Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH JENIS-JENIS MASALAH SISWA DI BERBAGAI

TINGKAT SEKOLAH (TK, SD, SMP, DAN SMA)

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling


Dosen Pengampu:
Kusnarto Kurniawan, S. Pd., M. Pd., Kons.

Oleh:

1. Yesi Dwi Paraswati (2101421028)


2. Hanifah Rifdah Nurul Azizah (2101421029)
3. Muhammad Akmal Al Farizi (2101421036)
4. Silfira Catur Januarista (2101421038)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul Makalah Jenis-
Jenis Masalah Siswa di Berbagai Tingkat Sekolah (Tk, Sd, Smp, dan Sma) tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui tentang
jenis-jenis masalah siswa di berbagai tingkat sekolah dan diharapkan dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Kusnarto Kurniawan, S. Pd., M. Pd.,
Kons. selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan
tugas penyusunan makalah ini, sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan kami.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuan sehingga kami dapat menyelesikan makalah ini.
Dalam penyusunannya, tentu kami menyadari bahwa makalah yang saya susun ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca guna menyempurnkaan segala kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Semarang, 8 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ⅱ


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ⅲ
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 7

A. Permasalahan Tingkat TK .............................................................................. 7


B. Permasalahan Tingkat SD .............................................................................. 7
C. Permasalahan Tingkat SMP ........................................................................... 9
D. Permasalahan Tingkat SMA ............................................................................ 11

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam menyelesaikan tugas perkembangan, siswa. Butuh bantuan dari orang yang
lebih dewasa. Mereka membutuhkan kehadiran orang lain yang mau dan mau
mendengarkan tempat berbagi masalah. Ketika siswa mengatasi masalah yang mereka
hadapi, sekolah dapat Membantu dengan memberikan layanan bimbingan dan konseling
Bimbingan Belajar. Layanan bimbingan dan konsultasi pelaksanaan pesta Sekolah siswa
berada di bawah tanggung jawab guru pembimbing, tentang Dengan pengembangan bidang
pribadi, sosial, pembelajaran dan karir yang terstruktur Dan mengembangkan rencana
bimbingan dalam jangka waktu tertentu. Guru pembimbing dapat membantu siswa
mengatasi masalah Mereka memandu kegiatan melalui konsultasi individu dan kelompok
kecil atau klasik. Dalam kegiatan mentoring kelompok atau klasik, subjek Bimbingan
mengacu pada tugas perkembangan anak sekolah dasar. Tema Bimbingan akan lebih tepat
sasaran
Pola asuh yang sehat adalah membina sejarah perkembangan yang baik dalam arti
pribadi, seperti: penerimaan dan kasih sayang orang tua, memiliki cukup waktu untuk
bermain dengan anak, memperlakukan anak sesuai dengan usia perkembangannya,
memberikan keterampilan yang berguna untuk membantu diri sendiri dan membentuk –
sosial Dalam keterampilan, merupakan modal bagi individu untuk berkembang menjadi
pribadi yang kuat. Peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja bisa menjadi masa
yang sulit bagi orang tua dan guru, karena semuanya membutuhkan perhatian khusus saat
ini. Namun, terdapat bukti bahwa perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada masa
remaja merupakan akibat dari perubahan sosial akibat perubahan kelenjar yang
mempengaruhi keseimbangan tubuh. Kurangnya kesadaran yang dipelajari, nilai-nilai
moral yang diperoleh selama masa remaja dari orang tua, saudara kandung, guru, dan teman
cenderung mengarah pada perubahan psikologis yang merugikan. Lingkungan reseptif
yang lebih baik juga berdampak pada komunikasi dan pembentukan perilaku positif
Permasalahan siswa pada jenjang sekolah taman kanak-kanak (TK) adalah sebagai
berikut: Terdapat beberapa permasalahan, antara lain masalah sosial, masalah emosional,
dan masalah moral. Masalah yang diidentifikasi oleh siswa sekolah dasar adalah masalah
pribadi atau masalah di mana siswa mengelola dirinya sendiri. Masalah ini mengarah pada
manajemen diri yang dimiliki siswa. Masalah tersebut tercermin dari tidak mengerjakan

