Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH

FILSAFAT ILMU

Dosen Pembina Mata Kuliah:

Prof. Sufyarma Marsidin, M.Pd.


Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed., Ed.D

OLEH

RAHAYU DEWANY

NIM : 21151024

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

SOAL UJIAN FILSAFAT ILMU


S2 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
SEMESTER JULI-DESEMBER 2021
Take Home Exam

Petunjuk
1. Baca soal ini dengan seksama, kemudian jawablah sesuai dengan apa yang diminta
2. Gunakan rujukan untuk memperkuat pendapat Saudara, dan jangan lupa buat daftar
rujukannya di akhir jawaban. Rujukan dan daftar rujukannya ini sangat penting.
3. Diingatkan untuk tidak melakukan plagiarism. Dari cek turnitin kesamaan tidak boleh
lebih dari 25%. Jika ditemukan adanya plagiarism, maka Anda dinyatakan tidak
mengikuti ujian, dan otomatis tidak lulus.
4. Jawaban disubmit di eLearning2 paling lambat pada hari Rabu 20 Oktober 2021, pkl
12.00. Untuk mengantisipasi gangguan eL, maka jawaban UTS juga dikumpulkan
secara bersama-sama melalui Ketua Kelas untuk disatukan dalam folder (RAR), yang
kemudian diserahkan ke Dosen melalui GWA, paling lambat hari Kamis 21 Oktober
2021 pkl 18.00
5. Selamat mengerjakan semoga berhasil

Soal:
1. Jelaskan mengapa mempelajari Filsafat Ilmu ini penting bagi Sdr. sebagai calon
Pembimbing dan Konselor, dan juga sebagai calon ilmuwan; dan jelaskan juga perubahan
apa saja yang Sdr. dapatkan, baik dari segi pengetahuan, sikap, dan perilaku, setelah Sdr.
mempelajari filsafat ilmu ini.
2. Jelaskan mengapa filsafat itu dipandang sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan.
Jelaskan juga bagaimana suatu ilmu itu dilahirkan.
3. Jelaskan mengapa filsafat dan ilmu bisa menjadi pengontrol dan pemberdaya perilaku
manusia.
4. Apakah ada bahayanya bagi seseorang yang mempelajari filsafat? Berikan argumentasi
Anda terhadap jawaban Anda itu. Jika ada bahayanya, jelaskan bagaimana cara mengatasi
bahaya tersebut.
5. Jelaskan siapa dan bagaimana menurut Anda “manusia” itu. Jelaskan juga bagaimana
implikasi dari pandangan Anda tersebut jika Anda terapkan dalam pemberian layanan
bimbingan konseling
6. Jelaskan apakah yang Anda anggap “ada” dilihat dari sudut pandang Anda, setelah Anda
mempelajari filsafat dan filsafat ilmu; dan jelaskan juga apa implikasinya dalam dunia
pendidikan, terutama implikasi dalam layanan bimbingan konseling, jika Anda
menerapkan pandangan Anda tentang “ada” tersebut.
7. Apakah yang Anda anggap benar dalam kehidupan ini. Jelaskan mengapa Anda
berpendapat demikian.

Jawaban:
1. Alasan mengapa penting mempelajari filsafat ilmu bagi pembimbing dan
konselor
Filsafat berasal dari bahasa yuyani kuno “philoshopia dan philoshopos “ yang
memiliki arti “orang yang cinta pada kebijaksanaan “atau” orang yang cinta pada
pengetahuan, jadi dapat diketahui filsafat merupakan cara berpikir untuk mencari ataupun
untuk menemukan kebenaran suatu ilmu, seorang konselor harus memiliki ilmu sebagai
dasar menjadi seorang pembimbing dan konselor oleh karena itu penting sekali konselor
mempelajari filsafat ilmu agar dapat berpikir secara kritis dan mendasar untuk
mengetahui bagaimana cara menjajaki perilaku klien yang bermasalah itu, mengetahui
permasalahan-permasalahan yang ada pada klien, dengan menganalisi secara kritis agar
pembimbing dan konselor dapat memberikan layanan yang sesuai dibutuhkan si klien
tersebut tentunya dengan tindakan yang bijaksana
Menurut Prof Prayitno mengatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan serangkaian tindakan yang bijaksana, untuk itu perlu sekali pemikiran
filosofis terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Karena calon pembimbing
dan konselor akan terjun menjadi seorang konselor dengan menghadapi berbagai macam
latar belakang masalah yang berbeda-beda sehingga calon pembimbing dan konselor
harus memiliki bekal yaitu berpikir secara bijaksana dan kritis untuk menghadapi masalah
yang berbagai macam itu.1
 Perubahan yang didapat baik dari segi pengetahuan, sikap, dan perilaku setelah
mempelajari filsafat ilmu adalah misalnya perubahan dari segi pengetahuan, sebelum
mempelajari filsafat ilmu kita belum faham bagaimana cara mengetahui kebenaran
suatu ilmu setelah dipelajari kita dapat mengetahuinya, khususnya ilmu tentang
bimbingan dan konseling, setelah mempelajari filsafat ilmu dapat diketahui
bagaimana berpikir secara kritis, tindakan-tindakan yang sesuai diberikan kepada
klien, serta dengan mempelajari filsafat ilmu kita dapat mengembangkan pengetahuan
lebih luas lagi karena kita sudah mengetahui bagaimana cara berpikir kritis yang baik
sehingga dari hasil berpikir secara kritis tersebut dapat memberikan jawaban yang
benar atas sepertanyaan-pertanyaan yang selama ini kita cari. Selanjutnya perubahan
sikap setelah mempelajari filsafat ilmu yaitu kita menjadi individu yang bijaksana
dalam mengemukakan pendapat. Kemudian perubahan perilaku setelah mempelajari

