Anda di halaman 1dari 14

PERSPEKTIF TEORITIK PENDIDIKAN BAGI ANAK

BERKESULITAN BELAJAR
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Diagnosa Kesulitan Belajar

Oleh Kelompok 1 :

SAHRIL (0102173216)
AYUMI ZAHRA (0102173092)
MEGA ANJANA (0102173108)

Dosen Pengampu :
ADIF JAWADI SAPUTRA, M.Pd., Kons

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan, 15 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Peranan Teori Bagi Anak Berkesulitan Belajar ........................................................ 2
B. Pelayanan Pembelajaran Remedial Bagi Anak Berkesulitan Belajar ....................... 3
C. Berbagai Teori Tentang Hubungan Proses Dengan Hasil Belajar ............................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan secara filosofis merupakan hak asasi manusia. Sejalan dengan
Undang-undang Dasar 1945, sesungguhnya pendidikan bersifat terbuka,
demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa
kecuali. Dalam konteks ‘education for all’ anak-anak yang mengalami kelainan
fisik, intelektual, sosial emosional, gangguan motorik, atau anak dengan
kebutuhan khusus (ABK) merupakan warga negara yang memiliki hak yang sama
untuk menikmati pendidikan seperti warga negara yang lain. Untuk itu,pemikiran
dan realisasi ke arah upaya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi mereka harus
terus dilakukan,termasuk didalamnya anak berkesulitan belajar.
Guru atau pembimbing berperan membantu memecahkan masalah yang
pada peserta didik sebagaimana ajaran islam melarang memberikan kesulitan
melainkan menunjukkan kepada hal kemudahan. Allah SWT berfirman yang
artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki tidak
menghendaki kesukaran bagimu. (Q.S Al-Baqarah (2):185), maka diagnosis
bertujuan untuk mengetahui dimana letak kesulitan belajar yang dihadapi oleh
siswa serta untuk mencari pemecahannya. Oleh karena itu, guru perlu memiliki
pengetahuan teoritik yang dapat digunakan sebagai bekal dalam menciptakan
strategi pembelajaran yang tidak hanya efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran tetapi juga efektif untuk membangun kepribadian yang sehat untuk
anak. Peran sekolah dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan melalui proses
belajar mengajar di sekolah juga sangat diharapkan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranan Teori Bagi Anak Berkesulitan Belajar


Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang mempunyai
intelegensi normal, tapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang
penting dalam proses belajar. Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang
nampak pada anak ditandai adanya prestasi atau hasil belajar yang rendah serta
berada di bawah norma yang ditetapkan. Kesulitan belajar adalah sekelompok
kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam
kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, bercakap-cakap, memba-ca,
menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika.1
Tujuan ilmu adalah untuk membentuk teori. Begitu pula dengan ilmu yang
mengkaji pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar, bertujuan untuk
membentuk teori-teori yang dapat digunakan sebagai landasan yang dapat
diandalkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan anak berkesulitan
belajar.
Teori adalah sekumpulan bangunan pengetahuan atau konsep, defenisi,
dan dalil yang saling terkait, yang memungkinkan terbentuknya suatu gambaran
yang sistematik tentang fenomena yang menjelaskan hubungan antar berbagai
variabel, dengan tujuan menjelaskan dan meramalakan fenomena tersebut
(Kerlinger, 1973:9). Menurut Ary, Jacobs, dan Razaviech melalui teori ilmiah kita
dapat memberikan penjelasan, peramalan, dan pengendalian tentang suatu
fenomena. Dengan demikian teori ilmiah tentang pendidikan bagi anak yang
berkesulitan belajar dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena kesulitan
belajar, meramalkan peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi jika suatu
perlakuan digunakan, dan dapat digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan
agar fenomena kesulitan belajar tidak terjadi atau bertambah parah.
Menurut Jujun S. Suriasumantri (1984:84), ilmu dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok ilmu murni dan ilmu terapan. Berbeda dengan ilmu

