Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS PESERTA DIDIK YANG SUKA MEMBULLYING

DI KELAS VI SDN 16 TERENTANG TAHUN 2021

Proposal ini Diajukan Sebagai Syarat Mata Kuliah Seminar BK yang


Diampuh oleh : Dr.Purwanti,M.Pd.

OLEH :
NURUL FADHILLAH
F1141181007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

proposal penelitian ini yang berjudul ”Analisis Peserta Didik yang suka

Membullying Di Kelas VI SDN 16 Terentang 2021”.

Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

perkuliahan dalam Program studi Bimbingan dan Konseling (FKIP Untan

Pontianak).

Dalam penyusunan proposal penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan

bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan

moril maupun materil. Maka, dalam kesempatan yang baik ini, peneliti ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Purwanti, M. Pd selaku Dosen Pengampu

2. Kepada teman-teman mahasiswa bimbingan dan konseling yang tidak

dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Sebagai insan yang lemah penulis meyadari bahwa dalam penelitian ini masih

banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini disebabkan karena ilmu dan

kemampuan penulis terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran yang professional

(membangun) sangat penulis harapkan.

Pontianak,05 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
A. Judul Penelitian............................................................................................1
B. Latar Belakang.............................................................................................1
C. Rumusan Masalah........................................................................................3
D. Tujuan Penelitian.........................................................................................4
E. Manfaat Penelitian.......................................................................................5
F. Fokus Penelitian...........................................................................................6
G. Definisi Operasional.....................................................................................7
H. Kajian Pustaka............................................................................................9
1. Pengertian Bullying..................................................................................9
2. Karakteristik siswa yang suka Membullying.........................................10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi siswa yang suke Membullying......13
4. Dampak Bullying...................................................................................16
5. Penanganan Guru untuk Mengatasi siswa yang suka Membullying......16
6. Penanganan yang dilakukan OrangTua Untuk Mengatasi siswa yang
suka Membullying......................................................................................18
I. Metode Penelitian.......................................................................................20
J. Subyek Penelitian ......................................................................................21
K. Teknik dan Alat Pengumpul Data..............................................................22
L. Validitas dan Reliabilitas data....................................................................24
M. Analisis Data..............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

iii
1

A. JUDUL

“ANALISIS PESERTA DIDIK YANG SUKA MEMBULLYING DI

KELAS V1 SDN 16 TERENTANG TAHUN 2021”

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu proses dalam usaha

mengembangkan potensi anak. Melalui proses pendidikan, anak-anak

diharapkan dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada diri mereka

dan membentuk kepribadian yang dimiliki secara maksimal sehingga

dapat menjadi individu yang bermanfaat, pendidikan itu sendiri dapat

diperoleh anak pada saat ia di rumah bersama orangtua atau pada saat anak

berada di sekolah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syah (2010,h.10)

bahwa “Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-

metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman,

dan cara bertingkahlaku yang sesuai dengan kebutuhan”.

Menurut Yusuf (2011,h.30) mengemukakan bahwa “Sekolah

merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang secara sistematis

melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan dalam

rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya

secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spritual, intelektual,

emosional, sosial, maupun fisik motoriknya”.

Seringkali perilaku bullying luput dari perhatian orang tua maupun

pihak sekolah. Umumnya, orangtua dan pihak sekolah beranggapan


2

bahwa saling mengejek, berkelahi, maupun mengganggu anak lain

merupakan hal yang biasa terjadi pada anak sekolah dan bukan merupakan

masalah serius. Biasanya masalah tersebut dianggap serius dan dikatakan

sebagai perilaku bullying ketika perilaku tersebut telah mengakibatkan

timbulnya cedera atau masalah fisik pada anak yang menjadi korban

bullying. Padahal definisi bullying tidak terbatas pada tindakan kekerasan

yang menyebabkan cedera fisik saja.

Ardy (2012, h.20) mengemukakan bahwa, “Terminologi bullying

mengacu pada penggunaan kekerasan atau kekuatan untuk menyakiti

seseorang atau sekelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan

tidak berdaya”.

Pengaruh bullying terhadap anak usia 5-12 tahun. Dampak negatif

bullying juga bisa terjadi pada pelakunya. Anak-anak yang suka

melakukan bullying memiliki kemungkinan untuk terlibat dalam aksi

kekerasan atau perilaku beresiko lainnya ketika mereka dewasa. Anak-

anak ini memiliki resiko lebih tinggi untuk menjadi pecandu narkoba dan

alkohol, terlibat dalam tawuran, tindakan kriminal, dan menyimpan

potensi untuk melakukan tindak KDRT kepada istri dan anaknya ketika

mereka berkeluarga.