1
Prayitno, E.A., & Amti,E. Dasar-dasar Bimbingan dan konseling. Jakarta: Rineka Cipta. 2004. h. 34
filsafat ilmu yaitu menjadi individu yang jika berperilaku akan berpikir dulu sebelum
bertindak.
2. Alasan mengapa filsafat ilmu dipandang sebagai sumber dari segala ilmu
penegtahuan. Dan bagaimana suatu ilmu itu dilahirkan
Berawal dari pengertian filsafat pada jawaban no 1 dapat diketahui bahwa filsafat
merupakan seseorang yang cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran yang
dimaksud kebenaran itu adalah kebenaran ilmu pengetahuan. 2 Kemudian mengapa filsafat
dipandang sebagai sumber ilmu karena yang pertama kali muncul adalah filsafat dan
ilmu-ilmu khusus yang merupakan bagian fisafat itu sendiri sehingga melalui proseses
mencari kebenaran (filsafat) munculah ilmu pengetahuan tersebut. Pada dasarnya filsafat
itu merupakan suatu pengetahuan yang dimulai dari rasa ingin tahu sehingga manusia
berusaha mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan ilmu pengetahuan melalui metode-
metode tertentu sehingga memperoleh jawaban atau kebenaran secara ilmiah, oleh karena
itu filsafat dianggap sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.
Dalam filsafat kita pasti menjumpai istilah “Epistemologi”. Yang merupakan
salah satu cabang ilmu filsafat. Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang
membicarakan tentang asal mula pengetahuan, sumber pengetahuan, batas-batas dan
metode, dan keabsahan pengetahuan. Pada dasarnya suatu ilmu dilahirkan diawali dengan
rasa ingin tahu atau ketidak puasan manusia dengan apa yang sudah ada, sehingga selalu
mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk
mendapatkan jawaban.3 Sementara objek dari epistemologi adalah segala sesuatu yang
prosesnya terlibat dengan usaha pemikiran kita untuk memperoleh pengetahuan, dan
proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang melahirkan kebenaran atau
pengetahuan yang baru. Pengetahuan akan selalu bertambah selama masih ada manusia
diatas bumi, karena adanya rasa ingin mengetahui atau ketidak puasan manusia pada
sesuatu, serta pengetahuan yang sudah ada akan diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.4 Sehingga manusia terus berpikir dan mencari sehingga akhirnya akan terus
melahirkan pengetahuan yang baru.

2
Prof. Dr. Anna Poedjiadi, dan Prof. Dr. Suwarma Al-Muchtar, S.H., M.Pd., “Pengertian Filsafat”,
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IDIK4006-M1.pdf (diakses pukul 12:07 WIB tanggal
19 Oktober 2021).
3
Firdaus Achmad, “Filsafat Ilmu Dalam Kajian Hukum”, Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014, h. 103.
4
Trio Kurniawan, M.Fil, “Sejarah Epistemologi Serta Pengertian Epistemologi Sebagai Ilmu Tentang
Kebenaran”, STKIP Pamane Talino. 2005 h. 3.
3. Filsafat dan ilmu bias menjadi pengontrol dan pemberdaya perilaku manusia
adalah
Berdasarkan sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang
ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seseorang yang cinta kebijaksanaan yang
mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran,
tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah pada kemalasan, serta terus-menerus
mengembangkan pikiran dan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran. 5 Sedangkan
pengertian ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dalam berbagai segi kenyataan dalam alam
semesta6.