4
PR, tidak membawa buku pelajaran, terlambat ke sekolah, dll. Perubahan dan
perkembangan tersebut membuat siswa SMP saat itu menarik perhatian karena
karakteristiknya yang khas. Perkembangan emosi siswa pada masa remaja awal
menampilkan sifat sensitif dan menghibur (kritis), dan emosinya seringkali negatif dan
moody.sedangkan permasalah siswa SMA mulainya adanya pergolakan emosi negatif
positif yang menjadikan mental sering down.
Setiap siswa memiliki masalah masing masing dan memiliki cara pandang terhadap
masalahnya masing masing pula. Ada siswa yang lebihterbuka terhadap orang lain dalam
mencurahkan masalahnya ada pula siswa yang lebih memilih untuk memendam sendiri
masalahnya. Siswa yang lebih terbuka tentang masalahnya akan memudahkan dalam
proses penyelesaian masalahnya sehingga seseorang yang akan membantunya dapat lebih
memahami dan mengerti apa masalahnya dan dapat membantu dalam mencari solusi
penyelesaian masalahnya. Sedangkan siswa yang kurang terbuka dalam mencurahkan
masalahnya, akan menyulitkan dalam hal penyelesaian masalahnya sendiri, dikarenakan
dia lebih memendam masalahnya sendiri dan mencari solusi penyelesaiannya sendiri.
Apabila dia mencurahkan masalahnya kepada orang lain khususnya orang yang layak
dimintai bantuan mungkin akan lebih memudahkan dan mempercepat dalam
menyelesaikan masalah.
Dengan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini membahas mengenai
jenis-jenis masalah yang dihadapi individu , sehingga kita dapat mengetahui dan
memahami masalah –masalah yang dihadapi oleh peserta didik (siswa) dan juga dapat
memahami hal jenis-jenis bimbingan dalam penyuluhan. Mengetahui jenis masalah yang
dihadapi setiap jenjang sangat penting karena tentu saja kita dari kecil akan tumbuh dewasa
melewati proses hang tidak dapat dilewati sendiri perlu adanya bimbingan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja permasalahan yang dihadapi peserta didik tingkat TK?
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi peserta didik tingkat SD?
3. Apa saja permasalahan yang dihadapi peserta didik tingkat SMP?
4. Apa saja permasalahan yang dihadapi peserta didik tingkat SMA?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui permasalahan peserta didik tingkat TK
2. Untuk mengetahui permasalahan peserta didik tingkat SD

5
3. Untuk mengetahui permasalahan peserta didik tingkat SMP
4. Untuk mengetahui permasalahan peserta didik tingkat SMA

D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis bagi para pembaca, diantaranya.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah
pengetahuan mengenai komponen yang terkandung didalam drama dan bagaimana
penerapannya, serta diharapkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang
secara teoritis dipelajari di bangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi penulis, hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sarana yang berguna
dalam menerapkan pengetahuan yang di dapat penulis mengenai komponen yang
terkandung didalam drama dan bagaimana penerapannya.
b) Bagi penelitian selanjutnya, hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan pengetahuan mengenai komponen yang
terkandung di dalam drama dan bagaimana penerapannya.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Tingkat TK
Permasalahan peserta didik pada tingkat sekolah Taman Kanak-kanak (TK)
sebagai berikut: Terdapat beberapa permasalahan yang meliputi permasalahan sosial,
permasalahan emosional, permasalahan moral.
Permasalahan sosial pada tingkat TK, yakni: Egois, misalnya berfikir dan berbicara
tentang dirinya sendiri. Seperti halnya peserta didik yang maunya menang sendiri,
mengatur temannya, serta bertengkar terkait dengan perselisihan pendapat dalam kelas.
Selain itu, peserta didik pada tingkat ini juga dapat berupa berebutan mainan, hingga
memberikan perlawanan dalam bentuk fisik.
Permasalahan emosional peserta didik pada tingkat TK, yakni sebagai berikut: Peserta
didik yang masih memiliki rasa takut ketika harus ditinggal orang tua dan berada
didalam kelas sendiri dengan teman-teman saja, merasa khawatir, gelisah tanpa sebab,
pemalu dan tidak mau berteman. Hal tersebut dikarenakan peserta didik yang belum
terbiasa dengan lingkungan dan kondisi pada kelas, sehingga masih memerlukan
adaptasi atau penyesuaian.
Permasalahan moral peserta didik pada tingkat TK, yakni sebagai berikut:
Berbuat bohong, mengambil mainan tanpa izin, merusak mainan teman, dan lain
sebagainya. Karena kebiasaan bermain pada saat di rumah sehingga masih terbawa
dalam kelas saat berlangsungnya pembelajaran.
Permasalahan perkembangan peserta didik pada tingkat TK, sebagai berikut: Peserta
didik pada TK ini berupa lama waktunya dalam memahami penjelasan dari guru,
kesulitan dalam memahami perkataan guru maupun orang lain.
Selanjutnya adapun permasalahan bahasa yang dialami oleh peserta didik TK, yakni:
perbendaharaan kata yang dimiliki masih relatif sedikit dibandingkan dengan teman
lainnya, perkembangan bicara yang berada pada tingkat bawah, serta berbicara terlalu
cepat sehingga sulit untuk dimengerti.

