Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KELOMPOK 2

MENGANALISIS EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH


MATA KULIAH BIMBINGAN KONSELING SESI 0012

PITO ELSON
FAUZIAH HUSNI
FIDIA MARDIANTI

DOSEN PENGAMPU
Dr. Nurfarhanah, S.Pd.,M.Pd. Kons

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmatnya sehinga makalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Penyusunan
makalah ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak
pihak.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Nurfarhanah,
S.Pd.,M.Pd. Kons yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada banyak hal
yang bisa kami pelajari melalui penelitian dalam makalah ini.Makalah berjudul
“Eksistensi dan kedudukan Bk di sekolah”.disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bimbingan Konseling. Melalui makalah ini, diharapkan pembaca bisa
mendapatkan perspektif baru.Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami
berharap apa yang sudah kami teliti bisa bermanfaat untuk orang lain. Jika ada
kritik dan saran terkait ide tulisan maupun penyusunannya, kami akan
menerimanya dengan senang hati.

Padang, 28 Agustus 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
A. Latar belakang....................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
A. Eksistensi Bk disekolah..........................................................................4
B. Kedudukan Bk disekolah........................................................................4
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem
pendidikan khususnya di sekolah. Guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana
pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sbagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, di tuntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep –
konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.Sebagai individu, siswa memiliki berbagai
potensi yang dapat dikembangkan.Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari
potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai
individu yang berinterksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari
masalah.Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat
berindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah sebagai institusi
pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan
kesluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang peran penting dalam
membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Persoalan mengenai Eksistensi Bk di sekolah
2. Apa saja kedudukan Bk yang ada di sekolah?
3. Bagaimana mengembangkan pelayanan Bimbingan Konseling di sekolah? ,
BAB II
PEMBAHASAN

A. Eksistensi BK di Sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual,
kelompok, atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta
peluang-peluang yang dimiliki (Hikmawati, 2016). Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan
dan hambatan serta masalah yang dihadapi oleh peserta didik.Bimbingan dan konseling merupakan
upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang
optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau
manfaat individu dalam lingkungannya. Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
sekolah bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan)
atau ketentuan dari atas, tetapi yang lebih penting adalah menyangkut mengenai upaya memfasilitasi
peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-
spiritual).Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang dalam memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman yang menentukan arah
kehidupannya.

B. Kedudukan BK di Sekolah
1. Berdasarkan Landasan Yuridis Formal
Pendidikan merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal
hidup. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menyatakan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang bertujuan agar peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya meliputi kekuatan spiritual, self-regulated, kepribadian, kecerdasan,
dan akhlak mulia, serta keterampilan baik untuk dirinya maupun lingkungan dan negaranya. Sedangkan
menurut Tilaar (dalam Taufiq, 2014) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk
membentuk peserta didik agar memasyarakat dan berbudaya yang memiliki dimensi lokal, nasional,
dan global. Definisi pendidikan yang menarik dan sederhana diungkapkan oleh Sunaryo (Taufiq, 2014),
yang menyatakan bahwa pendidikan ditujukan untuk membawa manusia yang apa adanya menjadi yang
seharusnya. Memang manusia sudah dibekali oleh potensi diri, tetapi dengan tidak melatih dan
mempergunakan hal tersebut, potensi tidak akan pernah muncul, manusia yang memiliki akal perlu
dibekali juga dengan cara menggunakan akal tersebut dan mengoptimalkan kemampuannya (Bhakti,
2015).Di lapangan apabila ditanya apa itu pendidikan, maka jawaban yang sering terdengar adalah
proses dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi pendidikan saat ini terutama tidak dapat semudah itu. Banyak
aspek yang perlu dikembangkan daripada hanya sekadar mengubah suatu ketidaktahuan menjadi tahu.
Sebab, manusia tidak hanya diciptakan dari segi kognitifnya saja, dan kenyataan bahwa tidak semua
baik dari segi akademik. Banyak individu yang lebih unggul di suatu bidang selain akademik, semisal
menggunakan fisiknya, menggunakan motorik halusnya, atau kemampuan lainnya. Sehingga
pendidikan harus dilaksanakan secara komprehensif.

