Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Potensi dan Kebutuhan Peserta Didik
Disusun Oleh :
NIM : K7721056
SURAKARTA
2021
PENGESAHAN
Laporan Kritis ini telah disetujui dan disahkan oleh dosen pengampu guna
melengkapi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik sebagai salah satu mata kuliah
semester 1 tahun 2021 pada:
Hari : Senin
Dosen Pengampu
NIP: (198801092019032009)
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Karunia Nya, Sehingga Penulis
dapat menyelesaikan tugas Laporan Kritis untuk Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
dengan lancar dan tepat waktu. Adapun Judul Laporan Kritis ialah ‘Pengaruh Sosial
Ekonomi Orang Tua terhadap Potensi dan Kebutuhan Peserta Didik’
Pada Kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah bersedia membantu Penulis dan berkontribusi dalam menyelesaikan laporan
kritis ini. Adapun pihak terkait, yaitu:
1. Ibu Lies Nurhaini, S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik Program Studi Pendidikan Akuntansi Kelas B Semester Gasal Tahun
Akademik 2021/2022
2. Keluarga yang selalu memberi dukungan,motivasi serta doa yang baik
3. Teman-Teman Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kelas B Angkatan 2021
4. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu
5. Terakhir, tetapi tidak kalah penting yaitu Penulis Sendiri karena telah percaya
terhadap kemampuan diri sendiri dan mengerjakan laporan ini dengan jujur.
Dengan demikian Laporan Kritis ini dibuat. Bagi Penulis Laporan ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak
sempurnaan itu. Namun, Penulis berharap semoga Laporan ini nantinya dapat berguna dan
bermanfaat bagi setiap pihak yang membaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH.............................................4
A. Pembahasan.............................................................................................................................4
B. Upaya Pemecahan Masalah..................................................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................15
A. Simpulan.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan kemajuan dan berkembangnya Teknologi dan Ilmu Pengetahuan
saat ini, berdampak pada kemajuan di berbagai bidang kehidupan lainnya. Untuk
dapat menghadapi kemajuan tersebut, diperlukan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas. Pendidikan merupakan faktor utama dalam usaha menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas, karena pendidikan sangat berperan dalam membentuk
pribadi manusia. (Munib dkk, 2012:57)
Pendidikan juga merupakan salah satu jembatan bagi seseorang dalam memenuhi
kebutuhan dan juga mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Kebutuhan
masing-masing individu berbeda. Dalam teori hierarki kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan fisiologis,keamanan,cinta,harga diri dan aktualisasi diri yang mana
masing-masing memerlukan pemenuhannya. (Abraham Maslow). Semua Individu
berusaha menggunakan berbagai sikap dan tingkahlaku untuk memenuhi
kebutuhannya.
Namun, tidak sedikit dari peserta didik mengalami hambatan dalam memenuhi
kebutuhannya dan juga dalam mengembangkan potensi dirinya. Tidak sedikit dari
mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya alhasil mereka melakukan hal-hal
yang menyimpang. Namun, ada juga Sebagian dari mereka tidak melakukan hal
menyimpang, mereka ini cenderung menutup dirinya dari lingkungan sekitar dan
sering kali menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
1
2
Selain itu, mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya pasti juga mengalami
hambatan dalam mengembangkan potensi dirinya. Mereka tidak percaya diri dalam
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Individu yang melakukan hal
penyimpangan sudah mendapat stigma buruk dari lingkungannya alhasil mereka
enggan untuk mengembangkan potensi diri karena merasa tidak mendapat dukungan
tadi.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut bisa terjadi. Salah satunya adalah
latar belakang sosial ekonomi keluarga. Latar belakang status sosial ekonomi keluarga
merupakan gambaran kondisi orang tua dalam kaitannya dengan aspek sosial ekonomi
seperti taraf pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan. Ketika kondisi sosial
ekonomi orang tua rendah, maka akan sulit memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
kurang memperhatikan kebutuhan anak-anaknya. Di sisi lain, orang tua
berpenghasilan tinggi akan dengan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk
kebutuhan anaknya.
Sama halnya dengan pengembangan potensi peserta didik. Jika orang tua memiliki
latar belakang sosial ekonomi yang baik maka dengan mudah peserta didik
melakukan pengembangan potensi dirinya. Mereka diberikan fasilitas untuk
mengembangkan bakat dan minat mereka, seperti dengan mengikuti les khusus bakat
dll. Sehingga nantinya mereka dapat menjadi individu yang berkualitas. Berbeda
dengan mereka yang memiliki orang tua dengan latar belakang ekonomi yang kurang.
Mereka akan sulit untuk melakukan pengembangan potensi yang ada pada diri
mereka. Mereka cenderung tidak percaya diri dan kurang mendapat dukungan dari
orang tua maupun lingkungan sekitar mereka.
Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah ini diperlukan adanya pendamping
seorang guru. guru dapat memotivasi peserta didik tanpa pengecualian. Sehingga
peserta didik dapat terpacu dan memiliki semangat serta minat belajar yang tinggi
dalam proses pengembangan potensi dirnya. Karena semangat belajar yang tinggi tadi
peserta didik juga bisa mulai mencari beasiswa. Ketika peserta didik sudah
mendapatkan beasiswa maka mereka bisa mengejar ketertinggalan dalam pemenuhan
kebutuhannya tadi, semisal yang sebelumnya kebutuhan akan berprestasi belum
tercapai atau terpenuhi karena hambatan ekonomi bisa terpenuhi.
3
Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan menguraikan lebih lanjut dalam
laporan kritis yang berjudul ‘Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Potensi dan Kebutuhan Peserta Didik’
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan
peserta didik?
2. Apakah Status Sosial Ekonomi Keluarga berpengaruh terhadap Perkembangan
Potensi Peserta Didik?
3. Bagaimana Kaitannya Pemenuhan Kebutuhan Peserta Didik dengan
Perkembangan Potensi Peserta Didik?
C. Tujuan Penelitian
Dalam Penelitian ini perlu adanya suatu tujuan yang dijadikan sebagai acuan
utama dari masaalah yang diteliti agar penulis dapat menemukan data yang terfokus
untuk memecahkan masalah.
A. Pembahasan
1. Kajian Teori
a. Kondisi Sosial Ekonomi
Sosial berarti segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
masyarakat,sedangkan ekonomi berarti ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kegiatan produksi,
distribusi dan konsumsi. Sosial ekonomi memiliki arti segala sesuatu yang
berhubungan dengan tindakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Keadaan dan kondisi sosial ekonomi setiap individu memiliki tingkatan yang
berbeda-beda. Ada individu dengan kondisi sosial ekonomi rendah, sedang dan
tinggi.
Sosial ekonomi menurut Soerjono Soekanto (2007) adalah posisi
seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam
berhubungan dengan sumber daya. Sedangkan menurut Abdulsyani (1994)
sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok
manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat
pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.
Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau
kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi
tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula
seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status
misalnya, pendapatan, dan pekerjaan.
Berdasarkan pendapat ahli sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi
dalam masyarakat dalam kaitannya dengan tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, kepemilikan kekayaan rumah tangga dan kepuasan kebutuhan
keluarga. Oleh karena itu, keempat hal tersebut mempengaruhi status sosial
4
5
Menurut Nasution (2004: 25) tingkat status sosial ekonomi dilihat atau
diukur dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan kekayaan, tingkat pendidikan
orang tua, keadaan rumah dan lokasi, pergaulan dan aktivitas sosial.
Namun dalam laporan kritis kali ini hanya mengambil 2 faktor, yaitu
faktor tingkat pendidikan, pendapatan/penghasilan keluarga, ditambah 1 faktor
lain yaitu pemenuhan kebutuhan keluarga/pengeluaran keluarga.
1. Tingkat Pendidikan
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Pendidikan sendiri menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan
usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina
potensipotensi pribadinya yaitu rohani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani)
serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan).
Tujuan Pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang
berbunyi “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
6
Tingkat pendidikan orang tua selain dilihat dari jenjangnya juga dapat
dilihat dari tahun sukses atau lamanya orang tua sekolah. Semakin lama
orang tua bersekolah maka semakin tinggi pula jenjang pendidikannya.
Contoh, orang tua yang hanya sekolah 6 tahun berarti hanya bersekolah
sampai SD. Berbeda dengan orang tua yang sekolah sampai 9 tahun berarti
lulusan SMP, orang tua yang sekolah sampai 12 tahun berarti lulusan SMA,
dan selanjutnya. Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh orang tua
berpengaruh pada kelanjutan sekolah anak mereka. Orang tua yang
memiliki pendidikan tinggi maka akan memiliki motivasi yang lebih besar
untuk menyekolahkan anak mereka.
7
2. Pendapatan Keluarga
(motif) dari individu yang mungkin mereka sadari mungkin juga tidak. Hal
yang mendorong perbuatan seorang disebut sebagai motivasi, yang
menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau yang
menggeerakkan individu untuk melakukan kegiatan mencapai suatu
tujuan. Motivasi dibentuk dari dalam dan luar diri individu, diantaranya :
Drive atau desakan yang diartikan sebagai dorongan yang
mengarah pada pemenuhan kebutuhan jasamani.
Motive yaitu dorongan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan
psikis
Need atau kebutuhan yaitu suatu keadaan dimana individu
merasakan adanya kekurangan atau ketiadaan sesuatu yang
diperlukan.
1. Kebutuhan Fisiologis ;
2. Kebutuhan Rasa Aman;
3. Kebutuhan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang;
4. Kebutuhan Penghargaan;
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri.
d. Potensi Peserta Didik
Kata potensi berasal dari serapan dari bahasa Inggris, yaitu potency.
Artinya ada dua kata, yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan;
kemungkinan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi
potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Intinya, secara sederhana,
potensi adalah sesuatu yang bisa dikembangkan (Majdi, 2007: 86). M.
Menurut Endra K Pihadhi (2004: 6) potensi bisa disebut sebagai
kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan
belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi diri yang dimaksud disini
suatu kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat,
bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum
dimanfaatkan dan diolah.
Berdasarkan pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
potensi ialah kemampuan terpendam yang dimiliki berupa minat, bakat
dan kecerdasan seseorang dan memiliki kemungkinan untuk
dikembangkan.
Pendidikan orang tua yang tinggi akan lebih mudah dalam melakukan
pemenuhan kebutuhannya.
Sebagian orang tua yang memiliki pendapatan tinggi akan memberikan
perhatian dan dukungan dalam bentuk materi ataupun non materi untuk
menunjang anaknya dalam pemenuhan kebutuhannya. Lalu, Tingkat
pendidikan yang pernah ditempuh oleh orang tua berpengaruh pada
kelanjutan sekolah anak mereka. Orang tua yang memiliki pendidikan
tinggi maka akan memiliki motivasi yang lebih besar untuk
menyekolahkan anak mereka. Sebaliknya, seorang siswa yang memiliki
latar belakang sosial yang rendah atau kurang pasti akan mengalami
hambatan dan kebutuhan mereka tidak semuanya terpenuhi karena
keterbatasan biaya. Selain itu, Pendidikan orang tua yang rendah juga
menjadi faktor tidak terpenuhinya kebutuhan tertentu. Karena mereka
tidak memiliki motivasi dan beranggapan tidak perlu menempuh
pendidikan yang tinggi.
Hal ini didukung oleh pendapat Gerungan (2004:196) menyatakan
bahwa keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap
perkembangan anak- anak, apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya
perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak dalam
keluarga itu lebih luas, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk
mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia
kembangkan apabila tidak ada prasarananya.
Selain, faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan peserta didik. Kesadaran dari orang tua akan kebutuhan
anaknya juga berpengaruh. Orang tua yang acuh tak acuh terhadap
kebutuhan anaknya menyebabkan anaknya kurang atau tidak dapat
memenuhi kebutuhan nya. Sehingga, hal ini dapat menghambat proses
perkembangan anak selanjutnya. Hal ini terjadi karena orang tua sibuk
dengan pekerjaan dan kurang memerhatikan anaknya. Pernyataan tersebut
didukung oleh pendapat Slameto (2015:61) menyatakan bahwa orang tua
yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya
mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan
sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan- kebutuhan
anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak
11
Sama hal nya dengan hal diatas. Keadaan sosial ekonomi keluarga juga
mempengaruhi perkembangan potensi peserta didik tersebut. Siswa dengan
latar sosial ekonomi yang baik akan lebih terlihat potensinya sejak dini.
Karena mereka dimasukkan ke sekolah lebih awal untuk melatih
perkembangan motorik dan juga sensoriknya. Kedua perkembangan ini
akan berpengaruh terhadap perkembangan potensi siswa tersebut. Selain
itu, Ketika potensi sudah terlihat orang tua dari siswa tersebut akan
memasukkan anaknya ke tempat les bakat dan minat yang sesuai dan
ketika sudah remaja potensinya akan lebih menonjol lagi.
tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan nya. Misalnya mengambil hari Minggu
sebagai hari quality time dengan keluarga dan mengajak anak untuk mulai
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dengan cara menanyakan apakah
anaknya mau untuk mengikuti les untuk bakat dan minatnya.
2. Meningkatkan Motivasi Peserta Didik
Menurut Sudarwan (2002:2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,
kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan
apa yang dikehendakinya. Hakim (2007:26) mengemukakan pengertian motivasi
adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam Upaya meningkatkan motivasi peserta didik dapat dilakukan oleh guru
di sekolah. Pemberian motivasi kepada siswa dapat dilakukan pada saat
pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil jika siswa termotivasi untuk
belajar. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan motivasi belajar dari siswa.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru harus kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa. Dalam proses pembelajaran guru juga harus membimbing
dan mendamping siswa dalam belajarnya. Jangan biarkan siswa berjuang
sendirian, beri arahan tentang tujuan apa yang ingin mereka capai di masa depan.
Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan arahan serta bimbingan.
Sehingga mereka yang mendengarkan dapat termotivasi dan lebih percaya diri
mereka akan berhasil dan sukses di masa depan.
Setelah siswa mendapat motivasi dalam belajarnya dapat dipastikan muncul
hasrat dalam diri untuk memenuhi kebutuhan berprestasi. Kebutuhan ini erat
kaitannya dengan pekerjaan, dan mengarahkan perilaku dalam upaya mencapai
prestasi tertentu. Prestasi yang ingin dicapai biasanya berupa mendapatkan nilai
tertinggi sampai menjadi perwakilan sekolah untuk lomba di bidang yang
diminati. Setelah kebutuhan berprestasi telah terpenuhi selanjutnya siswa
diharapkan dapat lebih mengembangkan potensi yang ada pada dirinyaa.
Kemudian setelah siswa berprestasi dan dapat mengembangkan potensinya guru
memberikan penghargaan serta pujian kepada peserta didik tersebut. Penghargaan
serta pujian yang diberikan bisa menjadi motivasi dan juga acuan lebih terhadap
peserta didik.
3. Lebih Memperhatikan Anak
14
Memberikan perhatian kepada anak merupakan hal yang dilakukan oleh Orang
Tua dalam usaha memenuhi kebutuhan psikologis anaknya. Kebutuhan psikologis
meliputi sosial dan emosional. Maka kebutuhan-kebutuhan psikologis siswa, yang
termasuk dalam kebutuhan sosial dan emosianal sangat berpengaruh penting bagi
siswa. Hal ini dikarenakan pada masing-masing kebutuhan seperti kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan pemahaman mengenai perasaan dan harapan diri maupun
orang lain.
Jika kebutuhan psikologis seorang anak tidak terpenuhi, anak akan melakukan
hal-hal menyimpang dan menjadi anak yang membangkang. Karena kurangnya
perhatian dari Orang Tua anak menjadi tidak terkontrol. Oleh karena itu, anak
melakukan hal-hal yang kurang baik seperti tadi. Dalam hal seperti ini peran
Orang Tua sangat dibutuhkan, Orang Tua dapat memberikan perhatian yang lebih
ke anaknya. Perhatian yang diberikan mulai dari hal-hal yang kecil, misalnya
Orang Tua menanyakan bagaimana hari yang dijalani anaknya. Lalu, tidak
membanding-bandingkan mereka dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dan juga upaya pemecahan masalah yang telah penulis
sampaikan dalam laporan kritis kali ini. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh latar
belakang sosial ekonomi keluarga sangat berpengaruh dan berperan penting dalam
upaya pemenuhan kebutuhan peserta didik dan juga perkembangan potensi diri
peserta didik. Masalah yang umum muncul adalah kurangnya kesadaran dari orang
tua dalam pemenuhan kebutuhan anak. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya
karena dirasa ekonomi yang kurang dan terlalu sibuk bekerja sehingga kurang peduli
terhadap kebutuhan anaknya. Selain permasalahan tadi juga kurangnya motivasi dari
peserta didik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dan tidak sedikit dari
mereka yang tidak mendapatkan perhatian lebih dari Orang Tua nya.
Upaya yang dapat diambil dari permasalahan tadi ialah menumbuhkan
kesadaran Orang Tua, memberikan motivasi yang lebih terhadap peserta didik melalui
guru, dan yang terakhir lebih memperhatikan anak dalam bentuk perhatian-perhatian
kecil.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Sari, D.N. 2017. Pengaruh Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga dan Hasil Belajar
Terhadap Minat Melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Siswa MAN Purworejo.
Tesis. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purworejo
Astuti, W.Y. 2016. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Minat Belajar
Siswa SMK YPKK 3 Sleman. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Surani, A. 2016. Pengembangan Potensi Diri Remaja Melalui Bimbingan Agama Islam.
Di peroleh pada 8 Oktober 2021 dari
[http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6429/3/BAB%20II.pdf]
Chotimah, L.N, Ani, H.M, dan Widodo, J. 2017. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang
Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa. 11(1): 75-77
Fahruddin, F. 2018. Hakikat Kesadaran Orang Tua. Di peroleh pada 9 Oktober 2021 dari
[http://digilib.iainkendari.ac.id/1397/3/BAB%20II.pdf]
Suharni, Purwanti. 2018. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. 3(1): 134-139
[https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9104/BAB
%20X.pdf?sequence=12&isAllowed=y]
16