Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur haturkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan perlindungannya yang telah
memberikan kekuatan lahir maupun batin sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah
ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi guru dalam mengatasi masalah yang timbul dari sekolah atau
kelasnya sendiri.

Adapun penulisan makalah ini berjudul “Cara Efektif Guru dalam Mengatasi Kemalasan Belajar Siswa”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Makalah ini jauh dari sempurna, baik dalam
penulisan, isi maupun tata bahasanya.

Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
memperlancar penyusunan makalah ini. Dan hanya Allah jualah yang dapat membalas kebaikan kita
semua.

Makassar, 15 November 2012

Penulis

ANDI IKHSAN MAULANA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...

1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah …………………………………………

B.

Rumusan Masalah ………………………………………………..

C.

Tujuan Penulisan …………………………………………………

D.

Manfaat penulisan ………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A.

Penyebab Siswa Malas Belajar…………………………………..

B.

Guru Sebagai Media Motivasi ………………….……………….

C.

Cara Mengajar Efektif ………….……………….……………….

6
D.

Metode Pembelajaran …………………………...………………

E.

Mengatasi Kemalasan Belajar Siswa ……………………………

16

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan ………………………………………………………

20

B.

Saran ……………………………………………………….........

20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………........

21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk
memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Masalah belajar yang terjadi dikalangan
murid sering kali terjadi dan menghambat kelancaran proses belajar siswa.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan
dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah
belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat
menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.

Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar di mana saja
adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan. Selain itu guru juga
dapat mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya mengalami
kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga
ia dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penyebab siswa malas belajar ?

2. Bagaimana peran guru sebagai media motivasi ?

3. Bagaimana cara mengajar yang efektif ?

4. Apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru ?

5. Bagamana cara mengatasi kemalasan belajar siswa ?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui cara guru dalam mengatasi kemalasan belajar pada diri siswa dalam proses belajar
mengajar

D. Manfaat Penulisan

Agar dapat menambah wawasan para guru maupun calon guru dalam mengatasi kemalasan belajar
siswa dalam proses belajar mengajar

BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebab Siswa Malas Belajar

Pada dasarnya keadaan siswa mampu memahami materi pelajaran dengan baik, asalkan mereka bisa
diperhatikan situasi dan kondisi sewaktu belajarnya. Dengan strategi dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan siswa, maka proses dan hasil pembelajaran akan tercapai dengan baik. Yang
harus diperhatikan oleh guru dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran adalah kondisi dan
lingkungan belajar di mana siswa itu berada. Ini sangat menentukan sekali, maka dalam hal ini bagi guru
harus menjadi fokus perhatian sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Hal yang membuat siswa malas belajar :

1. Gurunya lebih sering marah-marah dibanding mengajar

2. Sebutan guru killer membuat sebagian siswa tidak senang dengan gurunya sehingga malas belajar
pada mata pelajaran tersebut

3. Guru tidak ramah

4. Guru jarang memperhatikan siswanya

5. Siswa tidak memahami makna dari suatu mata pelajaran

Sebagai guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak hanya mengajar untuk menyampaikan
materi pelajaran saja. Menyampaikan materi sesuai dengan program tanpa memperhatikan kondisi
siswa pada saat mereka menerima pelajaran tersebut. Bisa saja dengan materi yang sama disampaikan
dengan kondisi siswa yang berbeda akan diterima dengan hasil yang berbeda. Pada saat siswa sakit atau
sedang jengkel atau marah, pelajaran diterimanya dengan malas. Sebelum guru menghadapi siswa, dia
harus memperhatikan kondisi siswa tersebut. Tidak asal tersampaikannya materi pelajaran sesuai target
yang ingin dicapainya.