Sehingga dapat kita simpulkan, filsafat adalah sikap yang cinta akan
kebijaksanaan atau kebenaran yang mendorong pikiran manusia untuk terus
mengembangkan pikirannya sampai menemukan kebenaran yang teruji secara ilmiah.
Setelah kebenaran tersebut teruji/terbukti secara ilmiah, kebenaran tersebut akan menjadi
ilmu pengetahuan yang meningkatkan pemahaman manusia sehingga dapat memberdaya
dan mengontrol prilaku manusia karena manusia telah mendapatkan pemahaman dari
filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan adanya pemahaman tersebut manusia dapat
membedakan mana yang benar dan yang salah, prilaku mana yang baik dan yang tidak
baik.

4. Bahaya mempelajari filsafat adalah

Filsafat merupakan pengetahuan atau pencarian terhadap kebenaran yang ada


didalam alam semesta.7 Sehingga manusia terus menerus mengembangkan pikirannya
untuk menemukan jawaban-jawaban atas rasa keingin tahuannya. Menurut perspektif
saya, bahayanya mempelajari filsafat, ketika seseorang tidak menemukan jawaban atau
merasa tidak puas dengan jawaban yang ditemukannya, kemudian berlebihan dalam
berpikir sehingga menyebabkan tekanan terhadap manusia tersebut maka dapat
menyebabkan depresi atau stress. Depresi adalah kondisi yang dapat mengakibatkan

5
Soeparmo, A.H., “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”, Surabaya: Airlangga University
Press, 1984, h. 2.
6
Firdaus Achmad, “Filsafat Ilmu Dalam Kajian Hukum”, Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014, h. 108.
7
Soeparmo, A.H., “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”, Surabaya: Airlangga University
Press, 1984, h. 2.
gangguan jiwa pada seseorang. Dalam beberapa kasus, seseorang yang mengalami
depresi dapat menjadi semakin parah sehingga menjadi gila8.

Bahaya mempelajari filsafat berikutnya menurut saya adalah dapat menjadikan


manusia tidak percaya kepada tuhan, khususnya manusia yang kurang memiliki atau
memahami agama. Seperti penjelasan diatas bahwa filsafat adalah peroses pencarian
kebenaran, sementara kebenaran adanya tuhan belum dapat dijelaskan secara ilmiah oleh
pengetahuan pada manusia yang kurang memiliki pemahaman agama. Sehingga dapat
menyebabkan seseorang yang tidak memiliki nilai-nilai agama pada dirinya menjadi tidak
percaya dengan keberadaan tuhan. Tentu hal ini bukanlah kesalahan dari filsafat itu
sendiri, melainkan cara orang tersebut dalam berfilsafat. Cara mengatasinya adalah
menanamkan nilai-nilai agama serta meningkatkan pemahaman manusia tentang agama
sehingga dapat menyakini sepenuhnya tentang keberadaan tuhan.

5. Manusia adalah

Manusia merupakan makhluk yang unik, keunikannya sangat menarik dimata


manusia itu sendiri, itulah yang menjadi dasar perbedaan manusia dengan makhluk-
makhluk Allah yang lainnya. Perbedaan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya
ialah memuliakan manusia dengan memberi akal, sementara makhluk Allah lainnya tidak
diberikan akal, disitulah kemulian manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Banyak kajian terkait manusia yang terus berkembang karena pengetahuan manusia
tentang dirinya terbatas.9 oleh karena itu manusia ingin mencari pengetahuan-
pengetahuan dengan menggunakan akal yang dimilikinya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa manusia merupakan


makhluk Allah yang mulia, kemulian yang diberikan Allah adalah akal yang
membedakan mereka dari makhluk-makhluk lainnya, dari akal tersebut manusia dapat
berpikir secara rasional, mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, menjadi
individu yang unik serta memiliki pengetahuan yang luas. Oleh karena itu manusia dapat
menerima pengetahuan-pengetahuan baik itu ilmu, maupun infromasi-informasi tentang
kehidupan layanan bimbingan dan konseling dapat diterima serta dapat diimplikasikan
kepada manusia, melalui akal yang di miliki, manusia menerima layanan tersebut dengan
8
Nurhikmah, “Pemenuhan Hak-Hak Terhadap Orang Gila (Studi Komparasi Antar Ham Dan Hukum Islam)”,
Jurnal Perbandingan Mazhab, Vol. 1, No. 3, (2020), h. 474.
9
Miftahul Ulum. Eksistensi Manusia Perspektif Pendidikan. Kota Tasikmalaya: Edu Publisher. 2020. h. 01
akal mereka sehingga dapat memahami layanan-layanan yang diberikan serta dengan
kemampuan akal yang dimiliki manusia dapat mengaplikasi layanan tersebut dalam
kehidupan agar kondisi kehidupannya selalu dalam keadaan KES (kehidupan Efektif
Sehari-hari) dan terhindar dari KES-T (Kehidupan Efektif Sehari-hari terganggu).

6. “Ada” adalah
Berdasarkan dari sudut pandang saya setelah mempelajari filsafat dan filsafat ilmu
dapat diuraikan bahwa “ada” merupakan sesuatu apa yang ada dalam pikiran kemudian
menyampaikan kepada orang lain serta sesuatu yang ada diluar pikiran dan memahami
hal-hal yang ada diluar pikiran agar dapat senada dengan apa yang belum kita pikirkan.
Implikasi “ada” dalam dunia pendidikan yaitu kita dapat memperoleh suatu yang
belum ada dalam pikiran sehingga melalui dunia pendidikan banyak sekali pengetahuan
dan pengalaman yang kita peroleh melalui dunia pendidikan, sehingga sesuatu yang
belum ada dipikiran menjadi ada didalam pikiran kita. Sedangkan didalam dunia
bimbingan konseling dapat diketahui bahwa sebelum mempelajari bimbingan konseling
mungkin kita belum tau apa-apa saja layanan dalam BK, bagaimana kegiatan pendukung
serta bidang-bidang yang ada didalam BK dan lainnya sebagainya, hal ini merupakan
sesuatu yang belum ada dipikiran kita, akan tetapi setelah mempelajarinya kita
memperoleh pengetahuan tersebut sehingga ada didalam pikiran kita, begitulah didalam
filsafat yang mana awalnya kita belum mengetahui bagaimana cara berpikir ilmiah,
metode-metode berpikir ilmiah untuk mencari suatu kebenaran, hal ini belum ada didalam
pikiran kita, akan tetapi setelah belajar filsafat ilmu kita dapat mengetahui bagaimana
cara berpikir ilmiah untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar hal ini sudah ada
didalam pikiran kita.
7. Yang dianggap benar adalah

Apa yang saya anggap benar adalah segala nilai-nilai, norma-norma yang
diajarkan agama, hati nurani saya, dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang didalam
masyarakat. Saya berpendapat demikian, karena hampir semua nilai-nilai yang saya
sebutkan sebelumnya menjunjung tinggi hak dan kewajiban manusia itu sendiri. Yaitu
dengan saling menjaga, menolong, dan tidak memberikan mudharat serta memberikan
manfaat pada sekitar kita. Dengan adanya filsafat dan ilmu pengetahuan manusia
mendapatkan pemahaman tentang mana yang benar dan yang salah, mana yang baik dan
yang tidak baik, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus Achmad. (2014). “Filsafat Ilmu Dalam Kajian Hukum”, Pontianak: IAIN
Pontianak Press.
Prayitno, E.A., & Amti,E. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Prof. Dr. Anna Poedjiadi, dan Prof. Dr. Suwarma Al-Muchtar, S.H., M.Pd.,
“Pengertian
Filsafat”
,http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IDIK4006-M1.pdf
(diakses pukul 12:07 WIB tanggal 19 Oktober 2021).
Miftahul Ulum. (2020). Eksistensi Manusia Perspektif Pendidikan. Kota Tasikmalaya:
Edu Publisher. h. 01
Nurhikmah. ( 2020). “Pemenuhan Hak-Hak Terhadap Orang Gila (Studi Komparasi
Antar Ham Dan Hukum Islam)”, Jurnal Perbandingan Mazhab, Vol. 1, No. 3,
h. 474.
Soeparmo, A.H. (1984). “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”,
Surabaya: Airlangga University Press, 1984, h. 2.
Trio Kurniawan, M.Fil. (2005). “Sejarah Epistemologi Serta Pengertian Epistemologi
Sebagai Ilmu Tentang Kebenaran”, STKIP Pamane Talino. h. 3.

Anda mungkin juga menyukai