Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS DIAGNOSIS KEBUTUHAN SISWA YANG

BERMASALAH DAN ALTERNATIF YANG BISA


DILAKUKAN DI SDN 1860 PONTIANAK SELATAN

TUGAS REKOGNISI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

OLEH :
SABASTIANUS HUGO
F1081201020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Analisis
Diagnosis Kebutuhan Siswa yang Bermasalah dan Alternatif yang Bisa Dilakukan di
SDN 1860 Pontianak Selatan yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
nilai rekognisi mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Ahmad Yani T, M.Pd.,M.Pdi selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tanjungpura.
2. Rio Pranata, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura.
3. Dr. Siti Halidjah, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura.
4. Yadi ardiawan, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kampus Mengajar
5 di SD Negeri 1860 Pontianak Barat.
5. Burhanudin, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1860 Pontianak Barat.
6. Emi Yuliani, S.Pd. Selaku Guru Pendamping di SD Negeri 1860 Pontianak Barat.
7. Dewan Guru dan Staf SD Negeri 1860 Pontianak Barat.
8. Rekan Mahasiswa Program Kampus Mengajar 5 di SD Negeri 1860 Pontianak Barat
9. Peserta didik SD Negeri 1860 Pontianak Barat.
10. Pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Besar harapan kami agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mudah-
mudahan apa yang penulis buat ini bisa menambah wawasan serta dapat menjadi
rujukan untuk penanganan siswa bermasalah di sekolah.

Pontianak, 9 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................................2
C. Manfaat..............................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................................................3
A. Definisi Siswa Bermasalah................................................................................................3
B. Penyebab Siswa Bermasalah.............................................................................................3
C. Permasalahan Dalam Kelas...............................................................................................5
D. Macam-macam Masalah....................................................................................................6
E. Penanganan Siswa Bermasalah..........................................................................................7
a. Peran Guru Kelas Dalam Bimbingan Konseling.........................................................7
b. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di luar kelas............................................9
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................11
A. Permaslahan Belajar Siswa SDN 1860 Pontianak Barat....................................................11
B. Alternatif Penyelesaian Masalah Siswa SDN 1860 Pontianak Barat.................................12
C. Hasil Observasi..................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP........................................................................................................................15
A. Kesimpulan........................................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................16
LAMPIRAN...................................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 diartikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam hal ini
Pendidikan dapat dipahami sebagai tuntunan atau bimbingan yang diberikan oleh
orang dewasa dalam membekali anak-anak selama tumbuh kembangnya, sehingga
diharapkan anak-anak dapat berkembang secara maksimal dan memiliki kecakapan
yang diperlukan dalam kehidupannya di masa mendatang.
Dalam rangka transfer kecakapan yang dimaksud, setiap siswa tentunya
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya
tanpa kesulitan, namun tidak sedikit siswa mengalami banyak kesulitan. Kesulitan-
kesulitan tersebut tentunya dipengaruhi oleh pelbagai faktor seperti kemalasan,
mudah putus asa, sikap acuh tak acuh, sikap tidak menghormati guru, dan
sebagainya, Hal ini tentu tidak bisa diatasi sendiri oleh siswa-siswi SD karena
kemampuan pemecahan masalah mereka yang belum berkembang secara
maksimal. Bahkan tidak jarang siswa-siswi tersebut tidak sadar bahwa mereka
sedang mempunyai masalah, sehingga akibat dari hal tersebut siswa kesulitan
dalam meraih prestasi meskipun ia telah mengikuti pembelajaran di kelas.

Sebagai seorang Motivator, Guru turut berperan membantu memecahkan masalah


yang dihadapi siswa, peran guru sangat diperlukan oleh peserta didik untuk
mendukung mereka dalam menghadapi masalah-masalah yang ada selama proses
pembelajaran. Maka dari itu, diagnosis kesulitan siswa dalam belajar sangat
diperlukan guna mengetahui dimana letak kesulitan belajar yang di hadapi oleh
siswa serta untuk mencari pemecahannya.

Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum memahami akan pentingnya
diagnosis ini, bahkan masih banyak guru yang belum bisa maksimal dalam
menjalankan fungsinya sebagai motivator dan mediator pemecahan masalah siswa.
Oleh sebab itu, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan meningkatkan perhatian guru akan pentingnya penanganan siswa bermasalah di
sekolah.