B. Guru Sebagai Media Motivasi

Guru tidak hanya mengajarkan kita tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, guru juga mendidik dan
membina siswa dalam membangun kepribadian siswa. Coba bayangkan, apabila seorang guru seperti
sang motivator terkenal “Mario Teguh” maka pasti tidak ada yang malas belajar apalagi meninggalkan
kelas. Pada umumnya siswa senang belajar karena guru mata pelajaran tersebut yang disenangi
sehingga mata pelajarannya pun juga ikut disenangi. Apabila gurunya selalu murah senyum, penuh
canda tawa, dan juga membuktikan dirinya bahwa ia bisa jadi panutan, maka siswa akan meresponnya
dengan baik sehingga siswa percaya dengan guru tersebut dan siap mengikuti mata pelajaran yang ia
bawakan.
Guru sebagai media motivasi para siswa harus lebih kreatif dalam proses pembelaran. Contohnya sang
guru harus menghubungkan materi yang ia bawakan dengan kehidupan tokoh-tokoh yang berhasil
dalam suatu bidang agar siswa dapat lebih baik mencerna pelajaran dengan bukti yang konkrit seperti
yang dipaparkan sang guru. Guru juga perlu memaparkan bahwa dasar dari kesuksesan itu adalah
belajar.

C. Cara Mengajar Efektif

Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar di mana saja
adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan. Selain itu guru juga
dapat mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya mengalami
kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga
ia dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar. Sepuluh jenis prinsip dasar dalam cara mengajar
yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para pengajar guna meningkatkan cara
mengajar mereka.

Menguasai Isi Pengajaran. Hukum yang pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton
Gregory berbunyi: “Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.” Jika guru sendiri mengetahui dengan
jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan wibawanya, sehingga
murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran.

Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran. Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid
melihat dengan jelas inti dari pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran,
bahkan mengalami kemajuan dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan
pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran: 1. Inti dari sasaran harus disebutkan dengan
jelas. 2. Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep murid. 3. Sasaran harus
meliputi hasil belajar. 4. Hasil sasaran yang dapat dicapai. Contoh: Contoh-contoh di atas telah
menjelaskan empat macam hasil belajar yang berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan
ketrampilan.

Utamakan Susunan yang Sistematis. Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang
semrawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak
sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus disusun dengan
teratur dan sistematis.

Banyak Gunakan Contoh Kehidupan. Pada saat mengajar, seringlah menggunakan contoh atau
perumpamaan kehidupan sehari-hari atau yang pernah dialami misalnya dalam perdagangan, rental,
nilai uts / uas, dan lain sebagainya. Contoh kehidupan adalah jembatan antara kebenaran ilmu dan
dunia nyata.
Cakap Menggunakan Bentuk Cerita. Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga
boleh dicoba dengan menambahkan gerakan-gerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang
paling lazim adalah menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.

Menggunakan Panca Indera Murid. Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti
menggunakan panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual bukan saja cocok untuk Sekolah
Minggu anak-anak, juga untuk Sekolah Minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku yang sering
dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang menggunakan gambar-
gambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian. Para
ahli pernah mengadakan catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan
persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid yang hanya tergantung
pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%, sedangkan bagi murid yang menggunakan
indera pendengaran ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%.

Melibatkan Murid dalam Pelajaran. Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan
mereka, juga motivasi dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang
mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi tingkah laku
yang mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya sendiri untuk menjelaskan
argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan menemukan hubungan antar konsep yang
berbeda, biarlah murid bergerak sebentar. Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak
ada peluang lagi untuk mengacau atau membuat ulah.

Menguasai Kejiwaan Murid. Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
murid, tentu harus memahami perkembangan jiwa murid pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui
dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah syarat
utama untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran pengetahuan
menjadi lebih efektif.

Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup. Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika
terus digunakan dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat
murid merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel,
untuk menambah kesegaran.

Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan. Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak
dapat melaksanakan. Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri banyak cacat cela. Cara
mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk menyampaikan
kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak pada
keselarasan antara teori dan praktek. Jikalau guru dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada
kehidupan pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa untuk mengajar.

D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran atau strategi mengajar adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung
dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran
ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada
siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode pembelajaran adalah komponen yang kecil dari
perencanaan pengajaran (instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
dalam proses belajar itu sendiri. Karena dengan ini, memperkecikl peluang siswa untuk malas belajar.

Metode yang digunakan guru dalam mengajar disekolah :

1. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan
secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000).
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang
sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Metode ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip
dan fakta pada akhir perkuliahan ditutup dengan Tanya jawab antara dosen dan mahasiswa.

