Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TENTANG JENIS-JENIS MASALAH, LANGKAH-LANGKAH

MASALAH, TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN KONSELING

Disusun Oleh:

1. Cindy Fauziah (1930201205)


2. Wiji Winda Ningsih (1930201210)
3. Tri Yeyen Oktavia (1930201217)

Dosen Pengampu : Dr. Faisal Abdullah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS


ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS NEGERI RADEN FATTAH
PALEMBANG 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbil‟alamin, Segala puji bagi Allah, atas Rahmat dan Karunia-Nya


Penyusundiberi kemampuan untuk menyelesaikan makalah tentang Pemakaian Huruf &
Penulisan Kataini sampai selesai.Ucapan Salam dan Keselamatan kepada Rasulullah SAW,
para Sahabat dan Sahabiah, yang garis hidupnya telah memberikan teladan yang tak habis-
habisnya untuk ditelaah. Semoga kita cukup diberi keberuntungan hidup yang penuh Rahmat
dengan meneladani para teladan terbaik dari seluruh Umat tersebut. Dalam makalah ini
Penyusunakan membahas tentang jenis-jenis masalah, langkah-langkah masalah, teknik-teknik
bimbingan konseling

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman yang sudah
memberikan konstribusinya dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan terselesaikannya
makalah Pemakaian Huruf & Penulisan Kata ini dapat bermanfaat. Amin.

Wasaalamu’alaikum wr wb

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bimbingan konseling merupakan proses bantuan untuk peserta didik baik individu/
kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial,
belajar, karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma
yang berlaku. Tujuan bimbingan konseling yaitu membantu siswa dalam mengembangkan
potensinya secara optimal (Fenti Hikmawati, 2011: 64) Pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah sangat diperlukan karena setiap siswa di sekolah dapat dipastikan memiliki masalah,
baik masalah pribadi maupun masalah dalam belajarnya, dan setiap masalah yang dihadapi
masing-masing siswa sudah pastilah berbeda.

Bimbingan dan konseling sesuai dengan Undang-Undang yang dikutip oleh Prayitno
dalam bukunya Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, yaitu:
“PP No. 28 dan 29 tahun 1990 dan PP No. 72 tahun 1991 pada dasarnya mengemukakan bahwa
bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Secara lebih spesifik, SK
MENDIKBUD No. 025/0/1995 mengemukakan: bahwa Bimbingan dan Konseling adalah
pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu
mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melaui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno. 2001:61).

Sekolah merupakan tempat melahirkan insan-insan yang sempurna untuk diri, bangsa,
negara dan agama. Sekolah juga merupakan tempat mendidik dan membentuk jati diri siswa
agar nantinya bisa mengembangkan ilmunya di lingkungan masyarakat dan sekolah merupakan
lembaga yang juga turut bertanggung jawab pada siswa yang membutuhkan motivasi belajar.
Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu siswa agar berhasil dalam
belajar. Ketika siswa memiliki masalah dalam belajarnya, dalam kondisi seperti ini bimbingan
konseling diperlukan dan yang bertanggung jawab atas program bimbingan konseling di
sekolah adalah guru BK bukan guru (pengajar) karena pengajar terikat oleh materi, tujuan
pengajaran dalam kurikulum yang harus diselesaikan.
Tiap-tiap siswa yang mempunyai masalah juga mempunyai dorongan untuk
menyelesaikannya, namun karena keterbatasan adakalanya siswa tidak selalu berhasil dan bisa
menimbulkan rasa putus asa. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah harus diarahkan
untuk membantu dan memotivasi siswa agar terus berusaha untuk menyelesaikan masalahnya.
Motivasi-motivasi yang diberikan kepada siswa dapat menumbuhkan kesadaran atas tugas-
tugasnya sebagai siswa dan dapat berkembang secara optimal. Dalam hal ini, guru BK
berfungsi sebagai motivator (Fenti Hikmawati. 2011:34).

Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-masalah yang timbul
terutama yang dirasakan oleh siswa sendiri. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah
memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam
kegiatan belajar. Disinilah penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk
membantu agar mereka berhasil dalam belajar (Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan,
2005:224).

Oleh karena itu siswa tak perlu khawatir lagi atas permasalahan di ataskarena di sekolah
terdapat guru yang akan membantu mengatasi ataupunmenyelesaikan masalah yang dihadapi
siswa itu sendiri yakni guruBimbingan dan Konseling (BK). Dimana guru BK ini akan
menerima semuakeluhan ataupun siswa yang ingin berkonsultasi.Guru BK akan membantu
siswa dalam mencari solusi untukmenyelesaikan masalahnya bukan untuk mencampuri urusan
siswa dengan begitu siswa sendirilah yang pada akhirnya memutuskan dalam mengambil
solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalahnya.