3
B. Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dijelaskan tujuan dari observasi
ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian siswa Bermasalah.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa SDN 1860 Pontianak
Barat
3. Untuk mengetahui alternatif penananganan yang dapat di lakukan di SDN 1860
Pontianak Barat

C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari laporan ini adalah :
1. Dapat menjadi teori pendukung untuk penelitian selanjutnya.
2. Dapat menambah wawasan pembaca mengenai penanganan kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa di sekolah.
3. Dapat menjadi bahan rujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Siswa Bermasalah
Sekolah merupakan sebuah wadah pendidikan yang menampung bermacam-
macam siswa dengan latar belakang kepribadian yang berbeda. Dalyono (2010: 259)
menyebutkan bahwa seorang siswa dikategorikan bermasalah apabila anak tersebut
menunjukkan gejala- gejala penyimpangan dari perilaku yang lazim dilakukan anak-
anak pada umumnya. Dalyono membagi jenis penyimpangan menjadi dua kategori,
yaitu penyimpangan sederhana dan penyimpangan ekstrim. Penyimpangan perilaku
yang sederhana misalnya, mengantuk, suka menyendiri, kadang terlambat datang ke
sekolah. Penyimpangan perilaku yang ekstrim misalnya sering tidak berangkat sekolah,
memeras teman- temannya, ataupun tidak sopan kepada orang lain juga kepada
gurunya.
Siswa bermasalah di sekolah biasanya menunjukkan gejala-gejala dari tingkah
lakunya. Djiwandono (2008:320) menyatakan bahwa siswa bermasalah dapat
diidentifikasi dari beberapa tingkah laku yang berbeda. Tanda-tanda terjadinya
masalah pada siswa antara lain agresif, curiga, over sensitif, pemimpi, dan tingkah
laku antisosial lain, yang telah menghalangi tujuan siswa. Berdasarkan pendapat yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa
bermasalah secara psikologis merupakan siswa yang sering melakukan perbuatan yang
tidak dilakukan siswa lain pada umumnya.

B. Penyebab Siswa Bermasalah


Siswa yang sering membuat masalah di sekolah biasanya memiliki latar
belakang yang mempengaruhinya. Dalyono (2010: 260) secara garis besar pangkal
soal masalah-masalah siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Masalah internal
Masalah internal ialah masalah yang berpangkal dari kondisi murid itu sendiri.
Masalah tersebut bisa disebabkan dari adanya kelainan fisik maupun kelainan
psikis.
a) Kelainan Fisik
Anak-anak yang menderita kelainan fisik akan merasa tertolak untuk hadir di
tengah-tengah temannya yang normal. Kelainan-kelainan yang terjadi pada fisik
diantaranya ialah buta, bermata satu, tuli, kaki kecil satu, atau bahkan lumpuh

5
total.
b) Kelainan Psikis
Kelainan psikis ialah kelainan yang terjadi pada kemampuan berpikir (kecerdasan)
seorang anak. Kelainan psikis dikategorikan pada kelainan psikis inferior
(lemah) maupun kelainan psikis superior (kuat). Anak-anak memiliki taraf
kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda.
2) Masalah Eksternal
a) Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak. Oleh
karena itu, setiap cara yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak akan
mempengaruhi perilakunya, sontoh saja pada kondisi Orang tua yang otoriter
akan memperlakukan anak secara otoriter. Anak yang dididik secara otoriter
akan tumbuh dan berkembang sebagai anak otoriter dan keras kepala.
Sedangkan anak-anak yang dibesarkan dengan segala kemudahan (orang tua
permisif) juga akan mempunyai kesan bahwa segalanya itu mudah. Anak akan
sangat terpukul jika terpaksa harus menghadapi beberapa kesulitan, bahkan tidak
sedikit anak melakukan pemberontakan.
b) Pergaulan
Lingkungan kedua yang dikenal oleh anak adalah lingkungan masyarakat atau
lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan juga memiliki pengaruh yang
besar bagi perkembangan psikis anak, jika lingkungan baik, anak akan
cenderung menjadi baik, jika lingkungan buruk anak pun ada kecenderungan
memiliki kepribadian yang buruk.
c) Pengalaman Hidup
Pengalaman-pengalaman di masa lalu biasanya tidak mudah dilupakan oleh siswa,
semuanya tersimpan rapi dalam ruang ingatan. Siswa yang bodoh sering tak
diperhatikan oleh gurunya. Suatu saat ketika siswa berbuat keributan dan
ternyata dengan cara itu dia dieprhatikan gurunya, karena siswa tersebut butuh
diperhatikan oleh gurunya, maka sesuai dengan pengalamannya siswa pun
senantiasa berbuat keributan, dan keributan baginya menjadi suatu keharusan.
Sebab-sebab perilaku bermasalah pada siswa dipicu oleh banyak faktor yang
mempengaruhinya. Emmer dan Evertson (2009: 229) mengemukakan bahwa
sebab-sebab perilaku bermasalah timbul dari pemicu stres (misalnya, perlakuan
yang kasar, kematian salah satu anggota keluarga, orang tua yang tidak bekerja,