Peran guru dalam hal ini sangatlah berpengaruh terhadap tindakan-

tindakan siswa dalam melakukan bullying di sekolah, dengan adanya

peran guru siswa akan lebih berperilaku baik, karena mereka merasa ada
3

yang mengawasi tingkahnya sehingga mereka tidak akan terbiasa dengan

tindakan bullying di sekolah.

Paparan diatas menjelaskan bahwa kasus bullying ternyata banyak

ditemui di sekolah dan tidak hanya tejadi pada sekoah menengah pertama

maupun atas tetapi saat ini telah banyak ditemukan disekolah dasar, yang

saat ini terjadi pada siswa SD Negeri 16 Terentang menyebabkan anak

memiliki ciri-ciri seperti, Menyisihkan seseorang dari pergaulan,

menyebarkan gossip, membuat julukan yang bersifat ejekan, mengerjai

seseorang untuk mempermalukannya, serta melukai secara fisik.

C. RUMUSAN MASALAH

Masalah umum dalam penelitian adalah Bagaimanakah anak suka

membully di SD Negeri 16 Terentang dengan sub masalahnya:

1. Bagaiamana karakteristik anak yang suka membully di SD Negeri 16

Terentang?

2. Apa latar belakang peserta didik yang suka membully di SD Negeri 16

Terentang?

3. Dampak apakah yang terjadi pada anak yang suka membully ?

4. Upaya apa saja yang sudah dilakukan oleh guru disekolah untuk

menangani anak yang suka membully?

5. Upaya apa saja yang sudah di lakukan orang tua dalam menangani

anak yang suka membully di kelas kelas VI SD Negeri 16 Terentang ?


4

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang siswa

yang suka membullying disekolah kelas VI di SD Negeri 16 Terentang

tahun 2020.

Tujuan khusus penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang :

a. Karakteristik anak yang suka membullying sekolah kelas VI di

SD Negeri 16 Terentang.

b. Faktor penyebab peserta didik yang suka membullying

disekolah kelas VI di SD Negeri 16 Terentang.

c. Dampak yang terjadi pada peserta didik yang suka

membullying sekolah kelas VI di SD Negeri 16 Terentang.

d. Upaya yang sudah dilakukan guru BK dalam menangani

peserta didik yang suka membullying kelas VI SD Negeri 16

Terentang.

e. Upaya yang sudah dilakukan orang tua dalam menangani

peserta didik yang suka membullying kelas VI SD Negeri 16

Terentang.
5

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi pengembangan ilmu bimbingan dan konseling, terutama dalam

hal mengatasi siswa yang suka membullying .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru BK

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

pengalaman bagi guru BK dalam mengatasi siswa yang suka

membullying pada siswa di SDN 16 Terentang..

b. Bagi Peserta Didik

Pada penelitian ini diharapkan dapat mengatasi siswa yang suka

Bullying.

c. Bagi Peneliti

peneliti dapat mempraktekkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan

memperdalam wawasan peneliti terutama dalam mengatasi siswa yang

suka membullying.
6

F. FOKUS PENELITIAN

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah ada permasalahan didalam

peserta didik yang suka membullying sekolah ini perlu ditangani guru bk,

yang perlu ditangani guru BK adalah bagaimana :

a. Karakteristik peserta didik yang suka membulying disekolah kelas

VI di SD Negeri 16 Terentang.

b. Faktor yang menyebabkan peserta didik suka membullying

disekolah kelas VI di SD Negeri 16 Terentang.

c. Dampak yang terjadi pada peserta didik yang suka membullying

sekolah kelas VI di SD Negeri 16 Terentang.

d. Upaya yang sudah dilakukan guru disekolah dalam menangani

peserta didik yang suka membullying sekolah kelas VI di SD

Negeri 16 Terentang.

e. Upaya yang sudah dilakukan orang tua dalam menangani peserta

didik yang suka membullying disekolah kelas VI di SD Negeri 16

Terentang.
7

G. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional menurut (Sugiono 2015,h.38) adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu

yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

1. Pengertian Bullying

Berikutnya, Liness (Sri Wahyuni & M.G. Adiyanti, 2010)

mendefinisikan perilaku bullying sebagai intimidasi yang dilakukan

oleh individu atau kelompok baik secara fisik, psikologis, sosial,

verbal atau emosional, yang dilakukan secara terus menerus.

2. Ciri – ciri Bullying

a. Memiliki kekuatan dan kekuasaan yang jauh lebih kuat dibanding

teman yang lain.

b. Cenderung mendominasi dalam pertemanan.

c. Ingin menguasai teman-temannya.

d. Temperamen tinggi sehingga bersifat impulsif.

e. Kurang berempati.

f. Selalu berargumentasi (membantah).

g. Susah mengikuti aturan.

