Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KRITIS

Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Potensi dan Kebutuhan Peserta Didik

Disusun Guna Memenuhi Tugas Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu: Lies Nurhaini, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh :

Rizka Putri Ariyani

NIM : K7721056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
PENGESAHAN

Laporan Kritis ini telah disetujui dan disahkan oleh dosen pengampu guna
melengkapi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik sebagai salah satu mata kuliah
semester 1 tahun 2021 pada:

Hari : Senin

Tanggal : 11 Oktober 2021

Surakarta,11 Oktober 2021

Dosen Pengampu

(Lies Nurhaini, S.Pd., M.Si.)

NIP: (198801092019032009)

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Karunia Nya, Sehingga Penulis
dapat menyelesaikan tugas Laporan Kritis untuk Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
dengan lancar dan tepat waktu. Adapun Judul Laporan Kritis ialah ‘Pengaruh Sosial
Ekonomi Orang Tua terhadap Potensi dan Kebutuhan Peserta Didik’

Pada Kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah bersedia membantu Penulis dan berkontribusi dalam menyelesaikan laporan
kritis ini. Adapun pihak terkait, yaitu:

1. Ibu Lies Nurhaini, S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik Program Studi Pendidikan Akuntansi Kelas B Semester Gasal Tahun
Akademik 2021/2022
2. Keluarga yang selalu memberi dukungan,motivasi serta doa yang baik
3. Teman-Teman Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kelas B Angkatan 2021
4. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu
5. Terakhir, tetapi tidak kalah penting yaitu Penulis Sendiri karena telah percaya
terhadap kemampuan diri sendiri dan mengerjakan laporan ini dengan jujur.

Dengan demikian Laporan Kritis ini dibuat. Bagi Penulis Laporan ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak
sempurnaan itu. Namun, Penulis berharap semoga Laporan ini nantinya dapat berguna dan
bermanfaat bagi setiap pihak yang membaca.

Jakarta, 08 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH.............................................4
A. Pembahasan.............................................................................................................................4
B. Upaya Pemecahan Masalah..................................................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................15
A. Simpulan.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan kemajuan dan berkembangnya Teknologi dan Ilmu Pengetahuan
saat ini, berdampak pada kemajuan di berbagai bidang kehidupan lainnya. Untuk
dapat menghadapi kemajuan tersebut, diperlukan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas. Pendidikan merupakan faktor utama dalam usaha menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas, karena pendidikan sangat berperan dalam membentuk
pribadi manusia. (Munib dkk, 2012:57)

Pendidikan juga merupakan salah satu jembatan bagi seseorang dalam memenuhi
kebutuhan dan juga mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Kebutuhan
masing-masing individu berbeda. Dalam teori hierarki kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan fisiologis,keamanan,cinta,harga diri dan aktualisasi diri yang mana
masing-masing memerlukan pemenuhannya. (Abraham Maslow). Semua Individu
berusaha menggunakan berbagai sikap dan tingkahlaku untuk memenuhi
kebutuhannya.

Pemenuhan kebutuhan Individu juga sejalan dengan Individu tersebut


mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Peserta didik dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif untuk mengembangkan potensi diri. Potensi peserta
didik erat kaitannya dengan minat dan bakat seseorang tersebut. Dengan mengikuti
atau melakukan kegiatan-kegiatan yang positif diharapkan peserta didik tersebut dapat
mengetahui minat dan bakat dirinya seperti apa.

Namun, tidak sedikit dari peserta didik mengalami hambatan dalam memenuhi
kebutuhannya dan juga dalam mengembangkan potensi dirinya. Tidak sedikit dari
mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya alhasil mereka melakukan hal-hal
yang menyimpang. Namun, ada juga Sebagian dari mereka tidak melakukan hal
menyimpang, mereka ini cenderung menutup dirinya dari lingkungan sekitar dan
sering kali menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa memenuhi kebutuhannya.

1
2

Selain itu, mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya pasti juga mengalami
hambatan dalam mengembangkan potensi dirinya. Mereka tidak percaya diri dalam
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Individu yang melakukan hal
penyimpangan sudah mendapat stigma buruk dari lingkungannya alhasil mereka
enggan untuk mengembangkan potensi diri karena merasa tidak mendapat dukungan
tadi.

Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut bisa terjadi. Salah satunya adalah
latar belakang sosial ekonomi keluarga. Latar belakang status sosial ekonomi keluarga
merupakan gambaran kondisi orang tua dalam kaitannya dengan aspek sosial ekonomi
seperti taraf pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan. Ketika kondisi sosial
ekonomi orang tua rendah, maka akan sulit memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
kurang memperhatikan kebutuhan anak-anaknya. Di sisi lain, orang tua
berpenghasilan tinggi akan dengan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk
kebutuhan anaknya.

Sama halnya dengan pengembangan potensi peserta didik. Jika orang tua memiliki
latar belakang sosial ekonomi yang baik maka dengan mudah peserta didik
melakukan pengembangan potensi dirinya. Mereka diberikan fasilitas untuk
mengembangkan bakat dan minat mereka, seperti dengan mengikuti les khusus bakat
dll. Sehingga nantinya mereka dapat menjadi individu yang berkualitas. Berbeda
dengan mereka yang memiliki orang tua dengan latar belakang ekonomi yang kurang.
Mereka akan sulit untuk melakukan pengembangan potensi yang ada pada diri
mereka. Mereka cenderung tidak percaya diri dan kurang mendapat dukungan dari
orang tua maupun lingkungan sekitar mereka.

Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah ini diperlukan adanya pendamping
seorang guru. guru dapat memotivasi peserta didik tanpa pengecualian. Sehingga
peserta didik dapat terpacu dan memiliki semangat serta minat belajar yang tinggi
dalam proses pengembangan potensi dirnya. Karena semangat belajar yang tinggi tadi
peserta didik juga bisa mulai mencari beasiswa. Ketika peserta didik sudah
mendapatkan beasiswa maka mereka bisa mengejar ketertinggalan dalam pemenuhan
kebutuhannya tadi, semisal yang sebelumnya kebutuhan akan berprestasi belum
tercapai atau terpenuhi karena hambatan ekonomi bisa terpenuhi.
3

Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan menguraikan lebih lanjut dalam
laporan kritis yang berjudul ‘Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Potensi dan Kebutuhan Peserta Didik’

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan
peserta didik?
2. Apakah Status Sosial Ekonomi Keluarga berpengaruh terhadap Perkembangan
Potensi Peserta Didik?
3. Bagaimana Kaitannya Pemenuhan Kebutuhan Peserta Didik dengan
Perkembangan Potensi Peserta Didik?

C. Tujuan Penelitian
Dalam Penelitian ini perlu adanya suatu tujuan yang dijadikan sebagai acuan
utama dari masaalah yang diteliti agar penulis dapat menemukan data yang terfokus
untuk memecahkan masalah.

Adapun Tujuan Penilitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap


pemenuhan kebutuhan peserta didik
2. Untuk mengetahui apakah status sosial ekonomi keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan potensi peserta didik
3. Untuk mengetahui kaitan antara pemenuhan kebutuhan peserta didik dengan
perkembangan potensi peserta didik
BAB II

PEMBAHASAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan

1. Kajian Teori
a. Kondisi Sosial Ekonomi
Sosial berarti segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
masyarakat,sedangkan ekonomi berarti ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kegiatan produksi,
distribusi dan konsumsi. Sosial ekonomi memiliki arti segala sesuatu yang
berhubungan dengan tindakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Keadaan dan kondisi sosial ekonomi setiap individu memiliki tingkatan yang
berbeda-beda. Ada individu dengan kondisi sosial ekonomi rendah, sedang dan
tinggi.
Sosial ekonomi menurut Soerjono Soekanto (2007) adalah posisi
seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam
berhubungan dengan sumber daya. Sedangkan menurut Abdulsyani (1994)
sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok
manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat
pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.
Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau
kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi
tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula
seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status
misalnya, pendapatan, dan pekerjaan.
Berdasarkan pendapat ahli sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi
dalam masyarakat dalam kaitannya dengan tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, kepemilikan kekayaan rumah tangga dan kepuasan kebutuhan
keluarga. Oleh karena itu, keempat hal tersebut mempengaruhi status sosial

4
5

ekonomi masyarakat, yang juga menentukan tinggi rendahnya status seseorang


dalam masyarakat.

b. Faktor-faktor yang Menentukan Kondisi Sosial Ekonomi

Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia memiliki


kedudukandan posisi yang sama di mata-Nya. Namun kenyataannya di
masyarakat tidak demikian. Kondisi sosial ekonomi seseorang dalam
masyarakat berbeda-beda sesuai dengan status dan fungsinya.