6
penyakit yang serius, atau perceraian) yang dialami siswa di rumah atau tempat
lainnya.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang


bermasalah di sekolah, baik dalam hal pola perilaku maupun dalam bidang
akademiknya terdapat faktor penyebab yang mempengaruhinya. Permasalahan
tersebut dapat disebabkan karena faktor internal, yaitu permasalahan yang berasal dari
siswa itu sendiri, maupun masalah eksternal yang disebabkan karena adanya
permasalahan di luar diri siswa tersebut, seperti adanya permasalahan yang siswa
alami di rumah yang siswa bawa ke sekolah sehingga berdampak pada permasalahan
pola perilaku dan prestasi akademik siswa ketika di sekolah.

C. Permaslaahan Dalam Kelas


Permasalahan yang terjadi di dalam kelas dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan kelas
salah satunya adalah mengelola permasalahan dan tingkah laku siswa ketika di kelas.
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel dalam Hadi ( 14: 2005) menjelaskan perbuatan tidak
baik siswa di kelas dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1) Attention getting behaviour
a) Membadut di kelas (aktif)
b) Berbuat serba lamban sehingga mendapat perotolongan ekstra (pasif)
2) Power seeking behaviour (mencari, menuntut, mendapat)
a) Selalu mendebat / kehilangan kendali emosional, marah, menangis (aktif)
b) Selalu lupa pada aturan-aturan penting di sekolah (pasif)
3) Revenge seeking behaviour (balas dendam)
a) Menyakiti orang lain, memukul, menggigit, mengolok-olok dan sebagainya
(aktif)
b) Mogok dalam segala tugas (pasif)
4) Display of inadequancy (peragaan ketidakmampuan)
Sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa kegagalan
yang menjadi bagiannya.

7
Tindakan penanganan guru terhadap permasalahan yang terjadi pada siswa di
kelas akan berjalan dengan efektif apabila guru dapat mengidentifikasi dengan tepat
masalah yang sedang dihadapi, sehingga guru dapat memilih strategi penanganan
yang tepat. Dreikurs dalam Hadi (2005: 14) mengemukakan adanya empat macam
pola tingkah laku yang mewarnai tingkah laku anak usia sekolah, adapun keempat
pola tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:
1) Active constructive, yang merupakan tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk
menjadi bintang kelas, dan mempunyai daya usaha untuk membantu gurunya
dengan penuh semangat dan sepenuh hati.
2) Active destructive, merupakan sifat yang terlihat dalam bentuk untuk membadut
(clown), suka marah (bully), tidak sopan (impertinent), dan memberontak
(rebel).
3) Passive constructive, merupakan anak yang bekerja lamban, berusaha agar
selalu ditolong dan dimanja (charm).
4) Passive destructive, merupakan sifat pemalas dan keras kepala
(stuborn).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
dalam kegiatan belajar di kelas terdapat beragam siswa dengan pola tingkah laku dan
karakter yang berbeda-beda, sehingga seringkali muncul permasalahan yang
ditimbulkan akbita perbedaan karakter dan tingkah laku siswa. Tindakan
pengelolaan kelas akan efektif apabila guru dapat mengidentifikasi dengan tepat
permasalahan yang sedasng dihadapi siswa.

