Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KRITIS

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap dan Perilaku Empati Peserta Didik

Disusun Guna Memenuhi UTS Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu : Lies Nurhaini, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Rizka Putri Ariyani

NIM : K7721056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
PENGESAHAN

Laporan Kritis ini telah disetujui dan disahkan oleh dosen pengampu guna melengkapi tugas
Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik sebagai salah satu mata kuliah semester 1 tahun
2021 pada:

Hari : Senin

Tanggal : 6 Desember 2021

Surakarta,6 Desember 2021

Dosen Pengampu

(Lies Nurhaini, S.Pd., M.Si.)

NIP: (198801092019032009)

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Karunia Nya, Sehingga Penulis
dapat menyelesaikan tugas Laporan Kritis untuk Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
dengan lancar dan tepat waktu. Adapun Judul Laporan Kritis ialah ‘Pengaruh Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Sikap dan Perilaku Peserta Didik’

Pada Kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah bersedia membantu Penulis dan berkontribusi dalam menyelesaikan laporan
kritis ini. Adapun pihak terkait, yaitu:

1. Ibu Lies Nurhaini, S.Pd., M.Si. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik Program Studi Pendidikan Akuntansi Kelas B Semester Gasal Tahun
Akademik 2021/2022
2. Keluarga yang selalu memberi dukungan,motivasi serta doa yang baik
3. Teman-Teman Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kelas B Angkatan 2021
4. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu
5. Terakhir, tetapi tidak kalah penting yaitu Penulis Sendiri karena telah percaya
terhadap kemampuan diri sendiri dan mengerjakan laporan ini dengan jujur.

Dengan demikian Laporan Kritis ini dibuat. Bagi Penulis Laporan ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak
sempurnaan itu. Namun, Penulis berharap semoga Laporan ini nantinya dapat berguna dan
bermanfaat bagi setiap pihak yang membaca.

Jakarta, 08 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
PENGESAHAN ........................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penilitian ......................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH ............................................................................. 3
A. Pembahasan ................................................................................................................................ 3
B. Upaya Pemecahan Masalah ........................................................................................................ 9
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................................... 11
A. Simpulan ................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam hidup nya tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan
batuan orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan sears(2005) yang
menyatakan bahwa manusia tidak mampu hidup sendiri melainkan saling
berketergantungan. Oleh karena itu, dalam memberikan bantuannya untuk orang lain,
manusia perlu ikut merasakan apa yang orang lain rasakan atau biasa disebut dengan
empati. Taufik (2012) mendefinisikan empati sebagai aktivitas untuk memahami apa
yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan
dirasakan oleh orang yang bersangkutan terhadap kondisi yang sedang dialami orang
lain, tanpa kehilangan kontrol dirinya.
Namun tanpa disadari sikap dan perilaku empati saat ini sudah mulai luntur.
Hal tersebut sesuai dengan penyataan Tika Bisono (dalam republika.co.id,2014)
mengatakan bahwa kondisi masyarakat jaman dahulu penuh dengan rasa kesopanan
dan menghargai satu sama lain, sedangkan pada jaman sekarang individu merasa cuek
ketika mendengar penderitaan orang lain. Adanya pengaruh dari luar menjadi salah
satu alasan sikap dan perilaku empati saat ini mulai luntur. Hal ini berdampak pada
kekerasan dan konflik yang sering terjadi pada akhir-akhir ini. Selain itu, hal tersebut
bisa terjadi karena pola asuh yang kurang baik dan terlalu kaku sehingga menjadikan
anak atau peserta didik ini kurang memiliki sikap dan perilaku empati dalam dirinya.
Pola asuh yang kaku cenderung terlalu mengekang peserta didik untuk melakukan
hal-hal yang menunjang pertumbuhan dan perkembangannya termasuk dalam
perkembangan sosialisasi terhadap lingkungan sekitar. Ketidak sempurnaan
perkembangan tadi membuat anak menjadi acuh tak acuh terhadap lingkungan
sekitarnya bahkan sampai tidak memiliki sikap dan perilaku empati ketika melihat
orang-orang di sekitarnya memerlukan bantuan.
Pola asuh dari masing-masing orang tua berbeda-beda hal ini dapat dilihat
melalui sikap dan perilaku orang tua dari masing-masing peserta didik. Pola asuh
yang berbeda-beda ini membawa pengaruh yang berbeda-beda pula pada setiap
peserta didik. Pola asuh orang tua biasanya dilakukan secara turun temurun dan
cenderung mencontoh pola asuh yang sama dari orang tua mereka. Padahal pola asuh