Adapun cara BK sendiri dalam memberikan bantuan kepada siswauntuk mencari solusi
penyelesaian masalahnya dengan suatu pendekatan umum yakni suatu usaha yang dilakukan
konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya. Pendekatan
umum ini sangatlah penting dalam proses penyelesaian masalah sebagai
langkah pertama untuk mengetahui dan mengidentifikasi permasalahannya. Apabila telah
jelas permasalahannya maka guru BK akan lebih mudah dalam memberikan bantuan kepada
siswanya untuk mencari solusi penyelesaian masalahnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis- Jenis Masalah Bimbingan Konseling

Untuk mengethui jenis-jenis bimbingan, perlu dipelajari lebih dahulu tentang


masalah-masalah yang dihadapi individu. Sehingga dengan mengenal masalah-masalah
yang dihadapi individu, akan memudahkan untuk menentukan jenis bimbingan mana yang
tepat untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Pada umumnya jenis-jenis masalah
yang dihadapi individu, terutama yang dihadapi murid sekolah, dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis masalah sebagai berikut:

1. Masalah pengajaran atau belajar

Dalam perbuatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri
maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar mengajar, misalnya bagaimana
menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil memilih metode dan alat-
alat yang tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar dan sebagainya. Bagi murid sendiri
sering mengalami berbagai kesulitan dalam menghadapi kegiatan pelajaran misalnya,
dalam cara membagi waktu belajar, memilih materi yang sesuai, belajar bekelompok,
menyusun catatan, mengerjakan tugas-tugas, cara menggunakan buku-buku pelajaran dan
sebagainya.

2. Masalah Pendidikan

Dalam hubungan ini individu mengalami berbagai kesulitan yng berhubungan


dengan kegiatan pendidikan pada umumnya. Ketika anak memasuki situasi sekolah yang
baru ia dihadapkan pada beberapa masalah, misalnya; menesuaikan dengan sekolah baru,
pelajaran baru, tata tertib sekolah, guru-guru dan sebagainya. Dalam keseluruhan program
pendidikan di sekolah, murid-murid akan menghadapi masalah-masalah, seperti memilih
kegiatan ekstra kurikuler, memilih program studi yang cocok, mencari teman belajar yang
cocok dan sebagainya.

Pada akhir pendidikan murid-murid akan berhadapan dengan berbagai masalah,


misalnya memilih studi lanjut, memilih jenis-jenis latihan tertentu, menggunakan
ketrampilan-ketrampilan tertentu, untuk kegiatan-kegiatan tertentu dan memilih
pendidikan tertentu untuk pekerjaan tertentu. Demikian pula masalah-masalah kelambatan
belajar yang dialami murid-murid yang tergolong lambat dan terlampau cepat dalam
belajarnya. Semuanya termasuk masalah-masalah pendidikan. Masalah ini banyak dialami
oleh murid-murid sekolah pada umumnya.

3. Masalah pekerjaan

Masalah-masalah ini berhubungan dengan memilih pekerjaan. Misalnya dalam


memilih latihan-latihan tertentu untuk pekerjaan tertentu, memilih jenis-jenis pekerjaan
yang cocok dengan dirinya, mendapatkan penjelasan tentang jenis pekerjaan, penempatan
dalam pekerjaan tertentu dan memperoleh penyesuaian yang baik dalam lingkungan
pekerjaan tertentu. Pada umumnya masalah pekerjaan ini dirasakan oleh murid-murid
sekolah, terutama murid-murid di sekolah menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Tetapi
murid-murid Sekolah Menengah Pertama pun tidak sedikit yang menghadapi masalah
pekerjaan ini. Bahkan murid-murid Sekolah Dasar juga banyak yang tidak lepas dari
masalah ini, terutama murid-murid yang tidak melanjutka pendidikan mereka.

4. Masalah penggunaan waktu senggang

Masalah ini dirasakan oleh murid dalam menghadapi waktu-waktu luang yang tidak
terisi oleh suatu kegiatan tertentu. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara mengisi
waktu-waktu tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi masyarakat di lingkungannya.

Ketidakmampuan menggunakan waktu senggang kadang-kadang dapat


menimbulkan masalah-masalah yang lebih besar lagi, misalnya kenakalan anak, melamun
dan sebagainya. Masalah penggunaan waktu senggang misalnya bagaimana merencanakan
suatu kegiatan dalam waktu luang, mengisi waktu luang dan memilih kegiatan yang cocok.
Murid-murid di sekolah pada umumnya banyak menghadapi masalah ini, terutama pada
waktu hari libur dan di luar jam pelajaran.