3. Faktor Penyebab

a. Kecenderungan permusuhan

b. Kurang perhatian

c. Gender sebagai laki-laki


8

d. Riwayat korban kekerasan

e. Riwayat berkelahi

f. Ekspos kekerasan dari media

4. Dampak Bullying

Dampak bullying bagi pelaku yang membullying

a. Akan gagal dalam bidang akademis, bisa dikeluarkan disekolah,

masa depan pun akan terganggu.

b. Cenderung melakukan tindakan krim

c. Inalitas

d. Terjerumus dalam pergaulan bebas

e. Selalu berperilaku kasar tanpa memikirkan akibatnya.

Dampak bagi korban yang di bullying

a. Selalu merasa ketakutan

b. Stres, depresi dan bahkan bunuh diri.

c. Merasa tidaknyaman berada dilingkungan sekolah.

d. Dapat mempengaruhi konsentrasi belajar.

e. Akan mengalami insomia.

5. Mengatasi anak yang suka membullying

a. Beritahu anak bahwa itu buruk

b. Ajari anak untuk menghargai perbedaan

c. Kembangkan empati

d. Jadilah contoh
9

e. Konsultasi pada dokter atau psikolog

H. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Bullying

Istilah bullying merupakan suatu istilah yang masing terdengar

asing bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, walaupun pada

kenyataannya perilaku tersebut telah terjadi dalam kurun waktu yang

lama dan terjadi di berbagai segi kehidupan termasuk juga dunia

pendidikan. Padahal tindakan bullying merupakan suatu fenomena

yang tersebar di seluruh dunia (Pediatri, 2013, h.175)

Bullying merupakan suatu pola perilaku yang bersifat negatif yang

dilakukan secara berulang-ulang dan bertujuan negatif pula. Perilaku


tersebut mengarah langsung dari anak yang satu ke anak yang lain
karena adanya ketidakseimbangan kekuatan (Olweus dalam Focus On
Bullying). “Bullying is aggressive, hurtful, and sometimes violent
behavior that alwaysinvolves an imbalance of power or
strength”(Robison Kathy, 2010, h.1).

Berikutnya, Liness (Sri Wahyuni & M.G. Adiyanti, 2010)

mendefinisikan perilaku bullying sebagai intimidasi yang dilakukan

oleh individu atau kelompok baik secara fisik, psikologis, sosial,

verbal atau emosional, yang dilakukan secara terus menerus.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa bullying merupakan suatu perilaku agresif yang

bersifat negatif padaseseorang atau sekelompok orang yang dilakukan

secara berulang-ulangdan dengan sengaja untuk menyakiti orang


10

lainbaik secara fisik ataupunmental karena adanya penyalahgunaan

ketidak seimbangan kekuatan.

2. Karakteristik Pelaku Bullying (Bully)

Alana (2010, h.8) menyatakan bahwa pelaku intimidasi umumnya

lebih agresif daripada murid-murid lain. Beberapa memiliki

keterampilan sosial yang buruk, yang menyebabkan kesulitan dalam

menjalin hubungan yang positif, tapi beberapa justru memiliki

keterampilan sosial yang baik, yang memungkinkan mereka untuk

memanipulasi orang lain. Belum diketahui dengan jelas apakah pelaku

bullying memiliki harga diri yang rendah, tetapi mereka mungkin lebih

cenderung berasal dari keluarga dengan pengawasan dan keterlibatan

orang tua yang rendah, serta tidak konsisten dan disiplin yang keras.

Selanjutnya, menurut RobisonKathymenyatakan bahwa pelaku

bullying memiliki karakteristik sebagai berikut:

Have a more positive attitude about violent


behaviors,Watch television programs where violence is
endorsed as a way of gaining power, Lack empathy for
their victims, Have difficulty following rules and often
argue with adults, Behave impulsively, Have at least
average self-esteem, Have more power, physically or
socially, than their victims and may even be regarded as
leaders among their peers.

Para orang tua dapat mengidentifikasi perilaku yang ditunjukkan


11

oleh anak-anaknya apakah mereka telah menjadi pelaku bullying bagi

teman-teman sebayanya karena anak yang sering melakukan

bullyingmemiliki kecenderungan antara lain:

a. Anak sering cepat marah atau bahkan sering berdebat mengenai

segala sesuatu yang mungkin tidak sesuai dengan kehendaknya.