B. Permasalahan Tingkat SD
Peserta didik dapat menceritakan masalah keluarga atau lingkungan social kepada
guru bk. Dan guru bk akan memberikan saran kepada peserta didik, namun peserta
didiklah yang harus menyelesaikan masalah itu sendiri melalui perantara bantuan guru

7
bk. Secara tidak langsung sebenarnya dapat disimpulkan tugas guru bk adalah
membantu setiap masalah yang dihadapi siswa. Masalah adalah sesuatu yang
menghambat atau mempersulit seseorang dalam mencapai sesuatu.
Berikut beberapa masalah yang ada dalam kehidupan peserta didik :
1. Masalah perkembangan individu
2. Masalah perbedaan individu
3. Masalah kebutuhan individu
4. Masalah penyesuaian diri dan kesehatan mental
5. Masalah dalam belajar
6. Masalah sulit membedakan yang benar dan salah
Masalah perkembangan individu perkembangan tiap peserta didik berbeda-
beda. Berdasarkan karakteristik bawaan yang diwariskan oleh pihak keluarga, maka
dari itu dibutuhkan sebuah bimbingan yang terarah untuk mengembangkan individu.
Dikarenakan banyaknya individu yang gagal dalam pengembangan diri dan
mengakibatkan perilaku yang menyimpang sebagai pelampiasan kegagalan, maka
diharapkan dengan adanya bk dapat membantu mengarahkan individu agar berhasil
dalam pengembangan diri.
Masalah perbedaan individu merupakan masalah yang timbul akibat perbedaan
yang bialami peserta didik. Seperti misalnya keterlambatan dalam memahami suatu
pelajaran antara satu siswa dengan siswa lain. Disinilah bk berperan untuk memberikan
perhatian lebih kepada peserta didik yang memang membutuhkan perhatian khusus.
Masalah kebutuhan individu. Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Maka dari itu bk bertugas untuk membantu peserta didik dalam memenuhi kebutuhan
tersebut sehingga tidak terjadi penyimpangan perilaku akibat ketidak terpenuhinya
kebutuhan individu tersebut.
Permasalahan yang ditemukan pada peserta didik tingkat Sekolah Dasar yakni
terdapat permasalahan seputar pribadi atau permasalahan peserta didik dalam mengatur
dirinya. Permasalahan ini mengarah pada self management yang dimiliki oleh peserta
didik. Permassalahan tersebut tercermin dalam permasalahan seperti halnya tidak
mengerjakan tugas, tidak membawa buku pelajaran, serta terlambat untuk datang ke
sekolah.
Permasalahan sosial yang muncul yakni interaksi antar peserta didik. Interaksi antar
siswa yang membentuk grup teman sepermainan atau konformitas. Hal tersebut jika