5. Masalah sosial

Kadang-kadang murid menghadapi kesulitan dalam hubungannya dengan individu


lain atau dengan lingkungan sosialnya. Masalah ini timbul karena kekurangan kemampuan
murid berhubungan dengan lingkungan sosialnya atau lingkungan sosial itu sendiri kurang
sesuai dengan keadaan dirinya. Misalnya kesulitan dalam mencari teman belajar, teman
bermain, merasa terasing dalam pekerjaan-pekerjaan kelompok dan sebagainya. Kita sering
menjumpai murid-murid yang sebetulnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu
untuk berhubungan dengan teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan.
Masalah-masalah tersebut disebut masalah sosial dan merupakan salah satu jenis masalah
yang sering dihadapi murid-murid.

6. Masalah pribadi

Dalam situasi tertentu murid dihadapkan pada suatu kesulitan yang bersumber dari
dalam dirinya. Masalah-masalah itu timbul karena individu merasa kurang berhasil dalam
menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal-hal dari dalam dirinya sendiri. Misalnya
konflik berlarut-larut dan gejala-gejala frustasi merupakan sumber timbulnya masalah-
masalh pribadi lain. Masalah-masalah ini sering dialami para pemuda pada waktu
menjelang masa adolesensi yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang cepat baik
fisik maupun mental. Pada umumnya masalah pribadi ini timbul karena individu tidak
berhasil dalam mempertemukan antara aspek-aspek pribadi di satu pihak dan keadaan
lingkungan di pihak lain.

Jenis –Jenis Bimbingan

a) Bimbingan akademik

Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu


dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang tergolong
masalah-masalah akademik yaitu : pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi,
cara belajar, penyelesaian tugas-tugasdan latihan, pencarian dan penggunaan sumber
belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain. Masalah-masalah yang berkaitan
dengan bidang akademik :

a. Kurang memiliki kepuasaan belajar yang baik;


b. Kurang memahami cara belajar yang efektif;
c. Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar,
d. Kurang memahami cara membaca buku yang efektif,
e. Kurang memahami cara membagi waktu belajar,
f. Kurang menyenangi pelajaran-pelajaran tertentu.
Fungsi Bimbingan akademik

berfungsi untuk mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar


terhindar dari kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu
individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua
tuntutan program/ pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para pembimbing
berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.

Tujuannya

a. Memiliki sikap dan belajar positif


b. Memiliki motivasi dalam belajar sepanjang hayat
c. Memiliki keterampilan belajar yg efektif
d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan belajar
e. Memiliki kesiapan mental dalam menghadapi pembelajaran
f. Memiliki keterampilan membaca buku

b) Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan social merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam


memecahkan masalah-masalah social pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah
social pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf,
pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan
masyarakat tempat mereka tinggal, dan penyelesaian konflik.

Bimbingan social pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan


mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang
dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang
dialami oleh individu. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang sosial :

a. Berperilaku sosial yang bertanggung jawab, meliputi :


b. Kurang menyenangi kritikan orang lain;
c. Kurang memahami tata karma (etika) pergaulan;
d. Kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik di kampus maupun
dimasyarakat.
c) Bimbingan karir

Bimbingan karir merupakan upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal
dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depannya yang
sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Dengan layanan bimbingan karir,
individu mampu menentukan dan mengembil keputusan secara tepat dan bertanggung
jawab keputusan yang diambilnya sehingga mereka mampumewujudkan dirinya secara
bermakna. Bimbingan karir adalah sebuah hal yang paling penting untuk mengarahkan
siswa-siswa sesuai dengan minat dan potensi yang dimilikinya. Pemilihan karir yang tepat
pada siswa, akan memberikan kepuasan dan akan meraih hasil yang maksimal.

Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap
individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya,
memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa depan dengan bentuk
kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan
bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya
dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tunutan pekerjaan / karir yang dipilihnya
(Ruslan A.Gani : 11)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya
bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal
dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang
diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan
bertanggungjawab. Kekeliruan pada pemilihan karir, akan berdampak secara luas pada
kehidupan seseorang selanjutnya, yang kemungkinan akan menurunkan prestasi bahkan
frustasi dan gangguan psikologis, karena ketidakmampuan beradaptasi, hasil yang
diperoleh tidak maksimal, tertutupinya bakat-bakat bawaan yang sebenarnya lebih dominan
dan lain-lain.

