Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK

DAN PROBLEMATIKANYA

DISUSUN OLEH :
1. AUDY BINTANG T. / 200721639668
2. AULIA WINAN Y / 200721639643
3. BUNGA BUDIARTA T. P. / 200721639670
4. DEA NOVITASARI / 200721639673
5. SOFIA / 200721639644

DOSEN PENGAMPU :
Dr. DINIY HIDAYATUR RAHMAN

PROGRAM STUDI PENDIDKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
limpahan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Perkembangan Kognitif Peserta Didik Dan Problematikanya. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa akan
datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan penulis selaku penyusun
dan bagi pembaca penulis minta maaf jika terjadi kesalahan. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.

Malang, 01 November 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................. 2

BAB 1 ........................................................................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ..................................................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang Permasalahan ....................................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................................... 3

C. Tujuan ........................................................................................................................................................... 4

D. Manfaat .......................................................................................................................................................... 4

BAB 2 ........................................................................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN ........................................................................................................................................................ 5

A. Pengertian Perkembangan Kognitif Peserta Didik ........................................................................................ 5

B. Faktor Perkembangan Kognitif Peserta Didik............................................................................................... 6

C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif........................................................................................................... 7

D. Teori Perkembangan Kognitif Peserta Didik................................................................................................. 8

E. Isu – Isu Perkembangan Kognitif Peserta Didik .......................................................................................... 9

F. Tahapan Perkembangan Kognitif Peserta Didik ......................................................................................... 10

G. Metakognisi Perkembangan Kognitif Peserta Didik ................................................................................... 14

H. Kecerdasan Metakognisi Perkembangan Kognitif Peserta Didik................................................................ 16

I. Peran Perkembangan Metakognisi Kognitif Peserta Didik ......................................................................... 16

J. Upaya Perkembangan Metakognisi Kognitif Peserta Didik ........................................................................ 16

BAB 3 ...................................................................................................................................................................... 17

PENUTUP ............................................................................................................................................................... 17

A. KESIMPULAN............................................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................................. 18

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Peserta didik tidak dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik di sekolah, lingkungan rumah,
maupun di masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan untuk peserta didik dalam
penddikan. Perkembangan kognitif sangat dibutuhkan dalam perkembangan peserta didik.
Peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajran.
Perkembangan kognitif sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam mencapai
keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Guru sebagai tenaga pengajar yang bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi
edukatif dan pengembangan kognitif terhadap peserta didik. Dan perlu untuk memahami
perkembangan kognitif pada peserta didik agar mencapai suatu keberhasilan dalam sekolah.
Orang tua juga berperan besar dalam perkemabngan kognitif anak, karena anak memulai
perkembangan dan pertumbuhannya di lingkungan keluarga. Namun, masih banyak orang tua
dan tenaga pendidik yang masih belum paham dengan perkembangan kognitif anak, maslah
perkembangan pada anak dan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu pentingnya materi tentang perkembangan kognitif pada peserta
didikdiperlukan penjelasan tentang perkembangan teori anak. Hal ini ditujukan agar orang tua
dantenaga pengajar tidak salah dalam membimbing dan mengajarkan pada anak. Karena sesrta
didik ini masih dalam masa remaja yang memiliki emosi yang belum stabil. Hal seperti ini
dikahawatirkan anak dapat melakukan adanya penyimpangan dan perubahan dlam konteks
negative apabila tidak dibimbing dengan benar.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik dapat kita ambil masalah – masalah
yang mendasar terhadap perkembangan kognitif kognitif antara lain :
1. Apa pengertian dari perkembangan kognitif ?
2. Apa saja faktor perkembangan dari teori kognitif ?
3. Jelaskan prinsip umum perkembangan kognitif ?
4. Sebutkan teori – teori perkembangan kognitif ?
5. Apa saja isu – isu yang ada di perkembangan kognitif peserta didik ?
6. Sebutkan tahapan – tahapan dalam perkembangan kognitif peserta didik ?
7. Ada dua jenis metakognisi sebutkan ?
8. Jelaskan kecerdasan metakognisi dalam perkembangan kognitif peserta didik?
9. Sebutkan peran dan perkembangan metakognisi
10. Sebutkan cara upaya untuk memaksimalkan perkembangan kognitif peserta didik?

3
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2. Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
4. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan
solusinya.