1
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu (diakses pada 15 November 2020, pukul
20.14)

2
terapan yang diarahkan langsung untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, ilmu murni umumnya belum dapat digunakan untuk memecahkan
masalah seperti itu. Meskipun demikian, jika ilmu terapan gagal memecahkan
suatu maslah yang dihadapi, maka ikmu tersebut akan melihat kembali landasan
ilmu murninya. Ini tidak berati bahwa ilmu terapan bukan ilmu yang otonom atau
ilmu yang berdiri sendiri, karena baik ilmu terapan maupun ilmu murni memiliki
objek formal yang berbeda meskipun mungkin objek materinya sama. Menurut
Jujun S. Suariasumantri , ilmu pendidikan merupakan ilmu terapan yang
mengaplikasikan tiga ilmu sosial psikolog, sosiologi, dan antropologi. Ilmu
pendidikan memiliki objek materi yang sama dengan ilmu murninya yaitu
manusia, tetapi memiliki bidang telaah yang berbeda dari ilmu murninya yaitu
pendidikan. Oleh karena itu, ilmu pendidikan adalah ilmu yang berdiri sendiri,
dalam memecahkan masalah-maslah kependidikan sering diperlukan pendekatan
multidisipliner yang melibatkan barbagai ilmu yang terkait.
Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar merupakan bagian dari
ilmu pendidikan luar biasa atau sering disingkat PLB atau sering disebut juga
Ortopedagogik. Ilmu pendidikan luar biasa atau ortopedagogik adalah cabang
ilmu pendidikan atau pedagogik. Sebagai cabang dari ilmu pendidikan maka ilmu
PLB berusaha membangun teori-teorinya sendiri.2

B. Pelayanan Pembelajaran Remedial Bagi Anak Berkesulitan Belajar


1. Pengertian pembelajaran remedial
Pembelajaran remedial adalah upaya perbaikan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar, agar anak mampu mengikuti pembelajaran secara
klasikal sehingga hasil belajarnya optimal. Pelaksanaan pengajaran remedial harus
disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami anak.
Tujuan pembelajaran remedial ada dua yaitu secara umum dan secara
khusus, tujuan pembelajaran remedial secara umum adalah membantu anak
mencapai hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan dalam kurikulum dan tujuan secara khusus pembelajaran remedial ini

2
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003 ), hlm 18

3
adalah untuk membantu anak yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai
prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikan dalam
aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar. Pentingnya peembelajaran
remedial ini agar dalam proses pembelajaran anak-anak didik dapat mencapai
hasil belajar yang sesuai dengan kemampuannya, untuk membantu mengatasi
perubahan tingkah laku yang dialami anak-anak tersebut.

2. Fungsi Pembelajaran Remedial


Adapun fungsi pengajaran remedial adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Korektif
Fungsi korektif adalah pengajaran remedial yang dapat diadakan dengan cara
pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu yang dianggap masih belum
mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar
contohnya seperti evaluasi cara belajar dari siswa yang sulit dalam belajar.
b. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman adalah pengajaran yang memungkinkan guru, murid dan
pihak-pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap
pribadi muridnya tersebut dan dengan harapan murid tersebut juga dapat lebih
memahami keadaan dirinya.
c. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian adalah pengajaran yang dapat membantu siswa untuk
menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan belajar, sehingga murid dapat belajar
sesuai dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai
peluang yang besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
d. Fungsi Pengayaan
Fungsi pengayaan adalah fungsi remedial teaching yang berusaha membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan menambahkan berbagai
materi pelajaran dari gurunya yang belum atau tidak disampaikan dalam
pelajaran biasa tehadap anak didik tersebut.
e. Fungsi Akselerasi
Fungsi Akselerasi adalah fungsi yang dapat membantu mempercepat proses
belajar dengan cara melakukan pengajaran remedial.

