Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL ATL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Pengembangan Pribadi Dan Sosial Anak
Tunalaras Di Perguruan Tinggi
Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Dosen Pengampu: Dwi Endah Pertiwi, M.Pd

oleh:
Kelompok 2
ADAM RAKHMAN SAPUTRA (41032102211097)
DIAN RATNA SARI (41032102211119)
ICHARYLY ULJAYANTI (41032102211106)
INDRA FAUZI (41032102211009)
KRISRIAWATI (41032102211116)

Kelas BI-IV

PENDIDIKAN LUAR BIASA (PLB)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengembangan Pribadi

Dan Sosial Anak Tunalaras” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen

pada mata kuliah Pengembangan Pribadi Dan Sosial Anak Tunalaras. Selain itu, makalah ini

juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Pengembangan Pribadi Dan Sosial

Anak Tunalaras” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi Endah Pertiwi, M.Pd, selaku dosen

mata kuliah Pengembangan Pribadi Dan Sosial Anak Tunalaras yang telah memberikan tugas

ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang

saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.

Bandung, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul......................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi.................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 2
BAB II Pembahasan................................................................................ 3
A. Pengertian Anak Tunalaras................................................................ 3
B. Karakteristik Anak Tunalaras............................................................ 4
C. Faktor Penyebab................................................................................ 4
D. Klasifikasi Anak Tunalaras................................................................ 5
E. Kasus Anak Tunalaras di SLB E Prayuana Yogyakarta.................... 6
F. Program............................................................................................. 6
G. Program Penanganan Anak Tunalaras............................................... 9
H. Mengapa Program Tersebut............................................................... 10
BAB III Penutup...................................................................................... 11
A. Kesimpulan........................................................................................ 11
B. Saran.................................................................................................. 11
BAB IV Lampiran................................................................................... 12
A. Lampiran Hasil Observasi................................................................. 12
B. Lampiran Hasil Wawancara Guru Kelas........................................... 13
C. Dokumentasi...................................................................................... 14
Daftar Pustaka......................................................................................... 15

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


“Anak tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan emosi dan tingkah laku,
sehingga kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan baik
terhadap lingkungannya dan hal ini akan mengganggu situasi belajarnya” (Sujtihati
Somantri, 2007, hlm. 56). Walaupun kondisi demikian, anak tunalaras merupakan peserta
didik dan bagian dari pemajuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, perlu diadakannya
konsep pendidikan yang tepat bagi mereka, sebagaimana hak mereka dalam memperoleh
pendidikan yang layak.
Persoalan emosi dan perilaku pada peserta didik menjadi hal yang lazim dalam suatu
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Gangguan emosi dan perilaku ini sendiri mengacu
pada karakteristik anak tunalaras, dan hal seperti ini seringkali menjadi tersamar sebagai
suatu kewajaran mengingat peserta didik merupakan individu yang masih berkembang
dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Maka sepatutnya, saat ini mulai dicermati
dari sisi identifikasi hingga bagaimana metode pendidikan yang searah dengan treatmen
perilaku yang tepat bagi mereka. Semua itu diperlukan mengingat gangguan tingkah laku
tunalaras dalam berbagai karakteristiknya adalah gangguan perilaku yang mengganggu
lingkungan sekitar, bahkan tipe agresif dan perilaku melawan dapat membahayakan bagi
siswa lain. Kesalahan dalam memberi treatmen pendidikan dan bina perilaku, selain
berdampak pada siswa lain juga utamanya berdampak terhadap siswa tunalaras sendiri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SLB E PRAYUANA YOGYAKARTA
tentang segi emosi salah satu siswa yang berinisial NEP yang cenderug sikapnya lebih
cepat menanggapi reaksi lingkungan yang menyangkut fisik. NEP akan cepat emosi jika
ada reaksi lingkungan yang menyangkut dengan dirinya. Misalnya ada teman yang
menganggu dia saat pembelajaran menggambar atau mengejek nama orang tuanya.
Sehingga muncul perilaku bermasalah pada anak untuk menindak lanjuti reaksi
lingkungan tersebut seperti memukul, menendang dan melontarkan kata-kata yang
kurang baik. Dilihat dari segi sosial sebetulnya NEP memiliki rasa simpati dan empati
yang cukup baik seperti mau menolong teman, dan menghormati teman, namun karena
faktor lingkungan yang kurang baik maka rasa simpatinya tersebut menjadi negative.
Intervensi atau metode Pendidikan dan program pendidikan yang diberikan dalam
kasus ini adalah rational emotive therapy (RET). RET menekankan pada pemikiran,
emosi, dan tindakan yang cera simultan atau terus-menerus. RET mengatasi segenap
manifestasi dari depresi, kesakitan, kehilangan rasa berharga dan kebencian. RET
berasumsi bahwa keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai irasional orang-orang
berhubungan secara kausal dengan gangguan-gangguan emosional dan perilaku. RET
mengonfrontasi para Subjek dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya serta menyerang,
menantang, mempertanyakan, dan membawa keyakinan-keyakinan yang irasional
(Corey, 2013).
Rational emotive therapy diberikan kepada Subjek karena sesuai dengan kondisi
permasalahan yang Subjek hadapi. Subjek memiliki pemikiran irasional terkait dengan