D. Manfaat
1. Bagi penulis makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena dengan adanya
penyusunan makalah mengenai perkembangan kognitif peserta didik, dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan kognitif.
2. Bagi pembaca khususnya para peserta didik, makalah ini dapat memberikan wawasan
mengenai perkembangan kognitif dan tahaprt. Dengan adanya makalah ini peserta didik
dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif yang dimilikinya.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga
mengalami perkembangan tahap demi tahap. kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan
peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu
melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Teori perkembangan kognitif, menurut Pieget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi
secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak.
Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung
menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan
cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan piaget.
Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi
dengan orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak
hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat
siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas
itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif atau
pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas
mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan
masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan
lingkungannya.

5
B. Faktor Perkembangan Kognitif Peserta Didik
1.Faktor Hereditas / Keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer,
berpendapat bahwa anak sejak lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat
dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak
anak dilahirkan. Intinya Intelegensi merupkan faktor keturunan yang didapatkan anak dari orang
tuanya.

2.Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Locke berpendapat bahwa,
manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan
atau noda sedikitpun. Teori ini dikenal luas dengan sebutan teori Tabula rasa.menurut John
Locke, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat
locke, taraf intelegensi sangat ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya
dari lingkungan hidupnya. Intinya Yakni bahwa kemampuan kognitif ditentukan oleh
pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
Faktor lingkungan yang paling berperan dalam menunjang perkembangan kognitif anak adalah
keluarga dan sekolah.

• Keluarga
Hubungan sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tua)
memfasilitasi perkembangan kognitif anak. Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat bisa membuat
anak mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan kognitifnya.
• Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan
anak, termasuk perkembangan berpikir anak. Karena itu, tenaga pengajar atau guru di sekolah
memiliki peranan sangat penting dalam menunjang perkembangan kognitif anak.

3.Faktor Kematangan
Tiap organ tubuh manusia baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang jika telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan ini berhubungan
erat dengan usia kronologis. Hal ini diartikan bahwa kemampuan kognitif ditentukan jika
seseorang individu telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

4.Faktor Pembentukan
Pembentukan adalah segalah keadaan di luar diri seseorang yang memengaruhi
perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja
(sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia
berbuat intelegen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.

6
5.Faktor Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat
lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan sebagai
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan
memengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka
akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya. Hal Ini menunjukkan bahwa kemampuan
kognitif dipengaruhi oleh keinginan dan potensi yang dimilki seseorang.

6.Faktor Kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen (menyebar) yang berarti
bahwa manusia dapat memilih metode metode tertentu dalam memecahkan masalah masalah,
juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kemampuan kognitif pada anak terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang ada dalam dirinya
(internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Faktor internal meliputi hereditas; kematangan;
minat dan bakat sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (pengalaman); pembentukan;
dan kebebasan

C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif


Teori Belajar Kognitif menyiratkan bahwa proses yang berbeda mengenai pembelajaran dapat
dijelaskan dengan menganalisis proses mental terlebih dahulu. Ini mengemukakan bahwa dengan
proses kognitif yang efektif, pembelajaran menjadi lebih mudah dan informasi baru dapat disimpan
dalam memori untuk waktu yang lama. Di sisi lain, proses kognitif yang tidak efektif
mengakibatkan kesulitan belajar yang dapat dilihat kapan saja selama masa hidup seseorang.
Pada umumnya Prinsip teori Belajar Kognitif antara lain sebagai berikut;
• Proses lebih penting daripada hasil
• Disebut juga sebagai model perseptual
• Persepsi menentukan tingkah laku seseorang serta pemahaman terhadap situasi berhubungan
dengan tujuan belajar.
• Perubahan persepsi merupakan proses pembelajaran yang kadang tidak namak dalam bentuk
tingkah laku.
• Situasi belajar atau materi pelajaran yang dipisah-pisah menjadi komponen-komponen kecil
atau dipisah-pisah akan menghilangkan makna.
• Belajar adalah merupakan proses internal yang terdiri dari perolehan informasi, ingatan,
pengolahan informasi dan aspek kejiwaan lainnya.
• Belajar juga merupakan aktivitas berpikir yang kompleks.

