Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................................
A. Permasalahan Guru
1. Permasalahan Umum Guru Di Indonesia
2. Permasalahan Khusus Guru Di Indonesia
B. Solusi Penyelesaian Masalah Yang Dihadapi Guru
1. Solusi Dalam Proses Belajar Mengajar
2. Solusi Dari Permasalahan Umum Guru
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu
faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar
mengajar, baik di jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh sebab itu,
dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat
dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka.
Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi
dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah di
posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak hanya
sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan,
tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru
dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan
secara global.
Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi guru di Indonesia, yaitu: pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah
guru yang dirasakan masih kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masalah
kesejahteraan guru.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis mengambil beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apa Saja Permaslahan Yang Di Hadapi Guru?
2. Bagaimana Solusi Penyelesaian Masalah Guru?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Permaslahan yang di Hadapi Guru
2. Untuk Mengetahui Solusi Penyelesaian Masalah Guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Guru dan Solusinya
Guru adalah figur sumber manusia yang menempati posisi dan memegang peranan
penting dalam pendidikan. Problema pendidikan guru adalah permasalahan-permasalahan
yang harus dihadapi oleh seorang guru guna membantu proses peserta didik dalam
menentukan jati dirinya.
1) Model Sederhana
a) Pada tahap ini telah dikembangkan lebih dahulu dua kegiatan, yaitu perumusan tujuan dan
penentuan fre tes.
b) Menyiapkan Bahan Pelajaran
Menyiapkan bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan
baik.Karena itu, guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, harus
memikirkan bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan
anak didik pada usia dan dalam lingkungan tertentu. Minat anak didik akan bangkit bila
suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan anak didik.
c) Kegiatan Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi
dengan bahan pelajaran sebagai media umumnya. Dalam interaksi itulah anak didik yang
lebih aktif, bukan guru, guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak
didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Kerangka berfikir demikian
dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik
secara individual. Pemahaman terhadap tiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan
guru dengan anak didik, sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan “Mastery
Learning” dalam mengajar.
d) Metode Megajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu
metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalanya
pengajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian anak didik. Tetapi juga
penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar
bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan
kondisi psikologis anak didik. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan metode yang
bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengunaannya.
Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, seringkali kita sebagai guru
menghadapi masalah yang timbul dari lingkungan maupun para siswa. berikut ini beberapa
kendala yang sering kita hadapi beserta solusinya yang saya kutip dari bukunya Nurlaela
Isnawati:
2. Pelawak Kelas
Siswa yang selalu berkelakar, baik dengan tindakan maupun kata-kata, sering kali
menimbulkan masalah tersendiri yang mengganggu efektifitas belajar. ini bukan berarti
bahwa humor tidak penting. masalahnya kadang-kadang humor itu digunakan di waktu-
waktu yang kurang tepat sehingga sering mengganggu. Alasan menjadi pelawak di kelas
berikut ini beberapa kemungkinan alasan siswa menjadi pelawak di kelas :
a) Untuk mendapatkan perhatian dari para guru
b) Untuk mendapatkan perhatian dari teman-temannya
c) Untuk mendapatkan perhatian dari seseorang yang memiliki makna khusus di hatinya.
d) Untuk keluar dari kejenuhan mereka dalam mengikuti pelajaran
e) Dia tidak menyukai materi yang sedang kita sampaikan
f) Sedang menghadapi masalah di rumah dan ia hendak menghibur diri dihadapan teman-
temannya
Beberapa faktor yang menyebabkan siswa memiliki sifat tidak mau diatur antara
lain :
a) Mintalah pada semua siswa untuk mengatakan pelajaran apa saja yang tidak mereka
fahami/sukai.
b) Tunjuklah seorang siswa yang lain untuk menemani siswa yang tidak bisa belajar dengan
disiplin.
c) Minta siswa untuk menyiapkan buku khusus untuk mengerjakan tugas yang di dalamnya
ada tanda tangan orang tua.
d) Jangan paksa siswa untk mengerjakan tugas pada waktu istirahat.
e) jangan banyak memberikan tekanan kepada siswa yang tersebut, melainkan perbanyak
pendampingan, arahan, motivasi dan semangat padanya.
a) Cari sebanyak mungkin alasan yang membuatnya senang mengejek orang lain.
b) Berilah penjelasan bahwa mengejek dapat melukai perasaan orang lain
c) jangan memberikan ancaman untuk mengatasi maslah ini
d) Ajari dan bimbing siswa untuk menjadi orang yang optimis menghadapi masalah.
