Anda di halaman 1dari 6

DASAR-DASAR SAINS

OLEH :
NAMA : SILVIA YULIANI
NIM : 20033100
DOSEN PENGAMPU : Silvi Yulia Sari, S.Pd,M.Pd
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN
MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Pertanyaan Studi / Diskusi
1. Jelaskanlah makna etika dari berbagai sudut pandang.
Jawaban : Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah
sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafatyang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[butuh rujukan] Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.[butuh
rujukan]

St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis
(practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita.[butuh rujukan] Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat
etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain.[1] Untuk itulah diperlukan etika, yaitu
untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.[butuh rujukan]

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.[butuh
rujukan] Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.[butuh
rujukan] Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah
tingkah laku manusia.[butuh rujukan] Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti
juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari
sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.[2]

Sebagai cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia, etika memberikan standar
atau penilaian terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, etika terbagi menjadi empat
klasifikasi yaitu:

Etika Deskriptif: Etika yang hanya menerangkan apa adanya tanpa memberikan penilaian
terhadap objek yang diamati.

Etika Normatif: Etika yang mengemukakan suatu penilaian mana yang baik dan buruk, dan apa
yang sebaiknya dilakukan oleh manusia.

Etika Individual: Etika yang objeknya manusia sebagai individualis. Berkaitan dengan makna
dan tujuan hidp manusia

Etika Sosial: Etika yang membicarakan tingkah laku manusia sebagai makhluk sosial dan
hubungan interaksinya dengan manusia lain. Baik dalam lingkup terkecil, keluarga, hingga yang
terbesar bernegara.
Klasifikasi diatas menegaskan bahwa etika erat kaitannya dengan penilaian. Karena pada
hakikatnya etika membicarakan sifat manusia sehingga seseorang bisa dikatakan baik, bijak,
jahat, susila atau sebagainya. Secara khusus etika ada pada prinsip manusia sebagai subjek
sekaligus objek, bagaimana manusia berperilaku atas tujuan untuk dirinya sendiri dan tujuan
untuk kepentingan bersama.

2. Bagaimana pandangan saudara tentang keterkaitan antara


etika dengan moral?
Jawaban : Etika merupakan filsafat Moral, sedangkan etika sendiri dapat dikatakan sebagai
pemikiran yang kritis dan mendasar mengenai ajaran-ajaran moral atau etika sebagai
ilmunya moralitas..

Dan Moral adalah ajaran tentang apa yang dilarang dan apa yang wajib dilakukan oleh
manusia supaya bisa menjadi baik.. contohnya ; aturan & hukum agama, hukum adat,
wejangan, tradidi leluhur, nasehat ortu, ajaran ideologi
3. Jelaskanlah apa yang saudara pahami tentang etika keilmuan
dan apa pentingnya etika dalam keilmuan.
Jawaban : Etika memang bukan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan
teknologi,tetapi penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat
memerlukan adanya dimensi etis sebagai alat kontrol bagi pengembangan iptek agar tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
4. Jelaskanlah sikap yang harus ada pada diri setiap ilmuwan.
Jawaban : Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya wajib dimiliki oleh seorang peneliti.
Untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula, maka peneliti harus
memiliki beberapa sifat-sifat berikut ini:

 Mampu Membedakan antara Fakta dan Opini

Fakta merupakan suatu kenyataan yang kemudian disertai dengan bukti-bukti ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini berupa pendapat pribadi dari
seseorang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam melakukan studi pustaka yang
dilakukan oleh peneliti pada tahap observasi, seorang peneliti diharapkan mampu membedakan
antara fakta dan opini agar hasil penelitiannya tersebut memiliki ketepatan dan akurat serta
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
 Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan dalam melakukan Argumentasi

Peneliti yang baik diharapkan dapat mengedepankan sifat rendah hati ketika berada dalam satu
ruang dengan orang lain terlebih dengan orang yang memiliki pandangan yang berbeda dengan
peneliti. Saat ada peneliti lain yang bertanya, kemudian saat berargumentasi, atau
saat mempertahankan hasil penelitiannya, diharapkan peneliti selalu menjunjung tinggi sikap
sopan santun dan dapat menghindari perdebatan yang melibatkan emosi. Dalam
mengemukakan pendapat dan berargumentasi kepala harus tetap dingin, tetapi peneliti juga
harus tetap berani mempertahankan kebenaran yang diyakininya dengan dasar bahwa
pendapatnya sudah dilengkapi dengan fakta pendukung yang jelas sumber dan kajiannya.

 Mengembangkan Rasa Ingin Tahu

Peneliti hendaknya memiliki sifat haus akan ilmu sehingga akan memiliki keinginan untuk
menuntut ilmu, dengan demikian peneliti akan selalu berusaha memperluas pengetahuan dan
serta wawasannya, kemudian peneliti tersebut tidak ingin ketinggalan berbagai informasi di
segala bidang, dan selalu akan berusaha mengikuti perkembangan berbagai ilmu pengetahuan
yang semakin hari semakin bertumbuh, semakin canggih dan semakin modern seiring dengan
perkembangan jaman.

 Peduli terhadap Lingkungan

Dalam melakukan aktivitas penelitian, peneliti diharapkan peduli terhadap lingkungan di


sekitarnya dan berusaha agar hasil penelitian yang dilakukannya akan membawa dampak yang
baik bagi lingkungan dan bukan sebaliknya merusak lingkungan sekitarnya.

 Mengemukakan pendapat secara Ilmiah dan Kritis

Pendapat dari seorang peneliti diharapkan selalu bersifat ilmiah dan sifatnya tidak mengada-
ada tanpa didukung bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Peneliti juga
harus bersikap kritis terhadap permasalahan yang sedang terjadi dan berkembang di
masyarakat.

 Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu Kondisi dan Bertanggung Jawab terhadap
Usulannya tersebut

Peneliti duharapkan memiliki sifat berani dan sifat bertanggung jawab terhadap semuakeadaan
hasil konsekuensi penelitian yang harus dihadapinya jika sudah mengusulkan sesuatu terkait
perbaikan kondisi tertentu. Usulan yang telah diutarakan tersebut akan selalu diemban dengan
baik dan dilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkan dalam bentuk nyata
sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain dalam bentuk yang lebih baik.

 Bekerja Sama dalam melakukan aktivitas penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti diharapkan mampu bekerja sama dengan orang lain dan
tidak individualis atau tidak mementingkan diri sendiri

 Jujur terhadap Fakta yang terjadi dalam penelitian

Peneliti diwajibkan harus jujur terhadap fakta terkait penelitian dan tidak boleh memanipulasi
fakta demi kepentingan penelitiannya sendiri. Proses penelitian harus berlandaskan pada studi
kepustakaan yang benar agar jika orang lain melakukan penelitian yang sama, akan
didapatkan hasil yang sama pula. Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus yakin bahwa itulah
hasil penelitian yang sebenarnya.

 Tekun

Seorang peneliti hendaknya harus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak boleh ada
sifat malas, mudah jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidak mudah putus
asa.

5. Tuliskanlah dua problematika etika keilmuan yang menurut


saudara saat ini ada di Indonesia, dan apa solusi yang tepat
menurut saudara terhadap problematika tersebut.
Jawaban : Problematika Epistemologi Pendidikan Islam
Dari beberapa literatur dapat disebutkan bahwa epistemologi adalah teori pengetahuan,
yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin
dipikirkan.4 D.W. Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dan pengandaipengandaiannya serta
secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki
pengetahuan. Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas, diungkapkan oleh
Azyumardi Azra bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian,
pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.5 Landasan epistemologi
memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan, sebab ia merupakan tempat
berpijak. Bangunan pengetahuan menjadi mapan, jika memiliki landasan yang kokoh.
Landasan epistemologi ilmu adalah metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam
menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang
diperoleh lewat metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak-
tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam
bangunan ilmu pengetahuan.
Problematika Aksiologi Pendidikan Islam Aksiologi
ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut
pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang
bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti epistemologis, etika dan
estetika. Epistemologi bersangkutan dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan
dengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan dengan masalah keindahan.7
Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethics) atau moral (morals).
Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog
filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari
filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah
(right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and ends). Secara etimologis,
istilah aksiologi berasal dari Bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai
dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang
mempelajari nilai

Anda mungkin juga menyukai