Hal ini menunjukkan bahwa anak tidak mendengarkan perintah

orang tuanya (membantah).

b. Mengontrol atau mengendalikansituasi cepat dan memiliki

kepercayaaan diri. Banyak diantara anak memiliki rasa

kepercayaan yang tinggi sehingga ingin menindas temannya

yang lebih lemah dan kurang percaya diri.

c. Mudah marah dan akan menunjukkan kemarahaannya kepada

siapapun. Anak kurang dapat mengontrol emosinya sehingga

emosinya meledak-ledak dan anak akan meluapkannya kepada

orang yang ada di sekelilingnya.

d. Sering memerintah teman sebayanya layaknya orang yang

memiliki kekuasaan besar. Anak ingin selalu menjadi penguasa

dan orang yang ditakuti oleh teman-temannya.

e. Jarang menunjukkan empati terhadap orang lain. Melihat temannya

merasa ketakutan, bahkan kesakitan tidak membuat seorang pelaku

bullying lantas menghentikan tindakannya karena mereka kurang

terlatih dan terbiasa untuk menolong temannya, bahkan berbagi.


12

f. Pandai meyakinkan orang lain untuk mengikutinya. Anak akan

memiliki banyak pengikut yang nanti turut membantunya dalam

mem-bully teman lainnya. Ingin selalu menang. Anak akan

melakukan segala cara agar dia selalu menjadi pemenang dalam

segala hal termasuk kekerasan karena menurutnya dialah orang

yang paling berkuasa.

g. Bermain fisik secara kasar. Dalam pergaulannya anak akan

melakukan kekerasan secara fisik misalnya saja mendorong,

menjegal, menendang, mencubit, menjambak, bahkan memukul

temannya.

h. Seringkali menolak untuk bekerja sama. Anak-anak yang sering

melakukan bullying terhadap temannya akan susah untuk diajak

bekerja sama karena mereka pada kenyataannya akan menyuruh

korban untuk melakukan segala permintaannya. Mereka cenderung

menjadi “boss” bagi teman sebayanya yang lemah

(Kathryn Robinson dalam Bullies and Victims:2).

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwa karakteristik pelaku bullying atau yang sering disebut dengan

bully antara lain: (1) memiliki kekuatan dan kekuasaan yang jauh lebih

kuat dibanding teman yang lain, (2) cenderung mendominasi dalam

pertemanan, (3) ingin menguasai teman-temannya, (4) temperamen

tinggi sehingga bersifat impulsif, (5) kurang berempati, (6) selalu

berargumentasi (membantah), (7) susah mengikuti aturan.


13

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Yang Suka Membullying

Bullying terjadi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi

setiap bagian yang ada di sekitar anak juga turut memberikan

kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam munculnya

perilaku tersebut. Menurut Priyatna (2010, h.6-8) mengemukakan

bahwa faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Faktor dari Keluarga

Pola asuh dalam suatu keluarga mempunyai peran dalam

pembentukan perilaku anak terutama pada munculnya perilaku

bullying. Keluarga yang menerapkan pola asuh permisif membuat

anak terbiasa untuk bebas melakukan segala sesuatu yang

diinginkannya. Anak pun juga menjadi manja, akan memaksakan

keinginannya. Anak juga tidak tahu letak kesalahannya ketika ia

melakukan kesalahan sehingga segala sesuatu yang dilakukannya

dianggapnya sebagai suatu hal yang benar. Begitu pula dengan

pola asuh yang keras, yang cenderung mengekang kebebasan anak.

Anak pun terbiasa mendapatkan perlakuan kasar yang nantinya

akan dipraktikkan dalam pertemanannya bahkan anak akan

menganggap hal tersebut sebagai hal yang wajar. Anantasari (2006,

h.57) menyatakan bahwa lingkungan keluarga si anak apabila

cenderung mengarah pada hal-hal negatif seperti sering terjadi


14

kekerasan (memukul, menendang meja dan lain-lain), sering

memaki-maki dengan menggunakan kata kotor, sering menonton

acara televisi yang mana terdapat adegan-adegan kekerasan dapat

berimbas pada perilaku anak. Sifat anak yang cenderung meniru

(imitation) akan melakukan hal yang sama seperti apa yang

dilihatnya. Selain itu anak akan membentuk kerangka pikir bahwa

perilaku yang sering dilihatnya merupakan hal yang wajar bahkan

perlu untuk dilakukan.

b. Faktor dari Pergaulan

Teman sepermainan yang sering melakukan tindakan

kekerasan terhadap orang lain akan berimbas kepada

perkembangan si anak. Anak juga akan melakukan hal yang sama

dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya. Selain itu anak

baik dari kalangan sosial rendah hingga atas juga melakukan

bullying dengan maksud untuk mendapatkan pengakuan serta

penghargaan dari teman-temannya.