Guru Kurang berpengalaman
b. Minat terhadap pekerjaan kurang positif, dan oleh karena itu minat jabatan dan moralnya
perlu dikembangkan.
c. Guru baru hendaknya lebih banyak menerima saran-saran dan informasi yang menjamin
keberhasilan kerjanya.
d. Guru hendaknya mengenal hal ikhwal tentang murid, misalnya prestasi belajar, minat,
tingkah laku, sikap dan sifat-sifat pribadi mereka.
e. Kesulitan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, misalnya: menstimulir belajar anak,
memelihara disiplin yang baik, menyesuaikan pengajaran dengan perbedaan individual dan
memilih bahan kepustakaan.
a. Bila di sekolah duduk dengan tidak tenang, berbicara atau mengajar dengan tidak tenang,
malah sering marah-marah terhadap murid atau orang lain.
b. Bila seorang guru dalam keadaan sehari-hari aktif gembira tapi tiba-tiba diam.
c. Bila guru selalu mengalami ketegangan dengan murid atau dengan rekan guru atau kepala
sekolah.
d. Bila guru sedang menyiapkan tugasnya selalu salah menulis atau waktu mengajar selalu
salah mengucapkan sesuatu.
e. Bila menceritakan selalu dengan nada yang sama tentang seseorang tertentu atau suatu
masalah tertentu. Misalnya: selalu membicarakan uang gaji yang tidak cukup.
f. Bila ada rapat ia tidak dapat menungu orang lain berbicara terlalu lama dan sering
mengadakan intruksi.
g. Kurangya waktu selama jam pelajaran untuk melakukan apa yang harus dikerjakan
a. Sering melamun
PERMASALAHAN UMUM GURU DI INDONESIA
Kesalahan yang Sering Dilakukan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus atas nama pengabdian
guna pencapaian tujuan pendidikan nasional yang menyeluruh. Berbagai upaya terus
dilakukan untuk meningkatan kualitas guru, namun tidak dapat dipungkiri jika guru
sebagai manusia pernah melakukan kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya
tanpa disadari. Dimana kesalahan sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru dalam
pembelajaran akan mempengaruhi perkembangan peserta didik. Kesalahan-kesalahan yang
sering dilakukan guru dalam proses belajar mengajar menurut E. Mulyasa dari berbagai
hasil kajian, antara lain :
Oleh karena itu, guru dituntut untuk memahami berbagai model pembelajaran yang
efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal. Dalam hal perencanaan, guru
dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun tidak sedikit
guru yang merasa sudah dapat mengajar dengan baik serta mengambil jalan pintas dengan
tidak membuat persiapan ketika akan melakukan pembelajaran, sehingga guru yang
mengajar tanpa persiapan berakibat pembelajaran di kelas berlangsung seadanya dan tanpa
arah. Mengajar tanpa pesiapan, selain merugikan guru sebagai tenaga professional juga
akan sangat mengganggu perkembangan cara berfikir peserta didik.
Tidak sedikit guru yang lupa memperhatikan perbedaan peserta didik dan tanpa
sadar mengabaikan perbedaan peserta didik. Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang
unik, seperti kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda, latar belakang
keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda
dalam aktifitas, kreatifitas, intelegensi, dan kompetensinya. Memang hal tersebut tidaklah
mudah, guru sering kesulitan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan peserta didik
terutama di kelas besar. Guru harus mampu mengoptimalkan bakat, minat, skill dan
kemampuan peserta didik serta senantiasa membimbing peserta didik dalam mengeksplor
diri mereka untuk pencapaian yang sesuai dengan karakteristik mereka.
Suatu pembelajaran yang menimbulkan hasil baik dan efektif adalah yang mampu
memberi kemudahan belajar secara adil dan merata, sehingga peserta didik dapat
mengembangkan potensinya secara optimal.Keadilan dalam pembelajaran meupakan
kewajiban guru dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak
guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangan peserta didik yang menimbulkan
kecemburuan sosial, dan ini merupakan kesalahan guru yang sering dilakukan, terutama
dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada
peserta didik sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Oleh
karena itu, dalam memberikan penilaian harus dilakukan secara adil serta objektif, dan
benar-benar merupakan cermin dari kemampuan dan perilaku peserta didik.