7
• Dalam penerapannya dalam pembelajaran teori belajar ini tampak pada tahap-tahap
perkembangan (J. Piaget), Advance Organizer (Ausubel), Pemahaman Konsep (Bruner),
Hierarki Belajar (Gagne), dan Webteaching (Norman).
• Keterlibatan dan keaktifan Peserta Didik sangat penting dalam pembelajaran.
• Materi pelajaran dan proses pembelajaran disusun dengan pola mulai dari yang sederhana
sampai ke yang kompleks.
• Keberagaman individu peserta didik perlu diperhatikan, karena sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajarnya

D. Teori Perkembangan Kognitif Peserta Didik


1. Jean Piaget, Teorinya disebut “Cognitive Developmental”.
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan
fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.
Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat
tahap:
• Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih
sederhana.

• Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7
tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan
telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.

• Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan
anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.

• Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak
dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.

2. Teori Belajar Bermakna Ausubel.


Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum
belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel. Pengertian belajar
bermakna Menurut Ausubel ada dua jenis belajar :
1. Belajar bermakna (meaningful learning)

2. Belajar menghafal (rote learning)


8
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar
menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru
atau yang dibaca tanpa makna.
Belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di mana peserta didik
dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar
pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang
dipengaruhi oleh motivasi. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada
kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju
dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna
daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun,
asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis, akan
dihasilkan belajar yang baik.

Isu – Isu Perkembangan Kognitif Peserta Didik


⚫ Pengertian isu-isu dalam perkembangan
Isu merupakan permasalahan penting dalam perkembangan individu.
⚫ Isu Nature vs Nurture
Nature merujuk pada warisan biologis suatu organisme sedangkan nurture merujuk kepada
pengalaman lingkungannya. Dapat dikatakan bahwa nature merupakan warisan genetik dan
nurture berdasar kepada pengalaman di lingkungannya. Sebagian besar psikolog pendidikan
mempercayai bahwa nature dan nurture bergabung untuk mempengaruhi perkembangan,
dimana faktor biologis memainkan peran yang kuat dalam beberapa aspek, seperti
perkembangan fisik, dan faktor lingkungan memainkan peran yang lebih kuat pada orang
lain, seperti perkembangan moral.
⚫ Isu Kontinuitas-Diskontinuitas
Isu ini berfokus pada sejauh mana perkembangan melibatkan perubahan kumulatif dan
bertahap (kontinuitas) atau tingkatan yang berbeda (diskontinuitas). Kontinuitas berarti
bahwa perkembangan berlangsung secara bertahap dan secara terus menerus akan terjadi,
sejak anak masih didalam kandungan hingga anak mencapai kematangan.
Sedangkan diskontinuitas merupakan proses perkembangan yang melibatkan proses-proses
yang berbeda sacara kualitatif. Perubahan seseorang yang terjadi secara tiba-tiba.
- Contoh perkembangan secara kontinuitas
Seorang anak ketika ia berhasil berjalan untuk pertama kali, meskipun terlihat seperti satu
peristiwa yang tiba-tiba dan tidak berkelanjutan, sebenarnya merupakan hasil dari
pertumbuhan dan latihan selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan.
- Contoh perkembangan secara diskontinuitas
Ketika seorang anak beralih dari tidak bisa berpikir secara abstrak tentang dunia menjadi
9
mampu berpikir secara abstrak. Ini adalah perubahan yang bersifat kualitatif dan berhenti
dalam perkembangan, bukan perubahan yang kuantitatif dan berkelanjutan.

E. Tahapan Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Tahapan Perkembangan menurut Jean Piaget
Jean Piaget (1896-1980), ia mengemukakan bahwa perkembangan kognitif adalah salah
satu proses yang mendasari tentang berfikir anak usia dini, yang kemudian piaget membagi
perkembangan kognitif kedalam 4 fase yaitu Fase Sensorimotor (0-2 tahun), Fase Praoprasional
(2-7 tahun), Fase Oprasional Konkret (7-11 tahun), dan Fase Oprasional Normal (11-masa
remaja dan dewasa).
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarkis, artinya
harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada
di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi
empat, yaitu :
1. Tahap Sensorimotor (Umur 0 - 2 Tahun) :
Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun.
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.
Kemampuan yang dimiliki antara lain :
a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
b. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
c. Suka memperhatikan sesuat lebih lama.
d. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
e. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
2. Tahap Preoperasional (Umur 2 – 7 atau 8 Tahun) :
➢ Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok perkembangan pada
tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya
konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
➢ Preoprasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi
kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
a. Self counter nya sangat menonjol.
b.Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
c. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang
benar.
d.Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan
perbedaan antara deretan.

10
➢ Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak
diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat
mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki
pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah :
a. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
b.Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih
kompleks.
c. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
d.Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap
sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa
pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada
usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun
objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.