8
dibiarkan akan memicu timbulnya permasalahan yang lebih kompleks bahkan bisa
mengarah ke bullying karena akan menghasilkan peserta didik yang terkucilkan.
Kemudian dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut, bimbingan dan
konseling melakukan koordinasi dengan orangtua siswa untuk menyelesaikan
permasalahan pribadi dan sosial.
Self management pada peserta didik tingkat sekolah dasar ini mengarah kepada
proses mengatur diri sendiri dan beradaptasi dengan aturan-aturan di sekolah terkait
dengan kedisiplinan. Permasalahan sosial yang muncul dalam peserta didik tingkat
sekolah dasar yakni perkelahian antar siswa. Perkelahian ini dapat dipicu dari keisengan
siswa untuk mengolok-olok siswa lain dengan memanggil nama orang tua mereka.
Selain itu perkelahian juga dipicu oleh peserta didik yang masih belum dapat bisa untuk
mengendalikan emosi. Hal tersebut terjadi ketika ada perselisihan pendapat atau
gesekan fisik yang tidak sengaja terjadi.
Selain itu, permasalahan lain peserta didik tingkat sekolah dasar juga dapat berupa:
Peserta didik yang seringkali melamun dan kurang bisa mengerjakan tugas yang
diberikan. Hal ini berdampak pada nilai akademik yang cenderung lebih rendah
dibandingkan teman-teman sekelasnya. Peserta didik biasanya sering kurang fokus dan
tidak sabar dalam mengerjakan tugas, cenderung tidak membaca soal sampai selesai
dan menjawabnya dengan terburu-buru. Selain itu pula, sering kali ditemukan peserta
didik yang tidak mengerjakan PR dengan alasan lupa ataupun tidak memahaminya.

C. Permasalahan Tingkat SMP


Siswa sekolah menengah pertama berada pada tahap remaja awal dengan
rentang usia antara 12-15 tahun. Pada usia ini, siswa berada dalam masa pubertas,
dimana terjadi transisi dan perkembangan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun
secara sosial (Sarwono, 2011). Perubahan dan perkembangan tersebut menjadikan
siswa SMP berada pada masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas
yang dimilikinya. Perkembangan emosi siswa pada usia remaja awal menunjukkan sifat
yang sensitif dan rekreatif (kritis), emosinya sering bersifat negatif dan temperamental.
Masa remaja merupakan masa penuh goncangan dan tantangan, suatu periode
dimana perubahan fisik, intelektual, dan emosi yang terjadi menimbulkan kekecewaan
dan tekanan dalam diri individu dan konflik antara individu dengan masyarakat. Monks
membagi remaja menjadi tiga kelompok usia, yaitu remaja awal antara 12 sampai 15

9
tahun, remaja pertengahan antara 15 sampai 18 tahun, dan remaja akhir antara 18
sampai 21 tahun (Monks, 2006).
Siswa SMP merupakan remaja awal yang berada pada fase negatif. Secara garis
besar sifat-sifat negatif tersebut yaitu, negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani
maupun prestasi mental, dan negatif dalam sikap soial, baik dalam bentuk menarik diri
dalam lingkungan maupun dalam bentuk agresif terhadap lingkungan (Syamsu, 2006).
Pada masa transisi dari fase anak-anak menuju remaja awal, memungkinan siswa
mengalami masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya masalah-
masalah dan kenakalan remaja. Kondisi ini membutuhkan perhatian lebih dari berbagai
pihak. Keluarga, lingkungan sosial, dan juga pihak sekolah.
Menurut (Hastuti, 2019) terdapat sepuluh bidang masalah peserta didik tingkat
smp, sebagai berikut:
1) Masalah fisik dan kesehatan, antara lain: sering merasa pusing, merasa ukuran
tubuh kurang ideal, dan mengalami gangguan pencernaan.
2) Masalah seksualitas, antara lain: kurang mengetahui cara menjaga alat reproduksi,
kurang memahami menstruasi pada wanita, dan kurang memahami mimpi basah
pada pria.
3) Masalah pergaulan, antara lain: merasa tidak disenangi oleh teman-teman, kurang
mengetahui cara-cara bergaul, kurang mengetahui cara menarik perhatian orang
lain, kurang memperhatikan kepentingan orang lain, dan tidak lancar dalam
mengadakan pembicaraan dengan orang lain.
4) Masalah kebebasan emosional, antara lain: orang tua membatasi dalam pergaulan,
orang tua menentukan apa yang harus dilakukan, orang tua terlalu pilih kasih.
5) Masalah keuangan, antara lain: dianggap terlalu boros olah orang tua, uang jajan
dan kebutuhan pribadi dibatasi, dan merasa kurang dipercaya oleh orang tua dalam
membelanjakan uang.
6) Masalah hidup bermasyarakat, antara lain: aturan-aturan di masyarakat yang
membuat tidak bebas, kurang memahami aturan-aturan di masyarakat, kurang
mengikuti adat-istiadat, kurang pandai memimpin, sering membantah apa yang
dikatakan orang lain, dan merasa tidak senang karena dipersalahkan oleh orang lain.
7) Masalah nilai-nilai agama dan moral, antara lain: kurang mampu melihat kebaikan
Tuhan, kurang mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan untuk membantu orang
lain, sering berkata dusta atau bohong, sering ditegur karena melakukan kesalahan,
dan sulit untuk melakukan perbuatan baik.

