Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KUALITAS PRIBADI SEORANG PENDIDIK


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen pengampu:

Kusnarto Kurniawan, S. Pd., M. Pd., Kons

Disusun Oleh Kelompok 8:

Miftahul Jannah 2101421037

Fiqtin Falasifah 2101421042

Riri Ni’matul Hurri 2101421044

Asih Kusumawati 2101421049

Agustin Linawati 2101421050

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya, tim penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kualitas Pribadi Seorang Pendidik” dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas MKDK Bimbingan dan Konseling yang
diampu oleh Bapak Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons. Makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang kualitas pribadi seorang pendidik bagi para pembaca dan
penulis.

Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini selesai tepat waktu. Tim penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan, demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 4 Oktober 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ....................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4

2.1 Pengertian Kepribadian Guru ..................................................................................... 4


2.2 Kepribadian Seorang Guru ......................................................................................... 5
2.3 Pengembangan kepribadian Guru ............................................................................... 5
2.4 Ciri-Ciri Stereotip Pendidik ........................................................................................ 6
2.5 Standar Kompetensi Guru ........................................................................................... 7
2.6 Pentingnya Kepribadian Pendidik .............................................................................. 8
2.7 Fungsi Kepribadian Pendidik ..................................................................................... 9
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Guru .......................................................... 9

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11

3.1 Simpulan ..................................................................................................................... 11


3.2 Saran ........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedudukan guru dalam proses belajar mengajar tidak dapat digantikan oleh alat atau
teknologi, meskipun teknologi merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Kualitas hasil pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru karena guru tetap
memegang peranan penting. Faktor manusia seperti sikap, nilai, perasaan, motivasi,
kepribadian, watak, dan kebiasaan diprioritaskan selama proses belajar mengajar karena
mendukung dan diharapkan dapat dilaksanakan oleh siswa pada akhir proses (Rusyan,
1990).
Kepribadian guru akan mempengaruhi perilaku murid-murid mereka, kemampuan
guru untuk membangun hubungan yang sehat dengan murid-murid mereka, gaya
mengajar mereka, dan persepsi-persepsi dan pengharapan-pengharapan mereka tentang
diri mereka sendiri sebagai guru, dan harapan dari murid-murid sebagai orang yang
sedang belajar. Pengajaran yang berhasil oleh guru diukur dari prestasi murid oleh
masyarakat, untuk itu diperlukan guru-guru yang mampu membangun hubungan
manusiawi yang memuaskan dan menciptakan suatu etos ruang kelas yang hangat,
mendukung dan mampu menerima murid-murid dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Sikap guru dalam menciptakan suasana yang hangat, mendukung,
komunikasi antarpribadi yang lancar akan memudahkan penampilan siswa (Burn, 1993:
393). Guru-guru harus mampu mengubah konsep diri mereka sebelum mereka dapat
menimbulkan perubahan untuk keadaan yang lebih baik dalam konsep diri murid-murid
mereka. Di dalam menerima diri mereka sendiri guru-guru akan lebih hangat dan mampu
menerima keadaan murid, dan suasana yang mendukung, menyenangkan, agar dapat
menghasilkan yang terbaik dari murid-murid mereka. Artinya kualitas dari hubungan
antara guru dengan muridnya sangat penting, kondisi ini dapat tercipta apabila didukung
oleh kepribadian guru yang menyenangkan (Burns, 1993).
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru diberikan
tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas memang berat, tetapi lebih berat
lagi mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya di sekolah,
tetapi juga di luar sekolah. Di samping guru berperan sebagai pendidik atau pengajar yang
merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan, faktor kepribadian
seorang guru juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai
pengembang sumberdaya manusia, karena guru juga berperan sebagai “panutan”.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik atau pembina yang
baik bagi anak didiknya, atau malah jadi perusak bagi anak didiknya atau penghancur
bagi masa depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka
mengelami keguncangan jiwa.
Tingkah laku siswa, kapasitas guru untuk membina hubungan yang sehat dengan
mereka, gaya mengajar mereka, dan persepsi serta harapan guru terhadap diri mereka
sendiri sebagai guru semuanya akan dipengaruhi oleh kepribadian guru. Pengukuran
masyarakat atas keberhasilan seorang guru dalam mengajar adalah keberhasilan siswa