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan
kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab
pertanyaan murid itu. ( Soetomo, 1993 :150 )

Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab
terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru (Syaiful Bahri Djamarah
2000: 107). Metode ini dipandang lebih baik dari pada metode pembelajaran konvensional yaitu metode
ceramah. Alasannya karena metode ini dapat merangsang siswa untuk berfikir dan berkreativitas dalam
proses pembelajaran. Metode Tanya jawab juga dapat digunakan untuk mengukur atau mengetahui
seberapa jauh materi atau bahan pengajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
3. Metode Diskusi

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat
erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut
sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.
Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan ( Killen, 1998 ).
Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar
pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama - sama. Metode diskusi dapat pula
diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan
dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta
didik atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam
diskusi.

Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.

• Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan
dan ide - ide.

• Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.

• Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping
itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :

• Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki
keterampilan berbicara.

• Kadang - kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.

• Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.

• Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.
Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim
pembelajaran.

4. Metode Pemberian Tugas


Metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar
siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu
banyak, sementara waktu sedikit. Metode pemberian tugas adalah cara dalam proses belajar mengajar
dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Tugas-tugas itu dapat berupa mengikhtisarkan karangan,
(dari surat kabar, majalah atau buku bacaan) membuat kliping, mengumpulkan gambar, perangko, dan
dapat pula menyusun karangan.

Metode Demonstrasi. Menurut Muhibbin (2000) Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000) Metode demonstrasi adalah
metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran.

5. Metode Eksperimen

Metode eksperimen menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar
mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.
Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

6. Metode Simulasi, Bermain Peran, dan Sosiodrama/Psikodrama

Metode ini menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses kejadian atau benda
yang sebenarnya. Metode ini adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan
dan penghayatan anak didik. Metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang
suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni,
mereka berinteraksi sesama mereka.
7. Metode Karyawisata / Widyawisata

Metode ini dmaksudkan untuk menunjukkan kepada siswa secara langsung beberapa hal yang dipelajari
di sekolah. Seperti kunjungan Museum, Labolatorium Budaya dll. Disebutkan juga sebagai bentuk format
interaksi belajar mengajar yang di berikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari, melengkapi
dan memperdalam bahan pembelajaran, dan mendapat pengalaman langsung atas objek yang di
pelajari di luar kelas pembelajaran.

8. Metode Pengajaran Unit

Dapat di artikan sebagai suatu cara belajar antara siswa dan guru yang mengarahkan kegiatan pada
pemecahan masalah yang dapat di rumuskan secara bersama-sama. Metode ini pada dasarnya
bertujuan untuk melatih siswa memecahkan suatu permasalahan dari berbagai disiplin ilmu atau
berbagai aspek, sehingga mereka memiliki pemikiran dan pemahaman yang lebih baik.

9. Metode Penemuan ( Discovery-inquiry )

Dapat diartikan sebagai format KBM di mana para siswa menemukan sendiri informasi yang diperlukan
untuk mencapai tujuan – tujuan pembelajaran. Dalam metode ini, dapat berupa kegiatan belajar
terentang dari penemuan terbimbing

( Discovery ) sampai ke penemuan tidak terbimbing ( inquiry )

Tujuan dari metode ini pada dasarnya untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam
mendapatkan formasi, mengarahkan siswa sebagai pelajar seumur hidup, mengurangi ketergantungan
kepada guru, serta melatih siswa untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
informasi yang tidak habis-habisnya digali.

Kelebihan metode penemuan

• Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada diri siswa

• Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kampuan masing-masing

• Teknik ini mampu membantu siswa mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta penguasaan
ketrampilan dalam proses kognitif atau pengarahan siswa
• Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat pribadi atau individual sehingga dapat
kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut

Kelemahan metode penemuan

• Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu meningkatkan proses pengertian saja

• Teknik ini tidak memberikan kesempatan berfikir secara kreatif

• Para siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental

• Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil

• Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional akan kecewa
bila diganti dengan teknik penemuan

10. Metode Panel

Panel merupakan sebuah bentuk diskusi yang membahas masalah umum yang bersifat lengkap, yang
terdiri dari beberapa orang yang dianggap ahli dalam bidangnya. Sekolah biasanya dilakukan oleh
sekelompok guru yang memilih topik sesuai kebutuhan pesera didiknya. Seorang moderator diharapkan
dapat memimpin, mengarahkan para panelis sedemikian rupa sehingga kegiatan dapat diikuti dengan
baik oleh pendengar.