10
8) Masalah pribadi, antara lain: sukar membedakan hal yang baik dan buruk, takut
berdosa karena melanggar aturan agama, dan sering merasa lelah atau tidak sehat.
9) Masalah prestasi belajar, antara lain: kecewa karena nilai-nilai pelajaran rendah,
belum mengetahui cara-cara belajar yang baik, dan takut tidak naik kelas, cemas
tidak akan lulus atau tamat dari sekolah ini, dan suka melakukan kegiatan tertentu
sewaktu pelajaran berlangsung, meragukan kegunaan sekolah yang dimasuki
sekarang, sekar menyesuaikan diri dengan keadaan dan peraturan sekolah, dan tidak
menyukai guru tertentu.
10) Masalah pengakuan dan penghargaan, antara lain: sering diejek oleh teman-teman,
merasa kurang diperhatikan oleh guru-guru, merasa kurang dihargai oleh orang tua
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja, yaitu identitas,
kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah,
proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan
sekitar tempat tinggal (Wendari et al., 2016).

D. Permasalahan Tingkat SMA


Berikut beberapa permasalahan yang sering terjadi pada pelajar SMA.
1). Masalah penampilan
Kebanyakan pelajar SMA mulai memperhatikan penampilannya. Pada periode ini
mereka juga mulai tertarik dengan lawan jenis. Pada masa ini terjadi perubahan bentuk
tubuh dan hormonal. Perubahan hormon dapat membuat tumbuh jerawat pada wajah.
Apalagi bila tidak rajin membersihkan wajahnya. Hal ini dapat menjadi sebuah masalah
bagi mereka. Selain itu, berat badan juga dapat menyebabkan remaja yang duduk di
bangku SMA ini merasa rendah diri.
2). Masalah sekolah
Masalah satu ini termasuk masalah klasik. Tidak sedikit remaja yang merasa
kesulitan mengikuti pelajaran, dan mendapat nilai jelek. Hal ini dapat menyebabkan
prestasi belajara menurun dan tidak betah di sekolah hingga akhirnya diam-diam bolos
sekolah. Kondisi ini diperparah bila orang tua menuntut anak remajanya untuk
berprestasi, selalu mendapat ranking 1 atau diterima di sekolah favorit. Hal ini akan
makin membuat para pelajar SMP dan SMA stres bahkan depresi.
3). Perundungan

11
Perundungan dapat terjadi secara offline maupun online. Perundungan online dapat
terjadi melalui media sosial. Sementara yang luring dapat berupa ejekan, shaming,
intimidasi, ancaman, hingga kekerasan dari para pelaku yang terjadi di sekolah.
4). Masalah percintaan dan aktivitas seksual
Tertarik pada lawan jenis pada usia pelajar SMP dan SMA merupakan hal yang
wajar. Namun, hal ini akan mengganggu bila terjadi pertengkaran pada keduanya atau
mendapat larangan dari orang tua. Hal ini akan membuat remaja merasa sedih dan
galau. Belum lagi bila ditambah dengan tingginya gejolak hormonal yang membuat
para remaja penasaran untuk coba-coba melakukan aktivitas seksual. Bila hal ini tidak
diatasi sejak dini, akan membawa beragam permasalahan baru bagi remaja.
5). Kecanduan gawai
Di era internet ini, gawai tentu tidak dapat lepas dari keseharian kita. Namun, bila
penggunaannya berlebihan tidak jarang gawai malah membuat kecanduan tersendiri.
Kecanduan gawai dapat membuat mereka memilih untuk menyendiri, memiliki sedikit
teman, bahkan berdampak buruk pada akademisnya.
6). Rokok dan miras
Awalnya, remaja merokok untuk coba-coba. Lama kelamaan rokok dan minuman
keras dapat menjadi pelarian bagi remaja yang tertekan dan stres. Rokok dan minuman
keras dapat mengganggu kesehatan. Permasalahan tersebut di atas tidak selalu
menghampiri anak remaja, tetapi itulah masalah yang kerap terjadi dan mengganggu.
Sebaiknya orang tua telah mewaspadai kemungkinan-kemungkinan masalah tersebut
agar dapat melakukan pencegahan dengan baik.

12
BAB Ⅲ

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat banyak sekali permasalahan yang dihadapt peserta didik di setia
jenjang dan tentu berbeda-beda. Permasalahan peserta didik pada tingkat sekolah
Taman Kanak-kanak (TK) sebagai berikut: Terdapat beberapa permasalahan yang
meliputi permasalahan sosial, permasalahan emosional, permasalahan moral.
Permasalahan yang ditemukan pada peserta didik tingkat Sekolah Dasar yakni terdapat
permasalahan seputar pribadi atau permasalahan peserta didik dalam mengatur dirinya.
Permasalahan ini mengarah pada self management yang dimiliki oleh peserta didik.
Permassalahan tersebut tercermin dalam permasalahan seperti halnya tidak
mengerjakan tugas, tidak membawa buku pelajaran, serta terlambat untuk datang ke
sekolah. Perubahan dan perkembangan tersebut menjadikan siswa SMP berada pada
masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas yang dimilikinya.
Perkembangan emosi siswa pada usia remaja awal menunjukkan sifat yang sensitif dan
rekreatif (kritis), emosinya sering bersifat negatif dan temperamental. sedangkan
permasalah siswa SMA mulainya adanya pergolakan emosi negatif positif yang
menjadikan mental sering down terhadap hal apapun karena ini proses menuju dewasa.

B. Saran
Kami sebagai penulis sadar atas ketidak sempurnaan dalam pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami mengharapkan saran daripara pembaca untuk makalah ini agar kami
sebagai penulis dapat terus berbenah untuk menjadi yang lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, M. S. (2019). MASALAH-MASALAH YANG SECARA INTENS DIALAMI OLEH


SISWA-SISWI KELAS VII SMP SANTA MARIA BANJARMASIN TAHUN AJARAN
2007/2008 DAN SUATU USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI.

Monks, J.F. , Knoers, P. M. , & Haditono, R.S. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syamsu, Y. (2006). Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya.

Wendari, W. N., Badrujaman, A., & Sismiati S., A. (2016). Profil Permasalahan Siswa Sekolah
Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kota Bogor. Insight: Jurnal Bimbingan Konseling,
5(1), 134. https://doi.org/10.21009/insight.051.19

Mufidah, E. F., Wirastania, A., & Pravesti, C. A. (2021). STUDI KASUS: PERMASALAHAN
YANG SERING DITANGANI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. JBKI (Jurnal
Bimbingan Konseling Indonesia), 6(1), 7-12.

Husein, B. M. (2020). Kesulitan belajar pada siswa sekolah dasar: Studi kasus di Sekolah Dasar
Muhammadiyah Karangwaru Yogyakarta. Jurnal Cahaya Pendidikan, 6(2), 56-67.

14

Anda mungkin juga menyukai