1
yang mereka ajar. Untuk alasan ini, kita membutuhkan guru yang dapat menumbuhkan
etos kelas yang hangat dan mendukung serta menerima siswa dengan segala kelebihan
dan kekurangannya. Sikap guru akan membantu siswa berprestasi lebih baik dengan
menciptakan lingkungan yang hangat, mendukung, dan memungkinkan komunikasi
antarpribadi yang mudah (Nursyamsi, 2014).
Sebelum mereka dapat mempengaruhi perubahan positif dalam konsep diri siswa
mereka, guru harus mampu mengubah konsep diri mereka sendiri. Untuk mengeluarkan
yang terbaik dalam diri siswa, guru yang nyaman dengan siapa mereka akan lebih
menerima dan mampu menerima keadaan siswanya. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
hubungan guru-siswa sangat penting, dan jika guru memiliki kepribadian yang
menyenangkan maka hal ini dapat tercapai. Kepercayaan masyarakat menempatkan tugas
berat dan tanggung jawab di pundak guru sulit untuk melakukan pekerjaan itu
(Oktradiksa, 2012). Tetapi mengambil tanggung jawab bahkan lebih sulit. bertanggung
jawab baik di dalam maupun di luar kelas. Kepribadian seorang guru memiliki dampak
yang signifikan terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya
manusia karena guru juga berfungsi sebagai "teladan". Hal ini karena peran guru sebagai
pendidik atau pengajar merupakan faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan.
Kepribadian ini akan menentukan apakah ia menjadi guru atau pelatih yang baik bagi
siswanya atau perusak bagi mereka atau masa depan mereka, khususnya bagi siswa. yang
masih muda dan mengalami syok mental.
Surya (2003, 138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal,
yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi seorang guru
yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan
dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri.
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti
profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas
kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan
tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada
umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia
memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang premature
dalam pengamatan dan pengenalan.
Proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun.
Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah kreatif guru menciptakan dan
menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru
harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar
mengajr dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang,
manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini
disamping penentuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula
kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya prinsip-prinsip belajar, penggunaan
alat bantu pengajar, penggunaan metode belajar, dan keterampilan menilai hasil belajar
siswa.
Makalah ini berisi mengenai beberapa hal berkaitan dengan kualitas pribadi seorang
pendidik, yaitu pengertian kepribadian guru, kepribadian seorang guru, pengembangan
kepribadian guru, ciri-ciri stereotip pendidik, standar kompetensi guru, pentingnya

2
kepribadian pendidik, fungsi kepribadian pendidik, dan faktor yang mempengaruhi
kepribadian pendidik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1. Apa pengertian kepribadian guru?
2. Bagaimana kepribadian seorang guru?
3. Bagaimana pengembangan kepribadian guru?
4. Apa ciri-ciri stereotip pendidik?
5. Bagaimana standar kompetensi guru?
6. Mengapa kepribadian guru itu penting?
7. Apa fungsi kepribadian pendidik?
8. Apa saja faktor yang mempengaruhi kepribadian pendidik?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian kepribadian guru.
2. Untuk menjelaskan kepribadian seorang guru.
3. Untuk menjelaskan pengembangan kepribadian guru.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri stereotip pendidik.
5. Untuk menjelaskan standar kompetensi guru.
6. Untuk menjelaskan pentingnya kepribadian seorang guru.
7. Untuk mengetahui fungsi kepribadian pendidik.
8. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kepribadian pendidik.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan mengenai kualitas pribadi seorang pendidik.
2. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan mengenai kualitas pribadi seorang pendidik dan
menambah ilmu dalam menyusun sebuah makalah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepribadian Guru


