi di dalam otak
3. Gangguan perkembangan saraf, dan
4. Kelambatan Proses Perkembangan Individu.
Ahli lain, yaitu Hallahan dan Kauffman mengemukan tiga faktor Penyebab
kesulitan belajar berikut ini
1. Faktor Organis
Banyak ahli meyakini bahwa timbulnya kesulitan belajar khusus pada
anak disebabkan oleh adanya disfungsi dari sistem saraf pusat. Bukti adanya
gangguan dari sistem saraf pusat terlihat dari studi yang dilakukan oleh E.
Roy John dan kawan-kawan pada tahun 1989 dengan menganalisis hasil
electroenchepalogram (EEG) Pada anak berkesulitan belajar, dan ternyata
ditemukan adanya kelainan pada gelombang otak. Demikian pula penelitian
dari Hynd dan Semrur Clikeman yang menggunakan Computerized

8
Tomographic Scans (CT Scans) ditemukan adanya gangguan saraf pada anak
yang mengalami kesulitan belajar.
2. Faktor Genetis
Munculnya anak-anak berkesulitan belajar khusus, dapat disebabkan
oleh faktor genetic bagi anak akan menghambat perkembangan sosial,
psikologis, dan pencapaian prestasi akademis.Pengalaman Yang tertekan
dalam keluarga, dan kesalahan dalam mengajar juga dapat menghambat
kemajuan belajar. Namun, anak yang mengalami hambatan tersebut tidak
disebut anak yang berkesulitan belajar, kecuali faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan ini mengakibatkan adanya gangguan konsentrasi, memori
dan proses berpikir.

2.3 Klasifikasi Kesulitan Belajar


Menurut Mulyono (2012), kesulitan belajar secara umum dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu: 
1. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(development learning disabilities). Kesulitan ini mencangkup gangguan
perhatian, ingatan, motorik dan persepsi, bahasa dan berpikir.
2. Kesulitan belajar akademik (academic learning), yang mencangkup
kesulitan membaca, menulis dan berhitung atau matematika.
Adapun menurut Tanjungsari dan Soedjoko (2012), beberapa bentuk
kesulitan belajar yang biasanya ditemui di dalam kelas antara lain yaitu
sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam memahami soal cerita 
Kesulitan dalam kemampuan menerjemahkan berarti kesulitan
memahami soal cerita. Kesulitan dalam kemampuan menerjemahkan
ditunjukkan dengan kesalahan dalam menafsirkan bahasa soal. Untuk
dapat menyelesaikan soal cerita dengan baik, siswa harus dapat
menemukan apa yang diketahui, apa yang dicari, dan prinsip atau konsep
apa yang akan digunakan serta mencari alternatif lain untuk

9
menyelesaikannya. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada
umumnya disebabkan karena siswa tidak mengetahui apa yang diketahui,
dan apa yang ditanyakan, tidak dapat mengubah kalimat soal ke dalam
kalimat matematika atau sebaliknya.
b. Kesulitan dalam menggunakan konsep 
Konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan
sekumpulan objek. Siswa dapat mengembangkan suatu konsep ketika
mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda
tertentu. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengkongkretkan konsep baru
siswa dapat diberi kegiatan yang memungkinkan mereka mengoptimalkan
fungsi panca indra mereka seperti: melihat, meraba, mendengar, dan
mengkomunikasikan.
c. Kesulitan dalam menggunakan prinsip 
Kesulitan dalam memahami dan menerapkan prinsip sering terjadi
karena tidak memahami konsep dasar yang melandasi prinsip tersebut.
Siswa yang tidak memiliki konsep yang digunakan untuk mengembangkan
prinsip sebagai suatu butir pengetahuan dasar akan mengalami kesulitan
dalam memahami dan menggunakan prinsip. Kekurang-pahaman tentang
konsep-konsep dasar adalah penyebab utama kesulitan dalam mempelajari
prinsip-prinsip dengan metode penemuan terbimbing.