3. Tahap Operasional Konkret (Umur 7 atau 8 - 11 atau 12 Tahun)


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah
memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang
ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke
dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan
membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model
"kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah
dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan
pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya
prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat
dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran
konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12
tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.

4, Tahap Operasional Formal (Umur 11 atau 12 - 18 Tahun) :


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan
logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan
tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan
menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi
berpikir anak sudah dapat :

11
a. Bekerja secara efektif dan sistematis.
b. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan
penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa
kemungkinan.
c. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1,
C2 dan R misalnya.
d. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula
Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia
15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa
banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat
melakukan formal operation.

Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda
dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan
berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan
dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin
tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara
berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya
agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap
tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan
dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.

Setelah itu pada fase sensorimotorik anak dapat dibagi 6 (enam) tahapan awal yang
dimiliki oleh setiap anak usia dini atau bisa dikatakan dengan early children. Karena pada
masa ini dimana anak akan mengembangkan kemampuan kognitif melalui
pengalaman-pengalaman yang dilauinya, seperti menyentuh, meraba, memegang yang hal
tersebut memiliki suatu dorongan internal untuk mendekati benda-benda yang asing baginya.
Berikut adalah 6 (enam) tahapan perkembangan kognitif menurut jean piaget dalam fase
sensorimotorik :
a. Skema Reflektif
Skema pada tahap ini dilakukan oleh seorang bayi yang baru lahir, bayi yang baru lahir
belum bisa berbicara maupun mengeluh apa yang dirasakan, oleh karena itu bayi yang baru
lahir ia lebih banyak didorong oleh faktor kebutuhan fisiologis, dimana bayi akan menangis
apabila haus, lapar, merasakan kesakitan, kedinginan, dll.

b. Reaksi Silkular Primer


Pada tahap ini dimana bayi mulai belajar melakukan suatu penyesuaian yang pertama,
yang ditandai oleh suatu hal yang dilakukan berulang-ulang, si-bayi akan menyukai hal yang
bersifat berulang-ulang karena hal ini akan menjadikan rasa puas terhadap hatinya. Contohnya
seperti bayi mampu membuka dan mengepalkan tangannya berulang-ulang, maka ia akan
12
melakukannya terus-menerus karena menurut ia itu adalah suatu hal yang membuatnya
gembira, bahagia, dan mengasyikkan.

c. Reaksi Silkular Sekunder


Pada masa ini bayi sudah mulai bisa melakukan reaksi terhadap benda-benda yang ada
disekitarnya, bayi sudah mulai bisa memainkan motoriknya untuk mengenal lingkungannya,
misalnya anak sudah mampu memegang boneka mainannya atau ketika ia diberi bola
kemudian ditendangnya maka anak akan merasa senang karena ternyata benda yang
ditendangnya bisa bergerak.

d. Koordinasi Reaksi Sirkulasi Sekunder


Hal yang paling ditonjolkan pada masa ini adalah anak mulai menirukan apa yang
dilihatnya disekitar, baik itu perilaku, ucapan maupun maupun suara-suara yang
didengarkannya. Selain itu pada masa ini anak mulai memahami hal-hal yang bersifat
manipulatif. Contohnya apabila barangnya atau mainannya disembunyikan maka ia akan
mencarinya, karena ia yakin benda itu hanya ditutup dengan suatu benda akan tetapi tidak
berpindah dari tempatnya, hal ini oleh piaget di sebut dengan search error.

e. Reaksi Silkular Tersier


Pada tahap ini anak mampu maju satu langkah dari tahap sebelumnya, apabila pada tahap
sebelumnya anak belum mampu mencari benda yang dipindahkan, maka pada tahap ini anak
sudah mulai mampu mencari suatu benda yang telah dipindahkan hingga menemukannya,
maka pada taham ini anak sudah bukan dibilang search error karena ia sudah mampu
mencarinya. Selain itu pada tahap ini anak akan mulai berfikir tentang sebab-akibat yang telah
ia lakukan, contohnya apabila ia menendang mainannya dengan pelan maka mainan tersebut
akan bergeser sedikit, akan tetapi jika ia menendang mainannya dengan keras maka mainan
tersebut akan bergeser jauh atau akan rusak.

f. Representasi Mental
Pada tahap ini anak akan menirukan objek suatu benda meskipun benda itu tidak terlihat.
Maksutnya seperti halnya permainan peran, ia akan menirukan peran yang dilihatnya baik itu
secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu dalam fase ini anak mulai
mengembangkan imajinasinya.

13
F. Metakognisi Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Taksonomi Bloom adalah penggolongan atau klasifikasi tujuan pendidikan, ada yang
menyebutnya sebagai perilaku intelektual (intellectual behavior), yang secara garis besar dibagi
menjadi 3 ranah atau kawasan, yaitu: (1) Ranah Kognitif (berkaitan dengan kognisi atau
penalaran atau cipta), (2) Ranah Afektif (berkaitan dengan afeksi atau rasa), (3) Ranah
Psikomotor (berkaitan dengan gerak jasmani atau karya).
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif ini terdapat enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai
dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek
yang dimaksud adalah:

1.Pengetahuan (Knowledge)
Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah
yang telah dipelajari (recall data or information). Tingkatan ini merupakan tingkatan yang
paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki
hanya kemampuan menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut
tanpa memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu: mendefinisikan, menguraikan,
menyebut satu per satu, mengidentifikasi, memberikan nama, mendaftar, mencocokkan,
membaca, mencatat, mereproduksi, memilih, menetapkan, serta menggambarkan.

2.Pemahaman (Comprehension)
Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi instruksi
(pengarahan) dan masalah. Munaf (2001: 69) mengemukakan bahwa “pemahaman merupakan
salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir di mana siswa dituntut untuk memahami
yang berarti mengetahui sesuatu hal dan melihatnya dari berbagai segi”. Pada tingkatan ini,
selain hafal, siswa juga harus memahami makna yang terkandung, misalnya dapat menjelaskan
suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan
konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu:
menyajikan, menggolongkan, mengutip, mengubah, menguraikan, mendiskusikan,
memperkirakan, menjelaskan, menyamaratakan, memberi contoh-contoh, menginterpretasikan,
menjelaskan, mengemukakan kembali (dengan kata-kata sendiri), meringkas, meniru, serta
memahami.

3.Penerapan (Application)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru atau pada situasi
konkret. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari pemahaman. Kemampuan yang
diperoleh meliputi kemampuan untuk menerapkan prinsip, konsep, teori, hukum maupun
14
metode yang dipelajarinya dalam situasi baru. Kata kerja yang digunakan yaitu: mempraktikkan,
mengurus, mengartikulasikan, menilai, memetakan, mengumpulkan, menghitung, membangun,
menyokong, mengontrol, menentukan, berkembang, menemukan, menetapkan, menyampaikan,
melaksanakan, memasukkan, menginformasikan, menginstruksikan, menerapkan, mengambil
bagian, meramalkan, mempersiapkan, memelihara, menghasilkan, memproyeksikan,
menyediakan, menghubungkan, melaporkan, mempertunjukkan, memecahkan, mengajar,
memindahkan, menggunakan, serta memanfaatkan.

4.Analisis (Analysis)
Merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur susunannya dapat dipahami. Dengan analisis diharapkan seorang siswa dapat
memilah integritas menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau lebih terurai dan memahami
hubungan-hubungan bagian-bagian tersebut satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan
yaitu menganalisa, membandingkan, dan mengklasifikasikan.

5.Sintesis (Synthesis)
Merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan baian-bagian yang terpisah menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu. Munaf (2001: 73) menyatakan bahwa kemampaun sintesis
merupakan kemampuan menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga terjelma pola
yang berkaitan secara logis atau mengambil kesimpulan-kesimpulan dari peristiwa-peristiwa
yang ada hubungannya satu sama lainnya. Kemampuan ini misalnya dalam merencanakan
eksperimen, menyusun karangan, menggabungkan objek-objek yang memiliki sifat sama ke
dalam suatu klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu, menghasilkan, merumuskan,
dan mengorganisasikan.

6.Evaluasi (Evaluation)
Merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan (penilaian) terhadap suatu situasi,
nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan kemampuan tertinggi dari kemampuan
lainya. Evalusi adalah kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat membuat
suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis
terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu: menilai, membandingkan,
menyimpulkan, mengkritik, mempertahankan pendapat, membedakan, menafsirkan, mendukung,
memberikan alasan, serta memutuskan.