2.1.1 Pengertian Kepribadian
Kepribadian menurut Theodore M. Newcomb diartikan sebagai organisasi
sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar-belakang
terhadap perilaku. Kepribadian menunjuk pada organisasi sikap-sikap seseorang
untuk berbuat, mengetahui, berpikir dan merasakan secara khususnya apabila dia
berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Kepribadian
merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang
mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap
dan lain-lain sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang
tadi berhubungan dengan orang lain. Ada perbedaan antara karakter dan
kepribadian (personality). Sifat-sifat karakter ialah integritas, kerendahan hati,
kesetiaan, menahan diri, bertenggang rasa, keberanian, keadilan, kesabaran,
kerajinan, kesederhanaan, keugaharian. Bagi seorang yang berkarakter baik akan
berprinsip “perlakukanlah orang lain dengan seperti engkau ingin diperlakukan
baik oleh orang lain”. Pembentukan kepribadian utama di antaranya dilakukan
dengan pelatihan kepemimpinan (leadership), manajemen diri, dan kiatkiat sukses
seperti pelatihan ESQ. Proses pembentukan kepribadian yang sebenarnya juga
bukan pembentukan semu yang membuat seseorang menjadi seperti guru atau
pemimpinnya bukan menjadi dirinya sendiri.
2.1.2 Pengertian Guru
Kosa kata ‘guru’ berasal dari kosa kata yang sama dalam Bahasa India yang
artinya “orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara”.10 Dalam
tradisi agama Hindu, guru dikenal sebagai ‘maha resi guru’ yakni para pengajar
yang bertugas untuk menggembleng para calon biksu di bhinaya panti (tempat
pendidikan bagi para biksu). Rabindranath Tagore (1861-1941), menggunakan
istilah Shanti Niketan atau Rumah Damai untuk tempat para guru mengamalkan
tugas mulianya membangun spiritualitas anak-anak bangsa di India (spiritual
intelligence). Guru dan peserta didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan. Meskipun guru bias diwakili oleh media
pendidikan seperti e-learning atau lainnya, kehadiran guru tetap menjadi kunci
pokok yang tidak bias digantikan atau ditiadakan. Dua sosok manusia yang
sebenarnya saling mengemban tugas pembelajaran untuk berperan saling
mengisi. Bahkan dapat dibilang, suatu ketika peserta didik bisa berperan menjadi
guru yang berarti guru harus belajar dari peserta didiknya.
2.1.3 Pengertian Kepribadian Guru
Kepribadian guru merupakan satu sisi yang selalu menjadi sorotan karenan
guru menjadi teladan baik bagi anak didik atau bagi masyarakat, untuk itu guru
harus bisa menjaga diri dengan tetap mengedepankan profesionalismenya dengan
penuh amanah, arif, dan bijaksana sehingga masyarakat dan peserta didik lebih

4
mudah meneladani guru yang memiliki kepribadian utuh bukan kepribadian yang
terbelah (splite personality).
2.2 Kepribadian Seorang Guru
Sebagai seorang yang menjadi teladan, guru adalah seorang yang telah dewasa, bisa
bertanggungjawab kepada anak didik dalam mengembangkan jasmani dan rohaninya,
taat kepada Tuhan, dan sosial terhadap sesamanya sehingga sebagai individu ia patut
menjadi teladan bagi anak didik dan masyarakatnya. Selain mentransfer ilmu kepada
anak didik, ia juga harus mampu menciptakan anak didik yang berkepribadian mulia.
Saat ini banyak orang yang pintar, pandai, cerdas IQ-nya tetapi tidak memiliki
kepribadian yang baik dan tidak memiliki kecerdasan emosional dan spiritual, sehingga
ia tidak mampu memanfaatkan kelebihannya dengan baik untuk diri dan sesamanya.
Guru yang memiliki multi kecerdasan dan berkepribadian utama ia akan menjadi tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama pada pendidik yang diperlukan pada masa sekarang.
Kepribadian guru terkait dengan kerja profesionalnya sebagai guru, maka sebagai
guru harus memiliki pribadi yang disiplin, arif dan berwibawa. Hal ini penting karena
masih sering kita menyaksikan dan mendengar peserta didik yang perilakunya tidak
sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik. Misalnya merokok, rambut
dicat, bolos, dan lain-lain. Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai
dengan pribadi guru yang disiplin, arif dan berwibawa. Guru harus mampu
mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang terutama disiplin diri. Disiplin harus
ditunjukkan oleh guru untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi
atau mencegah timbulnya masalah disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran.
2.3 Pengembangan Kepribadian Guru
Kepribadian guru merupakan titik tumpu sebagai penyeimbang antara pengetahuan
mengenai pendidikan dan keterampilan melaksanakan profesi sebagai pendidik terutama
dalam bidang pembelajaran. Jika titik tumpu ini kuat, maka pengetahuan dan keahlian
bekerja secara seimbang dan dapat menimbulkan perobahan perilaku yang positif dalam
pembelajaran. Namun jika titik tumpu ini lemah, yaitu dalam keadaan kepribadian guru
tidak banyak membantu, maka pengetahuan dan keterampilan guru tidak akan efektif
digunakan, bahkan dapat merusak keseluruhan proses dan hasil pendidikan.
Kepribadian sesungguhnya adalah sesuatu yang abstrak, sukar dilihat atau diketahui
secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala aspek
kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan, caranya bergaul, berpakaian, dan dalam
menghadapi persoalan atau masalah.
Ada 3 faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian:
a. Faktor bawaan
Unsur ini terdiri dari bawaan genetic yang menetukan diri fisik primer (warna
mata, kulit) selain itu juga kecenderungan-kecenderungan dasar misalnya
kepekaan, penyesuaian diri.
b. Faktor lingkungan

5
Faktor lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan sosial/budaya seperti
teman, guru, dan lain-lain. Dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
c. Interaksi bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan
timbulnya perasaan aku/diriku dalam diri seseorang.
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh
masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan peranannya menurut
kedudukannya dalam berbagai situasi sosial.
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya, merupakan penampilan lain dari
kepribadian. Bagi anak didik yang masih kecil guru adalah contoh teladan yang sangat
penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama sesudah orang tua, yang
mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Jika tingkah laku atau akhlak guru
tidak baik, maka umunya akhak-akhlak anak didik akan rusak, karena anak mudah
terpengaruh oleh orang-orang yang dikaguminya. Atau dapat juga menyebabkan anak
didik gelisah, cemas atau terganggu jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda atau
berlawanan dengan contoh yang selama ini didapatnya di rumah dari orang tuanya.
2.4 Ciri-Ciri Stereotip Pendidik
Ciri-ciri stereotip guru, yaitu:
2.4.1 Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel. Ia cenderung mempunyai
pendirian yang tegas dan mempertahankannya. Ia kurang terbuka bagi pendirian
lain yang berbeda karenanya ia sulit melihat kebenaran pendapat orang lain atau
cara orang lain memecahkan masalah.
2.4.2 Guru pandai menahan diri
Ia selalu hati-hati dan tidak mudah menceburkan diri dalam pergaulan dengan
orang lain.
2.4.3 Guru cenderung untuk menjauhkan diri untuk bergaul dengan orang lain, karena
kecenderungan guru bergaul dengan orang lain, maka orang lainpun sukar untuk
mengadakan hubungan akrab dengan guru.
2.4.4 Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada
norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya. Maka dari itu ia berfikir,
baginya guru itu orang yang terhormat dan karena itu sebagai guru harus
berprilaku sesuai dengan kedudukan itu.
2.4.5 Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin “menggurui” dalam diskusi. Ia
sebagai guru merasa orang yang serba tahu dalam kelas, sehingga dengan merasa
sebagai orang yang serba tahu ia akan akan memperlihatkan sikapnya itu di luar
kelas.
2.4.6 Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru.
Seseorang yang memasuki lembaga pendidikan guru, tidak sepenuhnya didorong
dari hati, melainkan sering karena pilhan lain tertutup, ataupun berkat dorongan
dari orang tua.
2.4.7 Guru menunjukan kesediaan untuk berbakti dan berjasa.

6
2.4.8 Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai
kemajuan.
Matsumoto (1996) menunjukkan bahwa kita dapat belajar untuk mengurangi stereotip
yang kita miliki dengan mengakui tiga poin kunci mengenai stereotip, yaitu stereotip
didasarkan pada penafsiran yang kita hasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang
budaya kita. Stereotip juga dihasilkan dari komunikasi kita dengan pihak-pihak lain,
bukan dari sumbernya langsung. Karenanya interpretasi kita mungkin salah, didasarkan
atas fakta yang keliru atau tanpa dasar fakta. Stereotip seringkali diasosiasikan dengan
karakteristik yang bisa diidentifikasi. Ciri-ciri yang kita identifikasi seringkali kita
seleksi tanpa alasan apapun. Artinya bisa saja kita dengan begitu saja mengakui suatu ciri
tertentu dan mengabaikan ciri yang lain.
2.5 Standar Kompetensi Guru
Sebagaimana di jelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16
tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Hal ini
mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat tergantung
pada penguasaan kompetensi guru. Oleh karena itu harus ada upaya yang komprehensif
guna meningkatkan kompetensi guru dalam hal ini dalam kompetensi kepribadian.
Adapun kompetensi yang dikembangkan secara utuh dari kompetensi kepribadian di
antaranya:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik guru.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah
“kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik”. Kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal,
yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang
baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri Kompetensi
kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berkenaan dengan pribadi
yang arif, berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik (Hadis dan Nurhayati,
2012:22). Bagaimanapun kepribadian guru akan mempengaruhi pengajaran yang
dilakukan di ruang kelas. Secara alami kepribadian kita akan mempengaruhi semua hal
yang kita lakukan, termasuk cara mengajar dan kepuasan kita ketika melakukannya.
Adapun kompetensi kepribadian dijelaskan oleh Hadis dan Nurhayati (2012:27–28),
yang dijabarkan menjadi sub kompetensi dan pengalaman belajar sebagai berikut:

7
a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
dengan melakukan kegiatan sebagai berikut ini:
1) Berlatih membiasakan diri sebagai pribadi untuk menerima dan memberikan kritik
dan saran.
2) Berlatih membiasakan diri untuk menaati peraturan.
3) Berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan bertindak secara konsisten.
4) Berlatih mengendalikan diri dan berlatih membiasakan diri untuk menempatkan
persoalan secara proporsional.
5) Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara mandiri dan bertanggung
jawab.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi
peserta didik dan masyarakat:
1) Berlatih membiasakan diri berperilaku yang mencerminkan keimanan dan
ketakwaan.
2) Berlatih membiasakan diri berperilaku santun.
3) Berlatih membiasakan diri berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan
masyarakat.
c. Mengevaluasi kinerja sendiri
1) Berlatih dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sendiri.
2) Berlatih mengevaluasi kinerja sendiri.
3) Berlatih menerima kritik dan saran dari peserta didik.
d. Mengembangkan diri secara berkelanjutan
1) Berlatih memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kepribadian.
2) Mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi.
3) Berlatih mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang profesi
guru.
2.6 Pentingnya Kepribadian Pendidik
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik
kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya
manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan
yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil
sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru”
(dicontoh sikap dan perilakunya).
Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.
Dalam kaitan ini, kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik
dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil

8
(tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami keguncangan jiwa (tingkat
menengah).
2.7 Fungsi Kepribadian Pendidik
Fungsi kepribadian guru akan menjadi dasar keterpaduan antara pengetahuan, sikap,
emosi, dan mental yang dimiliki oleh seorang guru serta perbedaan kepribadian guru
sebagai pemimpin dan pembimbing. Fungsi kepribadian guru menurut Zakiah
Daradjatya, itu untuk mengetahui keseimbangan dan keserasian mengenai kepribadian
guru termasuk dalam proses belajar.
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Guru
Kepribadian individu sangat beragam, hal ini terjadi karena pengaruh sosialisasi.
Namun, ada beberapa faktor lain berikut ini yang mempengaruhi kepribadian, yaitu
sebagai berikut.
a. Keadaan Fisik
Setiap manusia mempunyai keadaan fisik yang berbeda dari orang lain.
Perbedaan fisik anak menimbulkan perbedaan perlakuan dari orang sekitarnya. Anak
yang fisiknya lemah cenderung dilindungi secara berlebihan sehingga tumbuh
menjadi pribadi yang tidak berani mencoba hal-hal baru. Bandingkan dengan anak
yang secara fisik kuat dan jarang sakit, bagaimana perlakuan yang diterimanya dari
orang lain? Hal tersebut mempengaruhi anak dalam membentuk konsep diri dan
akhirnya mempengaruhi model kepribadiannya. Keadaan fisik seseorang diwarisi dari
ayah dan ibunya. Ketika berada dalam kandungan, perkembangan individu sangat
dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari ibu dan keadaan kejiwaan sang ibu. Jika asupan
nutrisi dan keadaan kejiwaan ibu baik, anak akan tumbuh baik, begitupun sebaliknya.
Beberapa penyakit juga diturunkan dari orangtua, seperti diabetes, darah tinggi, dan
kelainan darah. Menurut penelitian, kemampuan IQ anak pun dipengaruhi oleh IQ
orangtua kandungnya.
b. Lingkungan Fisik (Geografis)
Lingkungan fisik, seperti perbedaan kesuburan tanah dan kekayaan alam akan
mempengaruhi kepribadian penduduknya. Menurut penelitian, mengenai mereka yang
tinggal di daerah tandus, panas dan miskin cenderung lebih keras menghadapi hidup
dan tega menghadapi orang lain. Sedangkan lingkungan fisik yang subur
menghasilkan kepribadian yang ramah, lebih santai dan terbuka pada orang lain.
c. Kebudayaan
Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat norma social budaya yang
berbeda dari masyarakat lain. Norma social budaya ini mempengaruhi pembentukan
kepribadian seseorang. Perbedaan nilai dan norma kebudayaan signifikan terhadap
perbedaan kepribadian. Misalnya orang yang berasal dari suku di luar Jawa akan
melihat orang Jawa sebagai individu yang halus, baik tutur kata maupun gerakannya.
Perempuan Jawa pantang berbicara dan tertawa keras, sedangkan orang dari suku
bangsa Batak seolah-olah selalu berbicara dengan suara lantang.
d. Pengalaman Kelompok

9
Melalui pergaulan kelompok, seseorang akan menilai dirinya sesuai dengan
nilai kelompoknya. Pembentukan kepribadian dipengaruhi nilai kelompok
masyarakatnya. Contohnya individu mendapatkan pengalaman dari teman-teman
sebaya atau teman sepermainan.
e. Pengalaman Unik
Perbedaan kepribadian terjadi karena pengalaman yang dialami seseorang itu
unik dan tidak ada yang menyamai. Misalnya seorang anak di waktu kecil belajar naik
sepeda dan jatuh. Sejak itu, ibu selalu melarang jika anak ingin mencoba naik sepeda
lagi karena takut anak jatuh. Larangan tersebut mempengaruhi pembentukan
kepribadian, menyebabkan anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak berani mencoba
hal-hal baru karena takut gagal.
Secara garis besarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi guru professional, antara
lain sebagai berikut.
a. Status akademik
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana,
pekerjaan yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka
yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya.
b. Pengalaman belajar
Dalam mengahadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir mereka,
dan hal tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai guru yang
mengeluh karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu untuk menguasai dan
menyesuaikan diri terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung.
c. Mencintai profesi sebagai guru
Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan mendorong
individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan pengorbanan. Seseorang yang
melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa cinta biasanya orang yang keadaannya
dalam paksaan orang lain, maka dalam melaksanakan haknya itu dengan merasa
terpaksa. Dalam melakukan sesuatu akan lebih berhasil apabila disertai dengan
adanya rasa mencintai terhadap apa yang dilakukannya itu.
d. Berkepribadian
Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat yang merupakan
watak seseorang. Dalam proses belajar mengajar kepribadian seorang guru ikut serta
menentukan watak kepada siswanya untuk menanamkan akhlak yang baik sebagai
umat manusia.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kepribadian guru merupakan satu sisi yang selalu menjadi sorotan karena guru
menjadi teladan baik bagi anak didik atau bagi masyarakat, untuk itu guru harus bisa
menjaga diri dengan tetap mengedepankan profesionalismenya dengan penuh
amanah, arif, dan bijaksana sehingga masyarakat dan peserta didik lebih mudah
meneladani guru yang memiliki kepribadian utuh bukan kepribadian yang terbelah
(splite personality). Kepribadian seorang guru sangat penting. Hal ini karena sangat
mempengaruhi peserta didik. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan
memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga
guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati
nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya).
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, maka dapat dijadikan referensi atau bahan
tambahan dalam pembelajaran Bimbingan dan Konseling. Pembaca diharapkan dapat
memahami dengan baik mengenai pentingnya kualitas seorang pendidik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. (2015). Membangun Kualitas Pendidikan Bermutu Pada Aspek Kompetensi
Paedagogik dan Kompetensi Keprinadian Bagi Seorang Calon Guru. EDUKASI - Jurnal
Pendidikan, 13(2), 586-587.

Burns, R. B. (1993). Konsep Diri Teori Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. 104.

Nursyamsi, N. (2014). Pengembangan Kepribadian Guru. Al-Ta Lim Journal, 21(1), 32–41.
https://doi.org/10.15548/jt.v21i1.70

Oktradiksa, A. (2012). Pengembangan Kualitas Kepribadian Guru. Nadwa: Jurnal


Pendidikan Islam, 6(2), 231–248. https://doi.org/10.21580/nw.2012.6.2.590

Rusyan. (1990). High-tc Thin Films And Single Crystals - Proceedings Of The European
Conference.

12

Anda mungkin juga menyukai