Anda di halaman 1dari 8

[Type text] [Type text] [Type text]

MAKALAH SEJARAH SASTRA

“Periodesasi kesusastraan angakatan 70”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra

Disusun Oleh :

M.iqbal Saputra (A1A021032)

Milvina Dahliah (A1A021020)

Apriliya Listiyani()

Eliza

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
[Type text] [Type text] [Type text]

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan hidayatnya, sehingga kami dapat menulis dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “periodesasi kesusastraan angakatan 70” ini dengan keadaan yang baik, tanpa
halangan apapun. Dengan selesainya Makalah kami ini, kami mengucapkan terimakasih kepada
Ibu Fina Hiasa, M.A. selaku Dosen mata kuliah Sejarah Sastra

Kami berharap Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bagi kami
selaku penyusun. Kami menyadari Makalah ini masih belum sempurna dan mungkin ada
kesalahan didalam makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan Makalah ini.

Daftar isi
[Type text] [Type text] [Type text]

BAB 1

PENDAHULUAN

Sejarah Sastra merupakan penggabungan dari kata sejarah dan sastra, sejarah sendiri
merupakan kejadian serta peristiwa yang benar benar terjadi di masa lampau, sementara sastra
adalah sebagai seni hidup dalam dunia imajinasi. Menurut Luxemburg didalam pengantar ilmu
sastra menjelaskan sejarah sastra adalah ilmu yang membahas periode-periode, jenis-jenis,
aliran-aliran, pengarang-pengarang, dan reaksi pembaca. Namun terdapat pandangan lain
mengenai sejarah sastra seperti pandangan menurut Zulfanur Z.F. dan Sayuti Kurnia, sejarah
sastra adalah ilmu yang mempelajari perkembangan sejarah suatu kebudayaan, bangsa daerah,
karya sastra. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah sastra merupakan
pengetahuan yang merangkap uraian deskriptif tentang fungsi sastra dalam masyarakat,
riwayat pendidikan sastra dan riwayat para sastrawan, sejarah munculnya genre sastra, kritik,
perkembangan kesusastraan dan perbandingan gaya.

Periodesasi dalam sejarah sastra terbagi beberapa tahapan yang terdiri dari periode
angkatan balai pustaka, angkatan pujangga baru, angkatan 45, angkatan 50an, angkatan 66,
angkatan 70an, dan yang terakhir angkatan sastra mutakhir (2000an). Yang akan kami bahas
pada makalah ini yaitu periodesasi angkatan 70an.

Latar belakang lahirnya angkatan 70an ditandai dengan munculnya pergeseran sikap
bertindak dan berpikir dalam menghasilkan pandangan yang estetik ketika menghasilkan karya
sastra baru yang beragam baik itu di bidang prosa, drama maupun puisi. Dalam periode 70an ini
terlihat bersamaan dengan gagalnya kudeta G30S/PKI, pada saat itu pengarang berusaha
melakukan uji coba batas-batas berupa kemungkinan bentuk dari prosa, drama, puisi yang
semakin tidak jelas.

Tokoh yang memberi nama angkatan ini sebagai angkatan 70an berdasarkan peristawa
adalah Hadi W.M dan Dami N. Toda.

B. Rumusan Masalah
[Type text] [Type text] [Type text]

1. Bagaimana periodesasi sejarah sastra Indonesia angakatan 70an

2. Bagaimana ciri – ciri dan karakteristik dari angkatan 70an

3.. siapa Tokoh – tokoh angakatan 70an dan apa saja hasil karya yang hadir dari angkatan
70an

c. Tujuan penulisan

1. untuk mengetahui bagaimana periodesasi sejarah sastra Indonesia pada Angkatan 70an

2. untuk mengetahui bagaimana ciri – ciri dan karakteristik dari angkatan 70an

3. untuk mengetahui siapa tokoh tokoh angkatan 70an dan apa saja hasil karya dari angkatan
tersebut

BAB II
[Type text] [Type text] [Type text]

PEMBAHASAN

A. Periodesasi sejarah sastra Indonesia angkatan 70an

Sejarah sastra terbagi menjadi sastra melayu klasik dan sastra melayu modern,
sastra melayu klasik adalah sastra berbahasa melayu yang ditulis (diawali dengan huruf
Arab melayu) pada saat abad ke-14 sampai zaman Abdullah bin Abdulkadir Munyi ( abad
ke-19) sementara itu sastra modern adalah sastra yang menunjukkan adanya pengaruh
barat pada perkembangan kesusastraan, di zaman kesusastraan modern terdapat
pembagian atau periodesasi, periodesasi tersebut terbagi menjadi angkatan balai
pustaka, angkatan pujangga baru, angkatan 45, angkatan 50an, angkatan 66, angkatan
70an, dan yang terakhir angkatan sastra mutakhir (2000an).
Salah satu periodesasi pada zaman kesusastraan modern adalah angkatan 70an,
angkatan ini adalah angkatan yang memperlihatkan kebebasan dalam berkreasi, sejak
tahun 1968 dan awal memasuki tahun 1970-an, banyak muncul karya sastra yang
memperlihatkan semangat kebebasan dalam menuangkan kreasi. Pada saat itu,
berbagai karya eksperimental seperti mendapatkan tempat yang subur dan momentum
sangat baik, karya-karya tersebut mencakup berbagai macam sastra ( novel, cerpen,
puisi dan drama ). Oleh karena itu diantara karya-karya yang disepakati terbit pada
periodesasi 70-an.
Periode ini dipenuhi oleh konflik dengan banyaknya pertentangan para
sastrawan yang memihak kepentingan dan golognannya. Saat di pemerintahan
soekarno, perbedaan ideology yang sangat tajam mengenai agama, idealisme,
komunisme, sangat berpengaruh pada perkembangan sastra di Indonesia, masuknya
ideology ke dalam diri para sastrawan maupun dalam karya sastra yang di hasilkan. hal
ini dapat dilihat dengan nyata didalam polemik antara sastrawan lembaga kebudayaan
yang membawa paham realisme sosial dengan sastrawan manifest kebudayaan yang
membawa nilai humanisme universal.
Dalam periode ini terdapat tokoh-tokoh penting, mereka mulai menulis di tahun
1965-1970, di periode ini banyak yang menulis pada usia muda seperti ahmad tohari,
Emha ainun naib, Korrie layun rampan, linus suryadi A.G. dalam periode ini penulis tua
hanyalah Y.B. Mangunwijaya (lahir 6 mei 1929 ).

Dalam perkembangannya di periode ini menunjukkan perubahan didalam sastra


terutama dari gaya ekspresi , permasalahan, serta nilainya, di saat itu pula munculnya
[Type text] [Type text] [Type text]

sastra pop, novel pop, yang secara menyeluruh tidak ada menunjukkan perkembangan
sastra dikarenakan bercorak konvensional dan tidak berbentuk tetap.

B. Ciri dan karakteristik dari periode angkatan 70an

1. Ciri-ciri struktur estetik

Puisi :
Dalam periode ini terdapat empat aliran jenis gaya puisi, yaitu puisi imajisme, puisi
lirik biasa, puisi mantra dan puisi lugu. Dan diantara empat aliran tersebut yang
menunjukkan ciri khusu adalah aliran mantra, imajisme, dan lugu, ciri khusus
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Meggunakan kata-kata daerah secara terlihat jelas untuk memberi warna local
dan ekspresi
b. Puisinya memiliki gaya mantra yaitu digunakannya sarana kepuitisan yang
berupa: frase, ulangan kata, kalimat bentuk yang sama tetapi memiliki pola yang
berbeda, penggabungan dengan ucapan atau kata yang dibesar-besarkan hal ini
guna mendapatkan hasil semaksimal mungkin.
c. Di pergunakan perkumpulan-perkumpulan bunyi guna memperoleh makna baru
d. Puisi imajinasi memakai teknik tidak langsung yang disebut gambaran atau imaji
dengan lukisan atau ceita kiasan.
e. Menggunakan gaya penulisan yang prosais, ini memiliki keterkaitan dengan gaya
imajisme
f. Puisi lugu, menggunakan teknik yang mengungkapkan ide atau opini secara
sederhana, dengan kata-kata serebral dan kalimat-kalimat yang terkesan biasa.

Prosa :

a. Jalur cerita bertele-tele


b. Mengguanakan gaya simbolik-surealistik
c. Menggunakan sarana yang populer terutama hiperbola dominan
d. Pusat cerita menggunakan metode sudut pandang ketiga romantis dan ironis
e. Cerita menggunakan gaya esai,menggunakan sudut pandang orang ketiga,
bermetode tanggapan pribadi terhadap masalah
[Type text] [Type text] [Type text]

2. Ciri-ciri ekstraeastik

Puisi :
a. Mengungkapkan tentang kehidupan batin religi yang condong ke mistis
b. Cerita yang melukiskan serta bersifat alegoris atau parable
c. Memiliki gaya menuntut hak asasi manusia, hidup merrka, kebebasan, bebas
kepenindasan, kehidupan yang layak
d. Mengungkapkan tentang kritik sosial atas kesewenang-wenangan terhadap kaum
bawah atau lemah, dan kritikan yang berhubungan dengan penyelewengan

Prosa :

(mencakup juga drama)

a. Memanfaatkan kehidupan seseorang sebagai individu


b. Mengungkapkan tentang kehidupan yang absurd
c. Menggunakan filsafat eksistensialisme
d. Mengutamakan warna asli (subkulur), latar belakang budaya local
e. Mengungkapkan mengenai tuntutan atas hak-hak asasi manusia untuk bebas dari
pengekangan
[Type text] [Type text] [Type text]

C.

Anda mungkin juga menyukai