Menurut Widayanti (2009) menyatakan bahwa anakanak

yang melukai temannya baik secara fisik ataupun psikis tanpa

merasa empati atau iba disebabkan:

a. Perasaan berhak Berkaitan dengan kekuatan dan kekuasaan

yang dimiliki anak untuk mengendalikan, mengontrol,

bahkan menindas dan menyiksa orang lain


15

b. Fanatisme pada perbedaan Perbedaan yang ada baik fisik,

agama, kemampuan ekonomi, hingga kemampuan

akademik dipandang sebagai kelemahan yang tidak pantas

untuk mendapatkan penghargaan.

c. Suatu kemerdekaan untuk mengecualikan Anak dengan

leluasa dan bebas untuk mengkotak-kotakkan untuk

memisahkan seseorang atau kelompok dari yang lain

dengan anggapan bahwa mereka tidak sejajar dengan yang

lain.

Berikutnya menurut National Center for Injury Prevention

and Control (2011, h.1) menyatakan bahwabeberapa faktor yang

menyebabkan anak melakukan perilaku bullying antara lain: (1)

Impulsif (memiliki emosiyang meledak-ledak, dan kurang dapat

mengontrol diri), (2) Pengasuhan yang kasar yang dilakukan oleh

pengasuh, (3) Mendapatkan perlakuan yang mengarah pada

kekerasan. Selain itu, faktor penyebab terjadinya bullying berasal

dari anak yang menjadi sasaran bullying (korban)antara lain: (1)

anak yang kurang dapat menjalin pertemanan dengan orang lain,

(2) Anak yang rendah diri, (3) Pendiam, pasif, dan kurang tegas.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menarik kesimpulan

bahwa penyebab terjadinya perilaku bullying tidak hanya

dilatarbelakangi oleh salah satu faktor saja tetapi segala faktor baik
16

internal dan eksternal dari seorang anak juga mengambil peranan

dalam timbulnya perilaku bullying.

4. Dampak Siswa Yang Suka Membullying

Dampak Bullying

a. Dampak bullying bagi pelaku yang membullying

1. Akan gagal dalam bidang akademis,bisa dikeluarkan

disekolah, masa depan pun akan terganggu.

2. Cenderung melakukan tindakan kriminalitas.

3. Terjerumus dalam pergaulan bebas.

4. Selalu berperilaku kasar tanpa memikirkan akibatnya.

b. Dampak bagi korban yang di bullying

1. Selalu merasa ketakutan.

2. Stres, depresi dan bahkan bunuh diri.

3. Merasa tidaknyaman berada dilingkungan sekolah.

d. Dapat mempengaruhi konsentrasi belajar.

e. Akan mengalami insomia.

5. Penanganan Guru untuk Mengatasi Siswa Yang Suka Membullying

Berikut ialah peran seorang guru dalam mengatasi dan mencegah

tindakan bullying, tindakan guru:

a. Bertindak dengan tegas

Banyak guru di sekolah dasar yang bersikap cuek dan terlalu santai

dalam menanggapi perilaku bullying. Hal ini menyebabkan si


17

pelaku semakin bebas dan merasa diizinkan dalam melakukan

tindakan bullying.

b. Buat kampanye atau pamflet anti bullying.

Ada baiknya mengadakan acara anti bullying yang mengajak para

murid-murid di sekolah dasar untuk membuat poster atau pamflet

anti bullying atau stop bullying.

c. Mengadakan seminar anti bullying

Supaya pemikiran murid-murid menjadi luas dan terbuka tentang

buruknya perilaku bullying.

d. Mengadakan mentoring anti bullying

Meskipun kesannya membuang-buang waktu, tetapi ini sangat

penting bagi murid-murid dan sangat dibutuhkan anak disekolah.

Karena guru adalah orang tua kedua selain orang tua dirumah .

e. Menyediakan waktu untuk saling share atau sharing pengelaman-

pengalaman disekolah.

Berikut ialah cara guru untuk mengatasi khasus bullying di sekolah

dasar:

a. Memberikan sanksi atau hukuman kepada murid agar hal tersebut

tidak terulang kembali.

b. Segera tangani dengan disiplin.

c. Ciptakan kesempatan untuk berbuat baik.

d. Tumbuhkan rasa empati.


18

e. Ajari keterampilan berteman.

f. Libatkan siswa dalam konstruktif.

g. Menghiburnya.

Penanganan- penanganan yang bisa dilakukan oleh guru atau wali

kelas:

a. Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang telah terjadi.

b. Membantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan

(keresahan).

c. Menjelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi dengan

bahasa yang mudah dipahami dan dicerna oleh anak, dan jangan

pernah menyalahkan anak atas tindakan bullying yang ia alami.

d. Meminta bantuan pihak ketiga(ahli profesional atau bimbingan

konseling) untuk membantu mengembalikan ke kondisi normal,

jika perlu.

e. Membina kedekatan dengan teman-teman anak, cermati cerita anak

dan mewasdai perubahan anak.

f. Mengamati perilaku emosi anak, bahkan ketika saat kejadian

bullying

6. Penanganan yang Dilakukan Orang Tua untuk Mengatasi siswa yang

suka Membullying

Keluarga adalah benteng pertama oleh karena memiliki hubungan

darah dan menjadi orang terdekat. Siapa lagi yang patut diandalkan
19

selain keluarga sendiri? Orang tua harus menciptakan lingkungan

keluarga yang kondusif bagi perkembangan mental yang sehat untuk

anak dengan pendidikan budi pekerti yang penuh kelemahlembutan.

