Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MENYUSUN LANGKAH-LANGKAH ATAU PROSEDUR


DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Diagnosis Kesulitan Belajar
Dosen Pengampu : Dona Fitri Annisa, M.Pd

Disusun Oleh :

Cindra Zuandara 20010078


Elsa Yunisa 20010057
Gina Nadia Humaira 20010086
Imas Mauludina 20010209

Inal Raynal 20010091


Neng Syifi Munawaroh 20010066
Nina Meilani Handayani 20010065
Sindi Apriliani 20010050

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan anugerah dari-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Langkah-
langkah/prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar” ini. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad saw. Yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna dan menjadi anugrah tersebar bagi seluruh alam semesta.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan
dan Konseling Entrepeneurship pada Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK),
di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Siliwangi Bandung. Selain itu,
makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca mengetahui mengenai Keterampilan
membuat keputusan.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada ;
1. Dona Fitri Annisa, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Diagnosis Kesulitan
Belajar
2. Teman – teman mahasiswa Bimbingan dan Konseling khususnya kelas A1 2020
3. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terealisasinya makalah ini dengan sebaik- baiknya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun dengan senang hati dan bersedia
menerima kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
dalam penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Cimahi, 05 November 2023

Penyusun,

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Latar belakang dalam sebuah makalah tentang penyusunan langkah-

langkah/prosedur diagnosis kesulitan belajar merupakan bagian penting yang bertujuan

untuk menjelaskan mengapa topik ini relevan dan perlu dipahami. Berikut adalah contoh

latar belakang yang bisa Anda gunakan sebagai referensi:

Kesulitan belajar adalah masalah yang kompleks dan seringkali memengaruhi

perkembangan akademik serta kesejahteraan sosial dan emosional individu. Dalam

konteks pendidikan, mengidentifikasi dan memahami kesulitan belajar adalah langkah

awal yang krusial dalam memberikan dukungan yang tepat kepada siswa-siswa yang

memerlukan bantuan. Diagnosa yang tepat dan sistematis tentang kesulitan belajar akan

membantu pendidik dan ahli pendidikan merancang intervensi yang sesuai dan efektif

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Namun, dalam praktiknya, proses diagnosis kesulitan belajar seringkali tidak

dilakukan dengan baik atau bahkan diabaikan sama sekali. Hal ini dapat mengakibatkan

siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak mendapatkan perhatian yang mereka

butuhkan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam pendidikan.

Oleh karena itu, penting untuk memiliki panduan yang jelas dan terstruktur untuk

menyusun langkah-langkah/prosedur diagnosis kesulitan belajar guna memastikan bahwa

setiap individu yang memerlukan dukungan dapat diidentifikasi dan dibantu dengan

efektif.

3
Pengertian tentang anak kesulitan belajar sangat diperlukan karena dalam

kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya penggunaan istilah tersebut secara keliru.

Banyak orang, termasuk sebagian besar para guru, tidak dapat membedakan antara

kesulitan belajar, lambat, dan tuna grahita. Tanpa memahami pengertian kesulitan belajar,

akan sulit pula menentukan jumlah anak berkesulitan belajar sehingga pada gilirannya

juga sulit untuk membuat kebijakan pendidikan bagi mereka. Dengan memahami

kesulitan belajar, jumlah dan klasifikasinya dapat ditentukan strategi penanggulangan

yang efektif dan efisien. Penyebab kesulitan belajar juga perlu dipahami karena dengan

pengetahuan tersebut dapat dilakukan usaha-usaha preventif maupun kuratif. Oleh karena

itu, guru bagi anak berkesulitan belajar perlu lebih dahulu memahami hakikat kesulitan

belajar sebelum melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang

penanggulangannya.

Setiap siswa pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja

akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari

tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, latar

belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok

antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada

umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga

siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang tidak dihiraukan.

Dengan demikian, siswa-siswa yang yang berkategori di luar rata- rata itu (sangat pintar

dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai

dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar

4
(learning difficulty) rendah, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang

berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang

berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan beberapa factor tertentu yang menghambat

tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.

Penelitian dan pemahaman tentang kesulitan belajar telah berkembang pesat

dalam beberapa tahun terakhir. Banyak teori, model, dan alat bantu yang tersedia untuk

membantu dalam proses diagnosis. Namun, masih ada kebutuhan untuk menyusun

langkah-langkah/prosedur diagnosis yang dapat digunakan oleh pendidik, psikolog, dan

profesional pendidikan lainnya secara konsisten. Makalah ini bertujuan untuk

menguraikan langkah-langkah dan prosedur diagnosis kesulitan belajar yang dapat

diterapkan secara luas dalam konteks pendidikan.