2.3 Jenis- Jenis Kesulitan Belajar


Menurut Sudrajat (2008: 128-132)
1. Learning disability Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai
faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala
yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang
menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:

10
a. Disleksia
(dyslexia) yakni ketidak mampuan belajar membaca. Membaca
merupakan aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari simbol
berupa huruf atau kata. Aktivitas ini meliputi dua proses, yakni proses
decording, juga dikenal dengan istilah membaca teknis, dan proses 18
pemahaman. Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan
antar huruf dan bunyi atau menerjemaahkan kata-kata tercetak menjadi
bahasa lisan atau sejenisnya.
b. Disgrafia
(dysgraphia) yakni ketidakmampuan belajar menulis. Kesulitan
belajar menulis disebut juga sisgrafia, kesulitan belajar menulis yang berat
disebut arafia. Ada tiga jenis pelajaran menulis, yaitu menulis permulaan,
mengeja atau dikte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis
bagi seorang siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan
sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu, kesulitan belajar menulis
hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan
kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah.
c. Diskalkulia
(dyscalculia) yakni ketidakmampuan belajar menghitung. Berhitung
adalah salah satu cabang matematika, ilmu hitung adalah suatu bahasa
yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara berbagai proyek,
kejadian, dan waktu. Ada orang yang beranggapan bahwa berhitung sama
dengan matematika. Anggapan semacam ini tidak sepenuhnya keliru
karena hampir semua cabang matematika.

2. Under achiever adalah mereka yang prestasinya ternyata lebih rendah dari
apa yang diperkirakan berdasar hasil tes kemampuan belajarnya.
a. Ciri-ciri under achiever:
Prestasi tidak konsisten:
1) kadang bagus, kadang tidak.

11
2) Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR)
3) Rendah diri
4) Takut gagal (atau sukses).
5) Takut menghadapi ulangan.
6) Tidak punya inisiatif
7) Malas, bahkan depresi.
b. Penyebab under achiever
underachiever disebabkan karena ketidakmampuan untuk
melakukan suatu dengan lebih baik,tetapi karena pilihan-pilihan yang
dilakukan dengan sadar atau tidak sadar.

3. Slow leaner
Slow learning adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang
rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di
pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang.
Ciri-ciri slow learning: Dari segi karakteristik dari individu yang
mengalami slow learning :
1. Fungsi kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya.
2. Memiliki kecanggungan dalam kemampuan menjalin hubungan
3. intrapersonal.
4. Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah yang bertahap
5. Tidak memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya
6. Memiliki berbagai kesulitan internal seperti; keterampilan
7. mengorganisasikan,
8. kesulitan transfer belajar, dan menyimpulkan infromasi.
9. Memiliki skor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes.
10. Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk
11. Mengerjakan segalanya secara lambat.
12. Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu.

12
Penyebab slow learning:
1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan faktor utama dari slow learning di negara
berkembang. Kemiskinan menyababkan banyak kekurangan mental dan
moral yang pada akhirnya mempengaruhi performa siswa. Seperti
ungkapan “di badan yang sehat terdapat pikiran yang sehat.

2. Faktor emosional
Semua anak pasti mengalami permasalahan emosional, tetapi slow
learner mengalami permasalahan yang serius dan untuk waktu yang lama
sehingga sangat mengganggu proses belajar mereka. Permasalahan
emosional ini berakibat pada prestasi akademis yang 20 rendah,
hubungan interpersonal yang tidak baik, dan harga diri yang rendah.
Bagian penting dalam perkembangan personal, social dan emosional
adalah konsep diri dan harga diri.

3. Faktor pribadi
Faktor pribadi meliputi kelainan bentuk fisik (deformity), kondisi
patologi/ penyakit badan, dan kekurangan penglihatan, pendengaran dan
percakapan dapat mengarah pada slow learning. Factor pribadi juga
meliputi penyakit yang lama atau ketidakhadiran di sekolah untuk waktu
yan lama ddan kurangnya kepercayaan diri. Ketika mereka lama tidak
masuk sekolah tentu saja mereka akan tertinggal dari teman mereka. Hal
ini pada akhirnya mempengaruhi kepercayaan diri mereka dan
menciptakan kondisi yang mengarah pada slow learning

13
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Ahmadi dan Supriyono ( 2013:94), beberapa gejala sebagai
pertanda adanya kesulitan belajar :
1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompok kelas.
2. .Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
Ia berusaha keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan
kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-
soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
5. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang berlainan.