Salah satu tempat yang paling tepat dalam pengarahan dan pencerahan pemilihan
minat dan bakat (bimbingan karir) adalah pada saat usia remaja, sekitar usia sekolah
menengah atas. Bahkan dirasakan, pemilihan karir pada usia ini adalah sebuah kewajiban
untuk membantu siswa-siswa menentukan karirnya kedepan. Usia ini, merupakan pangkal
dari masalah seseorang yang akan dijalaninya pada usia perkembangan selanjutnya. Salah
satu cara untuk mengarahkan dan membantu siswa memberikan bimbingan ini adalah
dengan menggunakan tes psikologi..
Tujuan Bimbingan karir pada siswa adalah sebagai berikut (dalam Sukardi,

a. Agar siswa mampu mengenal aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi,


bakat, kepribadian, sikap dan sebagainya).
b. Dengan mengenal aspek-aspek dirinya, siswa diharapkan dapat menerima
keadaan dirinya secara objektif.
c. Membantu siswa untuk dapat mengemukakan berbagai aspek yang
dimilikinya.
d. Membantu siswa untuk dapat mengelola informasi dirinya.
e. Membantu siswa agar dapat mengemukakan informasi dirinya sebagai dasar
perencanaan dan pembuatan keputusan dimasa depan.

Fungsinya : Melihat begitu pentingnya bimbingan karir ini, sehingga diharapkan


setiap anak (siswa) terutama pada usia sekolah menengah harus mendapatkannya.
Bantuan yang diberikan akan membatu mereka menjalani hidup mereka penuh
dengan penerimaan, sesuai dengan minat dan bakatnya, dan diharapkan akan
memberikan hasil yang maksimal, karena karir yang dipilihnya merupakan
potensi yang dimilikinya. Sehingga tidak ada lagi kata-kata, “bakat yang
terpendam”.

d) Bimbingan keluarga

Family Counseling (konseling keluarga) didefinisikan sebagai suatu proses


interaktif yang berupaya membantu keluarga memperoleh keseimbangan homeostasis,
sehingga setiap anggota keluarga dapat merasa nyaman (comfortable). Bimbingan
keluarga, merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin
atau anggota keluarga agar mereka mapu menciptakan keluarga yang utuh dan
harmonis, memberdaya diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri
dengan norma keluarga, serta berperan serta berpartisipasi aktif dalam mencapai
kehidupan keluarga yang bahagia.

Menurut pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup


bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling
menyerahkan diri (Soelaeman 1994 : 5-10).
Tujuan

a. Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai


bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
b. Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga
mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih
persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
c. Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan
homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan
keluarga.
d. Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap
anggota keluarga (Perez, 1979).

Fungsinya

Memberikan wawasan tentang masalah keluarga demi mendukung proses


belajar mengajar, jika siswa mengalami masalah didalam keluarganya akan
mengakibatkan siswa terganggu dalam proses belajar sehingga mempengaruhi hasil
belajar, dan disinilah fungsi bimbingan keluarga memberikan solusi kepada siswa
dalam memecahkan masalahnya sehingga mendukung proses belajar siswa.

e) Urgensi Bimbingan Dan Penyuluhan Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Tidak disangkal lagi bahwa setiap lapangan kehidupan dan kegiatan manusia
memerlukan bimbingan. Termasuk dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan bermasyarakat.
Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan tidak hanya dalam
dunia pendidikan, tapi juga di masyarakat. Dengan adanya layanan bimbingan dan
konseling, dapat membantu masyarakat untuk menemukan jalan keluar dalam masalahnya
dan juga mengenali dan mengembangkan potensi dalam diri. Sehingga hal ini sangat
berpengaruh dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Para konselor yang menyediakan layanan bimbingan dan konseling ini, sangat
dibutuhkan dalam dunia masyarakat. Tidak hanya untuk membantu dalam bimbingan
karier ataupun masalah pribadi, para konselor juga seringkali menjadi sukarelawan dalam
upaya menghilangkan trauma pada masyarakat yang menjadi korban bencana yang akhir –
akhir ini sering menimpa masyarakat Indonesia.
B. Langkah-langkah Masalah Bimbingan Konseling

Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling Dalam memberikan bimbingan


terdapat langkah-langkah sebagai berikut :