Orang tua sendiri harus akur satu sama lain karena menjadi contoh

nyata bagi anak. Tentu anak yang dididik baik juga tak akan

mengecewakan orang tuanya, termasuk tidak balik membully orang

tuanya tatkala dewasa nanti. Terkadang orang tua hanya menuntut

anak untuk menjaga nama baik keluarga tanpa teladan dari orang tua

sendiri.

Anak dididik dengan keras dan orang tua bertengkar sepanjang

hari, padahal anak tak pernah meminta untuk dilahirkan. Dampaknya

adalah anak menjadi terlibat dalam pergaulan bebas, orang tua cerai,

anak melakukan bullying pada orang lain, anak menjadi korban

bullying dan tiak berani melapor, serta masih banyak lagi. Harusnya

instrospeksi diri tentang apa alasan untuk berkeluarga? Tentu

tujuannya membentuk keluarga harmonis dan sejahtera lahir batin. Hal

ini dapat diterapkan dalam penyuluhan pranikah yang sering diadakan

institusi agama dan pelayanan psikologi perkawinan, serta pendidikan

masyarakat. Sudah tanggung jawab orang tua sebagai perintis

pembentukan keluarga dan mendidik anak-anak yang tak pernah minta

untuk dilahirkan. Peraturan hukum tentang kekerasan dalam rumah

tangga dan perlindungan anak juga telah mewajibkan bagi siapapun

untuk melaporkan tindak penyiksaan anak dalam keluarga, tanpa harus


20

kuatir ikut campur dalam keluarga orang lain. Alih-alih malah

peraturan ini dapat menjerat orang yang tak melaporkan kasus tersebut

jika mengetahuinya. Semua orang, termasuk tenaga kesehatan harus

jeli melihat tanda-tanda kekerasan fisik seperti memar, patah tulang,

perdarahan tanpa sebab jelas, termasuk penampakan ketakutan dari

anak

I. METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2014,h.9) metode penelitian kualitataif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasinya.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Metode Penelitian Deskriptif dengan Pendekatan Kualitatif dan

adapun bentuk penelitiannya ialah Survey. Penelitian deskriptif menurut

Nana Sudjana dan Ibrahim adalah penelitian yang berusaha

mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat

sekarang.
21

J. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya

diperoleh keterangan. Dalam penelitian kualitatif, subyek penelitian

disebut informan. Pada penelitian ini, peneliti mengambil subyek utama

penelitian yaitu siswa pelaku bullying yang berjumlah 4 orang di kelas

VI SD Negeri 16 Terentang dengan guru yang sama.

Dengan ciri-cirinya anak pertama sebagai berikut :

1. Tidak mau mengalah

2. Suka marah

3. Suka merendahkan orang

Ciri-ciri anak kedua sebagai berikut berikut :

1. Memiliki perasaan tidak senang

2. Pernah menjadi korban bullying

3. Tidak memiliki rasa empati

Ciri-ciri-ciri anak ketiga sebagai berikut :

1. Anak cenderung cuek

2. Tidak mengakui kesalahannya

3. Suka membuat onar

4. Bangga yang berlebihan terhadap diri sendiri

Ciri-ciri anak ke empat sebagai berikut :

1. Egois

2. Suka mencariperhatian
22

3. Suka melontarkan ejekan atau mengolok-olok yang bernada

merendahkan orang lain.

4. Tidak sabaran

Adapun, subyek pendukung pada penelitian ini adalah 2 guru yang

mengajar anak suka membullying di SDN 16 Terentang, 4 orang

teman sekelasnya dan masing-masing orang tua dari 4 orang anak yang

suka membullying.

K. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPUL DATA

(Sugiyono 2010,h.308) menyatakan bahwa teknik pengumpulan

data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam keadaan alamiah

(setting natural),menggunakan sumber data primer, dan teknik

pengumpulan data dilakukan dengan observasi berperan serta (participant

observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan

dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data antara Lain:

1. Observasi

(Menurut Poerwandi dalam gunawan 2014,h.143) berpendapat

bahwa observasi merupakan metode yang paling mendasar dan paling

tua, karena dengan cara-cara tertenti kita selalu terlibat dalam proses

mengamati. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan secara akurat

mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan


23

antara memperhatikan aspek dalam fenomena tersebut Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipasi, yaitu

peneliti terlibat dalam kegiatan subyek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung

tentang Analisis Peserta Didik Yang Suka Membullying Di Kelas VI

SDN 16 Terentang, dimana saat penelitian peneliti datang langsung ke

sekolah untuk mengamati anak yang suka membullying di kelas dan

interaksi yang ditunjukkan anak dengan temannya saat di kelas dan

jam istirahat.