Menurut Nasution (2004: 25) tingkat status sosial ekonomi dilihat atau
diukur dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan kekayaan, tingkat pendidikan
orang tua, keadaan rumah dan lokasi, pergaulan dan aktivitas sosial.

Namun dalam laporan kritis kali ini hanya mengambil 2 faktor, yaitu
faktor tingkat pendidikan, pendapatan/penghasilan keluarga, ditambah 1 faktor
lain yaitu pemenuhan kebutuhan keluarga/pengeluaran keluarga.

1. Tingkat Pendidikan
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Pendidikan sendiri menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan
usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina
potensipotensi pribadinya yaitu rohani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani)
serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan).
Tujuan Pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang
berbunyi “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
6

dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap


dan bertanggung jawab kemayarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan
sekolah (pendidikan formal dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan
non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang
pendidikan sekolah
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 bab IV pasal 15 jenjang
pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Pendidikan Dasar
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 17 ayat 2 pendidikan
dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan
madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
2) Pendidikan Menengah
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 18 ayat 3 Pendidikan
Menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah
(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan bentuk lain yang
sederajat.
3) Pendidikan Tinggi
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 20 ayat 1 Perguruan
Tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau
universitas.

Tingkat pendidikan orang tua selain dilihat dari jenjangnya juga dapat
dilihat dari tahun sukses atau lamanya orang tua sekolah. Semakin lama
orang tua bersekolah maka semakin tinggi pula jenjang pendidikannya.
Contoh, orang tua yang hanya sekolah 6 tahun berarti hanya bersekolah
sampai SD. Berbeda dengan orang tua yang sekolah sampai 9 tahun berarti
lulusan SMP, orang tua yang sekolah sampai 12 tahun berarti lulusan SMA,
dan selanjutnya. Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh orang tua
berpengaruh pada kelanjutan sekolah anak mereka. Orang tua yang
memiliki pendidikan tinggi maka akan memiliki motivasi yang lebih besar
untuk menyekolahkan anak mereka.
7

2. Pendapatan Keluarga

Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima anggota


masyarakat selama periode tertentu sebagai ganti dari faktor produksi yang
berkontribusi pada pembentukan produk nasional. Tingkat pendapatan
seseorang juga mempengaruhi status sosialnya, terutama dalam masyarakat
materialistis dan tradisionalis yang sangat menghargai status sosial ekonomi
tinggi dengan kekayaan.

Menurut Reksoprayitno, pendapatan atau income adalah uang yang


diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa
bunga, dan laba termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan
pensiun (Reksoprayitno, 2009)

3. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga/Pengeluaran Keluarga


Pemenuhan kebutuhan atau pengeluaran setiap keluarga dengan
keluarga lainnya tidaklah sama dan selalu berbeda. keluarga dengan banyak
anggota, pengeluaran berbeda dengan keluarga dengan sedikit anggota.
T. Gilarso (2004: 63) mengemukakan bahwa besarnya jumlah
pengeluaran keluarga tergantung dari hal-hal seperti:
1) Besarnya pendapatan keluarga yang tersedia (setelah dipotong pajak
dan potongan-potongan lain);
2) Besarnya keluarga dan susunannya (jumlah anak dan umur anak);
3) Taraf pendidikan dan status sosial dalam masyarakat;
4) Lingkungan sosial ekonomi (desa, kota kecil, kota besar);
5) Agama dan kebiasaan (hari raya, tahun baru);
6) Musim (panen/paceklik, masa ujian/pendaftaran sekolah);
7) Kebijakan dalam mengatur keuangan keluarga;
8) Pengaruh psikologi (iklim yang menarik, mode-mode baru,
pandangan masyarakat tentang apa yang menaikkan gengsi);
9) Harta kekayaan yang dimiliki (tanah, rumah, uang).
c. Kebutuhan Peserta Didik
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan meunju jenjang
kedewasaan, kebutuhan individu akan mengalami perubahan yang sejalan
dengan tingkat pertumbuhannya. Kebutuhan timbul karena ada dorongan
8