a. Langkah Identifikasi Anak


Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal anak beserta gejala-gejala yang tampak.
Dalam langkah ini, pembimbing mencatat anak-anak yang perlu mendapat
bimbingan dan memilih anak yang perlu mendapat bimbingan terlebih dahulu.
b. Langkah Diagnosis
Langkah diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi anak
berdasarkan latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah
mengumpulkan data dengan memadakan studi terhadap anak, menggunakan berbagai
studi terhadap anak, menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data
terkumpul, ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.
c. Langkah Prognosis
Langkah prognosis yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan yang akan
dilaksanakan untuk membimbing anak. Langkah prognosis ini ditetapkan
berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan
masalahnya dan latar belakangnya. Langkah prognosis ini, ditetapkan bersama
setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai factor.
d. Langkah Terapi
Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini
merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam langkah prognosis. Pelaksanaan ini
tentu memakan banyak waktu, proses yang kontinyu, dan sistematis, serta
memmerlukan pengamatan yang cermat.
e. Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini di maksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauhmanakah terapi
yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow up atau
tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
Sementara menurut Tohirin, dalam Proses Bimbingan dan Konseling akan
menempuh beberapa langkah, yaitu: (1) menentukan masalah, (2) mengumpulkan
masalah, (3) analisis data, (4) diagnosis, (5) prognosis, (6) terapi, dan (7) evaluasi
atau follow up.
1) Menentukan masalah
Menentukan masalah dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan
identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh siswa.
2) Mengumpulkan masalah
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam BK. Selanjutnya
adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan. Data siswa yang
dikumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh).
3) Analisis data
Data-data siswa yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Dari analisis
data akan diketahui siapa siswa dan apa sesungguhnya masalah yang dialami
oleh siswa tersebut.
4) Diagnosis
Diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas
ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang
penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau
hambatan belajar yang nampak.
5) Prognosis
Langkah prognosis adalah menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan
diberikan berdasarkan hasil diagnosis. Rumusan akhir dari langkah diagnosis
adalah mengenai jenis dan bentuk masalah berdasarkan hasil analisis dan
sintesis.
6) Terapi
Langkah ini berupa usaha untuk melaksanakan bantuan ataupun bimbingan
kepada seseorang yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang telah
dirumuskan pada langkah yang ketiga (Prognosis). Usaha pemecahan ini dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk bantuan, antara lain layanan individual,
layanan kelompok, pengajaran perbaikan, pemberian pengajaran dan
sebagainya.
7) Evaluasi atau follow up.

Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi, langkah-langkah Bimbingan dan


Konseling dijelaskan sebagai berikut

a. Analisis
b. Sintesis, adalah langkah menghubungkan dan merangkum data. Ini berarti
bahwa dalam langkah sintesis peyuluhan mengorganisasian dan merangkum
data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan-keluhan siswa.
Rangkuman data ini haruslah dibuat berdasarkan data yang diperoleh dalam
langkah analisis.
c. Diagnosis
d. Prognosis
e. Konseling atau treatment, langkah ini adalah merupakan pemeliharaan yang
berupa inti pelaksanaan konseling yang meliputi berbagai bentuk usaha,
diantaranya: menciptakan hubungan yang baik antara guru Bimbingan dan
Konseling dan siswa, menafsirkan data, memberikan berbagi informasi, serta
merencanakan berbagai bentuk kegiatan bersama siswa.
f. Follow-up atau tindak lanjut.

C. Teknik-teknik Bimbingan Konseling


1. Pengertian Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling

Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir. Bimbingan
juga dapat diartikan sebagai bantuan atau pertolongan. Konseling adalah hubungan tatap
muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan
dari konselor kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya
membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan
konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat
keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli
merasa bahagia dan efektif prilakunya.

Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan
untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar
menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah
keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

2. Macam-Macam Teknik Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan


pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam kerja
praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam memperaktikkan macam-macam
teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik. Terkadang, ada seseorang
yang ketika enjoy dengan satu teknik, dia tidak mau mencoba teknik lain. Mental status
quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi terus-
menerus untuk mengembangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas
problem di era modernisasi dan informasi sekarang ini.

a. Teknik Umum Konseling I


Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahap-tahap
konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum.
1) Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup
komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang
baik dapat menimbulkan hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien,
menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah eksperesi perasaan klien
dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik, misalnya :
· Kepala : melakukan anggukan jika setuju
· Ekspresi wajah : tenang, cerita, senyum
· Posisi wajah : tenang, ceria, senyum
· Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien
agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
· Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan
tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
· Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai,
diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending yang tidak baik, misalnya :
· Kepala : kaku
· Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat
klien
Catatan :
Attending disebut juga perilaku menghapiri klien. Hal ini cukup kompeten kontak
mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Attending yang baik dapat menimbulkan
beberapa hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana
yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

2) Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien;
merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati
dilakukan sejalan dengan perilaku attending. Tanpa perilaku attending, mustahil
terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu :
a) Empati Primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami
perasaan, pikiran, dan keinginan klien dengan tujuan agar klien dapat terihat
dan terbuka. Contoh ungkapan empati primer : “Saya dapat merasakan
bagaimana perasaan Anda” ; “Saya mengerti keinginan Anda.”
b) Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap
perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien lebih mendalam dan
menyentuh klien, karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
Keterlibatan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk
mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran,
pengalaman, dan termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat
tinggi : “Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka
dengan pengalaman Anda itu.”

3) Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan,
pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:
a) Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan
perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal
klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda kaatakan adalah ……”
b) Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat
klien sebagi hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : “Tampaknya yang Anda Katakan…..”
c) Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : “Tampaknya yang Anda katakana sesuatu …..”
4) Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengamatan klien.
Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup
diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Teknik ini memungkinkan
klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tetekan, dan terancam. Seperti halnya
pada teknik refleksi, dalam teknik eksplorasi ini pun terdapat tiga macam teknik
yaitu :
a) Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang
tersimpan. Contoh : “Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang
dimaksud ….”
b) Eksplorasi pikiran, yaitu telknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
Contoh : “Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang
sekolah sambil bekerja.
c) Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali
pengalaman-pengalaman klien. Contoh : ‘Saya terkesan dengan pengalaman
yang Anda lalui. Namun, saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman
tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda.”
Catatan :
Eksplorasi adalah ternik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.
Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia bathin, menutup
diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya.

5) Menangkap Pesan (Paraphrasing)


Menangkap pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi
atau innti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkan pesan utama klien,
mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana. Biasanya, ini ditandai dengan
kalimat awal : “adakah “ atau “tampaknya” dan mengamati respon klien terhadap
konselor.
Tujuan Paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa
konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien; (2)
mengedepankan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan; (3) member
arah wawancara konseling; dan (4) pengecekan kembali persepsi konselor tentang
apa yang dikemukakan klien. Berikut contoh dialognya :
Klien : “Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya
tidak tahu mengapa demikian?”
Konselor : “Tampaknya Anda masih ragu.”

6) Pertanyaan Terbuka (Opened Question)


Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicfara
mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang
diajukan sebaliknya tidak menggunakan kata Tanya mengapa atau apa sebabnya.
Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien jika ia tidak tahu alasan atau sebab-
sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata Tanya apakah, bagaimana,
adakah, atau dapatkah. Contoh : “Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita
bicarakan ?”
7) Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam
hal-hal tertentu, dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab
dengan kata “ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan
tertutup adalah untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau
memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau
menyimpang jauh. Contoh dialog :
Klien : “Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok
yang selama ini belum pernah saya lakukan.’
Konselor : “Biasanya Anda menempati peringkat berapa?”
Klien:”Empat.”
Konselor:”Sekarang berapa?”
Klien:”Sebelas.”
8) Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang
singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan
ungkapan oh ….., ya…., lalu…., terus,…. atau dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar
pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan
mengurangi atau menghentikan pembicaraannya, dan pada saat klien kurang
memusatkan pikirannya pada pembicaraan, atau pada saat konselor ragu atas
pembicaraan klien. Contoh dialog :
Klien : “Saya putuskan asa …. dan saya nyaris …. “(klien menghentikan
pembicaraan)
Konselor : “Ya ….”
Klien : “Nekat bunuh diri.”
Konselor : “Lalu ….”
9) Interprestasi
Teknik ini yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan
merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek konselor. Hal ini bertujuan untuk
memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui
pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Contoh dialog :
Klien : “Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memutuskan perhatian membantu
orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan
amat membutuhkan biaya.”
Konselor : “Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua
warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa
depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas.
Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang
seperti Anda yang tergolong cerdas akan meninggalkan SMA.”
10) Mengarahkan (Directing)
Teknik mengarahkan ini yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien
melakukan sesuatu. Misalnya, menyuruh klien untuk bermain peran dengan
konselor atau mengkhayalkan sesuatu. Misalnya :
Klien : “Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan
diri. Akhirnya, terjadi pertengkaran sengit.”
Konselor : “Bisakah Anda mencoba memperlihatkan di depan saya bagaimana sikap
dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
Catatan :
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam
hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab
dengan kata “ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat.
11) Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Teknik ini yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan, sehingga arah
pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk (1)
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal
yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara
bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada
wawancara konseling.