11. Metode Simposium

Metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam berbagai kelompok topik dalam bidang metri
tertentu. Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu peserta dapat
menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara.

Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus pula terdiri atas beberapa
pembicara sedikitnya dua orang. Tetapi symposium berbeda dengan panel didalam cara pembahasan
persoalan. Sifatnya lebih formal. Seorang anggota symposium terllebih dahulu menyiapkan
pembicaraannya menurut satu titik pandangan tertentu. Terhadap sebuah persoalan yang sama
diadakan pembahasan dari berbagai sudut pandangan dan disoroti dari titk tolak yang berbeda-beda.

12. Metode Seminar


Merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa untuk membahas topik, masalah tertentu. Setiap
anggota kelompok seminar dituntut agar berperan aktif dankepada mereka dibebankan tanggungjawab
untuk mendapatkan solusi dari topic, masalah yang dipecahkannya. Guru bertindak sebagai nara
sumber. Tidak jarang seminar melahirkan rekomendasi dan resolusi.

13. Metode Forum

Suatu tempat yang terbuka yang membicarakan suatu persoalan oleh semua orang ikut di dalamnya,
kegiatan ini biasanya bersifat informal dan singkat, sehingga sulit mengatur pembicaraan-pembicaraan
apalagi masalah yang di bahas adalah masalah yang hangat dan peka secara emosional.

E. Mengatasi Kemalasan Belajar Siswa

Siswa yang sedang malas belajar biasanya mereka berpikir bahwa untuk apa saya belajar hal ini. Maka
dari itu guru perlu memberikan arahan yang baik seperti :

1. Memberi sentuhan pada titik peka anak. Pada kondisi anak malas belajar, sebagai orangtua
sekaligus sebagai pendidik bagi anak harus memiliki kesabaran untuk memulai menyentuh titik peka
anak dengan memberi perhatian khusus pada hal-hal yang amat menarik perhatian anak. Hal ini perlu
dilakukan untuk memperoleh tanggapan dan perhatian anak. Dengan demikian anak tentunya akan
terbuka menerima pendapat dengan perasaan senang dan gembira, bebas dari perasaan tertekan, takut
dan terpaksa. Pada akhirnya anak akan menerima pemahaman, betapa penting dan dibutuhkan proses
belajar untuk mencapai tujuan (memperoleh keperkasaan menurut daya nalarnya). Dalam hatinya pun
tergerak untuk melakukan dan merencanakan kegiatan belajarnya. Hanya saja di sini dibutuhkan
kesabaran kita untuk melakukan pendekatan kepada anak.

2. Anak malas belajar harus dibangkitkan nilai plus anak. Satu pengharapan orangtua tentunya
menginginkan anak itu terpacu semangatnya untuk belajar. Anak belajar atas inisiatif, kesadaran sendiri
dan proses belajar itu sudah menjadi suatu kesadaran kebutuhannya untuk mencapai suatu kecakapan
khusus serta ingin menonjolkan kelebihan-kelebihannya lebih dari yang lainnya. Untuk menyentuh
perasaan atau keinginan bawah sadar anak agar dirinya merasa “tertantang” untuk melakukan sesuatu
yang positif, kita dapat mengambil contoh dari tokoh film herois dan tokoh dunia yang sukses. Kita dapat
mengungkapkan, bahwa untuk menjadi orang yang sukses dibutuhkan perencanaan belajar, cara-cara
belajar yang baik, tahu apa yang hendak dipelajari dan tahu menerapkan apa yang dipelajari, sehingga
tertanam pemahaman belajar yang bukan asal belajar.

3. Mengembangkan cita-cita anak. Anak malas belajar harus di dorong agar memiliki cita-cita hidup
sesuai dengan taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya untuk itu kita harus aktif berperan dalam
proses ini. Cita-cita anak selalu berubah sesuai dengan perkembangan usia dan daya nalar anak. Kita
dapat memberi contoh agar anak mau mengembangkan imajinasi dirinya atau mengidentifikasikan
dirinya jika sudah dewasa ingin menjadi apa dirinya. Dengan terpatrinya sebuah cita-cita hidup dalam
hati nurani anak, akan menumbuhkan motivasi instrinsik pada diri anak untuk lebih giat belajar dan lebih
terbuka untuk mengembangkan perencanaan belajarnya.