2
hubungan sosial karena pengalaman waktu kecil Subjek yang membuat Subjek
melakukan generalisasi sampai saat ini. RET diberikan kepada Subjek untuk
menghilangkan keyakinan yang irasional. RET diarahkan pada satu tujuan, yaitu
meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari Subjek dan membantu Subjek
untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik (Corey, 2013).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disusun perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah teman sebaya berpengaruh terhadap kepribadian anak di SLB E
Prayuana Yogyakarta?
2. Apakah perhatian orang tua berpengaruh terhadap kepribadian anak di SLB E
Prayuana Yogyakarta?
3. Apakah teman sebaya dan perhatian orang tua berpengaruh terhadap kepribadian
anak di SLB E Prayuana Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan arah dari suatu penelitian. Tujuan penelitian harus disesuaikan
dengan rumusan masalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teman sebaya terhadap
kepribadian anak di SLB E Prayuana Yogyakarta.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perhatian orang tua
terhadap kepribadian anak di SLB E Prayuana Yogyakarta.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh teman sebaya dan
perhatian orang tua mempengaruhi kepribadian anak di SLB E Prayuana
Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
mengenai tata krama dan sopan santun yang dimiliki anak.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa sebagai pertimbangan dalam memilih teman bergaul
yang baik, yang mampu membawa perubahan positif bagi siswa, seperti
dalam hal meningkatkan prestasi belajarnya.
b. Manfaat bagi guru menambah pengetahuan bagi guru mengenai hal di
luar pembelajaran yang telah dilakukannya, yang mampu menentukan
prestasi belajar siswa-siswinya.
c. Manfaat bagi orang tua agar orang tua senantiasa memperhatikan dan
mengawasi pergaulan putra-putrinya.
d. Manfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai sumber inspirasi dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang lebih inovatif.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TUNALARAS
Anak tunalaras memiliki pengertiaan anak yang bertingkah laku kurang sesuai dengan
lingkungan. Terkait pendapat para ahli maka terdapat berbagai pengertian mengenai
tunalaras.
Menurut Samad Sumarna dan Sukarija Taska (2013: 28), anak tunalaras adalah anak
yang mempunyai kondisi perilaku yang menyimpang dari perilaku normal. Berdasarkan
definisi dari Bower (Bandi Delphie, 2006: 17) bahwa anak dengan hambatan emosional
atau kelainan perilaku, apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen
seperti tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensori atau
kesehatan, tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru,
bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya, anak selalu dalam keadaan tidak
gembira atau depresi, dan bertendensi ke arah simptom fisik seperti merasa sakit atau
ketakutan yang berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah.
Sedangkan menurut Tamsik Udin dan Tejaningsih (1998: 111) anak yang mengalami
hambatan dalam perkembangan sosial atau emosinya, sehingga dimanifestasikan lewat
tingkah laku norma hukum, sosial, agama yang berlaku di lingkungannya dengan
frekuensi yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak tunalaras memerlukan pelayanan
pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin dan dapat
hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik.
Dedy Kustawan (2013: 27) berpendapat mengenai definisi anak tunalaras yaitu anak
yang mengalami gangguan dalam mengendalikan emosi dan perilaku atau kontrol sosial.
Hal ini sejalan dengan pendapat Edi Purwanto (2012: 108) yang menyatakan bahwa anak
yang mengalami gangguan emosi dan sosial sering juga disebut sebagai anak tunalars.
Menurut Sutjihati (2006: 139), anak tunalaras sering juga disebut anak tunasosial
karena tingkah laku anak ini menunjukkan penentangan terhadap norma-norma sosial
masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti orang lain.
Menurut Rosenberg et al (dalam Nafsiah Ibrahim & Rohana Aldy, 1996: 14-16) teori
biofisika yang digunakan untuk menjelaskan gangguan tingkah laku pada anak remaja
adalah
a. Transmisi Genetik (genetic transmission), menurut teori ini gangguan tingkah laku
terjadi melalui proses transmisi genetik, yaitu melalui gen atau plasma pembawa
sifat dalam keturunan atau melalui kombinasi gen.
b. Kerusakan otak atau tidak berfungsinya syaraf (brain injury and neurogical
dysfunction), kerusakan otak dan tidak berfungsinya syaraf menyebabkan
kelainan tingkah laku.
c. Kelainan biokimia (abnormalitas biochemical), gangguan tingkah laku ada
hubungannya dengan kimia tubuh. Hal ini dapat diakui karena kimia mempunyai

