Dosen Pengampu:
Ns. Dewi Narullita, M.Kep.
1. Septiani 201009314401034
2. Lia Wati 2010093144010
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah tentang Konsep Anak dengan Kesulitan Belajar ( Learning
Disability) makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata Kuliah Keperawatan Anak
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................6
1.3 Manfaat..............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Konsep Anak Dengan Kesulitan Belajar........................7
2.2 Etiologi ............................................................................................8
2.3 Manifestasi Klinis.............................................................................
2.4 Patofisiologi.....................................................................................
2.5 Pemeriksaan Diagnostik .................................................................
2.6 Penatalaksanaan...............................................................................
2.7 Komplikasi.......................................................................................
2.8 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kesulitan Belajar....................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................28
3.2 Saran..................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon
peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari Sekolah paling
sedikit sebesar 90 persen dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang
diterima (Permendikbud No. 14 Tahun 2018). Kesulitan belajar siswa
dikarenakan kekurang pahaman orang tua terhadap kebutuhan belajar siswa
dan jenis pendidikan yang sesuai, oleh karena itu orang tua memilih
menyekolahkan siswa di sekolah terdekat.
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Kesulitan Belajar ( Learning Disability) ?
2. Apakah Klasifikasi Kesulitan Belajar ?
3. Apa Jenis Learning Disabillity ?
4. Apa Etiologi Kesulitan Belajar ( Learning Disabillity ) ?
5. Apa Manifestasi Klinis Kesulitan Belajar ( Learning Disabillity ) ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Anak Dengan Kesulitan Belajar ?
7. Bagaiamana Penatalaksanaan Anak Dengan Kesulitan Belajar ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan (Pengkajian Diagnosa Intervensi
Implementasi, Evaluasi)
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kesulitan Belajar (Learning Disability)
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Kesulitan Belajar
3. Untuk Mengetahui Jenis Learning Disabillity
4. Untuk Mengetahui Etiologi Kesulitan Belajar ( Learning Disabillity )
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Kesulitan Belajar (Learning
Disabillity)
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Anak Dengan Kesulitan
Belajar
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Anak Dengan Kesulitan Belajar
8. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan (Pengkajian Diagnosa
Intervensi Implementasi, Evaluasi)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
4) Under Achiever adalah mengacu pada seseorang yang memiliki tingkat
potensi intelektual diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah.
5) Slow Learner adalah seseorang yang lambat dalam proses belajarnya
sehingga membutuhkan waktu dibandingkan seseorang yang lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Uraian diatas menunjukkan
bahwa kesulitan belajar mempunyai pengertian yang lebih luas daripada
pengertian-pengertian “Learning Disorder, learning disabilities, learning
disfunction, under achiever, dan slow learner”. Mereka yang tergolong
seperti diatas akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar.
8
Tomographic Scans (CT Scans) ditemukan adanya gangguan saraf pada anak
yang mengalami kesulitan belajar.
2. Faktor Genetis
Munculnya anak-anak berkesulitan belajar khusus, dapat disebabkan
oleh faktor genetic bagi anak akan menghambat perkembangan sosial,
psikologis, dan pencapaian prestasi akademis.Pengalaman Yang tertekan
dalam keluarga, dan kesalahan dalam mengajar juga dapat menghambat
kemajuan belajar. Namun, anak yang mengalami hambatan tersebut tidak
disebut anak yang berkesulitan belajar, kecuali faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan ini mengakibatkan adanya gangguan konsentrasi, memori
dan proses berpikir.
9
menyelesaikannya. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada
umumnya disebabkan karena siswa tidak mengetahui apa yang diketahui,
dan apa yang ditanyakan, tidak dapat mengubah kalimat soal ke dalam
kalimat matematika atau sebaliknya.
b. Kesulitan dalam menggunakan konsep
Konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan
sekumpulan objek. Siswa dapat mengembangkan suatu konsep ketika
mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda
tertentu. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengkongkretkan konsep baru
siswa dapat diberi kegiatan yang memungkinkan mereka mengoptimalkan
fungsi panca indra mereka seperti: melihat, meraba, mendengar, dan
mengkomunikasikan.
c. Kesulitan dalam menggunakan prinsip
Kesulitan dalam memahami dan menerapkan prinsip sering terjadi
karena tidak memahami konsep dasar yang melandasi prinsip tersebut.