b. Teknik Umum Konseling II


1. Memimpin (Leading)
Leading yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalan wawancara konseling
sehingga tujuan konseling tercapai. Contoh dialog :
Klien : “Saya mengkin berpikir juga tentang masalah hubungan dengan pacar. Tapi,
bagaimana, ya?”
Konselor : “Sampai sini, kepedulian Anda tertuju pada kuliah sambil bekerja. Mungkin
Anda tinggal merinci kepedulian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk dalam
kerangka kepedulian Anda juga?”
2. Fokus
Fokus yaitu teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian pada pokok
pembicaraan. Pada umumnya, dalam wawancara konseling, klien akan mengungkapan
sejumlah permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, konselor
seyogiyanya dapat membantu klien agar dapat menentukan apa yang fokus dari masalah
tersebut. Miasalnya, dengan mengatakan :
“Apakah tidak sebaiknya jika pokok peembicaraan kita berkisar dulu soal hubungan
Anda dengan orang tua yang kurang harmonis.”
3. Konfrontasi
Konfrontasi yaitu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi
antara perkataan dengan perbuatan atau bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya,
senyuman dengan kepedihan, dan sebagainya. Tujuannya adalah (1) mendorong klien
mengadakan penelitian diri secara jujur; (2) meningkatkan potensi klien; (3) membawa
klien kepada kesadaran adanya discrepancy; konflik, atau kontradiksi dalam dirinya.
Penggunaan teknik ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan (1) member
komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara dan waktu yang tepat;
(2) tidak menilai apalagi menyalahkan; serta (3) dilakukan dengan perilaku attending
dan empati. Contoh dialog :
Klien : “Saya baik-baik saja.” (suara rendah, wajah murung, posisi tubuh gelisah)
Konselor : “Anda mengatakan baik-baik saja, tetapi kelihatannya ada yang tidak beres.
Saya melihat ada perbedaan antara ucapan dengan kenyataan diri.”
4. Menjernihkan (Clarifying)
Clarifying yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapaan klien yang samar-samar,
kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuannya adalah (1) mengundang klien untuk
menyatakan pesannya dengan jelas, dengan ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan
alasan-alasan yang logis; (2) agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan
perasaannya. Contoh dialog :
Klien : “Perubahan yang terjadi di keluarga saya membuat saya bingung. Saya tidak
mengerti siapa yang menjadi pemimpin di rumah itu.”
Konselor : “Bisakah Anda menjelaskan persoalan pokoknya? Misalnya pran ayah, ibu,
atau saudara-saudara Anda.”
5. Memudahkan (Facilitating)
Facilitating yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara
dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalaman secara bebas.
Contohnya dengan perkataan: “Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, karena saya
akan mendengarkan dengan sebaik-baiknya.”
6. Diam
Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5-10 detik. Komunikasi
yang terjadi dalam bentuk perilaku non verbal. Tujuannya adalah (1) mananti klien
sedang berpikir; (2) sebagai protes jika klien ngomong berbelit-belit; serta (3)
menunjang perilaku attending dan empati, sehingga klien bebas bicara. Contoh dialog
; Klien : “Saya tidak senang dengan perilaku guru itu.”Konselor : “….” (diam)
Klien :”Saya …. Harus bagaimana …, Saya … tidak tahu …”
Konselor ; “….” (diam)
7. Mengambil Inisiatif
Teknik ini dilakukan manakalah klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam,
dan kurang partisipatif. Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan
diskusi. Teknik ini bertujuan untuk : (1) mengambil inisiatif jika klien kurang
bersemangat; (2) untuk mengambil keputusan jika klien lambat berpikir; (3) untuk
meluruskan jika klien kehilangan arah pembicaraan. Misalnya, dengan mengatakan :
“Baiklah, saya pikir Anda mempunyai satu keputusan namun masih belum keluar.
Contoh Anda renungkan kembali.”
8. Memberi Nasihat
Pemberian nasihat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian,
konselor tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk member nasihat atau
tidak. Sebab, dalam member nasihat, tetap dijaga agar tujuan konseling, yakni
kemandirian klien, tetap harus tercapai. Contoh respons konselor terhadap permintaan
klien : “Apakah dalam hal seperti ini saya pantas untukl member nasihat pada Anda ?
Sebab, dalam hal seperti ini, saya yakin Anda lebih mengetahuinya daripada saya.”
9. Pemberian Informasi
Sama halnya dengan nasihat, jika konselor tidak memiliki informasi, sebaiknya dengan
jujur katakana bahwa dia mengetahui hal itu. Kalaupun konselor mengetahuinya,
sebaiknya tetap diupayakan agar klien mengusahakannya. Misalnya, dengan
mengatakan : “Mengenai berapa biaya masuk ke Universitas Negeri Jakarta, saya
sarankan Anda bisa langsung bertanya ke pihak UNJ atau Anda berkunjung ke situs
www.unj.com di internet.”
10. Merencanakan
Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konselinguntuk membantu agar klien dapat
membuat rencana tindakan (action), perbhuatan yang produktif untuk kemajuan klien.
Misalnya, dengan berkata, “Nah, apakah tidak lebih baik jika Anda mulai menyusun
rencana yang baik dengan berpedoman pada hasil pembicaraan kita sejak tadi.”
11. Menyimpulkan
Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut (1)
bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, terutama mengenai kecemasan; (2)
memantapkan rencana klien; (3) pemahaman baru klien; dan (4) pokok-pokok yang akan
dibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya, jika pandangan masih perlu dilakukan
koseling lanjutan.