Oleh karena itu, guru perlu memiliki pengetahuan teoritik yang dapat digunakan

sebagai bekal dalam menciptakan strategi pembelajaran yang tidak hanya efektif untuk

mencapau tujuan pembelajaran tetapi juga efektif untuk membangun kepribadian yang

sehat pada anak. Penanganan anak berkesulitan belajar memerlukan pemahaman

tentang peran teori dalam penanganan anak berkesulitan belajar, prosedur diagnosis,

hubungan antara pendidikan bagi anak berkesulitan belajar dengan pendidikan pada

umumnya dan berbagai teori tentang proses dan hasil belajar.

Dengan memahami dan mengimplementasikan prosedur diagnosis yang tepat,

diharapkan bahwa kita dapat memastikan bahwa siswa dengan kesulitan belajar

mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk mencapai potensi maksimal mereka

dan mengatasi hambatan yang mungkin menghambat perkembangan akademik dan sosial

mereka. Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat memberikan panduan praktis

5
kepada para praktisi pendidikan tentang bagaimana mereka dapat mendekati dan

mengatasi kesulitan belajar dengan efektif.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian dari diagnosis kesulitan belajar?

2. Bagaimana Langkah-Langkah/ Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar?

1.3. Tujuan

Adapun Tujuan dalam makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian dari diagnosis kesulitan belajar

2. Untuk mengetahui Langkah-Langkah/ Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Diagnosis Belajar

Dalam Daharnis (1998, hlmn. 7) Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha

yang dilakukan untuk meneliti kasus, menemukan penyebab timbulnya masalah serta

usaha untuk menemukan letak dan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa dan

menetapkan kemungkinan-kemungkinan bantuan yang akan diberikan sehingga siswa

yang bersangkutan terlepas dari kesulitan yang dialaminya.

Defenisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States

Office of Education (USOE) pada tahun 1977 dalam Mulyono (2012, hlmn 7), yaitu

suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup

pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin

menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca,

menulis, mengeja, atau berhitung.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011, hlmn. 235) kesulitan belajar adalah suatu

kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman,

hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Ini berarti bahwa kesulitan belajar yang

dirasakan oleh siswa bermacam-macam. Karena itu dalam rangka memberikan

bimbingan yang tepat kepada siswa, maka para pendidik perlu memahami masalah-

masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar. Macam-macam kesulitan belajar ini

dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu dari jenis kesulitan (ada yang berat ada

yang ringan), dari bidang studi yang dipelajari (ada yang sebagian bidang studi, ada yang

7
keseluruhan bidang studi), dari sifat kesulitannya (ada yang sifatnya permanen, ada yang

sementara), dari segi faktor kesulitannya (faktor intelegensi dan non intelegensi).

Menurut Aunurrahman (2009, hlmn. 200) untuk mengatasi kesulitan belajar, guru

perlu mengadakan pendekatan pribadi disamping pendekatan instruksional dalam

berbagai bentuk yang memungkinkan guru dapat lebih mengenal dan memahami siswa

serta masalah belajarnya.

Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis

manifestasi tingkah laku baik secara langsung ataupun tidak langsung. Ciri-ciri tingkah

laku yang merupakan gejala kesulitan belajar antara lain, menunjukkan hasil belajar yang

rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi

yang dimiliki, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat, tetapi nilai yang

dicapainya selalu rendah,lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu

ketinggalan dari kawan-kawannya dalam menyelsaikan tugas sesuai dengan waktu yang

ditentukan. Misalnya rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40

menit, maka anak yang mengalami kesulitan belajar memerlukan waktu yang lebih,

karena dengan waktu yang tersedia ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya, menunjukkan

sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura dan sebagainya,

menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti : membolos, datang terlambat, tidak

mengerjakan PR, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran,

tidak mau tertib dalam kegiatan belajar mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerja

sama dan sebagainya, menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti

8
pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai rendah

tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya.

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya

kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Beberapa penyebab timbulnya kesulitan

belajar terdiri dua faktor, yaitu faktor intern siswa yang meliputi gangguan atau

kekurangmampuan psiko-fisik siswa (yang bersifat kognitif, seperti: rendahnya kapasitas

intelektual/inteligensi siswa, yang bersifat afektif, seperti: labilnya emosi dan sikap yang

bersifat psikomotor, seperti: terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata

dan telinga) dan faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan

sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, (lingkungan keluarga, misalnya:

ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi

keluarga, lingkungan masyarakat, misalnya: wilayah perkampungan kumuh, dan teman

sepermainan yang nakal, lingkungan sekolah, misalnya: kondisi dan letak gedung sekolah

yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas

rendah.

2.2. Langkah-Langkah/ Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar

1. Makna Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis, merupakan istilah teknis yang kita adopsi dari bidang medis. Menurut

Thorndike dan Hagen dalam Makmum (2012) diagnosis dapat diartikan sebagai : (1)

upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang

dengan melalui pengujian dan studi seksama mengenai gejala-gejalanya, (2) studi

yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau

kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial, (3) keputusan yang dicapai

9
setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu

hal. Pada umumnya ‘kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai

dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga

memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Menurut Mulyadi (2010),

Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar

yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.

Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang

yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis ataupun fisiologis

dalam keseluruhan proses belajarnya. Menurut Syah (2003), diagnostik kesulitan

belajar adalah langkah - langkah dalam upaya penentuan secara ilmiah jenis - jenis

gangguan yang menyebabkan siswa gagal mencapai tujuan yang dipersyaratkan

dalam proses pembelajaran, ditinjau dari tujuan pendidikan, kedudukan dalam

kelompok, perbandingan antara potensi dengan prestasi, dan kepribadiannya, agar

perbaikannya dapat dilakukan secara efektif.

2. Tujuan Diagnosis

Kata kunci dari diagnosis adalah menemukan penyebab timbulnya masalah serta

usaha mencari solusinya, maka tujuan diagnosis adalah menemukan penyebab

timbulnya masalah serta usaha untuk menemukan letak dan jenis kesulitan belajar

yang dialami siswa. Dengan demikian jelas bahwa tujuan diagnosis yaitu menemukan

penyebab timbulnya masalah guna menetapkan kemungkinan-kemungkinan bantuan

yang akan diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.

3. Prosedur Diagnosis

10
Wardati dan Jauhar (2011) menjelaskan bahwa untuk dapat mengidentifikasi

siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara :

a. Mengenali kesulitan belajar siswa melalui analisis perilaku, seperti cepat

lambatnya menyelesaikan tugas, ketekunanserta kehadiran dalam mengikuti

pelajaran, partisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok, partisipasi dan

kontribusi dalam pemecahan masalah, kemampuan kerjasa sama dan

penyesuaian sosial,

b. Mengenali kesulitan belajar melalui analisis prestasi belajar, dalam

mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan

dengan menghimpun, menganalisis, dan menafsirkan data hasil belajar dapat

dipergunakan alternatif acuan penilaian yakni penilaian acuan patokan dan

penilaian acuan norma.

Menurut Samuel S. Kirlk (1986, hlmn. 265) dalam Mulyono bahwa, Prosedur

Diagnosis mencakup lima langkah:

a. Menentukan potensi atau kapasitas anak

b. Menentukan taraf kemampuan dalam suatu bidang studi yang memerlukan

pengajaran remedial

c. Menentukan gejala kegagalan dalam suatu bidang studi

d. Menganalisis faktor-faktor yang terkait

e. Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial. M

Menurut Mulyadi, diagnosis kesulitan belajar dilaksanakan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu

11
b. Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan

pelajaran manakah kesulitan terjadi

c. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar

Penilaian acuan patokan, dapat dilakukan melalui langkah-langkah:

a. Menentukan angka minimal sebagai batas lulus,

b. membandingkan nilai setiap siswa dengan nilai batas lulus yang telah

ditetapkan tadi,

c. mencatat atau mengidentifikasi siswa yang memperoleh nilai di bawah nilai

batas lulus sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar, (4) menentukan

prioritas bantuan berdasarkan besarnya selisih nilai yang diperoleh siswa

dengan nilai batas lulus.

Wardati (2011) langkah-langkah dalam melakukan diagnosis yaitu:

a. Melokalisasi letak kesulitan belajar,

b. Menemukan faktor penyebab kesulitan belajar. Langkah-langkah melakukan

prognosis, yaitu: (1) memperkirakan alternatif bantuan, (2) menetapkan

kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar (3) tindak lanjut.

12
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meneliti

kasus, menemukan penyebab timbulnya masalah serta usaha untuk menemukan letak dan

jenis kesulitan belajar yang dialami siswa dan menetapkan kemungkinan-kemungkinan

bantuan yang akan diberikan sehingga siswa yang bersangkutan terlepas dari kesulitan

yang dialaminya.

Diagnosis kesulitan belajar dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, (b) Mendeteksi pada kawasan

tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan pelajaran manakah kesulitan terjadi, (d)

Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar

3.2. Saran

Demikian pokok pembahasan mengenai Kesulitan Belajar, kami harap

penyusunan makalah ini dapat menjadi sarana penambah wawasan ilmu pengetahuan

serta bermanfaat. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini

masih jauh dari sempurna. Dengan itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca yang sifatnya membangun, sebagai acuan penyusunan makalah lebih baik di

masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 200

Drs. Daharnis, Diktat Jurusan Psikologi Pendidikan, (IKIP: Padang, 1998), h.7

Makmun, Abin Syamsuddin. 2012. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul. Bandung : PT. Remaja RosdaKarya

Mulyadi, 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar

Khusus. Yogyakarta : Nuha Litera.

Mulyono Abdurrahman, Anak berkesulitan belajar, ( jakarta : Rineka Cipta, 2012), h.

2 Mulyono Abdurrahman, Op.Cit, h.13

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja

RosdaKarya

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 235

14

Anda mungkin juga menyukai