Di Indonesia pendidikan dibagi menjadi beberapa jenjang yang disusun berdasarkan tingkat
perkembangan, tujuan, dan kemampuan yang menjadi sasaran. Jenjang pendidikan tersebut terdiri dari
mulai pendidikan prasekolah sampai dengan perguruan tinggi, baik formal, informal, maupun
nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, menengah,
dan atas yang disusun dan dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
merupakan pendidikan yang terstruktur ataupun berjenjang, tetapi di luar pendidikan formal. Sedangkan
pendidikan informal dapat terjadi di lingkungan.Menyoroti jenjang pendidikan Indonesia yang
membagi menjadi beberapa jenjang, yang disusun secara sistematis sesuai dengan tingkat
perkembangan dan tujuan yang ingin dicapai secara formal terbagi menjadi pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal
14. Oleh karena setiap individu berbeda dari segi kecerdasan, keterampilan, watak, minat, dan
bakatnya, maka pendidikan yang menuntut tercapainya tujuan mencerdaskan semua anak bukan hanya
membutuhkan pengajaran yang bersifat akademik saja, tetapi perlu pemahaman akan diri dan
lingkungan serta bagaimana cara mengaktualisasikan dirinya sehingga dapat hidup secara mandiri. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Amini dkk., (2014), yang menyatakan bahwa yang perlu
diperhatikan adalah tidak ada anak yang perkembangannya sama persis meskipun anak kembar
sekalipun.

Salah satu komponen pendidikan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan adalah bimbingan dan
konseling dalam setiap satuan pendidikan, baik dasar maupun menengah, tidak terkecuali di Sekolah
Dasar. Sebagaimana dalam PERMENDIKBUD RI No. 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan
konseling pada pendidikan dasar dan menengah, bahwa penyelenggaraan bimbingan dan konseling
dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.Bimbingan dan konseling sudah tidak asing lagi didengar
di sekolah, karena bimbingan dan konseling sendiri seperti sudah dikaji memiliki peranan penting dalam
pendidikan. Bimbingan dan konseling terdiri dari kata yang masing-masing memiliki pengertian.
Pertama bimbingan, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru bimbingan
dan konseling atau konselor kepada seorang konseli yang bertujuan agar konseli mampu
mengembangkan kemampuan dirinya dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sehingga
menjadi pribadi yang mandiri. Sedangkan konseling yang dalam bukunya Prayitno dan Amti (2015)
menggantikan istilah sebelumnya, yaitu penyuluhan, serta memberikan definisi bahwa konseling
merupakan upaya pemberian bantuan berupa wawancara secara langsung yang diberikan oleh seorang
yang kompeten yang disebut konselor kepada konseli yang sedang mengalami suatu permasalahan
dengan tujuan agar individu tersebut dapat mengatasi permasalahannya tersebut (Hanum, 2015).

2. Berdasarkan Landasan Yuridis Informal


a. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan salah satu bagian yang terpenting untuk dibahas dalam bimbingan
konseling, hal ini didasari bahwa peserta didik atau klien sebagai individu yang dinamis dan berada
dalam proses perkembangan, memiliki interaksi dan dinamika dalam lingkungan serta senantiasa
mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan seseorang tidak
selamanya berlangsung secara linear (sesuai dengan apa yang diharapkan), tetapi terkadang bersifat
stagnasi atau bahkan diskontinuitas perkembangan.(Lubis, 2012)
Dalam proses pendidikan, peserta didik tidak jarang mengalami masalah stagnasi perkembangan,
sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti lahirnya perilaku menyimpang
(delinquency), frustrasi, depresi, agresi atau bersifat kekanak-kanakan,Agar perkembangan pribadi
peserta didik atau klien dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang serta terhindar dari masalah-
masalah psikologis, maka setiap peserta didik atau klien perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi
(pendekatan inilah pada akhirnya menjadi konseling individu), yaitu bantuan yang dapat memfasilitasi
perkembangan peserta didik atau klien melalui pendekatan psikologis. Pada sisi lain, setiap konselor
maupun guru pembimbing harus memahami aspek-aspek psikologis pribadi pelajar atau klien, sehingga
dengan modal itu pulalah para konselor dapat memberikan bimbingan dan arahan yang tepat, sehingga
pelajar atau klien memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna, yaitu
suatu kehidupan yang bukan hanya berarti buat diri pribadinya saja, tetapi juga bermanfaat bagi orang
yang ada di sekitarnya.

Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh
konselor, yaitu (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu, (d)
belajar, dan (e) kepribadian. (Yusuf, 2006).

b. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya juga perlu diketahui secara lengkap oleh konselor atau guru Bimbingan dan
Konseling (BK), karena landasan ini dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi
kesosialan dan kebudayaan sebagai faktor yang memengaruhi perilaku individu. Setiap individu pada
dasarnya merupakan produk dari lingkungan sosial-budaya tempat mereka tinggal. Sejak lahirnya,
individu tersebut sudah diajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan
sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat
mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan
melingkupi individu yang berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan dalam proses pembentukan
perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak
“dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya
dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang bersangkutan
dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

Budaya dan pandanganhidup seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal terkait dengan sikap dan perlakuan orang tua atau peranan keluarga terhadap seseorang,
sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan di mana seseorang itu dilahirkan dan
dibesarkan serta pergaulan dan pengalaman yang ditempuh oleh seseorang tersebut. Oleh sebab itu,
diperlukan kearifan dan keluasan pandangan dari setiap konselor, yang mana konselor harus mampu
memberikan layanan dan perhatian yang sama terhadap peserta didik atau klien yang memerlukan
bantuan, tidak terkecuali kepada mereka yang berbeda budaya, pandangan hidup, dan agama, karena
memberikan layanan terhadap orang yang membutuhkan atau memerlukan merupakan tuntutan dari
tugas profesionalismenya sebagai seorang konselor.
c. Landasan Ilmu Pengetahuan-Teknologi dan Globalisasi
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan-teknologi dan globalisasi memiliki
multifungsi terhadap berbagai aspek dalam kehidupan manusia, artinya berbagai disiplin ilmu seperti
psikologi, ilmu pendidikan, filsafat, antropologi, sosiologi, komunikasi, ekonomi, dan agama sangat
berfungsi dalam bimbingan konseling. Sumbangan berbagai disiplin ilmu lain kepada bimbingan dan
konseling tidak hanya terbatas kepada pembentukan dan pengembangan teori-teori bimbingan
konseling, melainkan juga kepada praktik pelayanannya. Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi
ini, maka peran konselor di dalamnya mencakup sebagai ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus
mampu mengembangkan pengetahuan dan teori mengenai bimbingan dan konseling, baik berdasarkan
hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian, sehingga proses dan
layanan bimbingan konseling semakin hari semakin baik.Dalam perjalanan sejarahnya, bimbingan dan
konseling bersifat dinamis dan berkembang, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
budaya manusia itu sendiri. Mengingat perlunya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
setiap konselor atau guru BK dituntut untuk mengadakan penelitian dan eksperimen, sehingga layanan
yang diberikan terhadap klien akan semakin baik dan sempurna.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Setelah kita membahas mengenai eksistensi dan kedudukan Bk di sekolah diatas dapat disimpulkan
bahwa pelayanan bk bertujuan untuk pengembangan peserta didik secara individual.kedudukan Bk di
sekolah terdiri dari 3 landasan yakni berdasarkan landasan yuridis formal dan landasan yuridis informal.
Bk juga bertujuan mengenali pola perilaku siswa terutama dari sikap, etika dan tatanan berfikir siswa
ketika berada disekolah. Oleh sebab itu Bk sangat penting untuk ditelaah dan dipelajari guna menjadi
seorang pendidikan dibangku pendidikan nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Bhakti, C. P. (2015). Bimbingan dan Konseling Komprehensif: Dari Paradigma Menuju Aksi. Jurnal
Fokus Konseling, 1(2), 93-106.
Hikmawati, F. (2016). Bimbingan dan Konseling. Rajawali Press.
Hanum, M., Prayitno, P., & Nirwana, H. (2015). Efektivitas Layanan Konseling Perorangan
Meningkatkan Kemandirian Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Belajar. Konselor, 4(3), 162-168.
Kamaluddin, H. (2011). Bimbingan dan Konseling Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 17(4),
447-454.
Lubis, L. (2012). Landasan Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Journal Analytica
Islamica, 1(1), 57-82.
Putri, A. E. (2019). Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling: Sebuah Studi Pustaka. Jurnal
Bimbingan Konseling Indonesia, 4(2), 39-42.
Rosada, U. D., Kurniasih, C., & Aji, B. S. (2019, August). BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SEKOLAH DASAR BERBASIS LOCAL WISDOM. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PAGELARAN PENDIDIKAN DASAR NASIONAL (PPDN) 2019 (Vol. 1, No. 1, pp. 236-242).
Yusuf, S., & Nurishsan, J. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling.

Anda mungkin juga menyukai