4
f. Fungsi Terapeutik
Fungsi Terapeutik adalah fungsi yang memperbaiki atau menyembuhan
kondisi pribadi anak yang menyimpang.3

3. Bentuk – Bentuk Pembelajaran Remedial


Adapun bentuk-bentuknya adalah sebagai berikut :
a. Mengajarkan kembali (reteaching)
Reteaching adalah mengajarkan kembali bahan yang telah dipelajari siswa
yang masih belum menguasai pelajaran. Biasanaya ini dilakukan oleh seorang
guru kepada muridnya.
b. Tutorial
Adalah memberikan bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian
bantuan, arahan dan motibasi agar siswa belajar secara efektif dan efisien.
c. Memberikan pekerjaan rumah
Adalah dengan cara memberikan pemberian tugas rumah dan diharapkan
siswa tersebut membuka kembali catatannya kemudian mempelajarinya untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya.
d. Memberikan alat-alat audio visual
Adalah dengan cara memberikan media disetiap pelajaran contohnya seperti
menambahkan berbagai sumber pangajaran mulai dari radio, animasi, musik
agar siswa tersebut semangat untuk belajar.

4. Langkah – Langkah Pembelajaran Remedial


Adapun Langkah-Langkah pembelajaran remedial adalah sebagai berikut :
a. Meneliti kembali kasus
b. Menentukan tindakan yang harus dilakukan
c. Pemberian layanan bimbingan dan konseling
d. Pelaksanaan pembelajaran remedial
e. Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar
f. Melakukan re-evaluasi

3
Jurnal repository.uin-suska.ac.id (diakses pada 15 November 2020, pukul 20.14)

5
g. Memberikan pengayaan ( tugas tambahan)

5. Pendekatan yang dilakukan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Remedial


Adapun pendekatannya adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan Individul
Pendekatan ini adalah suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya. Pendekatan ini bersifat
perorangan yang dimana hanya ada interaksi antara guru dan siswa saja.
b. Pendekatan Kelompok
Pendekatan ini adalah adanya interaksi antara anggota kelompok dengan
harapan agar ada perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Biasanya pendekatan ini dilakukan didalam kelas dengan cara gurunya
membuat kelompok antara 3-5 orang siswa, agar siswa tersebut dapat saling
bekerja sama dan membantu.
c. Pendekatan bervariasi
Pendekatan ini adalah pendekatan yang menggunakan berbagai macam
pendekatan mulai dari pendekatan individual dan pendekatan kelompok, atau
dengan kata lain menggabungkan dua pndekatan dalam satu kasus.
d. Pendekatan edukatif
Pendekatan ini adalah pendekatan yang dilakukan oleh guru, baik dalam segi
tindakan sikap dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan.
Dengan tujuan untuk mendidik siswa agar menghargai norma hukum, norma
susila, norma agama dan norma-norma lainnya.
e. Pendekatan Pengalaman
Pendekatan ini adalah pendekatan pembelajaran yang berlandaskan
pengalaman siswa tersebut dimasa lalu, dan menjadikan pengalaman tersebut
pelajaran dimasa yang sekarang dan yang akan datang.4

4
Jurnal Staffnew.uny.ac.id (diakses pada 15 November 2020, pukul 20.14)

6
C. Berbagai Teori tentang Hubungan Proses Belajar dengan Hasil Belajar
1. Proses Belajar
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf
indivdu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara
mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat
diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan
sebelummnya . Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif,
maupun psikomioriknya. Dimyadi dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau
gagalnya pencapain tujuan pendidikan amat tergantung dari proses belajar dan
mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah
maupun di lingkungan keluarganya sendiri. Menurut Gagne (1984) belajar sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.

