Diampu Oleh :
Disusun Oleh :
Kelompok 04 – Kelas 3B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari laporan ini adalah “Pandangan Mahasiswa UPI Mengenai Anak
Berkebutuhan Khusus”.
Laporan kami jauh dari sempurna. Tetapi dengan ini dapat menjadi langkah
yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan kami, maka segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan salah satu warga negara yang
mempunyai hak dalam memperoleh pendidikan. Menurut Aphroditta (2013: 43)
ABK adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
1
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik. Kekurangan-kekurang yang dimiliki anak berkebutuhan khusus bukan
menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan di sekolah formal.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) berhak untuk mendapatkan pelayanan di sekolah
guna mengembangkan minat dan potensi yang ada pada diri mereka.
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai batasan dalam BAB Pembahasan. Beberapa masalah tersebut antara lain:
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan laporan ini
adalah:
2
2. Untuk Mengetahui Seberapa Penting Aksesibilitas Bagi Seorang Anak
Berkebutuhan Khusus?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Melakukan Penanganan Yang Tepat
Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus?
3
BAB II
KAJIAN TEORI
Istilah pendidikan inklusif atau pendidikan inklusi merupakan kata atau istilah
yang dikumandangkan oleh UNESCO berasal dari kata Education for All yang
artinya pendidikan yang ramah untuk semua, dengan pendekatan pendidikan yang
berusaha menjangkau semua orang tanpa terkecuali. Mereka semua memiliki hak
dan kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari
pendidikan. Hak dan kesempatan itu tidak dibedakan oleh keragaman karakteristik
individu secara fisik, mental, sosial, emosional, dan bahkan status sosial ekonomi.
Pada titik ini tampak bahwa konsep pendidikan inklusif sejalan dengan filosofi
pendidikan nasional Indonesia yang tidak membatasi akses peserta didik
kependidikan hanya karena perbedaan kondisi awal dan latarbelakangnya.
Inklusifpun bukan hanya bagi mereka yang berkelainan atau luar biasa melainkan
berlaku untuk semua anak.
4
Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan
penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana prasarana pendidikan, maupun sistem
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik. Untuk itu
proses identifikasi dan asesmen yang akurat perlu dilakukan oleh tenaga yang
terlatih dan atau profesional di bidangnya untuk dapat menyusun program
pendidikan yang sesuai dan objektif.
5
1.2 Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif
6
tahun 2000 dimunculkan kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia,
menggunakan konsep pendidikan inklusif.
Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia dan keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU No 20 tahun 2003, Pasal
1 ayat 1). Oleh sebab itu inti dari pendidikan inklusi adalah hak azasi manusia atas
pendidikan. Suatu konsekuensi logis dari hak ini adalah semua anak mempunyai
hak untuk menerima pendidikan yang tidak mendiskriminasikan dengan kecacatan,
etnis, agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan dan lain-lain. Tujuan praktis yang
ingin dicapai dalam pendidikan inklusi meliputi tujuan langsung oleh anak, oleh
guru, oleh orang tua dan oleh masyarakat
Menurut Peraturan Menteri Nasional tahun 2009 pasal 2 ayat (1) dan (2) tujuan
pendidikan inklusif adalah untuk:
Adapun tujuan inklusif bagi guru, pihak sekolah dan anak berkebutuhan
khusunyan sendiri, yaitu:
7
Meningkatkan rasa percaya diri anak. Memperolah kesempatan belajar dan
berkomunikasi dengan teman sebaya.
2) Tujuan pendidikan inklusif bagi guru, yaitu membantu guru menghargai
perbedaan pada siswa, serta mengakui bahwa siswa berkebutuhan khusus
juga memiliki kelebihan dan kemampuan. Menciptakan kepedulian akan
pentingnya pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus. Memberikan
tantangan dalam menciptakan metode pembelajaran baru dan
mengembangkan kerja sama dalam memecahkan masalah.
3) Tujuan inklusif bagi pihak sekolah, yaitu memperoleh pengalaman untuk
mengatur berbagai perbedaan dalam satu kelas. Mengembangkan apresiasi
bahwa setiap siswa mempunyai keunikan dan kelebihan yang berbeda-beda.
Meningkatkan rasa empati dan kepekaan terhadap keterbatasan siswa.
Meningkatkan kemampuan untuk membantu dan mengajar semua siswa di
kelas.
Maka dari itu, pendidikan inklusif tidak hanya ditujukan untuk siswa
berkebutuhan khusus saja. Setiap warga sekolah mendapatkan tujuan dan
fungsinya masing-masing dalam sistem pendidikan ini.
8
yang berbunyi anak yang menyandang cacat fisik dan atau mental diberikan
kesempatan yang sama dan aksessibilitas untuk memperoleh pendidikan
biasa dan pendidikan luar biasa.
9
bersifat halus, rinci dan kompleks. Perbedaan lain yang dapat dilihat adalah,
identifikasi tujuannya sekedar untuk mengenali gejala-gejala tidak untuk diagnosis,
sedangkan asesmen tujuannya untuk menegakkan diagnosis. Hubungan antara
identifikasi dan asesmen dapat dijelaskan apabila dikaitkan dengan keseluruhan
proses aktivitas pendidikan.