2. Wawancara

Menurut Susan Stainback (Sugiyono, 2010), dengan wawancara

peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

partisipan dalam menginterpresikan situasi dan fenomena yang terjadi,

di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam

pelaksanaan pengumpulan data, peneliti menggunakan wawancara

semiterstruktur (semistructure interview) dimana data yang diperoleh

lebih mendalam dan bermakna.

Dalam penelitian ini, yang diwawancarai adalah 4 orang anak yang

yang suka membullying, 2 orang guru yang mengajar anak yang suka

membullying, 4 orang teman sekelas anak yang suka membullying dan

masing-masing orang tua dari 4 orang anak yang suka membullying.


24

3. Dokumentasi

(Sugiyono 2010,h.274), menyatakan bahwa hasil penelitian dari

observasi dan wawancara akan dapat dipercaya kalau didukung dengan

dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen

berupa rapor siswa (pelaku maupun korban bullying), foto ataupun

video.

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang diperlukan adalah data

yang mendukung penelitian berupa arsip catatan, gambar dan peristiwa

yang ada pada proses belajar mengajar.

L. VALIDITAS DAN REABILITAS ALAT PENGUMPUL

DATA(TRIANGULASI)

1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2012, h.267) Uji validitas adalah suatu langkah

pengujian yang dilakukan terhadap isi atau content dari suatu

instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang

digunakan dalam suatu penelitian. Uji validitas bertujuan untuk

menguji ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam

melakukan fungsi ukurnya, agar data yang diperoleh sesuai dengan

tujuan pengukuran tersebut.

Sugiyono (2014, h.36) terdapat dua macam validitas penelitian

yaitu, validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal


25

berkenaan dengan derajat akurasi penelitian dengan hasil yang dicapai.

Sedangkan validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah

hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi

dimana sampel teeersebut diambil. Dalam penelitian ini, uji validitas

yang digunakan adalah:

a. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2018, h.189) Triangulasi dalam pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu. Pada penelitian ini, triangulasi

yang dilakukan adalah:

1. Triangulasi Sumber

Menurut Sugiyono (2018, h.191) Triangulasi sumber

untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Peneliti melakukan triangulasi sumber kepada empat

orang peserta didik yang pemalu kelas VI dan guru yang

mengajar anak pemalu di kelas VI SDN 16 Terentang.

2. Triangulasi Teknik

Menurut Sugiyono (2018, h.191) Triangulasi teknik untuk

menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.


26

Peneliti melakukan triangulasi teknik kepada empat orang

peserta didik yang pemalu kelas VI dan guru yang mengajar

anak pemalu di kelas VI SDN 16 Terentang untuk

mencocokkan data hasil observasi dengan hasil wawancara

yang diperoleh untuk memastikan kevalidan data.

3. Triangulasi Waktu

Sugiyono (2018, h.127) menyatakan,Waktu juga sering

mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data

yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam

rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan

cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,

atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Peneliti melakukan triangulasi waktu dengan

mencocokkan hasil data observasi dan wawancara pada

waktu yang dilakukan berbeda-beda.

2. Uji Reabilitas

Dalam penelitian kualitataif uji reliabilitas dilakukan dengan

mengaudit keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh

auditor yang independen yaitu dosen pembimbing untuk mengaudit


27

keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukakn penelitian.

Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah, memasuki lapangan,

menentukan sumber data, melakukan analisis datan melakukkan uji

keabsahan dan sampai kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh

peneliti. Menurut Sugiono (2011, h.50) jika peneliti tidak mempunyai

dan tidak menunjukkan jejak aktivitas lapangannya maka reliabilitas

penelitiannya masih diragukan.

M. ANALISIS DATA

Analisis data adalah upaya mengorganisasikan dengan

mengurutkan data secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara,

dan lainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang

diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain.

Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis data sesuai yang

dikemukakan oleh Sugiyono. Analisis data adalah proses pengelompokan,

membuat suatu urutan, menyingkatkan data sehingga berguna dalam

memecahkan masalah (Sugiyono: 2009). Adapun langkah-langkah yang

harus ditempuh dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction)

Data-data penelitian yang telah terkumpul selanjutnya direduksi.

Menurut Sugiyono (2015, h.247) “Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,


28

dicari tema dan polanya”. Dengan analisis ini dapat memudahkan

peneliti dalam menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data.