4
efek terhadap tingkah laku seperti halnya apa yang terjadi pada anak hiperaktif;
jika memakan makanan yang merangsang tingkah lakunya akan lebih aktif.
d. Temperamen, yaitu suatu istilah umum yang ditujukan pada pola tingkah laku
yang dibawa lahir, yang dipengaruhi oleh perkembangan dan keadaan lingkungan.
Temperamen seseorang dapat dilihat dari sejumlah tingkah laku dalam
kehidupannya seperti tingkah keaktifannya, kebiasaan makan dan tidur,
penyesuaian pada stimulus baru, kwalitas perasaan dan perhatiannya.

B. KARAKTERISTIK ANAK TUNALARAS


Tentu saja anak tunalaras yang secara umum memiliki bentuk fisik yang normal,
membuatnya susah dibedakan dengan anak yang lain. Menurut Dedy Kustawan (2013:
27) karakteristik anak tunalaras antara lain mudah marah, mudah terangsang emosinya
(emosional), sering menentang perintah atau tugas, sering melanggar tata tertib, agresif,
sering merusak, suka mencuri, menggangu ligkungan dan tidak suka dengan kegiatan
yang rutin.
Menurut Samad Sumarna dan Sukarija Taska (2013: 30) karakteristik anak tunalaras
yang mempunyai perilaku menyimpang adalah anak yang menunjukkan lima karakter,
yaitu mempunyai masalah belajar yang tidak dapat dikemukakan oleh faktor-faktor
intelektual, sensori, dan faktor kesehatan, tidak mampu membangun hubungan antara
pribadi secara memuaskan sehingga hubungan antara pribadi sangat rendah, berperilaku
dan perasaan yang tidak semestinya, pada umumnya, anak merasa tidak bahagia atau
depresi, dan bertendensi terjadinya peningkatan gejala-gejala fisik yang kurang sehat,
terasa sakit, dan bersifat psikologis berkaitan dengan masalah-masalah yang sangat
berkaitan dengan saat melakukan hubungan orang lain dan sekolah.
Karakteristik anak tunalaras berdasarkan dimensi tingkah laku menurut Hallahan dan
Kauffman (dalam IG. A. K Wardani, 2008) adalah:
a. Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku memiliki ciri-ciri:
1) Suka berkelahi, memukul, menyerang.
2) Merusak barang milik sendiri atau milik orang lain.
3) Membuat kegaduhan dan keonaran.
4) Tidak mau mengakui kesalahan dan tidak mau bertanggung jawab.
b. Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri memiliki ciri-ciri:
1) Khawatir, cemas, dan ketakutan.
2) Kaku, dingin, pemalu, dan menarik diri.
3) Kurang percaya diri, pendiam, dan merasa tertekan.
c. Anak yang kurang dewasa mempunyai ciri-ciri yaitu melamun, kaku, berangan-
angan, pasif, mudah dipengaruhi, cepat kantuk, dan bosan.
d. Anak yang agresif dalam bersosialisasi memperlihatkan ciri-ciri:
1) Senang membolos, keluar malam, dan minggat dari rumah.
2) Mempunyai kelompok atau geng nakalyang suka mencuri dan membuat
kenakalan/kerusuhan secara bersama-sama, serta loyal terhadap kelompoknya
tersebut.

