BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sastra sudah sejak lama di kenal oleh masyarakat Indonesia. Sebelum mengenal tulisan sastra
bersifat lisan. keberagdaan pengarangnya tidak di ketahui, karena saaat itu sastra di sampaikan
dari mulut ke mulut.seiring waktu sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Banyak tokoh yang mulai menyampaikan pendapat mengenai sejarah sastra Indonesia
seperti H.B.Jassin, Taufik Ismail,Sanusi Pane,Sultan Takdir Alisyahbana dan lain-lain. suatu
karya sastra di anggap ideal apa bila mencakup setidaknya 5 aspek. Yang pertama waktu, yang
kedua wilayah, yang ketiga Bahasa, yang keempat bangsa, yang terahir isi karya. Isi karya sastra
Indonesia yang ideal adalah yang bercerita tentang bangsa maupun kehidupan orang Indonesia
itu sendiri. Walaupun pengarang karya tersebut orang Indonesia namun karyanya tidak
menggunakan Bahasa Indonesia tidak dapat di sebut sastra Indonesia yang ideal. Jika sastra
tersebut sudah di terjemahkan menggunakan Bahasa Indonesia di sebut sastra terjemahan.
Seiring berjalannya waktu, sejarah Indonesia mengikuti mengikuti perkembangan jamannya.
Begitu pila pasa karya satra Angkatan 66, pada periode ini lebih bersifat mengkritik
pemerintahan maupun politik. Pada Angkatan ini sastrawan sudah mulai mengkritisi keadaan
pemerintah maupun politik yang ada pada jaman itu.
BAB 2
PEMBAHASAN
Sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) sastra adalah karya tulis yang jika
di bandingkan dengan tulisan lain , memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian,
keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapan. Karya sastra berarti karangan yang mengandung
nilai-nilai kebaikan yang di tulis dengan Bahasa yang indah.
Para pengarang membuktikan bahwa awal pertumbuhan sastra Indonesia ialah Dunia
Politik. Angkatan 66 dalam bidang kesusastraan di berikan oleh H.B Jassin , memperkuat
pendapatnya, bahwa pada sekitar 1966, di dalam kesusatraan Indonesia telah lahir sebuah
generasi kesusastraan. Isrilah Angkatan 66 sebenarnya di ilhami oleh peristiwa politik,
kebangkitan generasi muda yang di plopori oleh KAMI-KAPPI dalam menumbsangkan Orde
Lama, beberapa bulan setelah meletusnya kudeta G-30S/PKI yang gagal itu. Kebanyakan mereka
adalah Orde Baru. Angkatan ’66 adalah istilah polotik. H.B. Jassin menransfernya kedalam dunia
sastra sehingga menjadi satu istilah sastra karena ia melihat adanya kaitan yang sangat erat antara
sastra dan perjuangan politik, sedangkan para sastrawan yang dimaksudkan berada di bawah
kubu angkatan ’66 memang ikut ambil bagian di dalam perjuangan tersebut, baik secara
langsung seperti yang dilakukan oleh Taufik Ismail, Sanditias, Slamet Sukirmanto, Bur Rawanto
maupun lewat karya sastra Orde Baru.
Para sastrawan angkatan ’66 telah berjuang dengan ide-ide keadilan dan kebenaran,
dengan tegas mendobrak kezoliman dan kemelut politik serta resesi ekonomi yang waktu itu
tengah melanda. Seiring berjalannya waktu PKI menghilang, dengan hilangnya PKI dan
Lekranya (Lembaga Kebudayaan Rakyat) dari dunia politik kebudayaan para pengarang yang
pada 1964 lenyap dari peredaran mulai aktif menulis lagi. Sebelum munculnya nama sastra
angkatan 66, WS Rendra dan kawan-kawannya dari Yogya pernah mengumumkan nama sastra
angkatan 50 pada akhir 1953, namun tidak popular dan kemudian dilupakan orang. Secara politis
lahirnya angkatan ini dilatarbelakangi oleh pergolakan politik dalam masyarakat dan
penyelewengan-penyelewengan pemimpin-pemimpin Negara yang tidak memiliki moral, agama,
dan rasa keadilan demi kepentingan pribadi dan golongan. Penyelewengan tersebut antara lain
pelanggaran terhadap Pancasila sebagai dasar Negara dan UUD 45 dengan memasukkan
komunis sebagai sebuah nilai keindonesiaan yang tentu saja melanggar sila pertama. Angkatan
66 masyarakat menolak kebudayaan didominasi oleh politik. Perlawanan ini dilakukan oleh
semua kalangan yang diawali oleh gerakan mahasiswa.
1.Merupakan masa kejayaan sastrawan Lekra yang bernaung di bawah panji-panji PKI.
Sastrawan yang bersebrangan dengan PKI dapat dikatakan kurang berkembang, apalagi manifest
kebudayaan yang menjadi konsepsinya dicekal dan dilarang pemerintah.
2.Masa ini didominasi oleh karya-karya yang berisi protes terhadap pemerintah. Dari segi isi,
konsepsinya adalah pancasila dan UUD 45. Dari protes sosial, ekonomi, dan politik yang
dikemukakan dengan berapi-api dan retorikanyasangat kuat beralih kecurahan hati dan perasaan
lega pengarang yangsekian tahun tertindas. Pada akhirnya tema-tema agama menjadi warnanya.
PENUTUP
Kenyataan sejarah membuktikan bahwa sejarah awal pertumbuhan sastra Indonesia, para
pengarang sudah menunjukkan perhatian yang cukup serius terhadap dunia politik. Nama
angkatan 66 pertama kali digunakan oleh H.B.Jassin. dalam angkatan 66:Prosa dan Puisi.
http://ardisetiawan1989.blogspot.com/2013/11/sejarah-sastra-angkatan-66.html?m=1
http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/Angkatan-66?lang=id