4. Menentukan waktu belajar anak yang tepat. Jika anak telah sadar dan tergerak hatinya untuk
melakukan kegiatan belajar kesempatan yang baik ini jangan kita sia-siakan. Anak malas belajar harus
kita arahkan untuk menentukan kapan waktu belajarya. Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam
menentukan waktu belajar anak di rumah, antara lain: sesuai dengan keinginan anak, jangan
berbenturan dengan waktu keinginan-keinginan lain yang dominan pada anak, seperti ingin menonton
film kartun favoritnya, dan sebagainya. Kondisi fisik dan psikis anak dalam keadaan fresh (segar) bebas
dari rasa lelah, mengantuk, gangguan penyakit, rasa marah dan sebagainya.

5. Mengembangkan tujuan belajar. Anak malas belajar agar tahu manfaat dan arah apa yang
dipelajarinya, biasakan belajar dengan bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar akan lebih bermakna,
karena anak mengetahui dengan jelas apa yang hendak dipelajari dan apa yang dikuasainya. Anak pun
akan mudah memusatkan perhatian pada pelajarannya.

6. Mengembangkan cara-cara belajar yang baik pada anak. Anak malas belajar harus ditumbuhkan
gairah belajarnya, gairah belajar itu akan tumbuh jika dirinya mengetahui bagaimana cara belajar yang
efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan belajar anak, Anda perlu membekali anak bagaimana cara-
cara belajar yang efektif dan efesien. Kita dapat mananamkan pengertian pada anak bahwa dalam
belajar juga sangat dibutuhkan teknik belajar yang baik, agar belajar itu lebih bermakna dan
memudahkan pencapaian tujuan belajar.

7. Anak malas belajar harus dikembangkan rasa percaya dirinya. Sudah tentu menjadi suatu
keharusan bagi kita untuk bisa membangkitkan dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin.
Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada
pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau
melakukan”. Sesuatu yang sulit dalam pelajaran menjadi tantangan untuk ditaklukkan dan untuk
dikuasai. Anak punya keyakinan mampu melakukan tidak akan gampang menyerah dalam menghadapi
kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kreativitas dan imajinasi berpikir akan berkembang untuk
mencari cara-cara mengatasi kesulitan.

Agar guru lebih efektif, maka jalan yang harus dilakukan adalah :

1. Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai
teman bicara dan bukan sebagai terdakwa

2. Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum
sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.

3. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup.
4. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami
yang telah diajarkan guru.

5. Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak
merekayasa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya keadaan siswa mampu memahami materi pelajaran dengan baik, asalkan mereka bisa
diperhatikan situasi dan kondisi sewaktu belajarnya. Dengan strategi dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan siswa, maka proses dan hasil pembelajaran akan tercapai dengan baik.

Sebagai guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak hanya mengajar untuk menyampaikan
materi pelajaran saja. Menyampaikan materi sesuai dengan program tanpa memperhatikan kondisi
siswa pada saat mereka menerima pelajaran tersebut. Bisa saja dengan materi yang sama disampaikan
dengan kondisi siswa yang berbeda akan diterima dengan hasil yang berbeda. Pada saat siswa sakit atau
sedang jengkel atau marah, pelajaran diterimanya dengan malas. Sebelum guru menghadapi siswa, dia
harus memperhatikan kondisi siswa tersebut. Tidak asal tersampaikannya materi pelajaran sesuai target
yang ingin dicapainya.

Guru sebagai media motivasi para siswa harus lebih kreatif dalam proses pembelaran. Contohnya sang
guru harus menghubungkan materi yang ia bawakan dengan kehidupan tokoh-tokoh yang berhasil
dalam suatu bidang agar siswa dapat lebih baik mencerna pelajaran dengan bukti yang konkrit seperti
yang dipaparkan sang guru. Guru juga perlu memaparkan bahwa dasar dari kesuksesan itu adalah
belajar.

B. Saran
Makalah yang saya susun masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya mengharap kritik dan saran
dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://emweje.com/anak-malas-belajar/. Diakses tanggal 14 November 2012

www.balipost.co.id. Diakses tanggal 14 November 2012

www.google.com. Diakses tanggal 14 November 2012

Anda mungkin juga menyukai