C. FAKTOR PENYEBAB
Faktor penyebab tunalaras Menurut Deden Saeful Hidayat dan Wawan (2013: 36-51)
faktor penyebab terjadinya ketunalarasan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

5
1. Faktor Internal
a. Kondisi/keadaan fisik. Yang dinyatakan secaca langsung dalam ciri-ciri
kepribadian atau secara tidak langsung dalam reaksi menghadapi kenyataan
memiliki implikasi bagi penyesuaian diri seseorang.
b. Masalah perkembangan. Anak biasanya dapat mengatasi krisis emosi atau
tantangan jika pada dirinya tumbuh kemampuan baru yang berasal dari adanya
proses kematangan yang menyertai perkembangan. Apabila ego dapat
mengatasi masalah krisis ini, maka perkembangan ego yang matang akan
terjadi sehingga individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Sebaliknya, apabila individu tidak berhasil menyelesaikan masalah tersebut
maka akan menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku.
c. Keturunan. Memberikan banyak bukti bayi yang dilahirkan dalam keadaan
abnormal berasal dari keturunan yang abnormal pula. Keabnormalan perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh orang tuanya memberikan kontribusi
ketunalarasan kepada generasi berikutnya.
d. Faktor psikologis. Seorang yang mengalami kesulitan memecahkan persoalan
akan menimbulkan perasaan frustrasi. Bagi individu yang memiliki stabilitas
kepribadian yang baik, konflik psikologis tersebut dapat diselesaikan dengan
baik. Namun, bagi individu yang memiliki kepribadian neurotic, konflik
tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik. Akibatnya, timbul perilaku
menyimpang sebagai defence mechanism (Mekanisme Pertahanan).
e. Faktor biologis. Anak lahir dengan kondisi fisik biologis tertentu akan
menentukan style perilaku (tempramen). Anak yang mengalami kesulitan
menempatkan tempramennya, akan memberikan kecenderungan untuk
berkembangnya kondisi kelaian perilaku dan emosi.
2. Faktor eksternal
a. Faktor psikososial. Pengalaman tidak menyenangkan pada usia awal
mengakibatkan anak menjadi tertekan dan secara tidak disadari berpengaruh
pada penyimpangan perilaku.
b. Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan
dasar perasaan aman dan dasar untuk perkembangan sosial dapat
menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku pada anak. Faktor yang
terdapat dalam keluarga yang berkaitan dengan gangguan emosi dan tingkah
laku, antara lain yaitu: kasih sayang dan perhatian, keharmonisan keluarga,
kondisi ekonomi, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

D. KLASIFIKASI ANAK TUNALARAS


Sistem klasifikasi kelainan perilaku yang dikemukakan oleh Kirk dan Gallagher
(Moh. Amin, 1991: 51) yaitu:
a. Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu
pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan
guru, kejam, jahat, suka menyerang, dan hiperaktif.
b. Anak yang cemas menarik diri (anxious-witdrawl) adalah anak yang pemalu,
takut-takut, suka menyendiri, peka dan penurut dan tertekan batinnya.

6
c. Dimesi ketidak matangan (immaturity) mengacu pada anak yang tidak ada
perhatian, lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam.
Anak mirip seperti anak autistik.
d. Anak agresi sosialisasi (sosialize aggresive) mempunyai ciri atau masalah perilaku
yang sama dengan gangguan perilaku yang bersosialisasi dengan “geng” tertentu.
Anak dalam tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan pembolosan serta
merupakan suatu bahaya bagi masyarakat umum.
Pendapat lain dari William M. Cruickshank (Sutjihati Somantri, 2007: 141-142)
memaparkan bahwa anak dengan hambatan sosial dapat diklasifikasikan dalam kategori
the semisosialize child, anak pada kelompok ini masih mampu berhubungan sosial
terhadap lingkungan tertentu misalnya keluarga atau kelompoknya, children arrested at a
primitive level of socialization, anak pada kelompok ini tidak pernah mendapatkan
bimbingan sikap sosial, dan juga pendidikan, children with minimum sosialization
capacity, anak pada kelompok ini tidak memiliki kemampuan untuk belajar sikap sosial.