Siswa yang tidak memiliki konsep yang digunakan untuk mengembangkan
prinsip sebagai suatu butir pengetahuan dasar akan mengalami kesulitan
dalam memahami dan menggunakan prinsip. Kekurang-pahaman tentang
konsep-konsep dasar adalah penyebab utama kesulitan dalam mempelajari
prinsip-prinsip dengan metode penemuan terbimbing.
10
a. Disleksia
(dyslexia) yakni ketidak mampuan belajar membaca. Membaca
merupakan aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari simbol
berupa huruf atau kata. Aktivitas ini meliputi dua proses, yakni proses
decording, juga dikenal dengan istilah membaca teknis, dan proses 18
pemahaman. Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan
antar huruf dan bunyi atau menerjemaahkan kata-kata tercetak menjadi
bahasa lisan atau sejenisnya.
b. Disgrafia
(dysgraphia) yakni ketidakmampuan belajar menulis. Kesulitan
belajar menulis disebut juga sisgrafia, kesulitan belajar menulis yang berat
disebut arafia. Ada tiga jenis pelajaran menulis, yaitu menulis permulaan,
mengeja atau dikte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis
bagi seorang siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan
sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu, kesulitan belajar menulis
hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan
kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah.
c. Diskalkulia
(dyscalculia) yakni ketidakmampuan belajar menghitung. Berhitung
adalah salah satu cabang matematika, ilmu hitung adalah suatu bahasa
yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara berbagai proyek,
kejadian, dan waktu. Ada orang yang beranggapan bahwa berhitung sama
dengan matematika. Anggapan semacam ini tidak sepenuhnya keliru
karena hampir semua cabang matematika.
2. Under achiever adalah mereka yang prestasinya ternyata lebih rendah dari
apa yang diperkirakan berdasar hasil tes kemampuan belajarnya.
a. Ciri-ciri under achiever:
Prestasi tidak konsisten:
1) kadang bagus, kadang tidak.
11
2) Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR)
3) Rendah diri
4) Takut gagal (atau sukses).
5) Takut menghadapi ulangan.
6) Tidak punya inisiatif
7) Malas, bahkan depresi.
b. Penyebab under achiever
underachiever disebabkan karena ketidakmampuan untuk
melakukan suatu dengan lebih baik,tetapi karena pilihan-pilihan yang
dilakukan dengan sadar atau tidak sadar.
3. Slow leaner
Slow learning adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang
rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di
pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang.
Ciri-ciri slow learning: Dari segi karakteristik dari individu yang
mengalami slow learning :
1. Fungsi kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya.
2. Memiliki kecanggungan dalam kemampuan menjalin hubungan
3. intrapersonal.
4. Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah yang bertahap
5. Tidak memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya
6. Memiliki berbagai kesulitan internal seperti; keterampilan
7. mengorganisasikan,
8. kesulitan transfer belajar, dan menyimpulkan infromasi.
9. Memiliki skor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes.
10. Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk
11. Mengerjakan segalanya secara lambat.
12. Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu.
12
Penyebab slow learning:
1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan faktor utama dari slow learning di negara
berkembang. Kemiskinan menyababkan banyak kekurangan mental dan
moral yang pada akhirnya mempengaruhi performa siswa. Seperti
ungkapan “di badan yang sehat terdapat pikiran yang sehat.
2. Faktor emosional
Semua anak pasti mengalami permasalahan emosional, tetapi slow
learner mengalami permasalahan yang serius dan untuk waktu yang lama
sehingga sangat mengganggu proses belajar mereka. Permasalahan
emosional ini berakibat pada prestasi akademis yang 20 rendah,
hubungan interpersonal yang tidak baik, dan harga diri yang rendah.
Bagian penting dalam perkembangan personal, social dan emosional
adalah konsep diri dan harga diri.
3. Faktor pribadi
Faktor pribadi meliputi kelainan bentuk fisik (deformity), kondisi
patologi/ penyakit badan, dan kekurangan penglihatan, pendengaran dan
percakapan dapat mengarah pada slow learning. Factor pribadi juga
meliputi penyakit yang lama atau ketidakhadiran di sekolah untuk waktu
yan lama ddan kurangnya kepercayaan diri. Ketika mereka lama tidak
masuk sekolah tentu saja mereka akan tertinggal dari teman mereka. Hal
ini pada akhirnya mempengaruhi kepercayaan diri mereka dan
menciptakan kondisi yang mengarah pada slow learning
13
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Ahmadi dan Supriyono ( 2013:94), beberapa gejala sebagai
pertanda adanya kesulitan belajar :
1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompok kelas.
2. .Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
Ia berusaha keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan
kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-
soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
5. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang berlainan.
14
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan terhadap anak berkesulitan belajar spesifik memerlukan
pendekatan yang multidisipliner, terutama pada bidang medis, sosial-
psikologis, dan pendidikan titik pendekatan medis membahas tentang
masalah-masalah yang berhubungan dengan gangguan gangguan yang
bersifat neurologis yang meliputi: keterbatasan sensorik Oma keterbatasan
motorik, dominasi otak, daya konsentrasi dan perhatian yang pendek,
keterbatasan integrasi dan koordinasi motorik, keterbatasan persepsi ruang,
bentuk, warna, gerik, dan arah titik sedangkan pendekatan psikologis
menangani gejala gejala psikologis dari anak, sebenarnya gejala psikologis
tidak dapat dipisahkan dari anak, sebenarnya gejala psikologis tidak dapat
dipisahkan dari neurologis. Dari masalah ini hasil pemeriksaan psikologis
berkaitan erat dengan hasil yang ditangani bidang medis. Penanganan
psikologis meliputi titik 2 kemampuan kecerdasannya, kemampuan
pengamatan, kemampuan perhatian, kemampuan dalam mengendalikan diri
dan kepribadian titik kedua pendekatan tersebut setelah dijalankan, kemudian
dilanjutkan dengan catatan pendidikan titik pendekatan pendidikan bertugas
mengembangkan kemampuan anak dengan memperhatikan hasil-hasil bidang
medis dan bidang psikologis. Pengembangan hasil-hasil bidang medis dan
bidang psikologis. Pengembangan kemampuan anak perlu memberikan
treatment terhadap gangguan gangguan atau kesulitan anak secara khusus.
Berdasarkan kompleksitas masalah dan perlunya pendekatan multidisipliner,
maka penanganan anak kesulitan belajar spesifik di sekolah dasar perlu
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penataran terhadap guru-guru sekolah dasar,
b. Deteksi dini dan penjaringan,
c. Diagnosis,
Psikologi dan pendidikan khusus. Deteksi dini yang dilakukan oleh guru
sekolah dasar dapat digunakan penjaringan terhadap anak berkesulitan belajar
spesifik karena diperkirakan 5% dari anak usia sekolah dasar. Langkah
15
deteksi dini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data melalui
pengamatan, wawancara dan dokumentasi yang meliputi:
16
Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh
data atau keterangan degan jalan mengadakan komunikasi dengan
sumber data.
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra
terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Berikut ada beberapa petunjuk bagi observer dalam mengadakan
observasi:
1. Observer perlu memahami terlebih dahulu apa yang akan
dobservasi dan jenis gejala apa yang perlu dicatat.
2. Meneliti tujuan umum dan khusus, apakah sudah sesuai denga
permasalahan yang akan diteliti, seingga dapat dijadikan dasar
untuk menentukan apa yang harus diobservasi.
3. Buatlah cara untuk mencatat observasi. Cara ini akan menghemat
waktu dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan
terhadap banyak peristiwa.
4. Adakan batasi dngan tegas macam-macam tingkat kategori yang
akan digunakan.
5. Adakan observasi secermat-cermatnya dengan pencatatan yang
sudah disederhanakan
6. Catatlah gejala-gejala secara terpisah.
7. Ketahuilah baik-baik alat-alat pencatat dan tata cara mencatat
sebelum melakukan observasi.
c. Angket
Angket atau kuisener adalah alat pengumpul data yang berisi daftar
pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang
diselidiki atau disebut responden, secara tertulis.
Bila ditinjau dari cara menjawabnya angket terbagi menjadi dua yaitu:
17
1) Angket langsung
Angket yang diberikan kepada orang yang akan dikumpulkan
datanya.
18
4. Pertanyaan harus singkat dan jelas(mudah dimengerti)
5. Jangan sampai ada pertanyaan yang terulang
6. Pertanyaan harus tegas, artinya jangan meragukan responden
7. Pertanyaan jangan sampai menimbulkan pertanyaan
8. Pertanyaan jangan sampai menimbulkan hal-hal yang
memalukan.
Pertanyaan disusun menurut aspeknya atau kategorinya atau
golongan-golongannya, agar lebih sistematis sehingga mudah
menganalisisnya.
Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data dari responden
yang sesungguhnya , maka angket yang telah tersusun
sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui
kesalahan-kesalahan baik kesalahan redaksional maupun isi
materi
d. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan social
seseorang, yang sering disebut juga sebagai ukuran berteman seseorang.
Gambaran mengenai hubungan seseorang disebut sosiogram.
Baik tidaknya hubungan social seseorang denga orang lain dapat dilihat
dari beberapa segi. Bimo Walgito, 1980:72.mengemukakan sebagai
berikut:
1. Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau orang itu
bergaul.
2. Intesitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau orang
didalam pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul
3. Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul, dapat
dgunakan sebagaikriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam
hubungan sosialnya..
e. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan
mengutip dari sumber catatan yang sudah ada
19
f. Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Pemeriksaan fisik berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan
dengan kondisi dan perkembangan fisik, misalya kecacatan yang
dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang menarik. Sedang
pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan masalah penyakit yang diderita
seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat dibutuhkan dalam
memberikan informasi tentang kesehatan seseorang.
2. Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang
dilakukan dengan memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan,
yang didasarkan atas jawaban testee terhadap pertanyaan-pertanyaan atau
melakukan perintah itu penyelidik megambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standar atau testee yang lain(sumadi
Suryoboto,1984). Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Tes hasil belajar
Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan
pelajaran yang telah disajikan dalam proses pembelajaran dalam
bentuk ulangan, ujian, atau dalam bentuk evaluasi yang lain.
b. Tes psikologis
Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang
kemampuan yang belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya
bakat, inteligensi, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya.
20
ini cenderung berakibat adanya perbedaan dalam belajar bagi setiap
peserta didik baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan
belajar yang dicapainya.
21
kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik dapat dilakukan
dengan memeriksa hasil pekerjaan tes.
22
1. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah
ditetapkan pada langkah sebelumnya.
2. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan
pertolongan kepada peserta didik
3. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi
terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yang diberikan
4. Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam
menangani kesulitan yang dialami peserta didik
2. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan memori berhubungan dengan ketidakadekuatan
stimulasi intelektual, gangguan neurologis, faktor psikologis,
ditandai dengan:
3. Intervensi
1. Gangguan memori berhubungan dengan ketidakadekuatan
stimulasi intelektual, gangguan neurologis, faktor psikologis,
ditandai dengan:
a. Tidak mampu mempelajari keterampilan baru
23
b. Tidak mampu mengingat informasi faktual
c. Tidak mampu mengingat peristiwa
d. Merasa mudah lupa
Hasil yang diharapkan:
Kemampuan memori meningkat, dengan kriteria hasil:
a. Verbalisasi kemampuan mempelajari hal baru meningkat
b. Verbalisasi kemampuan mengingat informasi faktual meningkat
c. Verbalisasi kemampuan mengingat peristiwa meningkat
d. Melakukan kemampuan yang dipelajari meningkat
e. Verbalisasi lupa menurun
f. Verbalisasi mudah lupa menurun
Intervensi:
Latihan memori
Tindakan
Observasi a. Identifikasi masalah memori yang dialami
b. Identifikasi terhadap kesalahan orientasi
c. Monitor perilaku dan perubahan memori
Terapeutik a. Rencana metode mengajar sesuai kemampuan
b. Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang
terahir kali di ucapkan
c. Koreksi kesalahan orientasi
d. Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu
e. Fasilitasi tugas pembelajaran
f. Fasilitasi kemampuan konsentrasi
24
Hasil yang diharapkan:
Persepsi sensori membaik, dengan kriteria:
a. Distorsi sensori menurun
b. Respons sesuai stimulus membaik
c. Konsentrasi membaik
d. Orientasi membaik
Intervensi:
Terapi Aktivitas
Tindakan
Observasi a. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivitastertentu
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
d. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
e. Monito respons emosional fisik, sosial dan spiritual
terhadap aktivitas
25
c. Anjurkan keluarga untuk memberikan penguatan
positif
4. Treatment/ Referal
Treatment adalah Perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah
bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan
program yang telah disusun pada tahap Prognosis. Bentuk treatment yang
mungkin dapat diberikan adalah: Melalui bimbingan belajar individual,
bimbingan belajar kelompok, remedial teaching untuk mata pelajaran
tertentu, bimbingan orang tua dirumah, Pemberian bimbingan pribadi untuk
mengatasi masalah-masalah psikologis, mengenai cara belajar yang baik
secara umum, dan juga mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan
karakteristik setiap mata pelajaran. Ketepatan treatment yang diberikan
kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sangat tergantung
kepada ketelitian dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan diagnosis.