D. Bentuk-Bentuk Masalah
Bentuk Permasalahan yang dihadapi oleh siswa sangat bermacam-macam.
Kowitz dalam Ngalimun (2014: 34-36) permasalahan yang dihadapi oleh siswa
sekolah dasar adalah sebagai berikut :
1) Masalah Pribadi
Permasalahan pribadi siswa merupakan suatu permasalahan yang dirasakan oleh
siswa itu sendiri. Permasalahan yang dialami oleh siswa di Sekolah Dasar
berhubungan dengan permasalahan mengenai kemampuan intelektual, kondisi
fisik, kesehatan, dan kebiasaan- kebiasaannya.
2) Masalah Penyesuaian Sosial
Permasalahan penyesuaian sosial anak meliputi permasalahan penyesuaian sosial

8
anak dengan teman-temannya dan permasalahan penyesuaian sosial anak dengan
gurunya. Masalah penyesuaian sosial.

anak dengan teman-temannya misalnya, perasaan rendah diri, ketergantungan pada


teman, iri hati, cemburu, curiga, persaingan, perkelahian, permusuhan, dan
sebagainya. Permasalahan penyesuaian sosial anak dengan guru misalnya, anak
tidak menyenangi guru, tergantung pada guru, tidak ada semangat belajar atau
masalah lain yang berhubungan dengan kedisiplinan.
3) Masalah Akademik
Masalah akademik dapat ditemui hampir pada setiap siswa. Permasalahan
akademik berupa tidak dikuasainya kemampuan atau materi yang ditargetkan
sebagai tujuan pembelajaran.
Bentuk masalah yang dihadapi oleh siswa dibedakan menjadi beberapa sifat.
Dalyono (2010: 265) mengemukakakan bentuk-bentuk masalah yang dihadirkan
siswa dapat dibagi menjadi dua sifat, regresif dan agresif. Bentuk-bentuk yang
bersifat regresif yaitu suka menyendiri, pemalu, penakut, mengantuk, tidak mau
masuk sekolah. Bentuk masalah yang bersifat agresif yaitu berbohong, berbuat
keributan, memeras temannya, dan perilaku lain yang dapat menarik perhatian
orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
permasalahan yang dialami oleh siswa sangat beragam bentuknya, dapat berupa
masalah pribadi yang berasal dari diri siswa, masalah dengan teman sekolah,
masalah siswa dari rumah yang dibawa hingga ke sekolah, hingga masalah
akademik yang siswa alami ketika di sekolah. Seluruh masalah tersebut dapat
menjadikan dapat membuat siswa menjadi pribadi yang pendiam, penakut, bahkan
sampai berbuat keributan yang dapat memancing perhatian orang lain.

E. Penanganan Siswa Bermasalah

a. Peran Guru Kelas dalam Bimbingan Konseling


Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan

kegiatan pembelajaran kepada siswa, namun dalam batas- batas tertentu guru pun

dapat bertindak sebagai konselor bagi peserta didiknya. SK Menpan No.83/1993

dalam Ngalimun (2014: 161) ditegaskan bahwa selain tugas utama mengajar,

9
guru sekolah dasar ditambah dengan melaksanakan program bimbingan di kelas

yang menjadi tanggung jawabnya. Sukmadinata (2009: 254) mengemukakan

bahwa sebagai pembimbing guru perlu memiliki pemahaman tentang para

siswanya, memahami segala potensi dan kelemahannya, masalah dan

kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya.

Guru tidak hanya bertugas mendidik siswanya, namun guru juga memiliki peran

sebagai pembimbing. Sardiman dalam Daryanto (2015: 29-30) menyatakan

bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan bimbingan konseling, yaitu :

1) Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,


labolatorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.

2) Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal


pelajaran, dan lain-lain.
3) Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta

reinforcement untuk mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan swadaya

(aktifitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di

dalam proses belajar mengajar.

4) Direktor, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar

siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5) Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar.

6) Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam

pendidikan dan pengetahuan.

7) Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses

belajar mengajar.

8) Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar.

9) Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam

10
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan

siswa berhasil atau tidak.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran guru

kelas sangat diperlukan menangani siswa bermasalah di sekolah khususnya di

Sekolah Dasar yang memang tidak memiliki guru Bimbingan Konseling

tersendiri, sehingga guru kelas merangkap sebagai guru bimbingan konseling.

Guru memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk mempelajari karakter atau

tingkah laku masing-masing siswanya, dengan mengenal karakter siswa, maka

guru akan mampu untuk membimbing dan mengarahkan siswanya baik dalam hal

tingkah laku maupun dalam prestasi akademik.

b. Tugas Guru Dalam Operasional Bimbingan di Luar kelas

Peran guru sebagai pembimbing tidak hanya berlaku di dalam kelas saja,
namun guru juga memiliki tugas untuk melakukan bimbingan di luar kelas.
Daryanto (2015: 77) mengemukakan beberapa tugas guru di Luar kelas, yaitu:
1) Bimbingan bagi siswa yang sesuai dengan kecerdasannya
Bimbingan yang dilakukan oleh guru kelas lebih kepada memberikan
perhatian yang besar kepada pemeliharaan dan peningkatan penguasaan
materi. Guru diharapkan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
perkembangan belajar siswa, memberikan tugas dan latihan yang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Bimbingan juga perlu diberikan
kepada siswa dengan prestasi yang rendah. Siswa dengan prestasi yang
rendah, dapat dipastikan memiliki masalah, ada faktor penyebab yang melatar
belakanginya mungkin bersumber pada dirinya mungkin juga diluar dirinya.

2) Melakukan Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan dan


konseling. Fungsi utama dari kunjungan rumah adalah menjalin hubungan
baik dan kerja sama antar guru dan orang tua siswa, melalui hubungan baik
dan kerja sama ini, diharapkan ada saling pengertian, kesamaan persepsi,

11
sikap dan perlakuan terhadap siswa. Kegiatan kunjungan rumah yang
dilakukan oleh guru berfungsi untuk memperoleh data lebih luas dan
mendalam tentang perkembangan peserta didik, karakteristik, sikap,
kebiasaan, serta aktivitasnya dalam keluarga dan lingkungan masyarakat
sekitar, serta kondisi kehidupan keluarga siswa.

3) Menyelenggarakan Kelompok Belajar

Penyelenggaraan kelompok belajar pada siswa dapat memberikan banyak


manfaat pada siswa. Manfaat kelompok belajar antara lain:
a) Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana
cara menyampaikan pendapatnya dan menerima pendapat dari teman lain.
b) Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar secara
kelompok.
c) Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara
bersama-sama.
d) Belajar bersama agar nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang
lebih luas.
e) Memupuk rasa kegotong royongan.

4) Pertemuan guru-murid

Ada kalanya seorang guru perlu mengadakan pertemuan dari hati ke hati
dengan siswa. Pertemuan ini dapat dilaksanakan sebelum sekolah dimulai,
pada waktu istirahat, atau setelah sekolah usai. Pertemuan tersebut bertujuan
untuk mendapatkan data mengenai siswa yang mungkin sedang bermasalah.

Guru memiliki tugas-tugas tersendiri ketika melakukan bimbingan di luar


kelas. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Daryanto, Kosasih dan Soejtipto
(2009: 110) mengemukakan tugas-tugas guru dalam bimbingan di luar kelas antara
lain :
a) Memberikan pengajaran perbaikan (remidial teaching).
b) Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
c) Melakukan kunjungan rumah (home visit).
d) Menyelenggarakan kelompok belajar.

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Belajar Siswa SDN 1860 Pontianak Barat

Pada faktanya di lapangan ada banyak hal yang menjadi permasalahan belajar
yang dialami oleh peserta didik di SDN 1860 Pontianak Barat seperti kurangnya fokus
saat pembelajaran, kurangnya sarana dan prasarana untuk beberapa mata pelajaran,
masih banyak siswa yang datang terlambat, mengantuk di kelas, dan lain-lain. Namun
hal ini tergolong sedikit dan hanya dialami beberapa siswa, sehingga jika berbicara
mengenai permasalahan siswa secara umum, permasalahan yang dialami siswa dapat
disebut Ketidakmampuan Belajar.