1
2

dari orang tua sebelumnya belum tentu baik bagi perkembangan anak saat ini. Oleh
karena itu, orang tua perlu belajar dan memperbanyak literatur tentang parenting yang
baik. Karena pola asuh yang diterapkan orang tua sedari dini mempengaruhi
perkembangan kepribadian seorang anak atau peserta didik dimana hal tersebut
merupakan salah satu perkembangan yang sifatnya dinamis. Dengan demikian sikap
dan perilaku moral anak terutama sikap empati dapat tumbuh dengan baik dalam
dirinya. Sehingga nantinya ketika anak atau peserta didik sudah masuk ke lingkungan
masyarakat mereka dapat bersosialisasi dengan baik dan ketika mereka melihat teman
atau orang lain yang kesusahan mereka juga dapat merasakan apa yang orang lain
rasakan serta dapat membantunya.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan menguraikan lebih lanjut
dalam laporan kritis yang berjudul ‘Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Sikap dan Perilaku Empati Peserta Didik’

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pola Asuh Orang Tua yang berbeda-beda berpengaruh terhadap


Kepribadian Peserta Didik
2. Apa Pola Asuh Orang Tua berpengaruh terhadap Sikap dan Perilaku Empati
Peserta Didik ?
3. Bagaimana Solusinya apabila ada Peserta Didik yang tidak berempati terhadap
Lingkungan di sekitarnya ?

C. Tujuan Penilitian

Dalam Penelitian ini perlu adanya suatu tujuan yang dijadikan sebagai acuan
utama dari masaalah yang diteliti agar penulis dapat menemukan data yang terfokus
untuk memecahkan masalah.

Adapun Tujuan Penilitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kepribadian Peserta
Didik
2. Untuk mengetahui pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Sikap dan Perilaku
Empati Peserta Didik
3. Untuk mengetahui Solusi dari permasalahan ketika seorang Peserta Didik tidak
berempati

2
BAB II

PEMBAHASAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan

1. Kajian Teori
a. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem. Cara kerja, bentuk
(struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh memiliki arti menjaga (merawat dan
mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya) dan
memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.Pola
asuh orang tua atau Parenting merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi,
membimbing, membina, dan mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-
hari dengan harapan menjadikan anak sukses di masa depan. Menurut Thoha
(1996:109) menyebutkan bahwa “Pola Asuh orang tua adalah merupakan suatu
cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai
perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak”. Menurut Casmini pola
asuh merupakan bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik,
membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai
proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang
diharapkan oleh masyarakat secara umum. Itu berarti pola asuh orang tua
berperan penting dalam kepribadian seorang anak karena dikatakan
sebelumnya bahwa pola asuh juga merupakan upaya pembentukan norma-
norma. Selain itu,Pola Asuh bisa bervariasi atau berbeda hal ini tergantung dari
sikap dan perilaku dari masing-masing orang tua. Biasanya pola asuh ini turun
menurun dari generasi sebelumnya. Hal tersebut sama seperti apa yang
dikemukakan Sari,(2020) menurutnya pola asuh orang tua bervariasi dalam
mempengaruhi sikap dan mengarahkan perilaku anak.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Pola Asuh
merupakan suatu bentuk interaksi orang tua dengan anaknya dimana di
dalamnya orang tua membimbing, membina, dan memberikan dorongan atau
motivasi untuk anaknya dengan harapan anaknya dapat menjadi anak yang

3
4

sukses di masa depan dan pola asuh dari masing-masing orang tua sangat
berpengaruh ke kepribadian masing-masing peserta didik. Hal tersebut yang
mendasari kenapa setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda.
b. Macam – Macam Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua sangat bervariasi. Menurut Baumrind terbagi menjadi
empat macam yaitu:
1. Authoritative, yaitu pola pengasuhan dengan orang tua yang tinggi tuntutan
(demandingness) dan tanggapan (responsiveness). Lebih jauh Baumrid
menguraikan ciri pengasuhan authoritative, yaitu:
a. bersikap hangat namun tegas,
b. mengatur standar agar dapat melaksanakannya dan memberi harapan yang
konsisten terhadap kebutuhan dan kemampuan anak,
c. memberi kesempatan anak untuk berkembang otonomi dan mampu
mengarahkan diri, namun anak harus memiliki tanggung jawab terhadap
tingkah lakunya,
d. menghadapi anak secara rasional, orientasi pada masalah-masalah memberi
dorongan dalam diskusi keluarga dan menjelaskan disiplin yang mereka
berikan.