c. Teknik Khusus Konseling


Dalam konseling, disamping menggunakan teknik-teknik umu, dalam hal-hal tertentu
dapat menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik-teknik khusus ini dikembangkan dari
berbagai pendekatan konseling, seperti pendekatan behaviorism, rational emotive
therapy, gestalt, dan sebagainya. Berikut ini akan disampaikan beberapa teknik-teknik
khusus konseling.
1. Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan
diri bahwa tindakannya adalah layak dan benar. Latihan ini terutama berguna, di
antaranya, untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi, dan respons positif
lainnya.
Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor.
Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan
bantuan untuk menenangkan klien dari keterangan yang dialami dengan cara
mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang
diperkuat secara negatif dan menyertakan respons yang berlawanan dengan perilaku
yang akan dihilangkan. Dengan pengondisian klasik, respons-respons yang tidak
dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi, desensitisasi sistematis,
hakikatnya, merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku
yang diperkuat secara negatif. Biasanya, ini merupakan kecemasan, dan ia menyertakan
respons yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
3. Pengondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respons pada
stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak
menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya
perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Dari pengondisian ini diharapkan
terbentuknya asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang
tidak menyenangkan.
4. Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien dan memperkuat
perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini, konselor menunjukkan kepada klien
tentang perilaku model. Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan model audio,
model fisik, model hidup, atau lainnya yang teramati dan dipahami jelas perilaku yang
hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor.
Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
5. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan topdog dan
kacenderungan underdog.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt, pada akhirnya, klien
akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi dimana ia berani mengambil resiko.
Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakann dengan menggunakan teknilk
“kursi kosong”.
6. Latihan Saya Bertanggung Jawab
Teknik ini merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui
dan menerima perasaan-perasaannya daripada memperoyeksikan perasaannya itu
kepada orang lain. Dalam teknik ini, konselor meminta klien untuk membuat suatu
pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat:
“… dan saya bertanggung jawab atas hal itu.” Misalnya :
· “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu.”
· “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab
atas ketidaktahuan itu.”
· “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu.”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt, hal ini akan membantu
meningkatkan kesadaran klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini
diingkarinya.
7. Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri
tidak mau melihat atau menerimanya; mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan
cara memantulkan kepada orang lain. Sering terjadi perasaan-perasaan yang dipantulkan
kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bemain proyeksi,
konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang
diproyeksikan kepada orang lain.
8. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dorongan-
dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini, konselor meminta klien untuk
memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya, konselor member kesempatan kepada klien untuk memainkan peran
“exhibitionist” bagi klien pemalu yang berlebihan.
9. Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati
yang tidak menyenagkan, atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong
klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari
perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan.
10. Home Work Assignments
Teknik ini yaitu teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang
menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien
diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide perasaan-perasaan yang tidak
rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk
mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, serta mengadakan latihan-latihan
tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
11. Adaptive
Teknik ini digunakan untuk melatih,mendorong, dan membiasakan klien untuk terus –
menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang
diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
12. Bermain Peran
Teknik ini digunakan untuk mengekpresikan berbagai jenis perasaan yang menekan
(perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa,
sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran
tertentu.
13. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus-menerus suatu model perilaku tertentu dengan
maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif. Khususnya
dalam teknik wawancara,
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
Bimbingan adalah mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir atau dapat diartikan pula
sebagai bantuan atau pertolongan. Sedangkan Konseling upaya untuk membantu individu
melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu
memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menetukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.

Teknik bimbingan konseling adalah cara ataupun metode yang dilakukan untuk
membantu, mengarahkan ataupun memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari
dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan
menetukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

Macam-macam teknik bimbingan konseling antara lain teknik umum dan teknik
khusus. Teknik umum adalah teknik yang lazim digunakan dalam tahap-tahap konseling dan
merupakan dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Sedangkan teknik khusus
adalah teknik yang dikembangkan dari berbagai pendekatan konseling seperti pedekatan
behaviorism, rational emotive therapy, gestalt dan sebagainya.

B. Saran

Teknik-teknik dalam bimbingan konseling sangat penting untuk dipelajari dan


dipahami dalam proses belajar mengajar di karenakan dengan kita mengetahui dan mempelajari
teknik-teknik bimbingan konseling kita mampu berpikir dengan baik dalam mengambil sebuah
keputusan dengan bijak sehingga cara ataupun metode yang digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan dapat membantu, dan dapat mengarahkan seseorang atau kelompok agar
menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya supaya bisa menentukan tujuan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Asman, Jamal Ma’mur. 2010. Panduan Efekif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
Jogjakarta: Diva Press

Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 1

E. Mulyana, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung:Rosda Kara, 2007), hlm. 5-6
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta
Jakarta, hlm. 5

Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung: Refika Aditama. hlm 20

Anda mungkin juga menyukai