10
tuanya, pengasuh, guru dan pihak lain yang terkait dengannya. Sedangkan langkah
selanjutnya, yang sering disebut asesmen, dan bila diperlukan dapat dilakukan oleh
tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan
lain-lain. Identifikasi akan dilanjutkan dengan asesment, yang hasilnya akan
dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan
kemampuan dan ketidakmampuannya.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Setiap orang tua pastinya mengharapkan kehadiran seorang anak. Anak yang
diharapkan oleh orang tua tentunya anak yang sempurna, sehat tanpa memiliki
kekurangan. Pada dasarnya, tidak ada seorangpun yang ingin memiliki kekurangan.
Setiap manusia tidak ada yang sama antara manusia satu dengan manusia lainnya,
kita harus tetap mensyukuri apapun yang diberikan karena kita diciptakan oleh Sang
Maha Pencipta.
Setiap orang jika disuruh memilih pastinya tidak ada yang ingin dilahirkan
dengan menyandang kelainan atau memiliki kecatatan. Orang tua mana yang
menghendaki ketika melahirkan seorang anak yang menyandang kecatatan atau
sampai disandang anak berkebutuhan khusus.
Dilihat dari hasil responden hampir setengah dari mereka menjawab pernah
bertemu atau bahkan mempunyai teman atau kerabat yang tergolong anak
berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus tentunya memiliki hak untuk
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakat normal. Ia
memiliki hak yang sama dengan manusia normal lain seperti mendapatkan hak
untuk sekolah, hak mendapatkan kasih sayang, dan masih banyak lagi.
Setelah dikaji, hasil responden juga mengatakan bahwa ketika mereka bertemu
atau menghadapi anak yang berkebutuhan khusus mereka merasa kasian, dan ada
yang merasa iba karena anak berkebutuhan khusus tidak bisa hidup seperti orang-
orang disekitarnya (orang normal). Mereka juga mengatur strategi mengenai apa
yang harus mereka lakukan untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus.
Sebagian besar dari mereka juga sudah mengetahui bagaimana cara menghadapi
anak yang berkebutuhan khusus yaitu dengan cara sabar, dirangkul, serta
menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama tanpa membeda-bedakannya dan
tentunya terus bersyukur.
12
Kita sebagai manusia normal harus lebih bersyukur karena diluar sana banyak
orang-orang yang hidupnya tidak seberuntung kita. Kita masih diberi tubuh yang
sehat, akal yang bisa dipakai untuk berfikir, serta perasaan yang bisa merasakan
kesedihan, kesenangan, ketakutan dan itu semua masih bisa kita kontrol sendiri.
Walaupun diluar sana banyak orang-orang berkebutuhan khusus, kita sebagai
sesama manusia tidak boleh membeda-bedakan karena kita semua sama makhluk
ciptaan-Nya dan sama dihadapan-Nya.
Dari hasil responden disimpulkan hampir semua orang pernah mendengar atau
bahkan mengetahui apa itu aksesibilitas. Berarti hal ini kata aksebilitas sudah tidak
asing lagi ditelinga mereka. Hal itu sejalan dengan anak berkebutuhan khusus
(ABK) perlu penanganan dan perhatian khusus sebagai upaya menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup serta tumbuh kembang secara
optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan tanpa membeda-bedakan.
Dapat dilihat dari hasil responden juga banyak yang berpendapat bahwa hampir
setiap orang setuju bahwa aksebilitas bagi siswa/mahasiswa berkebutuhan khusus
ini sangat penting. Karena aksebilitas sendiri dapat memudahkan anak
berkebutuhan khusus dalam mewujudkan semua kebutuhannya yang mampu
membantu anak mencapai potensi maksimalnya. Anak berkebutuhan khusus
tentunya memerlukan pelayanan pendidikan yang bersifat khusus untuk membantu
mengurangi keterbatasannya dalam hidup di masyarakat serta meningkatkan
potensi yang dimiliki secara optimal.
Ternyata dilihat dari hasil responden, hanya sedikit yang mengetahui dan
hampir sebagian dari mereka tidak mengetahui bagaimana cara untuk menangani
jika ada anak berkebutuhan khusus. Hal itu mungkin dikarenakan mereka tidak
13
mempelajari atau tidak mendapatkan pelajaran mengenai Pendidikan Inklusi.
Mereka kurang memahami apa yang harus dilakukan atau bahkan bisa kebingungan
dalam menangani anak berkebutuhan khusus tanpa didampingi ahlinya. Berarti
dalam pembahasan ini, mengenal atau bahkan mempelajari materi mengenai
Pendidikan Inklusi ini sangat penting bagi setiap orang.
Tedapat pendapat lain juga mengatakan bahwa kita sebagai calon pengajar
sangat diperlukannya penguasaan metode pendidikan inklusif sehingga dapat
melayani ABK dengan tepat. Jika untuk masyarakat, diperlukannya media
penunjang yang berisi materi pendidikan inklusif sehingga masyarakat umum
mempunyai pengetahuan mengenai berbagai hal yang dapat mendukung proses
pelaksanaan dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
15
mengenai pendidikan inklusif. Namun, kami juga menyadari masih memiliki
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ilahi, M. T., & Rose, K. R. (2013). Pendidikan inklusif: konsep dan aplikasi.
17
LAMPIRAN
18