(motif) dari individu yang mungkin mereka sadari mungkin juga tidak. Hal
yang mendorong perbuatan seorang disebut sebagai motivasi, yang
menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau yang
menggeerakkan individu untuk melakukan kegiatan mencapai suatu
tujuan. Motivasi dibentuk dari dalam dan luar diri individu, diantaranya :
 Drive atau desakan yang diartikan sebagai dorongan yang
mengarah pada pemenuhan kebutuhan jasamani.
 Motive yaitu dorongan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan
psikis
 Need atau kebutuhan yaitu suatu keadaan dimana individu
merasakan adanya kekurangan atau ketiadaan sesuatu yang
diperlukan.

Menurut Mc Clelland, kebutuhan meliputi :

1. Kebutuhan untuk Berprestasi (Need for Achievement)


dimana setiap orang berkeinginan untuk berhasil dalam
kehidupannya
2. Kebutuhan untuk Berkuasa (Need of Power)
yaitu kebutuhan akan kekuasaan yang menampakkan diri pada
keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain yang
biasanya ditunjukkan dengan menyukai kondisi kompetisi dan
orientasi status serta akan lebih memberikan perhatian pada
berbagai faktor yang memungkinkan dirinya mengembangkan
pengaruh terhadap orang lain.
3. Kebutuhan untuk Berafiliasi (Need of Affiliation)
merupakan kebutuhan nyata pada setiap manusia, terlepas dari
status, kedudukan, jabatan, maupun pekerjaan yang dimilikinya.
Kebutuhan ini tercermin pada keinginan berada pada situasi yang
bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang lain.

Manusia akan memenuhi kebutuhan dassar untuk mempertahankan


hidupnya. Menurut Abraham Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan
didorong oleh 2 kekuatan, yaitu : o Motivasi Kekurangan (Deficiency
Motivation) yang digunakan untuk mengatasi masalah ketegangan
9

manusia karena berbagai kekurangan yang ada. o Motivasi Perkembangan


(Growth Motivation) yang didasarkan pada kapasitas setiap manusia
untuk tumbuh dan berkembang. Tingkatan kebutuhan menurut Abraham
Maslow, yaitu :

1. Kebutuhan Fisiologis ;
2. Kebutuhan Rasa Aman;
3. Kebutuhan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang;
4. Kebutuhan Penghargaan;
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri.
d. Potensi Peserta Didik
Kata potensi berasal dari serapan dari bahasa Inggris, yaitu potency.
Artinya ada dua kata, yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan;
kemungkinan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi
potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Intinya, secara sederhana,
potensi adalah sesuatu yang bisa dikembangkan (Majdi, 2007: 86). M.
Menurut Endra K Pihadhi (2004: 6) potensi bisa disebut sebagai
kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan
belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi diri yang dimaksud disini
suatu kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat,
bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum
dimanfaatkan dan diolah.
Berdasarkan pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
potensi ialah kemampuan terpendam yang dimiliki berupa minat, bakat
dan kecerdasan seseorang dan memiliki kemungkinan untuk
dikembangkan.

e. Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap pemenuhan kebutuhan seseorang


Keadaan dan kondisi sosial ekonomi setiap individu memiliki
tingkatan yang berbeda-beda. Ada individu dengan kondisi sosial ekonomi
rendah, sedang dan tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap seseorang dalam
melakukan pemenuhan kebutuhannya. Seorang siswa yang memiliki latar
belakang sosial ekonomi yang baik dengan pendapatan dan tingkat
10

Pendidikan orang tua yang tinggi akan lebih mudah dalam melakukan
pemenuhan kebutuhannya.
Sebagian orang tua yang memiliki pendapatan tinggi akan memberikan
perhatian dan dukungan dalam bentuk materi ataupun non materi untuk
menunjang anaknya dalam pemenuhan kebutuhannya. Lalu, Tingkat
pendidikan yang pernah ditempuh oleh orang tua berpengaruh pada
kelanjutan sekolah anak mereka. Orang tua yang memiliki pendidikan
tinggi maka akan memiliki motivasi yang lebih besar untuk
menyekolahkan anak mereka. Sebaliknya, seorang siswa yang memiliki
latar belakang sosial yang rendah atau kurang pasti akan mengalami
hambatan dan kebutuhan mereka tidak semuanya terpenuhi karena
keterbatasan biaya. Selain itu, Pendidikan orang tua yang rendah juga
menjadi faktor tidak terpenuhinya kebutuhan tertentu. Karena mereka
tidak memiliki motivasi dan beranggapan tidak perlu menempuh
pendidikan yang tinggi.
Hal ini didukung oleh pendapat Gerungan (2004:196) menyatakan
bahwa keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap
perkembangan anak- anak, apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya
perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak dalam
keluarga itu lebih luas, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk
mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia
kembangkan apabila tidak ada prasarananya.
Selain, faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan peserta didik. Kesadaran dari orang tua akan kebutuhan
anaknya juga berpengaruh. Orang tua yang acuh tak acuh terhadap
kebutuhan anaknya menyebabkan anaknya kurang atau tidak dapat
memenuhi kebutuhan nya. Sehingga, hal ini dapat menghambat proses
perkembangan anak selanjutnya. Hal ini terjadi karena orang tua sibuk
dengan pekerjaan dan kurang memerhatikan anaknya. Pernyataan tersebut
didukung oleh pendapat Slameto (2015:61) menyatakan bahwa orang tua
yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya
mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan
sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan- kebutuhan
anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak
11

menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan


apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan
belajar anaknya, kesulitan–kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-
lain, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya.
Berbeda dengan orang tua yang peduli terhadap anaknya. Mereka
mementingkan kebutuhan anaknya karena mereka ingin anaknya berhasil
dalam proses pemenuhan kebutuhan anaknya. Sehingga, nanti untuk
proses perkembangan selanjutnya diharapkan anak mereka tidak
mengalami hambatan. Oleh karena itu, selain faktor ekonomi yang
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhannya, kesadaran diri dan
kepedulian dari orang tua juga berpengaruh.
Hal-hal tersebut juga berpengaruh terhadap motivasi Peserta Didik.
Tidak semua peserta didik memiliki motivasi yang sama. Motivasi yang
berbeda ini didasari pada sikap orang tua terhadap anak dan juga ekonomi
dari orang tua itu sendiri.

f. Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Perkembangan Potensi Peserta Didik

Sama hal nya dengan hal diatas. Keadaan sosial ekonomi keluarga juga
mempengaruhi perkembangan potensi peserta didik tersebut. Siswa dengan
latar sosial ekonomi yang baik akan lebih terlihat potensinya sejak dini.
Karena mereka dimasukkan ke sekolah lebih awal untuk melatih
perkembangan motorik dan juga sensoriknya. Kedua perkembangan ini
akan berpengaruh terhadap perkembangan potensi siswa tersebut. Selain
itu, Ketika potensi sudah terlihat orang tua dari siswa tersebut akan
memasukkan anaknya ke tempat les bakat dan minat yang sesuai dan
ketika sudah remaja potensinya akan lebih menonjol lagi.

Sebaliknya seorang siswa dengan latar sosial ekonomi yang kurang


baik akan cenderung tidak terlihat potensi yang ada pada dirinya.
Keterbatasan ekonomi menjadi alasan mereka tidak mendapat fasilitas
seperti tadi. Sehingga, mereka mengalami keterlambatan dalam
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Mereka mendapat fasilitas
untuk melakukan perkembangan setelah mereka masuk sekolah berbeda
dengan siswa tadi yang sudah mendapatkan fasilitas sejak dini.
12

g. Keterkaitan Pemenuhan Kebutuhan Seorang Peserta Didik dengan


Perkembangan Potensi Diri

Dalam pemenuhan kebutuhan seorang peserta didik erat kaitannya


dengan perkembangan potensi yang ada pada diri seorang peserta didik
tersebut. Terpenuhinya kebutuhan seseorang sudah dapat dikatakan
seseorang itu hampir mencapai kesempurnaan dalam perkembangannya.
Perkembangan yang hampir sempurna itu juga terdapat perkembangan
potensi diri di dalamnya. Oleh karena itu, dapat dipastikan seseorang yang
sudah terpenuhi kebutuhannya dapat dengan mudah untuk melakukan
perkembangan potensi yang ada pada dirinya

B. Upaya Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sudah penulis uraikan upaya yang
dapat dilakukan oleh penulis dalam memecahkan permasalahan yang terjadi antara
lain :
1. Meningkatkan Kesadaran Orang Tua
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa pengertian
kesadaran adalah hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Pada umumnya
berbicara mengenai kesadaran berarti ada tindakan yang aktif dari para orang tua.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa, orang tua yang sadar akan
pentingnya pendidikan formal anak pasti akan terus berusaha untuk mendukung
anaknya sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi.
Tanggung jawab besar keluarga terhadap perkembangan anak termasuk dalam
memenuhi kebutuhannya. Jika orang tua sadar akan pentingnya perkembangan
anak pastilah mereka juga lebih peduli akan kebutuhan anaknya. Prioritas
kebutuhan anak menjadi hal utama untuk mendukung perkembangannya,
termasuk dalam perkembangan potensi yang ada pada anaknya. Sehingga,
nantinya si anak bisa menjadi individu yang berkualitas. Sebaliknya, jika orang
tua tidak sadar pentingnya pemenuhan kebutuhan anak dan mereka tak peduli
terhadap perkembangan anaknya. Perkembangan anak akan mengalami hambatan
termasuk dalam melakukan perkembangan potensi diri.
Meningkatkan kesadaran orang tua bisa dilakukan dengan orang tua mulai
mengajak berbicara anak dan menanyakan perihal kebutuhannya yang menunjang
perkembangannya di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Lalu, orang tua
13

tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan nya. Misalnya mengambil hari Minggu
sebagai hari quality time dengan keluarga dan mengajak anak untuk mulai
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dengan cara menanyakan apakah
anaknya mau untuk mengikuti les untuk bakat dan minatnya.
2. Meningkatkan Motivasi Peserta Didik
Menurut Sudarwan (2002:2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,
kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan
apa yang dikehendakinya. Hakim (2007:26) mengemukakan pengertian motivasi
adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam Upaya meningkatkan motivasi peserta didik dapat dilakukan oleh guru
di sekolah. Pemberian motivasi kepada siswa dapat dilakukan pada saat
pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil jika siswa termotivasi untuk
belajar. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan motivasi belajar dari siswa.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru harus kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa. Dalam proses pembelajaran guru juga harus membimbing
dan mendamping siswa dalam belajarnya. Jangan biarkan siswa berjuang
sendirian, beri arahan tentang tujuan apa yang ingin mereka capai di masa depan.
Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan arahan serta bimbingan.
Sehingga mereka yang mendengarkan dapat termotivasi dan lebih percaya diri
mereka akan berhasil dan sukses di masa depan.
Setelah siswa mendapat motivasi dalam belajarnya dapat dipastikan muncul
hasrat dalam diri untuk memenuhi kebutuhan berprestasi. Kebutuhan ini erat
kaitannya dengan pekerjaan, dan mengarahkan perilaku dalam upaya mencapai
prestasi tertentu. Prestasi yang ingin dicapai biasanya berupa mendapatkan nilai
tertinggi sampai menjadi perwakilan sekolah untuk lomba di bidang yang
diminati. Setelah kebutuhan berprestasi telah terpenuhi selanjutnya siswa
diharapkan dapat lebih mengembangkan potensi yang ada pada dirinyaa.
Kemudian setelah siswa berprestasi dan dapat mengembangkan potensinya guru
memberikan penghargaan serta pujian kepada peserta didik tersebut. Penghargaan
serta pujian yang diberikan bisa menjadi motivasi dan juga acuan lebih terhadap
peserta didik.
3. Lebih Memperhatikan Anak
14

Memberikan perhatian kepada anak merupakan hal yang dilakukan oleh Orang
Tua dalam usaha memenuhi kebutuhan psikologis anaknya. Kebutuhan psikologis
meliputi sosial dan emosional. Maka kebutuhan-kebutuhan psikologis siswa, yang
termasuk dalam kebutuhan sosial dan emosianal sangat berpengaruh penting bagi
siswa. Hal ini dikarenakan pada masing-masing kebutuhan seperti kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan pemahaman mengenai perasaan dan harapan diri maupun
orang lain.
Jika kebutuhan psikologis seorang anak tidak terpenuhi, anak akan melakukan
hal-hal menyimpang dan menjadi anak yang membangkang. Karena kurangnya
perhatian dari Orang Tua anak menjadi tidak terkontrol. Oleh karena itu, anak
melakukan hal-hal yang kurang baik seperti tadi. Dalam hal seperti ini peran
Orang Tua sangat dibutuhkan, Orang Tua dapat memberikan perhatian yang lebih
ke anaknya. Perhatian yang diberikan mulai dari hal-hal yang kecil, misalnya
Orang Tua menanyakan bagaimana hari yang dijalani anaknya. Lalu, tidak
membanding-bandingkan mereka dengan orang lain.
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dan juga upaya pemecahan masalah yang telah penulis
sampaikan dalam laporan kritis kali ini. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh latar
belakang sosial ekonomi keluarga sangat berpengaruh dan berperan penting dalam
upaya pemenuhan kebutuhan peserta didik dan juga perkembangan potensi diri
peserta didik. Masalah yang umum muncul adalah kurangnya kesadaran dari orang
tua dalam pemenuhan kebutuhan anak. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya
karena dirasa ekonomi yang kurang dan terlalu sibuk bekerja sehingga kurang peduli
terhadap kebutuhan anaknya. Selain permasalahan tadi juga kurangnya motivasi dari
peserta didik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dan tidak sedikit dari
mereka yang tidak mendapatkan perhatian lebih dari Orang Tua nya.
Upaya yang dapat diambil dari permasalahan tadi ialah menumbuhkan
kesadaran Orang Tua, memberikan motivasi yang lebih terhadap peserta didik melalui
guru, dan yang terakhir lebih memperhatikan anak dalam bentuk perhatian-perhatian
kecil.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Sari, D.N. 2017. Pengaruh Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga dan Hasil Belajar
Terhadap Minat Melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Siswa MAN Purworejo.
Tesis. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purworejo

Astuti, W.Y. 2016. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Minat Belajar
Siswa SMK YPKK 3 Sleman. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.

Surani, A. 2016. Pengembangan Potensi Diri Remaja Melalui Bimbingan Agama Islam.
Di peroleh pada 8 Oktober 2021 dari
[http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6429/3/BAB%20II.pdf]

Chotimah, L.N, Ani, H.M, dan Widodo, J. 2017. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang
Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa. 11(1): 75-77

Fahruddin, F. 2018. Hakikat Kesadaran Orang Tua. Di peroleh pada 9 Oktober 2021 dari
[http://digilib.iainkendari.ac.id/1397/3/BAB%20II.pdf]

Suharni, Purwanti. 2018. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. 3(1): 134-139

Murgijanto, E. 2017. Pengaruh Kebutuhan Prestasi, Kebutuhan Afiliasi dan Kebutuhan


Kekuasaan terhadap Semangat Kerja Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
AMA Salatiga. Di peroleh pada 10 Oktober 2021 dari
[https://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/viewFile/145/135#:~:text=Me
nurut%20Ashar%20Sunyoto%20Munandar%20(2004,lebih%20efisien
%20dibandingkan%20hasil%20sebelumnya.]

Budisiwi, H, Sukoco, KW. 2015. Kebutuhan Psikologis Peserta Didik. 1(3): 61

Perpustakaan Universitas Riau. Perkembangan Peserta Didik Psikologi Perkembangan

Remaja : Bab X Kebutuhan Remaja dan Pemenuhannya. Halaman 141-152.


Diperoleh pada 09 Oktober 2021 dari

[https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9104/BAB
%20X.pdf?sequence=12&isAllowed=y]

16

Anda mungkin juga menyukai