7
BAB III
HASIL OBSERVASI WAWANCARA

From I
INFORMASI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
(Di isi oleh orang tua)

Petunjuk : Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang
sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan kepada guru kelas tempat anak Bapak/
Ibu bersekolah.
A. Identitas Anak
1. Nama : AF
2. Tempat tanggal lahir :-
3. Usia : 13 Tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Anak ke dari berapa bersaudara :-
7. Alamat rumah : Yogyakarta

B. Riwayar Kehamilan
1. Usia saat mengandung :-
2. Gejala saat mengandung :-
3. Mengalami keram perut :-
4. Mengalami pendarahan :-
5. Aktivitas selama mengandung :-

C. Riwayat Kelahiran
1. Usia kandungan :-
2. Proses kelahiran :-
3. Saat bayi lahir menangis :-
4. Berat badan bayi :-
5. Panjang badan bayi :-
6. Lingkar kepala bayi :-
7. Kondisi kulit :-

8
8. Tanda kelainan saat lahir :-
D. Perkembangnan Masa Balita
1. Mengunakan asi/susu :
2. Bayi mampu menghisap :
3. Susu formula hingga umur :
4. Mengunakan asi sampai umur :
5. Anak mengalami kejang :

E. Perkembanngan Fisik
1. Menelungkup pada umur :
2. Merangkangkat pada umur :
3. Duduk pada umur :
4. Berdiri pada umur :
5. Berjalan pada umur :
6. Berbicara pada umur :
7. Kesulitan gerak yang dialami :
8. Perkembangan yang tidak normal :

F. Perkembangnan Sosial
1. Hubungan dengan ortu :
2. Hubungan dengan saudara :
3. Hubungan dengan teman :
4. Hobi :
5. Minat khusus :

9
From II
DATA ORANG TUA/ WALI SISWA
(Di isi orang tua/ wali siswa)
Nama Anak :AF
Nama Sekolah : SLB E Prayuwana
Kelas :-
A. Identitas Orangtua/Wali
Ayah :
1. Nama Ayah :-
2. Umur :-
3. Agama :-
4. Status Ayah :-
5. Pendidikan Tertinggi :-
6. Pekerjaan Pokok :-
7. Alamat Tinggal :-

Ibu :
1. Nama Ibu :-
2. Umur :-
3. Agama :-
4. Status Ibu :-
5. Pendidikan Tertinggi :-
6. Pekerjaan Pokok :-
7. Alamat Tinggal :-

Wali :
1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Status Perkawinan :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
7. Alamat Tinggal :
8. Hubungan Keluarga :

10
B. Hubungan Orangtua dan Anak
1. Kedua orangtua satu rumah :
2. Anak satu rumah dengan kedua orangtua :
3. Anak diasuh oleh salah satu orang tua :
4. Anak diasuh wali/saudara :

C. Sosial Ekonomi Orangtua


1. Jabatan formal ayah di kantor (jika ada) :
2. Jabatan formal ibu di kantor (jika ada) :
3. Jabatan informal ayah di luar kantor (jika ada) :
4. Jabatan informal ibu di luar kantor (jika ada) :
5. Rata-rata penghasilan (kedua orangtua) perbulan :

D. Tanggungan dan Tanggapan Keluarga


1. Jumlah anak Ysb :
2. Anak yang ke :
3. Persepsi orang tua terhadap anak ysb :
4. Kesulitan orang tua terhadap anak ysb :
5. Harapan orang tua terhadap pendidikan anak ysb :
6. Bantuan yang diharapkan orang tua untuk anak ysb :

Diisi Tanggal:
……………………..
Orang Tua

(……………………..)