1. Mengajar dipandang sebagai suatu rutinitas dalam kehidupan yang sudah bersifat
mekanistik, tidak ada tantangan baik dari dalam maupun luar yang memerlukan pikiran
tambahan, sehingga kemungkinan yang terjadi akan menimbulkan iklim yang
membosankan dan menjemukan bagi murid. Dalam konteks ini tujuan akhir pengajaran
dan keterlibatan murid kurang diperhatikan, atau kelemahan dan permasalahan selama ini
murid diperlakukan sebagai obyek dalam proses belajar mengajar sehingga terkesan murid
cuma disuapi dengan satu macam makanan, yang berakibat kurangnya pengetahuan-
pengetahuan lainnya yang sangat diperlukan.
2. Ketertutupan seorang guru kepada murid tentang materi yang disampaikan karena
khawatir dengan pertanyaan-pertanyaan murid yang akan mengganggu wibawanya.
3. Terjadi penggandaan tugas guru dalam mengajarkan mata pelajaran sehingga konsentrasi
guru terbagi-bagi dan akhirnya guru kurang kompeten di bidangnya
Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik
dalam berperilaku maupun dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar. Namun
demikian, bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara
pemecahannya. Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan
dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta
menghindari dari kesalahan-kesalahan.
a. Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukan oleh para peserta
didik, lalu segera memberi hadiah atas perilaku tersebut dengan pujian dan perhatian, disisi
lain, guru harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negatif, dan
meniadakan perilaku-perilaku tersebut agar agar tidak terulang kembali.
b. Mendisiplinkan peserta didik ketika kondisi guru tenang, menggunakan disiplin waktu,
menghindari menghina peserta didik, memilih hukuman yang tepat, dan menggunakan
disiplin sebagai alat pembelajaran.
c. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan
menetapkan karakteristik umum yang menjadi cirri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang
menjadi karakteristik umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran.
d. Guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi dimasyarakat.
e. Guru harus bertindak adil terhadap peserta didik tanpa terkecuali, selalu bertindak objektif
untuk mengetahui benar kemampuan peserta didik tanpa ada kebohongan.
f. Guru hendaknya tidak mencampur masalah pribadi dengan masalah keprofesionalan guru
karena hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan hasil belajar peserta didik.
1. Sebelum mengajar sebaiknya seorang guru telah mempersiapkan bahan ajarnya dan
merupakan hasil karyanya sendiri, sehingga ia tahu apa yang akan diberikan kepada siswa.
1. Menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mempersiapkan secara tertulis materi
pengajaran, meng-update dan mengevaluasi setiap semester serta melihat kembali materi
tersebut saat menjelang mengajar.
2. Harus menunjukkan sikap kasih sayang pada murid, antuias mendengarkan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan, menjauhi sikap emosional dan feodal seperti cepat marah dan
tersinggung karena pertanyaan murid disalah artikan sebagai mengurangi wibawa.
3. Hendaknya memperlakukan murid sebagai subyek dan mitra belajar, bukan sebagai obyek.
4. Hendaknya bertindak sebagai fasilitator yang energik dan ikhlas. Lebih mengutamakan
bimbingan, menumbuhkan kreatifitas murid dan interaksi serta komunikasi dengan murid.
5. Hendaknya bertindak sebagai suri tauladan bagi kehidupan sosial murid di dalam dan di
luar lingkup sekolah.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen
(PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di
dalam pasal itu disebutkan bahwa: guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas
dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan
profesi, dan tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya.
Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
Dalam pasal 14 UU Guru dan Dosen juga disebutkan bahwa guru itu berhak
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan
sosial. Yang dimaksud dengan penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum adalah
pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup guru dan keluarganya secara
wajar, baik sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan,rekreasi, maupun tunjangan di
hari tua.
BAB III
PENUTUP
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya.
Dan akhirnya pemakalah memohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik
dalam penulisan, isi dalam pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah sendiri khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya dalam kehidupan.