Gejala-gejala tersebut harus diketahui oleh guru supaya guru dapat


membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dari gejala tersebut maka
guru dapat bekerja sama dengan guru bimbingan konseling untuk mengetahui
faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami gejala kesulitan belajar.  

2.6 Pemeriksaan Anak Dengan Kesulitan Belajar


4 Cara untuk memperoleh data:
1. Case History
- Melalui anamnesa ( auto dan allo)
- Melalui data fisik ( raport, dll )
2. Observasi ( Secara fisik, selama mengerjakan tugas)
3. Informal Testing : Alat bantu untuk mengenali adanya hamabatan dalam
aspek tertentu pada anak
4. Formal Standar test
- Benton Visual Retention Test
- The Bender Visual Motor Gestalt Test (The Bender Gestalt Test
- Tes Neuropsikolog

14
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan terhadap anak berkesulitan belajar spesifik memerlukan
pendekatan yang multidisipliner, terutama pada bidang medis, sosial-
psikologis, dan pendidikan titik pendekatan medis membahas tentang
masalah-masalah yang berhubungan dengan gangguan gangguan yang
bersifat neurologis yang meliputi: keterbatasan sensorik Oma keterbatasan
motorik, dominasi otak, daya konsentrasi dan perhatian yang pendek,
keterbatasan integrasi dan koordinasi motorik, keterbatasan persepsi ruang,
bentuk, warna, gerik, dan arah titik sedangkan pendekatan psikologis
menangani gejala gejala psikologis dari anak, sebenarnya gejala psikologis
tidak dapat dipisahkan dari anak, sebenarnya gejala psikologis tidak dapat
dipisahkan dari neurologis. Dari masalah ini hasil pemeriksaan psikologis
berkaitan erat dengan hasil yang ditangani bidang medis. Penanganan
psikologis meliputi titik 2 kemampuan kecerdasannya, kemampuan
pengamatan, kemampuan perhatian, kemampuan dalam mengendalikan diri
dan kepribadian titik kedua pendekatan tersebut setelah dijalankan, kemudian
dilanjutkan dengan catatan pendidikan titik pendekatan pendidikan bertugas
mengembangkan kemampuan anak dengan memperhatikan hasil-hasil bidang
medis dan bidang psikologis. Pengembangan hasil-hasil bidang medis dan
bidang psikologis. Pengembangan kemampuan anak perlu memberikan
treatment terhadap gangguan gangguan atau kesulitan anak secara khusus.
Berdasarkan kompleksitas masalah dan perlunya pendekatan multidisipliner,
maka penanganan anak kesulitan belajar spesifik di sekolah dasar perlu
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penataran terhadap guru-guru sekolah dasar,
b. Deteksi dini dan penjaringan,
c. Diagnosis,
Psikologi dan pendidikan khusus. Deteksi dini yang dilakukan oleh guru
sekolah dasar dapat digunakan penjaringan terhadap anak berkesulitan belajar
spesifik karena diperkirakan 5% dari anak usia sekolah dasar. Langkah

15
deteksi dini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data melalui
pengamatan, wawancara dan dokumentasi yang meliputi:

1. Riwayat perkembangan anak, perkembangan dalam kandungan, lahir,


perkembangan setelah lahir yang berupa fisik motorik, dan bahasa.
2. Data tentang perilaku anak sehari-hari dirumah, di sekolah terutama
perilaku dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran.
3. Data tentang kemampuan komunikasi, sosialisasi, visual, pendengaran,
koordinasi gerak, dan persepsi visual.
4. Data tentang kemampuan anak secara umum.
Data-data seperti di atas dapat diperoleh guru sekolah dasar baru secara
kasar, untuk lebih memantapkan perlu adanya tindakan perujukan, namun
demikian guru sekolah dasar telah melakukan tindakan awal untuk menjaring
anak anak berkesulitan belajar spesifik.

2.8 Askep Learning Disability


1. Pengkajian
Pengenalan Kesulitan Belajar Peserta Didik
Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik, kita harus
menentukan faktor penyebab dari kesulitan belaja tersebut. Setelah faktor
penyebab kesulitan belajar diketahui, kita baru dapat menentukan
alternative bantuan yang diberikan. Untuk dapat menentukan kesulitan
belajar peserta didik dengan tepat,maka kita harus mengumpulkan data
selengkap mungkin, baik dengan teknik non tes maupun dengan teknik tes.
1. Teknik Nontes
Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik pengumpulan
data atau keterangan yang dilakukan dengan cara: wawancara,
observasi, angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan kesehatan dan fisik,
dan dokumentasi.
a. Wawancara

16
Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh
data atau keterangan degan jalan mengadakan komunikasi dengan
sumber data.

b. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra
terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Berikut ada beberapa petunjuk bagi observer dalam mengadakan
observasi:
1. Observer perlu memahami terlebih dahulu apa yang akan
dobservasi dan jenis gejala apa yang perlu dicatat.
2. Meneliti tujuan umum dan khusus, apakah sudah sesuai denga
permasalahan yang akan diteliti, seingga dapat dijadikan dasar
untuk menentukan apa yang harus diobservasi.
3. Buatlah cara untuk mencatat observasi. Cara ini akan menghemat
waktu dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan
terhadap banyak peristiwa.
4. Adakan batasi dngan tegas macam-macam tingkat kategori yang
akan digunakan.
5. Adakan observasi secermat-cermatnya dengan pencatatan yang
sudah disederhanakan
6. Catatlah gejala-gejala secara terpisah.
7. Ketahuilah baik-baik alat-alat pencatat dan tata cara mencatat
sebelum melakukan observasi.
c. Angket
Angket atau kuisener adalah alat pengumpul data yang berisi daftar
pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang
diselidiki atau disebut responden, secara tertulis.
Bila ditinjau dari cara menjawabnya angket terbagi menjadi dua yaitu:

17
1) Angket langsung
Angket yang diberikan kepada orang yang akan dikumpulkan
datanya.

2) Angket tidak langsung


Angket yang diberikan kepada orang lain yang dianggap
mengetahui keadaaan orang yang akan dikumpulkan datanya.

Bila ditinjau dari bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi tiga


yaitu:
1) Angket tertutup
Pertanyaan yang dijawabnya sudah disediakan sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya.
2) Angket terbuka
Pertanyaaan-pertanyaan dalam angket yang memberikan
kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban seluas-
luasnya. Angket teruka ini tepat digunakan utuk mengungkap
pendapat seseorang tentang sesuatu.
3) Angket tertutup terbuka
Angket yang terdiri dari angket tertutup, shingga responden tinggal
memilih jawaban yang telah disediakan, namun bila jawaban tidak
ada yang sesuai menurut responden, maka responden diberi
kesempatan untuk mengemukakan jawaban sesuai dengan keadaan
responden.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menggunakan angket:
1. Gunakan angket dalam keadaan atau situasi yang setepat-
tepatnya.
2. Tentukan terlebih dahulu tujuan kuisener/angket, baik tujuan
umum maupun khusus.
3. Tentukan dan susunlah pertanyaan-pertanyaan sebaik-baiknya:

18
4. Pertanyaan harus singkat dan jelas(mudah dimengerti)
5. Jangan sampai ada pertanyaan yang terulang
6. Pertanyaan harus tegas, artinya jangan meragukan responden
7. Pertanyaan jangan sampai menimbulkan pertanyaan
8. Pertanyaan jangan sampai menimbulkan hal-hal yang
memalukan.
 Pertanyaan disusun menurut aspeknya atau kategorinya atau
golongan-golongannya, agar lebih sistematis sehingga mudah
menganalisisnya.
 Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data dari responden
yang sesungguhnya , maka angket yang telah tersusun
sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui
kesalahan-kesalahan baik kesalahan redaksional maupun isi
materi
d. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan social
seseorang, yang sering disebut juga sebagai ukuran berteman seseorang.
Gambaran mengenai hubungan seseorang disebut sosiogram.
Baik tidaknya hubungan social seseorang denga orang lain dapat dilihat
dari beberapa segi. Bimo Walgito, 1980:72.mengemukakan sebagai
berikut:
1. Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau orang itu
bergaul.
2. Intesitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau orang
didalam pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul
3. Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul, dapat
dgunakan sebagaikriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam
hubungan sosialnya..
e. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan
mengutip dari sumber catatan yang sudah ada

19
f. Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Pemeriksaan fisik berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan
dengan kondisi dan perkembangan fisik, misalya kecacatan yang
dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang menarik. Sedang
pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan masalah penyakit yang diderita
seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat dibutuhkan dalam
memberikan informasi tentang kesehatan seseorang.

2. Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang
dilakukan dengan memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan,
yang didasarkan atas jawaban testee terhadap pertanyaan-pertanyaan atau
melakukan perintah itu penyelidik megambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standar atau testee yang lain(sumadi
Suryoboto,1984). Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Tes hasil belajar
Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan
pelajaran yang telah disajikan dalam proses pembelajaran dalam
bentuk ulangan, ujian, atau dalam bentuk evaluasi yang lain.
b. Tes psikologis
Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang
kemampuan yang belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya
bakat, inteligensi, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya.

3. Prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar


Guru dalam proses pembelajaran menghadapi peserta didik yang
beranekaragam karakteristiknya. Perbedaan peserta didik berkaitan
dengan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, sikap, kemampuan,
minat, latar belakang kehidupan keluarganya dan lain-lainnya. Perbedaan

20
ini cenderung berakibat adanya perbedaan dalam belajar bagi setiap
peserta didik baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan
belajar yang dicapainya.

Langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar yaitu :


1. Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami
kesulitan belajar.
Dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun non
psikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui :
a. Analisis Perilaku
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui
melalui observasi atau laporan proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran dapat diketahui :
1. Cepat lambatnya menyelesaikan tugas
2. Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran
3. Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok
4. Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial
b. Analisis Prestasi Belajar
Dapat dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil
belajar serta menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajar
peserta didik harus menggunakan norma yaitu Penilaian Acuan
Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar
Dapat kita lakukan dengan cara mengetahui dalam mata pelajaran
atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi, kemudian aspek atau bagian
mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik.
Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan
belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor prestasi
yang diperoleh peserta didik dengan nilai rata-rata dari masing-masing
bidang studi. Sedangkan untuk mengetahui aspek atau bagian mana

21
kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik dapat dilakukan
dengan memeriksa hasil pekerjaan tes.

3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Dapat dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang ada pada diri
peserta didik (internal) dan faktor-faktor yang berada di luar peserta
didik (eksternal) yang menghambat proses belajar dan atau
pembelajaran.
4. Memperkirakan Alternatif Bantuan
Langkah yang akan ditempuh dengan cara menjawab beberapa
pertanyaan berikut ini:
1. Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi
kesulitannya?
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan
peserta didik?
3. Kapan dan dimana pertolongan dapat diberikan kepada peserta
didik?
4. Siapa yang dapat memberikan pertolongan?

5. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya


Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau
usaha penyembuhan yang diperlukan peserta didik Selanjutnya rencana
pemberian bantuan harus disesuaikan dengan jenis kesulitan yang
dialami peserta didik.
Bantuan dapat diberikan melalui program remedial atau pengajaran
perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referal yaitu
mengirimkan peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
6. Tindak Lanjut
Ini merupakan langkah terakhir yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:

22
1. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah
ditetapkan pada langkah sebelumnya.
2. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan
pertolongan kepada peserta didik
3. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi
terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yang diberikan
4. Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam
menangani kesulitan yang dialami peserta didik

2. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan memori berhubungan dengan ketidakadekuatan
stimulasi intelektual, gangguan neurologis, faktor psikologis,
ditandai dengan:

a. Tidak mampu mempelajari keterampilan baru


b. Tidak mampu mengingat informasi faktual
c. Tidak mampu mengingat peristiwa
d. Merasa mudah lupa
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan
penglihatan, ditandai dengan:
a. Distorsi sensori
b. Respons tidak sesuai
c. Melihat ke satu arah

3. Intervensi
1. Gangguan memori berhubungan dengan ketidakadekuatan
stimulasi intelektual, gangguan neurologis, faktor psikologis,
ditandai dengan:
a. Tidak mampu mempelajari keterampilan baru

23
b. Tidak mampu mengingat informasi faktual
c. Tidak mampu mengingat peristiwa
d. Merasa mudah lupa
Hasil yang diharapkan:
Kemampuan memori meningkat, dengan kriteria hasil:
a. Verbalisasi kemampuan mempelajari hal baru meningkat
b. Verbalisasi kemampuan mengingat informasi faktual meningkat
c. Verbalisasi kemampuan mengingat peristiwa meningkat
d. Melakukan kemampuan yang dipelajari meningkat
e. Verbalisasi lupa menurun
f. Verbalisasi mudah lupa menurun

Intervensi:
Latihan memori
Tindakan
Observasi a. Identifikasi masalah memori yang dialami
b. Identifikasi terhadap kesalahan orientasi
c. Monitor perilaku dan perubahan memori
Terapeutik a. Rencana metode mengajar sesuai kemampuan
b. Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang
terahir kali di ucapkan
c. Koreksi kesalahan orientasi
d. Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu
e. Fasilitasi tugas pembelajaran
f. Fasilitasi kemampuan konsentrasi

Edukasi a. Ajukan teknik memori yang tepat

2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan


penglihatan, ditandai dengan:
1. Distorsi sensori
2. Respons tidak sesuai
3. Melihat ke satu arah

24
Hasil yang diharapkan:
Persepsi sensori membaik, dengan kriteria:
a. Distorsi sensori menurun
b. Respons sesuai stimulus membaik
c. Konsentrasi membaik
d. Orientasi membaik
Intervensi:
Terapi Aktivitas
Tindakan
Observasi a. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivitastertentu
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
d. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
e. Monito respons emosional fisik, sosial dan spiritual
terhadap aktivitas

Terapeutik a. Fasilitasi fokus pada kemampuan bukan pada defisit


yang dialami
b. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis dan sosial
c. Fasilitasi dalam menyesuaikan lingkungan
untukmengakomodasi aktivitas yang dipilih
d. Fasilitasi aktivitas fisik rutin
e. Fasilitasi aktivitas penggantisaat
mengalamiketerbatasan
f. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur, dan aktif
g. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan kecemasan.
h. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan
diri
i. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
j. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas

Edukasi a. Ajarkan cara melakukan aktivitas sehari-hari


b. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi jika sesuai

25
c. Anjurkan keluarga untuk memberikan penguatan
positif

4. Treatment/ Referal
Treatment adalah Perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah
bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan
program yang telah disusun pada tahap Prognosis. Bentuk treatment yang
mungkin dapat diberikan adalah: Melalui bimbingan belajar individual,
bimbingan belajar kelompok, remedial teaching untuk mata pelajaran
tertentu, bimbingan orang tua dirumah, Pemberian bimbingan pribadi untuk
mengatasi masalah-masalah psikologis, mengenai cara belajar yang baik
secara umum, dan juga mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan
karakteristik setiap mata pelajaran. Ketepatan treatment yang diberikan
kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sangat tergantung
kepada ketelitian dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan diagnosis.
Tapi bisa juga pengumpulan datanya sudah lengkap dan pengolahan
datanya dengan cermat, tetapi diagnosis yang diputuskan keliru, disebabkan
kesalahan analisis, maka treatment yang diberikan kepada anak didik yang
mengalami kesulitan belajar pun tidak akurat.
Oleh karenanya, kecermatan dan ketelitian tingkat tinggi sangat dituntut
dalam pengumpulan data, pengolahan data dan diagnosis, sehingga pada
akhirnya treatment benar-benar mengenai objek dan subjek persoalan.