11
12
Form III
INSTRUMEN PENGAMATAN
No Indicator Ya Tidak Keterangan
1 Anak sering berbohong 
2 anak sering mengejek 
temannya
3 Anak susah diberitahu 
4 Anak tidak berkonsentrasi 
dalam belajar
5 Anak sering bolos sekolah 
6 Anak sering melamun saat 
pembelajaran
7 Anak mudah tersinggung 
8 Anak tidak bisa mengontrol 
perkataan
9 Anak sering melanggar 
aturan kelas
10 Anak sering membantah 
guru
11 Anak sering memukul 
teman
12 Anak tidak bisa mengontrol 
emosi
13 Sering dipanggil guru 
14 Anak menunjukan tidak 
minat sekolah
15 Anak sering menyalahkan 
orang lain
16 Anak sering berkelahi 
17 Anak sering mengisolasi 
diri
18 Anak sering melanggar 
norma
19 Anak merusak alat-alat 
sekolah
20 Anak sering menolak tugas 
dari guru

13
From IV
HASIL IDENTIFIKASI ANAK

Kontrol emosi yang dimiliki AF masih kurang, AF sering marah dan merasa benci.Emosi
tersebut ditunjukkan apabila AF merasa tersinggung atau terganggu dengan perbuatan
atau perkataan dari teman maupun orang dewasa (guru) serta tidak sesuai dengan
keinginannya. Tetapi emosi AF akan setabil apabila dalam kondisi senang atau mood
anak sedang baik. Perilaku yang sering ditunjukkan oleh AF adalah memukul,
menendang, mengejek, membuat gaduh, membantah arahan, dan berbicara tidak sopan.
Perilaku tersebut terjadi pada saat pembelajaran dan di luar pembelajaran (waktu
istirahat).Perilaku tersebut muncul apabila AF merasa tersinggung atau terganggu

From V
PROGRAM
Menurut kelompok kami, Intervensi yang diberikan dalam kasus ini adalah rational
emotive therapy (RET). RET menekankan pada pemikiran, emosi, dan tindakan yang cera
simultan atau terus-menerus. RET mengatasi segenap manifestasi dari depresi, kesakitan,
kehilangan rasa berharga dan kebencian. RET berasumsi bahwa keyakinan-keyakinan dan
nilai-nilai irasional orang-orang berhubungan secara kausal dengan gangguan-gangguan
emosional dan perilaku. RET mengonfrontasi para Subjek dengan keyakinan-keyakinan
irasionalnya serta menyerang, menantang, mempertanyakan, dan membawa keyakinan-
keyakinan yang irasional (Corey, 2013). Rational emotive therapy diberikan kepada
Subjek karena sesuai dengan kondisi permasalahan yang Subjek hadapi. Subjek memiliki
pemikiran irasional terkait dengan hubungan sosial karena pengalaman waktu kecil
Subjek yang membuat Subjek melakukan generalisasi sampai saat ini. RET diberikan
kepada Subjek untuk menghilangkan keyakinan yang irasional. RET diarahkan pada satu
tujuan, yaitu meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari Subjek dan
membantu Subjek untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik (Corey, 2013).
RET dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu membantu Subjek untuk
membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-
gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya adalah menjadikan Subjek
menginternalisasi suatu filsafat hidup yang rasional. Tugas terapis mengajar dan
membantu Subjek secara aktif direktif, terapis memainkan peran sebagai pengajar yang
aktif mereedukasi Subjek. terais menunjukkan penyebab ketidak logisan gangguan-
gangguan yang dialami Subjek dan verbalisasi-verbalisasi diri yang telah mengekalkan
gangguan-gangguan dalam hidup Subjek.

14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat ditarik poin-poin simpulan sebagai berikut. Pertama, kondisi
objektif di sekolah menunjukkan bahwa siswa tunalaras di SLB/E Prayuana Yogyakarta
masih belum optimal mendapat bimbingan konsep diri guna menumbuhkan kesadaran
pentingnya diri dalam menempatkan diri. Kedua, kendala penanganan konsep diri melalui
bimbingan masih cukup banyak terutama pada system pendidikan di SLB yang belum
memandang perlu adanya fungsi Bimbingan Konseling. Ketiga,dukungan sistem baik
secara material maupun immaterial belum mendukung pelaksanaan bimbingan konsep
diri pada kebutuhan anak yang sangat kompleks. Keempat, perlunya penerapan
bimbingan yang multiteknik dalam setiap penanganan kasus yang terjadi pada siswa
termasuk persoalan konsep diri siswa tunalaras.
B. SARAN
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Dan penulis
juga membutuhkan kritik dan saran agar bisa menjadi motivasi untuk kedepannya yang
lebih baik dari sebelumnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih atas dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas demi kebaikan penulis.

15
Daftar Pustaka
https://eprints.uny.ac.id/56921/1/Ganis%20Ariffiani_12103244037.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai