Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KESULITAN BELAJAR PADA ANAK

OLEH:

KELOMPOK 6

NADIA ISLAMI : 2130104044

NANDA DWI AKSARI : 2130104045

DOSEN PENGAMPU:

DR. WAHIDAH FITRIANI., S.Psi., MA

ZAKIATI SALMA, MA.

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah Azzawajal, yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, shalawat
beserta salam kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Muhammad ‘Alaihi Shalatu Wasalam
serta para sahabat nya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dalam pembuatan makalah ini, serta kepada teman-teman, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk, maupun isi makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman teman- teman.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kami harapkan kepada
teman-teman untuk memberikan krtik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Batusangkar, 12 September 2022


 

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulis....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar....................................................................3
B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar...............................................4
C. Gangguan Belajar Pada Anak..................................................................6
D. Dampak Kesulitan Belajar.......................................................................6

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan .............................................................................................9
2. Saran........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10101.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning


disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan
dilapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. (Irham & Wiyani, 2013:
117) belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi. Belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon (Budiningsih, 2004: 20). Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang
menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 1997: 229).
Menurut Hamalik, kesulitan belajar adalah hal-hal atau gangguan yang mengakibatkan
kegagalan atau setidaknya menjadi gangguan yang dapat menghambat kemajuan belajar
(Hamalik, 2012: 112).

Kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa di sekolah harus menjadi perhatian
bagi kedua belah pihak, baik guru maupun orang tua siswa. Adanya kesulitan belajar pada
beberapa siswa terbukti dengan pola pencapaian belajar yang rendah adapun dapat dideteksi
dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal tes.
Kesalahan adanya penyimpangan terhadap jawaban yang benar pada suatu butir soal.
Kesulitan belajar siswa akan dapat dideteksi melalui jawaban-jawaban siswa dalam
mengerjakan suatu soal.

Siswa berkesulitan belajar yang dapat berada di sekolah juga dikarenakan adanya
kebijakan zonasi pada penerimaan peserta didik baru diatur di dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 14 Tahun 2018 yang menggantikan
Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang PPDB. Di dalam pasal 16 disebutkan bahwa
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik
yang berdomisili pada radius zona terdekat dari Sekolah paling sedikit sebesar 90 persen
dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima (Permendikbud No. 14 Tahun

1
2018). Kesulitan belajar siswa dikarenakan kekurang pahaman orang tua terhadap kebutuhan
belajar siswa dan jenis pendidikan yang sesuai, oleh karena itu orang tua memilih
menyekolahkan siswa di sekolah terdekat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kesulitan belajar?


2. Apa saja faktor-faktor penyebab kesulitan belajar?
3. Apa saja gangguan belajar pada anak?
4. Apa saja dampak kesulitan belajar?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kesulitan belajar
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui apa saja gangguan belajar pada anak
4. Untuk mengetahui dampak kesulitan belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR

Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “Learning
Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan” untuk
memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lain
learning disabilities adalah learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut
memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Disatu pihak, penggunaan istilah learning differences
lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih menggambarkan
kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan perbedaan rujukan, maka digunakan istilah
Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar, istilah kata yakni disfungsi
otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gangguan neurologist.

Defenisi yang dikutip dari Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985): Kesulitan belajar
khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca,
menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gannguan
perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak
mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari
adanya hambatan dalam penglihatan, pendengarn, atau motorik, hambatan karena tunagrahita,
karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Menurut Hammill (1981) kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam
aktivitas mendengarkan, bercakap cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung.
Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf
pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya gangguan
sensoris hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya
atau proses pembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan eksternal tersebut tidak
menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan belajar, walaupun menjadi factor yang memperburuk
kondisi kesulitan belajar yang sudah ada.

3
ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning Disabilities) dalam
Lovitt, (1989) mengatakan bahwa kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang
diduga bersumber dari masalah neurologis, yang mengganggu perkembangan kemampuan
mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal atau nonverbal.

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR


Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset
(Harwell, 2001), yaitu :
1. Faktor keturunan/bawaan
2. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau premature
3. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang
merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa
kehamilan.
4. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah
tenggelam.
5. Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar
biasanya mempunyai sistem imun yang lemah.
6. Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik,
merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.

Riset menunjukkan bahwa apa yang terjadi selama tahun-tahun awal kelahiran sampai umur
4 tahun adalah masa-masa kritis yang penting terhadap pembelajaran ke depannya. Stimulasi
pada masa bayi dan kondisi budaya juga mempengaruhi belajar anak. Pada masa awal kelahiran
samapi usia 3 tahun misalnya, anak mempelajari bahasa dengan cara mendengar lagu, berbicara
kepadanya, atau membacakannya cerita. Pada beberpa kondisi, interaksi ini kurang dilakuan,
yang bisa saja berkontribusi terhadap kurangnya kemampuan fonologi anak yang dapat membuat
anak sulit membaca (Harwell, 2001) Sementara Kirk & Ghallager (1986) menyebutkan faktor
penyebab kesulitan belajar sebagai berikut:
1. Faktor Disfungsi Otak
Penelitian mengenai disfungsi otak dimulai oleh Alfred Strauss di Amerika Serikat

4
pada akhir tahun 1930-an, yang menjelaskan hubungan kerusakan otak dengan bahasa,
hiperaktivitas dan kerusakan perceptual. Penelitian berlanjut ke area neuropsychology yang
menekankan adanya perbedaan pada hemisfer otak. Menurut Wittrock dan Gordon, hemisfer kiri
otak berhubungan dengan kemampuan sequential linguistic atau kemampuan verbal; hemisfer
kanan otak berhubungan dengan tugas-tugas yang berhubungan dengan auditori termasuk
melodi, suara yang tidak berarti, tugas visual-spasial dan aktivitas non verbal. Temuan Harness,
Epstein, dan Gordon mendukung penemuan sebelumnya bahwa anak-anak dengan kesulitan
belajar (learning difficulty) menampilkan kinerja yang lebih baik daripada kelompoknya ketika
kegiatan yang mereka lakukan berhubungan dengan otak kanan, dan buruk ketika melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan otak kiri. Gaddes mengatakan bahwa 15% dari anak yang
termasuk underachiever, memiliki disfungsi system syaraf pusat (dalam Kirk & Ghallager,
1986).
2. Faktor Genetik

Hallgren melakukan penelitian di Swedia dan menemukan bahwa, yang faktor herediter
menentukan ketidakmampuan dalam membaca, menulis dan mengeja diantara orang-orang yang
didiagnosa disleksia. Penelitian lain dilakukan oleh Hermann (dalam Kirk & Ghallager, 1986)
yang meneliti disleksia pada kembar identik dan kembar tidak identik yang menemukan bahwa
frekwensi disleksia pada kembar identik lebih banyak daripada kembar tidak identik sehingga
ia menyimpulkan bahwa ketidakmampuan membaca, mengeja dan menulis adalah sesuatu yang
diturunkan.
3. Faktor Lingkungan dan Malnutrisi
Kurangnya stimulasi dari lingkungan dan malnutrisi yang terjadi di usia awal kehidupan
merupakan dua hal yang saling berkaitan yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar
pada anak. Cruickshank dan Hallahan (dalam Kirk & Ghallager, 1986) menemukan bahwa
meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara malnutrisi dan kesulitan belajar, malnutrisi berat
pada usia awal akan mempengaruhi sistem syaraf pusat dan kemampuan belajar serta
berkembang anak.
4. Faktor Biokimia
Pengaruh penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan belajar masih
menjadi kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Comfers (dalam Kirk &

5
Ghallager, 1986) menemukan bahwa obat stimulan dalam jangka pendek dapat mengurangi
hiperaktivitas. Namun beberapa tahun kemudian penelitian Levy (dalam Kirk & Ghallager,
1986) membuktikan hal yang sebaliknya. Penemuan kontroversial oleh Feingold menyebutkan
bahwa alergi, perasa dan pewarna buatan hiperkinesis pada anak yang kemudian akan
menyebabkan kesulitan belajar. Ia lalu merekomendasikan diet salisilat dan bahan makanan
buatan kepada anakanak yang mengalami kesulitan belajar. Pada sebagian anak, diet ini berhasil
namun ada juga yang tidak cukup berhasil. Beberapa ahli kemudian menyebutkan bahwa
memang ada beberapa anak yang tidak cocok dengan bahan makanan. Mulyono Abdurrahman
mengatakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal.
Faktor Internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab utama
problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang
keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan
pemberian ulangan penguatan.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi factor neurologis yakni :
1. Faktor genetik
2. Luka pada otak (kekurangan Oksigen)
3. Faktor Biokimia
4. Pencemaran Lingkungan
5. Gizi yang tidak memadai (Nutrisi)
6. Pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan anak.

C. GANGGUAN BELAJAR PADA ANAK


Gangguan belajar pada anak adalah masalah yang memengaruhi kemampuan otak untuk
menerima, mengolah, menganalisis, atau menyimpan informasi. Kondisi tersebut dapat
menghambat perkembangan akademik.
Menurut Suryani (2010:39) gangguan belajar akademik terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. Disleksia atau Gangguan Membaca

Disklesia atau gangguan membaca adalah kesulitan untuk memaknai symbol, huruf dan
angka melalui persepsi visual dan auditoris. Hal ini akan berdampak pada kemampan
pemahaman.

6
2. Disgrafia atau Gangguan Menulis
Disgrafia adalah kesulitan yang melibatkanproses menggambar simbol bunyi menjadi
simbol huruf atau angka. Gangguan menulis tersebut terjadi pada beberapa tahap aktivitas
menulis yaitu :mengeja, yaitu aktivitas memproduksi urutan huruf yang tepat dalam
ucapan atau tulisan dari suku kata.
3. Diskalkulia atau Gangguan Berhitung
Gangguan berhitung adalah kesulitan menggunakan bahasa simbol untuk berfikir berfikir,
mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan kuantitas atau
jumlah.Kemampuan berhitung sendiri terdiri dari kemampuan yang bertingkat dari
kemampuan dasar sampai kemampuan lanjut.

D. DAMPAK KESULITAN BELAJAR


Kesulitan belajar ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
dan prestasi yang di miliki oleh siswa. Salah satunya adalah seorang siswa yang tidak
naik kelas. Hal ini perlu adanya solusi yang harus dilakukan oleh seorang guru. Harus
adanya pengertian dan pendekatan yang khusus terhadap anak anak yang memiliki
kesulitan belajar.
Hendriono (2009) mengatakan anak yang mengalami kesulitan belajar akibat
faktor psikososial akan menyebabkan keseluruhan prestasinya kurang atau mundur,
terutama dalam pelajaran-pelajaran yang membutuhkan konsentrasi, perhatian dan daya
ingat. Di samping itu motivasi untuk belajarpun menurun sehingga anak akan menjadi
apatis (diam pasif dan tidak punya inisiatif).
1) Dampak pada Keluarga
Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang anak tidak hanya berdampak bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak saja, tetapi juga berdampak dalam kehidupan
keluarga. Orangtua merasa frustasi, marah, kecewa, putus asa,merasa bersalah atau
menolak dengan kondisi anak. Orangtua akan saling menyalahkan sehingga hubungan
antar keluarga bisa menjadi kurang harmonis. Dampak lain adalah bertambahnya dana
yang dikeluarkan oleh keluarga untuk memberikan les ataupun bimbingan khusus terkait
kesulitan yang dialaminya (Videback, 2008)

7
2) Dampak pada Lingkungan Anak
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak dan tidak mungkin
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari anak, sehingga kesulitan belajar yang dialami anak
sedikit banyak akan berdampak pada interaksi anak dengan lingkungannya. Di
lingkungan sekolah misalnya, apabila dalam satu sekolah terdapat banyak anak yang
mengalami kesulitan belajar, sekolah tersebut akan dicap tidak baik. Akibatnya reputasi
sekolah menurun dan akhirnya bisa menurunkan kredibilitas sekolah. Pada lingkungan
tempat tinggal anak akan berdampak jika anak yang mengalami kesulitan belajar
memiliki perilaku malas, nakal dan impulsif. Perilaku seperti ini tentu saja memberi
contoh yang tidak baik pada anak-anak lain yang ada disekitarnya, yang jika tidak
dilakukan pengawasan akan ikut-ikutan berperilaku seperti itu (Videback, 2008).

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris


“Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability
diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya
masih mampu untuk belajar. Defenisi yang dikutip dari Hallahan, Kauffman, dan Lloyd
(1985): Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.

Ada 6 penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset
(Harwell, 2001), Sementara Kirk & Ghallager (1986) menyebutkan faktor penyebab
kesulitan belajar ada 4..

Menurut Suryani (2010:39) gangguan belajar akademik terbagi atas 3 bagian


yaitu:

1. Disleksia atau Gangguan Membaca

2. Disgrafia atau Gangguan Menulis

3. Diskalkulia atau Gangguan Berhitung


Dampak kesulitan belajar
1. Dampak pada keluarga
2. Dampak pada lingkungan anak

B. Saran
Di dalam makalah penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

T.Sutojo/Edi.M/Vincent.S.2010.Kecerdasan Buatan.Semarang;Andi
Zulfian Azmi.2017.Pengantar Sistem Pakar Dan Metode.Jakarta: Mitra Wacana Media
Ignizio, J. P. 1991. Introduction To Expert Systems : The Development and Implementation of
Rule-Based
Expert Systems. McGraw-Hill, Inc., New York. Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi.
Penerbit Andi,Yokyakarta.
Development of Fuzzy Expert System for the Neo Phropathy Control assessment
in Patient with 2 Diabetes Melitus. Di temu kenali Homepage:www.elsevier.com /licate/eswa.
Ditemui kenali pada tanggal 16 Juni 2017 dari www.kamus bahasaindonesia.org
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan AnakBerkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud RI.Devaraj,
S, Roslan, S. (2006). Apa itu disleksia,panduan untuk ibu bapa, guru, dan kaunselor,dalam S.
Amirin (penyunting). PTS Profesional,Kuala Lumpur.

10

Anda mungkin juga menyukai