Dalam penelitian ini, data lapangan dituangkan dalam uraian

laporan secara terperinci dan lengkap. Pada tahap ini, data dirangkum,

kemudian dipilih hal-hal pokok lalu peneliti memfokuskan diri pada

data yang telah dirangkum dan dipilih tersebut yang berkaitan dengan

Analisis Peserta Didik yang Suka Membullying Di SDN 16 Terentang.

Reduksi data akan dilakukan terus menerus selama proses penelitian

berlangsung.

2. Penyajian data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Menurut Sugiyono (2015, h.249) “Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”.

Setelah data melalui proses pereduksian, peneliti menyajikan data

tersebut dalam bentuk narasi atau uraian agar mempermudah untuk

melihat secara keseluruhan data-data hasil pengamatan dan membuat

kesimpulan sementara pada data yang direduksi. Data tersebut terkait

dengan Analisis Peserta Didik yang Suka Membullying Di Kelas VI

SDN 16 Terentang.

3. Penarikan kesimpulan/Verifikasi
29

Data-data hasil penelitian setelah dikumpulkan, direduksi,

disajikan langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan atau verifikasi,

menurut Sugiyono (2015, h.252) kesimpulan dalam penelitian

kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas,

dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Tujuan utama dalam tahap ini adalah untuk menarik atau mengambil

kesimpulan terhadap analisis penulis dalam keseluruhan penelitian

yang telah dilakukan sehingga apa yang menjadi permasalahan dalam

kajian ini dapat terungkap dan ditemukan tindakan apa yang perlu

dilakukan.

Pada penelitian ini, verifikasi data dilakukan oleh peneliti selama

proses penelitian guna mendalami Analisis Peserta Didik yang suka

membullying Di Kelas VI SDN 16 Terentang.


30

DAFTAR PUSTAKA

Aan, Eko, Khusni Ubaidillah. (2016) . Peran Guru dalam Penanganan Peserta
Didik yang Bermasalah dengan Perilaku Anti Sosial Cyberbullying
(Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Raden Wijaya Mojokerto). Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol.
6 No. 2 Nop 2016.

Ahmad Baliyo Eko Prasetyo. (2011). Bullying di Sekolah dan Dampaknya bagi
Masa Depan Anak.Jurnal Pendidikan Islam. Vol.4. No. 1. 2011

Anantasari. (2006). Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Annisa. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Bullying
Remaja. Fakultas Ilmu Keperawatan. Skripsi. Universitas Indonesia.

Buda M & Szirmai E. (2010). School Bullying in the Primary School Report of a
Research in Hajdu-Bihar Country (Hungary).Journal of Social Research
& Policy. No.1, July 2010.

Costrie Ganes Widayanti. (2009). Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri di


Semarang. Jurnal Psikologi. Vol. 5. No. 2, Desember 2009.

James, Alana. (2010). School Bullying. PhD Researcher. Goldsmiths University


of London.

Kinderfield, School, Pontianak , 11 Dampak Membullying Teman Bagi Kamu Dan


Temanmu, (Online) http://www.yukbelajar.id/dampak-membullying-
teman-kamu-dan-temanmu/ , 10 Desember 2020.

Kusuma ,Putri, Monicka. 2014. Perilaku School Bullying, Skripsi, Universitas


Negeri Yogyakarta.
31

Melvy Karenia. (2019). “Bagaimana Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku


Bullying Di Sekolah Dasar, (Online)
(https://www.duniapgmi.com/2019/10/bagaimana-peran-guru-dalam-
mengatasi.html?m=1 diakses 25 Februari 2021)

Nadia Dewi, Hasmiana Hasan, Mahmud AR. (2016). Perilaku Bullying Yang
Terjadi Di SD NEGERI Unggul Lampeuneurut Aceh Besar. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor
2, 37-45 Oktober 2016.

Novan Ardi. (2012). from sckool bullying, Jakarta:Ar-ruzz media.

Robison, Kathy. (2010). Bullies and Victims: A Primer for Parents. National
Association of School Psychologists.

Sari Pediatri. (2013). Gambaran Bullying dan Hubungannya dengan Masalah


Emosi dan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar.Jurnal Ilmu Kesehatan
Anak dan Psikiatri. Vol. 15. No. 3. Oktober 2013. 175.

Sri Wahyuni & M.G. Adiyanti. (2010). Correlation Between Perception Toward
Parents‟ Authoritarian Parenting And Ability To Empathize With
Tendency Of

Bullying Behavior On Teenagers. Fakultas Psikologi. Skripsi.Universitas Gajah


Mada. Yogyakarta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2011). Perkembangan Peserta Didik, Jakart : PT RajaGrafindo


Prsada

Anda mungkin juga menyukai