Tapi bisa juga pengumpulan datanya sudah lengkap dan pengolahan
datanya dengan cermat, tetapi diagnosis yang diputuskan keliru, disebabkan
kesalahan analisis, maka treatment yang diberikan kepada anak didik yang
mengalami kesulitan belajar pun tidak akurat.
Oleh karenanya, kecermatan dan ketelitian tingkat tinggi sangat dituntut
dalam pengumpulan data, pengolahan data dan diagnosis, sehingga pada
akhirnya treatment benar-benar mengenai objek dan subjek persoalan.
5. Evaluasi
Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui apakah Treatment
yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu
anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau
gagal sama sekali. Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang telah
diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran
jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah
26
tertentu dan dalam materi tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi
belajar atau achievements test. Bila jawaban anak sebagian besar banyak
yang salah, itu sebagai pertanda bahwa treatment gagal. Karenanya, perlu
pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab dari
kegagalan itu. Ada kemungkinan data yang terkumpul kurang lengkap,
program yang disusun tidak jelas dan tepat, atau diagnosis yang diambil
tidak akurat karena kesalahan membaca data, sehingga berdampak
langsung pada treatment yang bias. Kemungkinan lain bisa juga terjadi.
Datanya lengkap, pengolahan datanya dengan cermat dan teliti, akurasi
diagnosis meyakinkan, dan prognosis dengan jelas dan sistematis, tetapi
karena treatment yang diberikan kepada anak yang mengalami kesulitan
belajar tidak sungguh-sungguh terkesan asal-asalan, juga menjadi pangkal
penyebab gagalnya usaha mengatasi kesulitan belajar anak. Agar tidak
terjadi kesalahan pengertian, disini perlu ditegaskan bahwa pengecekan
kembali hanya dilakukan bila terjadi di kegagalan treatment berdasarkan
evaluasi, dimana hasil prestasi belajar anak didik masih rendah, di bawah
standar. Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagalan treatment,
secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai
berikut: Recheking data ( baik yang berhubungan dengan masalah maupun
pengolahan data), Rediagnosis, Reprognosis, Retreatment, Reevaluasi.
Bila treatment gagal harus diulang. Kegagalan treatment yang kedua harus
diulangi dengan treatment berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-
benar dapat mengeluarkan anak didik dari kesulitan belajar
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesulitan belajar atau learning disability terjadi karena adanya
kemungkinan disfungsi neurologis, adanya kesulitan dalam tugas-tugas
akademik, adanya kesenjangan antara prestasi dengan potensi, dan adanya
pengeluaran dari sebab-sebab lain. Sebab-sebab lain yang mengakibatkan
kesulitan belajar tidak dapat disamakan dengan tunagrahita (retardasi mental),
gangguan emosional, gangguan pendengan, gangguan penglihatan, atau
kemiskinan budaya dan sosial. Intinya bahwa pengertian kesulitan belajar
disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neurologis atau berkaitanpada
dugaan adanya kelainan fungsi neurologis. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kesulitan belajar atau learning disability adalah faktor genetik, luka
pada otak, biokimia yang hilang, biokima yang dapat merusak otak,
pencemaran lingkungan, gizi yang tidak memadai, pengaruh-pengaruh
psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak (deprivasi
lingkungan). Jenis-jenis dari kesulitan belajar atau learning disability adalah
kesulitan belajar membaca (dyslexia), kesulitan belajar menulis (dysgraphia),
dan kesulitan belajar matematika (diskalkulia).
3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran antara lain
sebagai berikut :
1. Diharapkan para guru turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi
siswanya terutama ketika ia sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
2. Para guru hendaknya mengecek dan membantu siswanya menguasai materi
yang diajarkan tersebut sehingga mereka dapat mempelajari materi baru
dengan lebih baik.
3. Diharapkan bagi orang tua perlu adanya motivasi yang diberikan ke
anaknya, tidak hanya itu pengawasan di saat dia belajar di rumah pun harus
28
lebih diperhatikan. Pemberian perhatian serta support yang diberikan dapat
membuat anaknya lebih semangat dalam belajar
29
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi dan Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
30