Secara umum, “ketidakmampuan belajar” adalah suatu kondisi khusus yang


ditandai dengan adanya hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, yang
memerlukan usaha lebih untuk mengatasinya. Menurut Mulyadi (2010:h.6)
menjelaskan: “Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu keadaan dalam proses
belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa yang bersangkutan mungkin atau mungkin
tidak menyadari hambatan ini. Jenis hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis
dan fisiologis selama proses belajar mengajar”.
Pandangan Burton dalam Syamsuddin (2003:h. 6) Mengidentifikasi siswa yang
mengalami atau diduga mengalami ketidakmampuan belajar ketika individu tersebut
menunjukkan beberapa kegagalan untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu, Burton mendefinisikan kegagalan belajar sebagai:

1. Siswa dikatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan
tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery
level), minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang
dewasa atau guru (criterion referenced).
2. Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya,
inteligensi, bakat), ia diramalkan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau
mencapai prestasi tersebut.

Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas
perkembangan, termasuk penyesuaian sosial, sesuai dengan pola organismiknya

13
(his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku
bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm referenced).
3. Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisiti) bagi
kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya.
4. Dari sini dapat disimpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan
belajar jika tidak mencapai tingkat kompetensi hasil belajar tertentu dan dalam
batas-batas tertentu.

B. Alternatif Penyelesaian Masalah Siswa SDN 1860 Pontianak Barat

Berdasarkan permasalahan belajar yang dialami oleh siswa SDN 1860


Pontianak Barat, maka salah satu alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan oleh
guru adalah dengan melaksanakan perbaikan atau remedial bagi siswa-siswi yang
belum maksimal dalam memahami pembelajaran.

Pengajaran remedial adalah suatu proses kegiatan pelaksanaan program belajar


mengajar khusus bersifat individual, diberikan kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar, yang bersifat mengoreksi (menyembuhkan) siswa yang mengalami
gangguan belajar tersebut sehingga dapat mengikuti proses belajar mengajar secara
klasikal kembali untuk mencapai prestasi optimal. Adapun Langkah-langkah untuk
menerapkan pembelajaran ini adalah sebagai berikut :

a. Langkah pertama: Penelaahan Kembali Kasus

Guru memeriksa siswa yang menerima bantuan lebih dekat. Berawal dari diagnosa
awal ketidakmampuan belajar, guru harus melakukan penelitian lebih lanjut
untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang siswa yang dihadapinya,
permasalahannya, kelemahannya, letak kelemahannya, akar penyebab
kelemahannya, tingkat keparahan kelemahannya. kelemahan, dan apakah ada
ahli lain. Butuh bantuan, waktu dan siapa yang bisa menyediakannya.
b. Langkah kedua: Alternatif Tindakan

Setelah memperoleh gambaran lengkap tentang siswa, tindakan alternatif akan


direncanakan sesuai dengan karakteristik kesulitan siswa. Alternatif pilihan
tindakan bagi kasus yang mendapatkan kesulitan di dalam belajar, maka
langsung saja melakukan remedial, dan jika ditemukan kasus yang memiliki

14
kesulitan belajar dan memiliki masalah di luar itu, seperti masalah sosial
psikologis dan sebagainya, maka sebelum diremedial kasus harus mendapatkan
layanan konseling, layanan psikologis dan atau layanan psikoterapis terlebih
dahulu. Alternatif tindakan ini dapat berupa:

1) Mengulang bahan yang telah diberikan dan diberi petunjuk- petunjuk.


2) Memberi kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang
sudah ditempuh. Disini dimaksudkan untuk memperkaya bahan yang telah
diberikan kepada siswa.
3) Tindakan yang berupa referral.