5. Evaluasi
Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui apakah Treatment
yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu
anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau
gagal sama sekali. Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang telah
diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran
jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah

26
tertentu dan dalam materi tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi
belajar atau achievements test. Bila jawaban anak sebagian besar banyak
yang salah, itu sebagai pertanda bahwa treatment gagal. Karenanya, perlu
pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab dari
kegagalan itu. Ada kemungkinan data yang terkumpul kurang lengkap,
program yang disusun tidak jelas dan tepat, atau diagnosis yang diambil
tidak akurat karena kesalahan membaca data, sehingga berdampak
langsung pada treatment yang bias. Kemungkinan lain bisa juga terjadi.
Datanya lengkap, pengolahan datanya dengan cermat dan teliti, akurasi
diagnosis meyakinkan, dan prognosis dengan jelas dan sistematis, tetapi
karena treatment yang diberikan kepada anak yang mengalami kesulitan
belajar tidak sungguh-sungguh terkesan asal-asalan, juga menjadi pangkal
penyebab gagalnya usaha mengatasi kesulitan belajar anak. Agar tidak
terjadi kesalahan pengertian, disini perlu ditegaskan bahwa pengecekan
kembali hanya dilakukan bila terjadi di kegagalan treatment berdasarkan
evaluasi, dimana hasil prestasi belajar anak didik masih rendah, di bawah
standar. Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagalan treatment,
secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai
berikut: Recheking data ( baik yang berhubungan dengan masalah maupun
pengolahan data), Rediagnosis, Reprognosis, Retreatment, Reevaluasi.
Bila treatment gagal harus diulang. Kegagalan treatment yang kedua harus
diulangi dengan treatment berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-
benar dapat mengeluarkan anak didik dari kesulitan belajar

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesulitan belajar atau learning disability terjadi karena adanya
kemungkinan disfungsi neurologis, adanya kesulitan dalam tugas-tugas
akademik, adanya kesenjangan antara prestasi dengan potensi, dan adanya
pengeluaran dari sebab-sebab lain. Sebab-sebab lain yang mengakibatkan
kesulitan belajar tidak dapat disamakan dengan tunagrahita (retardasi mental),
gangguan emosional, gangguan pendengan, gangguan penglihatan, atau
kemiskinan budaya dan sosial. Intinya bahwa pengertian kesulitan belajar
disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neurologis atau berkaitanpada
dugaan adanya kelainan fungsi neurologis. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kesulitan belajar atau learning disability adalah faktor genetik, luka
pada otak, biokimia yang hilang, biokima yang dapat merusak otak,
pencemaran lingkungan, gizi yang tidak memadai, pengaruh-pengaruh
psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak (deprivasi
lingkungan). Jenis-jenis dari kesulitan belajar atau learning disability adalah
kesulitan belajar membaca (dyslexia), kesulitan belajar menulis (dysgraphia),
dan kesulitan belajar matematika (diskalkulia).
3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran antara lain
sebagai berikut :
1. Diharapkan para guru turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi
siswanya terutama ketika ia sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
2. Para guru hendaknya mengecek dan membantu siswanya menguasai materi
yang diajarkan tersebut sehingga mereka dapat mempelajari materi baru
dengan lebih baik.
3. Diharapkan bagi orang tua perlu adanya motivasi yang diberikan ke
anaknya, tidak hanya itu pengawasan di saat dia belajar di rumah pun harus

28
lebih diperhatikan. Pemberian perhatian serta support yang diberikan dapat
membuat anaknya lebih semangat dalam belajar

29
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar:Teori,


Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Indrijati, Herdina. 2017. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia


Dini. Jakarta: Kencana.

Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan


Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.

30

Anda mungkin juga menyukai