2. Pendapat Ahli Tentang Proses Belajar


a. Jerome S. Bruner (1960) Menurutnya dalam proses belajar dapat dibedakan
menjadi tiga fase yaitu: (1) informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh
sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki,
ada yang memperhalus dan memperdalamnya ada pula informasi yang
bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, mislnya ada
energi yang lenyap; (2) transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah
atau ditransformasikan kedalam yang lebih abstrak, atau konseprual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat
diperlukan; dan (3) Evaluasi kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan
yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.
b. Robert M. Gagne (1970) Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan
hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian

7
rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.5

3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional,
positif dan disadari. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan
kegiatan evaluasi. Untuk itu diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang
dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
H.M. Surya (2008:8.6) menyatakan hasil belajar ditandai dengan
perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar meliputi aspek tingkah laku kognitif, konotatif, afektif atau motorik.
Belajar yang hanya menghasilkan perubahan satu atau dua aspek tingkah laku saja
disebut belajar sebagian dan bukan belajar lengkap.

b. Jenis Hasil Belajar


Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok”.
Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang tidak
melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang
telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu
prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan
belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program pembelajaran dapat
dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut.
Menurut Gagne, “prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima)
kategori yaitu:
1. Keterampilan intelektual (intellectual skills).
2. Strategi-strategi kognitif (cognitive strategies).

5
Dian Ekawat, Teori-Teori Dan Proses Belajar, Dian Pelita, 2011
<https://dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/teori-teori-dan-proses-belajar/>.
(Diakses pada 15 November 2020, pukul 20:14)

8
3. Informasi verbal (verbal information).
4. Keterampilan motor (motor skills).
5. Sikap (attitudes).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Sudjana hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah mengalami proses belajar. Penguasaan peserta didik antara
lain berupa penguasaan kognitif yang dapat diketahui melalui hasil belajar. Usaha
untuk mencapai aspek tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:
1. Faktor Ekternal
a) Lingkungan Yaitu suatu kondisi yang ada disekitar peserta didik contoh suhu,
udara, cuaca, juga termasuk keadaan sosial yang ada disekitar peserta didik.
b) Faktor Instrumental Yaitu faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang
sesuai dengan hasil yang diharapkan. Contoh : Kurikulum, Metode, sarana,
media, dan sebagainya.
2. Faktor Internal Yaitu yang mempengaruhi peserta didik antara lain : Kondisi
psikologi dan fisiologi peserta didik.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah


kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar,
yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang
telah ditetapkan dalam kurikulum.6

6
Citra Kunia putri dan trisna insan Noor, Analisis Teori Hasil Belajar,
2013 <http://eprints.walisongo.ac.id/4096/3/133911138_bab2.pdf>. (Diakses
pada 15 November 2020, pukul 20:14)

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak pada anak ditandai
adanya prestasi atau hasil belajar yang rendah serta berada di bawah norma yang
ditetapkan. Teori ilmiah tentang pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar
dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena kesulitan belajar, meramalkan
peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi jika suatu perlakuan digunakan, dan
dapat digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan agar fenomena kesulitan
belajar tidak terjadi atau bertambah parah.
Pembelajaran remedial adalah upaya perbaikan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar, agar anak mampu mengikuti pembelajaran secara
klasikal sehingga hasil belajarnya optimal. Pelaksanaan pengajaran remedial harus
disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami anak.
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf
indivdu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara
mental dan tidak dapat diamati. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu (diakses pada 15 November 2020,


pukul 20.14)
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta,
Jurnal repository.uin-suska.ac.id (diakses pada 15 November 2020, pukul 20.14)
Jurnal Staffnew.uny.ac.id (diakses pada 15 November 2020, pukul 20.14)
Dian Ekawat, Teori-Teori Dan Proses Belajar, Dian Pelita, 2011
<https://dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/teori-teori-dan-proses-
belajar/>. (Diakses pada 15 November 2020, pukul 20:14)
Citra Kunia putri dan trisna insan Noor, Analisis Teori Hasil Belajar, 2013
<http://eprints.walisongo.ac.id/4096/3/133911138_bab2.pdf>. (Diakses
pada 15 November 2020, pukul 20:14)

11

Anda mungkin juga menyukai