Jika kesulitan belajar disebabkan oleh faktor sosial, pribadi, psikologis yang di luar
jangkauan guru, maka guru melakukan alih tangan kepada ahli lain, misalnya:
konselor, psikolog, terapis, psikiater, sosiolog, dan sebagainya.
c. Langkah ketiga: Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir pengajaran remedial perlu dilakukan evaluasi, seberapa pengajaran
remedial tersebut meningkatkan prestasi belajar. Tujuannya untuk mencapai
tingkat kebehasilan 75% menguasai bahan. Jika belum berhasil, kemudian
dilakukan diagnosis kembali, prognosis dan pengajaran remedial berikutnya;
demikian seterusnya sampai beberapa siklus hingga tercapai tingkat keberhasilan
tersebut
Adapun pendekatan pengajaran remedial ada tiga, diantaranya adalah sebagai
berikut :

a. Pendekatan Pencegahan (preventive approach)

Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru harus mencoba berbagai metode
untuk mengetahui kondisi awal siswa dan memprediksi beberapa siswa yang akan
menghadapi kesulitan. Dengan demikian, melalui penggunaan multimedia, multi
metode, alat pengajaran yang sempurna dan gaya mengajar yang menarik dalam
belajar mengajar, guru dapat mencegah berkembangnya kesulitan untuk waktu
yang lama.

b. Pendekatan Penyembuhan (curative approach)

Pendekatan ini ditujukan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam


mengikuti proses belajar mengajar. Gejala prestasi belajar sangat rendah

15
dibandingkan dengan kriteria, misalnya 75% penguasaan mata pelajaran .
c. Pendekatan Perkembangan (developmental approach)

Guru harus selalu memantau perkembangan siswa secara sistematis. Sorotannya guru
selalu memantau kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. Setiap
menemui kendala, diselesaikan bersama-sama dengan siswa secara langsung dan
berkesinambungan.

C. Hasil Observasi

Pada laporan ini penulis menggunakan teknik observasi dan angket. Observasi
teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui sesuatu pengamatan disertai
pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku objek sasaran. Pengamatan
dilakukan ketika melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, peneliti
juga menyebarkan angket yang disebarkan melalui group wa yang di isi oleh guru,
peserta didik dan orang tua.
Berdasarkan angket diagnosis kebutuhan siswa yang bermasalah yang
disebarkan kepada guru dan peserta didik, didapatilah informasi bahwa 100% peserta
didik menyukai pembelajaran tematik, 80% merasa kesulitan dalam pelajaran
tersebut, 60% kesulitan dalam pemahaman materi. Guru telah melakukan alternatif
yang bisa dilakukan untuk mengulang (review) dan meningkatkan kemampuan yang
dimiliki peserta didik dalam memahami materi tersebut. Dari angket juga dapat
diketahui bahwa guru sudah mengawali pembelajaran dengan memberi dorongan atau
motivasi namun 50% dari responden peserta didik menilai bahwa motivasi yang
diberikan tidak berhubungan dengan kehidupan nyata yang mereka butuhkan dan
65% dari responden peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas
atau soal yang diberikan oleh guru. Serta 95% dari responden peserta didik menilai
bahwa diperlukannya alternatif tindakan yang dilakukan guru seperti pemberian
dorongan atau motivasi, mengulang (review) serta pengajaran remedial.

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan dapat disimpulkan bahwa faktor faktor
penyebab peserta didik kesulitan belajar disebabkan secara internal dan eksternal.
Adapun faktor yang dominan penyebab peserta didik menjadi kesulitan belajar
adalah faktor lingkungan sekitar peserta didik, baik diluar sekolah maupun
lingkungan tempat peserta didik tersebut tinggal.
Alternatif yang bisa dilakukan oleh guru dalam mengatasi peserta didik
kesulitan belajar melalui beberapa langkah, yaitu mencari data-data peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar dari absensi, prestasi belajar, catatan dari wali
kelas, memahami sifat atau jenis kesulitan belajarnya, menetapkan usaha-usaha
bantuan, menindaklanjuti peserta didik dengan memberikan bimbingan dan
konseling, atau dengan memberikan surat pernyataan kepada peserta didik, serta
terus melakukan koordinasi dengan kesiswaan untuk mengetahui perkembangan
peserta didik tersebut.
Berdasarkan angket diagnosis kebutuhan siswa yang bermasalah yang
disebarkan kepada guru dan peserta didik, didapatilah informasi bahwa 100% peserta
didik menyukai pembelajaran tematik, 80% merasa kesulitan dalam pelajaran
tersebut, 60% kesulitan dalam pemahaman materi.

B. Saran
Bedasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengobservasi permasalahan
siswa di SDN 1860 Pontianak Barat ini, dapat diketahui bahwa pelbagai
permasalahan yang dialami siswa baik itu internal maupun eksternal dapat
mempengaruhi hasil belajar dan menyebabkan siswa tidak mampu berkembang
secara maksimal. Oleh karena itu, guru perlu memberikan pendampingan secara
khusus bagi siswa yang bermaslaah dalam pembelajaran.
Bagi peneliti selanjutnya, penulis sadar betul bahwa tulian ini masih jauh dari
kata sempurna dan perlu perbaikan serta penambahan referensi sebagai rujukkan
dalam menulis, Oleh karenanya sebaiknya penulis selanjutnya dapat mencari
berbagai referensi sumber yang lebih lengkap.

17
DAFTAR PUSTAKA
Alan O. Ross. 2008. Psychological Disorder of Children. Mc. Graw-Hill Kogakusha
Ltd. Tokyo.
Burton H. W. 2003. The Guidance of Learning Activities. N.Y. Appleton
Centuryraffts. Inc.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Depdikbud. Jakarta
Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan
Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.
Muhibbin, Syah. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

18
Lampiran 1
LEMBAR ANGKET DIAGNOSIS KEBUTUHAN SISWA YANG
BERMASALAH ANGKET ANALISIS DIAGNOSIS KEBUTUHAN SISWA YANG
BERMASALAH DAN ALTERNATIF YANG BISA DILAKUKAN

A. Identitas Responden

Nama :
Kelas :

B. Petunjuk

Terhadap setiap pertanyaan di bawah ini, anda diminta menilainya dengan cara
memilih salah satu jawabancdan memberi tanda centang (√). Angket ini tidak
berhubungan dengan nilai anda. Jadi, isilah dengan jujur dan sesuai dengan
kenyataan.
2. Daftar Pertanyaan

Respon
Setuju Tidak
No Pertanyaan
Setuju
1 Saya memiliki nilai yang rendah dalam mata pelajaran tematik. 3 17
2 Hasil belajar yang saya peroleh sudah seimbang dengan usaha 20 0
belajar yang telah saya lakukan.
3 Saya selalu siap menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru 17 3
tentang pelajaran yang telah disampaikan.
4 Nilai ulangan yang bagus dapat membantu memberikan motivasi 19 1
dalam kegiatan belajar.
5 Saya memiliki kesulitan dalam mengerjakan tugas yang telah 15 5
diberikan oleh guru di sekolah.

6 Saya memiliki keterampilan dan merasa bisa dalam hal praktek 7 13


pada mata pelajaran tematik.
7 Saya mudah bosan menerima pelajaran yang telah di ajarkan guru di 6 14
sekolah.

19
8 Guru mata pelajaran tematik sering memberikan bantuan jika saya 4 16
mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tematik.
9 Saya menganggap penting dan bermanfaat segala materi yang 5 15
diajarkan oleh guru
10 Saat pelajaran berlangsung guru selalu menegur saya apabila saya 8 12
tidak memperhatikan guru mengajar
11 Saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum jelas kepada 17 3
guru.
12 Saya tidak memiliki motivasi dalam belajar. 17 3

13 Saya mampu memahami materi pelajaran tematik yang telah 18 2


dijelaskan oleh guru.

14 Saya merasa senang ketika guru memberikan pujian kepada saya 11 9


ketika mendapat nilai yang bagus.
15 Saya memiliki hubungan yang kurang baik dalam guru mata 3 17
pelajaran tematik.
16 Saya selalu siap menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru 17 3
tentang pelajaran yang disampaikan.
17 Saya sering membutuhkan waktu yang lebih lama untuk 19 1
memahami materi yang disampaikan.
18 Saya memiliki kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang 16 4
diberikan oleh guru.
19 Saya merasa kurang mampu dalam menguasai materi tematik yang 8 12
diajarkan.
20 Saya merasa tidak percaya diri saat diminta guru untuk maju ke depan 18 2
kelas seperti presentasi atau menjawab pertanyaan

20

Anda mungkin juga menyukai