15
G. Kecerdasan Metakognisi Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Dalam tantangan zaman, kecerdasan metakognitif sangat berguna sebagai instrumen berpikir
siswa. Sebab metakognitif adalah usaha secara sadar dari seorang manusia untuk bisa menggali
potensi dan minat kemampuannya. Sehingga mereka bisa lebih mengenal diri dan jati dirinya.
Terdapat dua jenis metakognisi, berikut jenis dan penjelasannya:

• Metakognitif Self management, yakni kecerdasan yang mengharuskan siswa agar bisa
mengontrol dan mensetting pertumbuhan kapabilitas berpikir dan kognisi yang mereka miliki
secara mandiri.
• Metakognitif Self assessment, yakni kecerdasan yang cenderung pada kapabilitas peserta
didik untuk memahami kapabilitas berpikir dan kognisinya secara independen.

H. Peran Perkembangan Metakognisi Kognitif Peserta Didik

⚫ Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar.


⚫ Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar.
⚫ Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide yang baru.
⚫ Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai sumber belajar.
⚫ Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar.
⚫ Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok
⚫ Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang – orang tertentu yang telah berhasil
dalam bidang tertentu
⚫ Memahami factor – factor pendukung keberhasilan belajarnya

I. Upaya Perkembangan Metakognisi Kognitif Peserta Didik


⚫ Menerapkan strategi kognitif
⚫ Memahami aspek – aspek pendukung perkembangan kognitif yaitu aspek sosial dan aspek
motorik
⚫ Menerapkan sistem pendidikan secara optimal dan tepat sasaran dengan menggunakan
variasi metode pengajaran yang disukai oleh peserta didik

16
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan hal yang sangat penting bagi
pengajar dan oarng tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk
berpikir yang lebih kompleks dan realistis. Kemampuan penalaran peserta didik dan pemecahan
masalah pada peserta didik termasuk kedalam proses psikologis yang berhubungan dengan
bagaimana seorang individu dapat berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat luas.
Dalam memahami perkembangan kognitif peserta didik, kita harus dapat mempelajari
proses perkembangan peserta didik. Karakteristik perkembangan peserta didik juga harus dipelajari
agar orang tua dan pengajar dapat mengetahui dan paham dengan perkembangan yang dimiliki oleh
anak sesuai dengan usia dan kematangan anak. Orang tua dan pengajar diharapkan dapat
mengetahui dan menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan anak. Karena setiap anak
memiliki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan umur dan intelegensi anak.
Meskipun ada kesulitan dan kendala pada proses perkembangan kognitif anak, setidaknya
kita dapat mengetahui tentang perkembangan kognitif anak. Sebagai pengajar dan orang tua harus
dapat memahami tentang perkembangan kognitif beserta tahapannya, agar kita tidak salah dalam
mendidik dan mengajarkan ilmu kepada anak. Pemahaman ini penting karena apabila kita dalam
membimbing anak, maka akan terjadi penyimpangan pada anak. Maka dari itu kita harus dapat
memahami dan mengetahui perkembanga kognitif pada masing-masing anak.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/hanumsavira8492/5c810af5677ffb17050bc747/enam-tahapan-

perkembangan-kognitif-menurut-jean-piaget?page=all#:~:text=Jean%20Piaget%20(1896%2

D1980),7%2D11%20tahun)%2C%20dan

https://tujuhkoto.wordpress.com/2010/06/21/teori-belajar-menurut-jerome-bruner/#:~:text=

Menurut%20Bruner%2C%20perkembangan%20kognitif%20juga,upayanya%20untuk%20m

emahami%20lingkungan%20sekitarnya.

https://www.kompasiana.com/rofiqohlaila8/5539f9b96ea8348709da42ce/piaget-dan-teori-ta

haptahap-perkembangan-kognitif

https://www.tripven.com/metakognitif/

https://www.universitaspsikologi.com/2018/06/teori-dan-isu-isu-perkembangan-serta-tahapa

nnya.html

https://dasarguru.com/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya/

https://eribolot.weebly.com/aspek-kognitif-dalam-taksonomi-bloom.html

https://silabus.org/perkembangan-kognitif-peserta-didik/

http://www.kumpulanpengertian.com/2016/01/pengertian-teori-kognitif-menurut-para.html

https://www.kompasiana.com/www.rabiatul.com/5548f1b5af7e61a4128b45fe/faktor-yang-m

empengaruhi-perkembangan-kognitif-anak-usia-dini

https://zultogalatp.wordpress.com/2013/06/15/metakognitif-dalam-pembelajaran/

https://zultogalatp.wordpress.com/2013/06/15/metakognitif-dalam-pembelajaran/

18

Anda mungkin juga menyukai