2. Indulgent, yaitu pola pengasuhan dengan orang tua yang rendah pada
tuntutan (demandingness) namun tinggi pada tanggapan (responsiveness). Ciri
dari pengasuhan ini yaitu:

a. sangat menerima anaknya dan lebih pasif dalam persoalan disiplin,


b. sangat sedikit menuntut anak-anaknya,
c. memberi kebebasan kepada anaknya untuk bertindak tanpa batasan,
d. lebih senang menganggap diri mereka sebagai pusat bagi anak-anaknya,
tidak peduli anaknya menganggap atau tidak.

3. Authoritarian, yaitu pola pengasuhan dengan orang tua yang tinggi tuntutan
(demandingness) namun rendah tanggapan (responsiveness). Ciri pengasuhan
authoritarian adalah:

a. memberi nilai tinggi pada kepatuhan dan dipenuhi permintaannya,


b. cenderung lebih suka menghukum, bersifat absolut dan penuh disiplin,

4
5

c. orang tua meminta anaknya harus menerima segala sesuatu tanpa


pertanyaan,
d. aturan dan standar yang tetap diberikan oleh orang tua
e. mereka tidak mendorong tingkah laku anak secara bebas dan membatasi
anak.

4. Neglectful, yaitu pola pengasuhan dengan orang tua yang rendah dalam
tuntutan (demandingness) maupun tanggapan (responsiveness). Ciri
pengasuhan neglectful sama halnya dengan indeferent (acuh tak acuh) yaitu :

a. sangat sedikit waktu dan energi saat harus berinteraksi dengan anaknya,
b. melakukan segala sesuatu untuk anaknya hanya secukupnya,
c. sangat sedikit mengerti aktivitas dan keberadaan anak,
d. tidak memiliki minat untuk mengerti pengalaman anaknya di sekolah atau
hubungan anak dengan temannya,
e. jarang bertentangan dengan anak dan jarang mempertimbangkan opini anak
saat orang tua mengambil keputusan,
f. bersifat “berpusat pada orang tua” dalam mengatur rumah tangga, di sekitar
kebutuhan dan minat orang tua.
c. Sikap dan Perilaku Empati
Empati merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap orang lain,
merasakan apa yang orang lain rasakan dan membantunya jika orang lain itu
membutuhkan bantuan. Menurut Zoll dan Enz (2012) empati dapat diartikan
sebagai kemampuan dan kecenderungan seseorang (“observer”) untuk
memahami apa yang orang lain (“target”) pikirkan dan rasakan pada situasi
tertentu. Empati merupakan salah satu bentuk emosi kesadaran diri, selain rasa
malu, rasa cemburu, rasa bangga dan rasa bersalah. Menurut Darwin, emosi-
emosi tersebut berawal dari perkembangan kesadaran diri dan melibatkan
penguasaan peraturan dan standar (LaFreniere, 2000) Menurut Mehrabian &
Epstein (dalam Taufik, 2012:41 ) menyatakan empati merupakan bagian dari
perasaan seseorang yang mempengaruhi emosi. Menurut Baron Cohen
(dalam David Howe, 2015 : 16) menyatakan bahwa empati merupakan
kemampuan untuk dapat merasakan atau memikirkan apa yang dialami oleh
orang lain sehingga mempengaruhi sikap kita.

5
6

Dalam pernyataan lain empati disebut juga sebagai penempatan diri


pada orang lain dan ikut merasakan apa yang orang tersebut rasakan. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan seorang Psikolog Alfred Adler yang
mengatakan bahwa empati adalah penerimaan terhadap perasaan orang lain dan
dapat meletakkan diri kita pada tempat orang tersebut. Empati berarti to feel in,
atau proses ketika kita berdiri sejenak pada ‘sepatu orang lain’ agar dapat
merasakan bagaimana dalamnya perasaan orang tersebut. Thomas dan Diane
Mader(1990) berpendapat bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk
berbagi perasaan yang dilandasi oleh rasa kepedulian, dan ada berbagai
tingkatan dari kepedulian tersebut.
Berdasarkan pernyataan dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
empati merupakan salah satu bentuk emosional seorang manusia terhadap
manusia yang lain yang mana ikut merasakan apa yang orang lain rasakan dan
menempatkan dirinya terhadap posisi orang lain itu.

d. Ciri-Ciri Sikap dan Perilaku Empati


1. Ikut merasakan, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain
2. Dibangun berdasarkan kesadaran diri, ada kemauan dalam diri seseorang
untuk peka terhadap perasaan orang lain
3. Peka terhadap bahasa non verbal, seseorang dapat dikatakan berempati
apabila orang tersebut mampu merasakan bahasa non verbal yang
diperlihatkan oleh orang lain
4. Mengambil peran, artinya seseorang mampu mengambil tidakan atas
permasalahan yang sedang dihadapinya
5. Tidak larut atau tetap kontrol emosi diri, artinya seseorang dapat
mengendalikan diri dalam membantu memecahkan masalah.
e. Faktor-Faktor Empati
Menurut Hoffan dalam Goleman (1999), faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam menerima dan memberi empati adalah sebagai berikut
1. Sosialisasi, Untuk membentuk suatu perilaku dapat dilakukan dengan
cara memberikan informasi tentang pengertian atau pentingnya dari
perilaku tersebut. Sosialisasi untuk anak-anak sebaiknya dilakukan
melalui permainan-permainan yang akan membentuk sejumlah emosi,

6
7

membantu untuk lebih berpikir dan memberikan perhatian kepada orang


lain, serta lebih terbuka terhadap kebutuhan orang lain sehingga akan
meningkatkan kemampuan berempati anak.
2. Mood dan feeling, Seseorang dapat berinteraksi dengan baik apabila
mempunyai perasaan yang baik.
3. Perilaku dapat terbentuk melalui proses belajar salah satunya meniru
perilaku orang tua.
4. Situasi dan tempat, Ketika seseorang dalam situasi yang sibuk atau
tergesa-gesa maka kemungkinan orang tersebut tidak mempunyai waktu
untuk berempati,dan apabila seseorang sedang berada di tempat yang
ramai maka akan mempengaruhi perilaku empati seseorang.
5. Komunikasi dan bahasa, seseorang dapat mengungkapkan atau
menerima empati melalui komunikasi atau bahasa.
6. Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku anak. Apabila orang
tua mengajarkan atau menanamkan empati sejak kecil maka akan
membentuk empati anak ketika dewasa.
f. Unsur – Unsur Empati
1. Imajinasi yang tergantung kepada kemampuan membayangkan; di sini
imajinasi berfungsi untuk memungkinkan pengandaian diri seseorang
sebagai orang lain.
2. Adanya kesadaran terhadap diri sendiri (self-awareness atau self-
consciousness); secara khusus pandangan positif terhadap diri sendiri,
secara umum penerimaan (dalam arti pengenalan) apa adanya terhadap
kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
3. Adanya kesadaran terhadap orang lain; pengenalan dan perhatian terhadap
orang lain; secara khusus pandangan positif terhadap orang lain, secara
umum penerimaan apa adanya terhadap kelebihan dan kekurangan orang
lain.
4. Adanya perasaan, hasrat, ide-ide dan representasi atau hasil tindakan baik
pada orang yang berempati maupun pada orang lain sebagai pihak yang
diberi empati disertai keterbukaan untuk saling memahami satu sama lain.
5. Ketersediaan sebuah kerangka pikir estetis; ini merupakan dasar untuk
menampilkan respons yang dianggap pantas dan memadai agar kesesuaian

7
8

antara orang yang berempati orang yang menjadi sasaran empati dapat
tercapai (agar tidak menjadi pelanggaran privasi atau perilaku ‘sok tahu);
kerangka pikir estetis selalu tergantung pada budaya, masyarakat dan
konteks jaman.
6. Ketersediaan sebuah kerangka pikir moral; dalam konteks pendidikan
kerangka ini merupakan panduan untuk pembentukan dan pengembangan
kompetensi dan karakter guru dan murid; juga tergantung kepada budaya
masyarakat dan konteks jaman.
g. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kepribadian Peserta Didik
Pola asuh dari masing-masing orang tua tidak lah sama melainkan
bervariasi sesuai denga napa yang sudah dijabarkan pada pernyataan diatas.
Pola Asuh yang bervariasi ini disebabkan oleh pertama meniru pola asuh
orang tua sebelumnya yang dianggap baik dan relevan terhadap anaknya lalu,
selanjutnya bergantung pada sikap dan perilaku dari masing-masing orang tua.
Sikap dan perilaku orang tua berbeda-beda ada yang kasar, ada juga yang
kaku, lalu ada juga yang lembut dan masih banyak lagi. Hal tersebut yang
menyebabkan kepribadian masing-masing orang berbeda-beda tidak ada yang
sama. Ini juga merupakan salah satu bentuk keagungan Tuhan yang
menciptakan manusia dengan pemikiran yang berbeda-beda dan menghasilkan
kepribadian yang berbeda pula. Dengan demikian terbukti bahwa pola asuh
orang tua sangatlah berpengaruh terhadap kepribadian peserta didik. Misalnya,
orang tua dengan sikap dan perilaku yang kaku maka pola asuh yang
diterapkan untuk anaknya juga pola asuh yang kaku juga, pola asuh yang kaku
ini cenderung lebih mengekang dan tidak terbuka kepada anaknya. Karena
orang dengan kepribadian kaku akan susah untuk membuka dirinya untuk
orang lain. Sehingga perkembangan moral dari sang anak akan mengalami
hambatan karena merasa orang tuanya tidak mengajak Ia bercerita dan
menanyakan tentang bagaimana hari mu sampai apa yang sedang kamu
sukai,dll. Hal-hal sekecil ini yang akan membuat anaknya juga memiliki
kepribadian yang mirip dengan orang tuanya. Ketika anaknya dewasa nantinya
akan menjadi orang yang sulit terbuka dengan orang lain dan cenderung acuh
tak acuh dengan orang sekitarnya.

8
9

h. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap dan Perilaku Empati Peserta
Didik
Selain kepribadian tadi, pola asuh orang tua juga berpengaruh pada sikap dan
perilaku empati seorang anak atau peserta didik. Seperti yang dikatakan
sebelumnya masing-masing orang tua akan melahirkan kepribadian anak yang
berbeda-beda. Pola asuh orang tua merupakan bentuk interaksi orang tua dan
anak dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan bahwa seorang anak akan
meniru apa yang dilakukan orang tua nya entah itu dari sikap orang tua
kepadanya atau Ia melihat orang tuanya melakukan suatu hal. Seringkali
didapati orang tua yang melakukan hal yang tidak baik di depan anaknya entah
itu sengaja ataupun tidak. Dengan melihat hal-hal yang dilakukan oleh orang
tua nya tadi peserta didik sendiri akan mengikuti karena menurutnya sebagai
anak harus mengikuti apa yang orang tua lakukan seperti kata pepatah ‘buah
tidak jatuh jauh dari pohon nya’ yang berarti sikap,sifat dan perilaku anak tidak
jauh dari orang tuanya. Maka dari itu orang tua haruslah memberi contoh yang
baik-baik. Misalnya, ketika ada tetangga yang sedang kesusahan dibantu, lalu
ketika ada saudara yang sedih ikut merasakan kesedihannya dan memberikan
motivasi agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Hal-hal tersebut merupakan
contoh kecil dalam sikap dan berperilaku empati terhadap sesama, ketika anak
atau peserta didik melihat atau mendengar dari orang tuanya tentang bagaimana
cara berempati tentulah sang anak dikemudian hari akan berperilaku yang sama
ketika melihat orang yang sedang sedih atau yang sedang membutuhkan
bantuan atau dukungan baik moral maupun materi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku seorang peserta didik di lingkungannya.

B. Upaya Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sudah penulis uraikan upaya yang


dapat dilakukan oleh penulis dalam memecahkan permasalahan yang terjadi antara
lain :
1. Meningkatkan Kesadaran Orang Tua
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa pengertian
kesadaran adalah hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Pada umumnya
berbicara mengenai kesadaran berarti ada tindakan yang aktif dari para orang tua.

9
10

Kesadaran Orang Tua disini ialah tentang mengenai pola asuh yang baik kepada
anak atau peserta didik. Ketika orang tua sudah sadar tentang pola asuh yang baik
maka kepribadian seorang peserta didik nantinya juga akan baik. Selain itu
kesadaran orang tua tentang memberikan contoh yang baik kepada anak atau
peserta didik. sehingga nantinya apa yang ditiru oleh peserta didik adalah hal-hal
yang baik dan tidak menyimpang dari norma-norma.
2. Lebih Memperhatikan Anak
Memberikan perhatian kepada anak merupakan hal yang dilakukan oleh Orang
Tua dalam usaha memenuhi kebutuhan psikologis anaknya. Kebutuhan psikologis
meliputi sosial dan emosional. Maka kebutuhan-kebutuhan psikologis siswa, yang
termasuk dalam kebutuhan sosial dan emosianal sangat berpengaruh penting bagi
siswa. Hal ini dikarenakan pada masing-masing kebutuhan seperti kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan pemahaman mengenai perasaan dan harapan diri maupun
orang lain. Kebutuhan psikologis ini salah satunya ialah memberikan dukungan
moral terhadap anaknya. Ketika kebutuhan Psikologis seorang anak terpenuhi
kemungkinan besar Ia akan tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian yang
baik dengan sikap dan perilaku empatinya terhadap lingkungannya besar.
3. Sesekali Mengajak Berbicara Peserta Didik
Ketika sebagai seorang tenaga pandidik menjumpai peserta didik yang menutup
dirinya dan enggan berempati terhadap lingkungan sekitarnya hal pertama yang
dilakukan ialah mengajaknya berbicara dan menanyakan mengapa ia melakukan
hal seperti itu dengan bahasa yang tidak menyinggung seorang peserta didik
tersebut. Selanjutnya coba untuk menyuruh teman-temannya mengajak bermain
untuk bersosialisasi. Dengan bersosialisasi dengan teman-temannya diharapkan
seorang peserta didik tersebut perlahan dapat membuka dirinya dan ketika sudah
berteman lalu ada temannya yang kesusahan bisa saja Ia menjadi tersentuh hatinya
dan perlahan mulai berempati terhadap lingkungan sekitarnya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dan juga upaya pemecahan masalah yang telah penulis
sampaikan dalam laporan kritis kali ini. Dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua
sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku peserta didik dan berperan penting
dalam melahirkan kepribadian seorang anak atau peserta didik. Masalah utama yang
muncul ialah kurangnya kesadaran orang tua mengenai pola asuh yang baik terhadap
anak atau peserta didik, kesadaran orang tua disini juga meliputi kurangnya literatur
dan pemahaman tentang ilmu parenting. Kurang kesadaran itu tadi membuat
permasalahan lain muncul seperti adanya peserta didik yang menutup dirinya dari
lingkungan sekitar sehingga ia enggan untuk berempati terhadap lingkungan
sekitarnya dan seolah-olah acuh tak acuh dan tidak peduli.
Upaya yang diambil dari permasalahan tersebut ialah dengan menumbuhkan
kesadaran diri dari masing-masing orang tua tentang ilmu parenting, selain itu orang
tua juga harus lebih memperhatikan anaknya hal itu dilakukan untuk memperhatikan
anaknya ketika sewaktu-waktu muncul sikap enggan bersosialisasi terhadap
lingkungannya dapat segera mungkin untuk dinasehati.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani,L. 2015. Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan

Emosi Anak, Tesis, Prodi Pendidikan Anak Usia Dini IAIN Samarinda

Sari,P,P , Sumardi, dan Mulyadi, S. 2020. Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Perkembangan Emosional Anak Usia Dini, Tesis, PGPAUD Universitas
Pendidikan Indonesia

Dosenpsikologi.com. 2021. Pengertian Empati Menurut Para Ahli Psikologi diakses 1


Desember 2021 pada[https://dosenpsikologi.com/pengertian-empati-menurut-
para-ahli]

Sunarti Euis, Mengasuh Anak dengan Hati, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2004),

Casmini, Emotional Parenting, 47.

Baumrid dalam Casmini, Emotional Parenting, 50-51.

Wardhani,H,P. 2018. Empati Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua dan Jenis Kelamin.
Tesis. Fakultas Psikologis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sumiyarsi,S. 2018. Pengaruh Antara Pola Asuh dan Religiusitas Orang Tua dengan
Sikap Empati Anak di desa Karanganyar. Tesis. Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai