Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA DAN INTENSITAS BELAJAR

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7


PADANG
PROPOSAL
Diajukan kepada Universitas Negeri Padang untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Seni Rupa

OLEH :
RISKA RAMADHANI
18020094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA


JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

i
ABSTRAK
Ramadhani, R. 2021. Pengaruh Motivasi Orang Tua dan Intensitas Belajar
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Kartika 1-7 Padang. Proposal,
Sarjana Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
Kata Kunci: Hasil Belajar; Motivasi Belajar; Intensitas Belajar.
Motivasi belajar dan intensitas belajar menjadi faktor yang dapat
memengaruhi hasil belajar menggambar siswa. Siswa yang memeroleh
lingkungan belajar yang baik dan motivasi belajar yang tinggi akan berpengaruh
positif terhadap hasil belajar menggambar siswa. Semakin baik kualitas
lingkungan belajar yang diperoleh maka hasil belajar menggambar akan semakin
tinggi pula. Begitu pun dengan motivasi belajar, semakin tinggi motivasi belajar
siswa maka hasil belajar menggambar siswa akan meningkat. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)
pengaruh lingkungan belajar terhadap hasil belajar menggambar; (2) pengaruh
motivasi belajar terhadap hasil belajar menggambar; dan (3) pengaruh
lingkungan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar menggambar
siswa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian ex post facto dengan jenis
penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VII SMP Kartika 1-7 Padang Kota Padang sebanyak 100 siswa. Sampel
penelitian sebanyak 30 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan
probability sampling dengan jenis proporsional random sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara tidak terstruktur, angket, dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji prasyarat
analisis, dan uji hipotesis yang dilakukan dengan bantuan program SPSS versi
21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara lingkungan belajar terhadap hasil belajar menggambar
dengan sumbangan pengaruh sebesar 26,4%; (2) terdapat pengaruh motivasi
belajar terhadap hasil belajar menggambar dengan sumbangan pengaruh sebesar
36,1%; dan (3) terdapat pengaruh lingkungan belajar dan motivasi belajar
terhadap hasil belajar menggambar dengan sumbangan pengaruh sebesar 43,9%.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan
belajar dan motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa
kelas VII SMP Kartika 1-7 Padang Kota Padang. Dengan demikian, semua pihak
baik guru, orangtua maupun masyarakat hendaknya memerhatikan dan
meningkatkan lingkungan belajar dan motivasi belajar siswa untuk dapat
mencapai hasil belajar menggambar yang lebih optimal.

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia

menuju jalan kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Penyusunan skripsi ini

merupakan kajian tentang “Pengaruh Motivasi Orang Tua dan Intensitas

Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Kartika 1-7 Padang.”.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada

bantuan, bimbingan, dan dorongan beberapa pihak.

Padang, 12 April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

BAB I .................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................. 1
B. RUANG LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH........................... 4
C. RUMUSAN MASALAH.................................................................................5
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.................................................5

BAB II .................................................................................................................. 7

LANDASAN TEORI........................................................................................... 7
A. KERANGKA TEORI.....................................................................................7
1. Pengertian Belajar ................................................................................... 7
2. Unsur-unsur Dalam Belajar .................................................................... 8
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .......................................... 9
4. Strategi Belajar yang Efektif................................................................. 10
5. Tinjauan Motivasi dan Intensitas Belajar ........................................... 11
6. Tinjauan Hasil Belajar .......................................................................... 14
B.KERANGKA KONSEPTUAL..................................................................... 17

BAB III ............................................................................................................... 22

METODE PENELITIAN ................................................................................. 22


A.RANCANGAN PENELITIAN.....................................................................22
B.POPULASI DAN SAMPEL..........................................................................22
C.VARIBEL PENELITIAN.............................................................................24
D.JENIS DAN SUMBER DATA......................................................................26

iv
E.TEKNIK DAN ALAT PENGUMPUL DATA.............................................26
F.ANALISIS DATA...........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 35

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak
dalam rangka memperoleh pendidikan, maka situasi dan kondisi di dalam
keluarga akan mempengaruhi proses perkembangan individu menuju arah
kedewasaan dan kematangan. Banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang
dapat menimbulkan perbedaan individual seperti kultur di dalam keluarga,
tingkat pendidikan orang tua, sikap keluarga terhadap masalah-masalah sosial,
realitas kehidupan dan lain-lain. Perbedaan ini sangat mempengaruhi terhadap
tingkah laku dan perbuatan belajar di sekolah.

Orang tua menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga – lembaga


pendidikan sekolah (formal) maupun luar sekolah (non formal) untuk
memperoleh pengetahuan yang bermanfaat. Pendidikan luar sekolah dapat
menunjang pendidikan sekolah sekaligus menambah wawasan kehidupan sehari-
hari bagi anak. Anak yang bersekolah di dua lembaga, mereka akan memperoleh
hasil yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang hanya mendapatkan
pendidikan di sekolah atau di luar sekolah saja. Hasil yang lebih itu nantinya
dapat dijadikan bekal dalam hidup bermasyarakat, sekaligus dapat menunjang
prestasi-prestasi lainnya. Untuk memperoleh semua itu (hasil yang lebih baik)
memerlukan bimbingan dari orang tua. Wujud dari bimbingan itu ialah adanya
suatu perhatian dan motivasi dari orang tua.
Orang tua tidak dapat melepaskan perannya dalam memperhatikan
pendidikan anak begitu saja setelah anak masuk bangku sekolah. Orang tua
adalah yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan putra-putrinya dan
seluruh keluargannya. Ayah dan ibu di dalam keluarga sebagai pendidiknya dan
anak sebagai terdidiknya. Untuk itu, perhatian dan motivasi dari orang tua dalam

1
upaya mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh anak sangat diperlukan.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa keluarga juga memegang
peranan yang sangat penting dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Dari
sini jelas dapat dilihat bahwa orang tua sebagai pelaku utama dalam keluarga
sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Secara implisit
dapat diambil pengertian bahwa perhatian dan motivasi orang tua akan
berpengaruh terhadap anak. Disatu sisi orang tua merasa berkewajiban memberi
nasehat, perhatian kepada anak – anaknya. Disisi lain, anak tidak ingin
menerima nasehat dan perhatian dari orang tuanya.
Morivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa
(intrinsik) dan dari luar diri siswa (ekstrinsik) untuk melakukan
sesuatu. Motivasi instrinsik meliputi hasrat dan keinginan untuk berhasil,
dorongan kebutuhan untuk belajar, dan harapan akan cita-cita siswa. Sedangkan
motivasi ekstrinsik yang meliputi adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
kondusif, kegiatan belajar yang menarik, dan adanya upaya guru dalam
membelajarkan siswa.

Wasty Soemanto berpendapat “Belajar adalah suatu proses, bukan suatu


hasil”.2 Di dalam proses belajar anak sangat memerlukan perhatian dan motivasi.
Motivasi orang tua adalah dorongan terhadap anak-anaknya supaya lebih
bersemangat dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan adanya motivasi
ini menunjukkan bahwa anak menyadari bahwa kegiatan pendidikan yang
sedang diikutinya bermanfaat karena sejalan dengan kebutuhannya, maka
masalah sikap siswa di dalam belajar sangat vital. Terkadang ketika anak mulai
jenuh terhadap proses belajar, disaat itulah orang tua dibutuhkan kehadirannya
untuk memberikan semangat, perhatian dan motivasi terhadap anak sehingga
keinginan anak untuk belajar tetap terjaga. Wasty Sumanto, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 99.

Guru hendaknya belajar membangkitkan motivasi belajar siswa karena

tanpa motivasi belajar, hasil belajar yang dicapai akan minimum sekali

2
(Rochman Natawidjaja dan L.J.Moleong, 1979: 11) agar hasil yang diajarkan

tercapai secara optimal maka seorang guru harus mengganggap bahwa siswa-

siswa yang dihadapinya tidak mudah menerima pelajaran yang diberikannya itu.

Namun kenyataannya di lapangan, masalah kesenjangan hasil belajar yang

disebabkan kurangnya frekuensi dan motivasi belajar juga masih banyak terjadi,

seperti halnya di hasil pembelajaran kelas VII SMP Kartika 1-7 Padang. Dari

hasil wawancara yang dilakukan kepada salah seorang guru kelas VII SMP

Kartika 1-7 Padang, perbedaan hasil belajar terjadi cukup mencolok misalnya di

kelas VII ada beberapa murid yang memiliki hasil belajar yang baik tetapi ada

juga yang memiliki hasil belajar yang belum cukup baik bahkan ada yang belum

bisa membaca secara lancar. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas VII dan

observasi yang telah dilakukan, hal ini terjadi karena perbedaan frekuensi belajar

yang dilakukan siswa, ada yang belajar secara intensif dan berulang tetapi ada

juga yang tidak belajar selain disekolah. Berdasarkan dari wawancara yang telah

dilakukan, guru di SMP Kartika 1-7 Padang juga mengatakan apabila motivasi

yang baik juga dapat menunjang hasil belajar yang baik. Berdasarkan pada

penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi belajar dan

motivasi belajar yang baik akan memberikan hasil belajar yang baik.

Sikap belajar siswa-siswi kelas VII di SMP Kartika 1-7 Padang jika
dilihat cukup variatif. Dari pengamatan penulis, ada beberapa siswa yang
memperhatikan pelajaran secara seksama, ada beberapa siswa yang terlihat sibuk
dengan dirinya sendiri. Bahkan ada murid yang terlihat mengantuk ketika
pelajaran. Padahal, untuk siswa kelas VII diperlukan belajar yang ekstra karena
ujian yang akan dihadapi menguras mental, pikiran dan juga tenaga. Ada

3
beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaragaman sikap belajar siswa di
kelas, mulai dari minat terhadap pelajaran tertentu sampai dengan pengaruh dari
keluarga.
Kondisi seperti ini sangat mengkhawatirkan jika tidak segera ditindak
lanjuti. Terutama jika berkaitan dengan pengaruh orang tua yang sangat vital
terhadap psikologi anak, apalagi dalam menyongsong UAN yang menentukan
kelanjutan studi dari anak. Dalam penelitian ini, penulis ingin melihat sejauh apa
pengaruh perhatian dan motivasi orang tua terhadap sikap belajar anak. Dengan
latar belakang pemikiran di atas, akhirnya penulis tertarik mengadakan
penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Motivasi Orang Tua Dan Intensitas
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Vii Smp Kartika 1-7 Padang”.

B. RUANG LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH


1. Ruang lingkup masalah

a. Masih terjadi kesenjangan antar siswa pandai dan yang kurang pandai

akibat frekuensi belajar yang berbeda.

b. Anggapan di masyarakat bahwa motivasi yang baik menunjang hasil

belajar yang baik.

c. Beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik memiliki

hasil belajar yang kurang baik.

d. Beberapa siswa di kelas VII SMP Kartika 1-7 Padang memiliki hasil

belajar seni rupa yang berbeda meskipun diberikan motivasicbelajar

dan waktu belajar yang sama.

2. Pembatasan Masalah

a. Masalah belajar yang ada dibatasi pada frekuensi belajar, motivasi

belajar dan hasil belajar seni rupa.

4
b. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Kartika 1-7

Padang.

c. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil ulangan dan nilai harian siswa

kelas VII pada semester 1.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas rumusan masalah
secara jelas akan dipergunakan sebagai pedoman dalam menggunakan langkah
selanjutnya.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Adakah pengaruh
antara Motivasi orang tua dan intensitas terhadap hasil belajar siswa kelas VII di
SMP Kartika 1-7 Padang?”

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
Dari Rumusan masalah yang telah peneliti rumuskan, tujuan ini
adalah Untuk mengetahui adakah pengaruh perhatian dan motivasi orang
tua terhadap sikap belajar siswa kelas VI di MI Terpadu Nurul Islam
Ngaliyan Semarang.
2. Manfaat Penelitian
Semua tindakan dan perbuatan yang dilakukan manusia pasti
memiliki manfaat dan kegunaan, begitu pula dengan peneliti ini. Yang
mana manfaat tersebut berguna bagi peneliti sendiri dan orang lain.
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:

a) Bagi Sekolah
Sebagai bahan acuan bagi sekolah yang dijadikan objek
penelitian ini dalam upaya meningkatkan sosialisasi kepada
orang tua peserta didik agar memperhatikan kualitas belajar
peserta didik.

5
b) Bagi Orang Tua
Sebagai bahan informasi bagi orang tua dalam
memperhatikan dan memotivasi anak untuk memiliki sikap
belajar yang baik guna mencapai prestasi yang diharapkan.
c) Bagi Siswa-siswa
1) Menumbuhkembangkan mental siswa-siswi.
2) Meningkatkan keseriusan belajar siswa,
d) Bagi Peneliti
Sebagai bahan acuan bagi peneliti yang kelak akan
menjadi calon pendidik dan orang tua yang diharapkan dapat
memberikan aspirasi baru terhadap siswa-siswi. Dengan
demikian, dapat meningkatkan sikap belajar siswa- siswi
guna mencapai prestasi yang diinginkan.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KERANGKA TEORI

1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan
mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang
peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,
kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Belajar menurut James O. Whittaker
dalam Darsono (2000: 4) ” Learning may be defined as the process by which
behavior originates or is altered through training or experience” belajar dapat
didefinisikan sebagai proses menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan
atau pengalaman. Menurut Wingkel dalam Darsono (2000: 4) belajar adalah
suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap.

Djamarah (2002:13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Slameto dalam Djamarah (2002:13) merumuskan juga tentang pengertian

belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

7
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan

tingkah laku seperti kebiasaan, pengetahauan, sikap, keterampilan, dan daya

pikir.

2. Unsur-unsur Dalam Belajar


Menurut Gagne dalam Catharina Tri Ani (2006:4) unsur-unsur yang
saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni:

a. Pembelajar

Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan

peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk

menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil

penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang

digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah

dipelajari.

b. Rangsangan / Stimulus

Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi

stimulus. Contoh dari stimulus tersebut adalah suara, sinar, warna, panas, dingin,

tanaman, gedung, dan orang. Agar pembelajar mampu belajar optimal maka

harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.

8
c. Memori

Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar

sebelumnya.

d. Respon

Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.

Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada didalam

dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Menurut Wasty Soemanto (2003:113) dalam belajar, banyak sekali faktor

yang mempengaruhi belajar namun dari sekian banyaknya faktor yang

mempengaruhi belajar, hanya dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:

a. Faktor-faktor stimuli belajar

Stimuli belajar adalah segala hal di luar individu yang merangsang

individu itu untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar, misalnya

panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan

pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

b. Faktor-faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode

belajar yang dipakai oleh si pelajar maka metode yang dipakai oleh guru

9
menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar, misalnya tentang

kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau menginggat, pengenalan tentang

hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar.

c. Faktor-faktor individual

Faktor-faktor individual juga sangat besar penggaruhnya terhadap belajar

seseorang, misalnya tentang kematangan individu, usia, perbedaan jenis

kelamin, pengalaman sebelumnya, motivasi, kondisi kesehatan.

4. Strategi Belajar yang Efektif


Slavin dalam Catharina Tri Ani (2006:65) menyarankan tiga strategi

belajar yang dapat digunakan untuk belajar yang efektif, yaitu:

a. Membuat Catatan

Strategi yang paling banyak digunakan pada waktu belajar dari bacaan

maupun belajar dari mendengarkan ceramah adalah mencatat. Strategi ini akan

menjadi efektif untuk materi belajar tertentu karena mempersyaratkan

pengolahan mental untuk memperoleh gagasan utama tentang materi yang telah

dipelajari dan pembuatan keputusan tentang gagasan-gagasan apa yang harus

ditulis.

b. Belajar kelompok

Belajar kelompok ini memungkinkan siswa membahas materi yang telah

dibaca atau didengar dikelas. Belajar kelompok lebih baik dibandingkan belajar

sendiri-sendiri karena dalam belajar kelompok posisi penyaji dan pendengar ini

10
dapat dilakukan secara bergantian sehingga seluruh individu dalam kelompok

memiliki pemahaman yang sama terhadap materi yang dipelajari.

c. Menggunakan metode PQR4 (Preview, Question, Read, Reflect, Recite

dan Review)

Strategi belajar ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan daya

ingat siswa terhadap materi yang dipelajari. Prosedur yang digunakan dalam

metode ini adalah mensurvei atau membaca dengan cepat materi yang dibaca,

membuat pertanyaan untuk diri sendiri, membaca materi, memahami dan

membuat kebermaknaan informasi yang disajikan, praktek mengingat informasi,

bertanya secara aktif atas materi yang telah dipelajari.

5. Tinjauan Motivasi dan Intensitas Belajar


a. Pengertian Motivasi Belajar

Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia

terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau

tujuan tertentu.

Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang

(pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan (Frederick J. Mc Donald dalam H. Nashar, 2004:39). Tetapi menurut

Clayton Alderfer dalam H. Nashar (2004:42) Motivasi belajar adalah

11
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh

hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan

kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik,

berprestasi dan kreatif (Abraham Maslow dalam H. Nashar, 2004:42). Kemudian

menurut Clayton Alderfer dalam H. Nashar, 2004:42) motivasi belajar adalah

suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang (individu)

untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku

pada diri siswa diharapkan terjadi.

Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa

untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada

gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi

dan dapat menyeleksi kegiatan-kagiatannya.

Menurut Sardiman (2000:83) fungsi motivasi belajar ada tiga yakni

sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk berbuat

Sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam

hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan

12
Yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi

dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan

rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan

Yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang

serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak

bermanfaat dengan tujuan tersebut.

Hamalik (2003:161) juga mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu;

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan Tanpa

motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah Artinya menggerakkan perbuatan

ke arah pencapaian tujuan yang di inginkan.

c. Motivasi berfungsi penggerak Motivasi ini berfungsi sebagai mesin,

besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan

atau perbuatan.

Jadi Fungsi motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

13
b. Intensitas Belajar

Intensitas belajar dapat diartikan sebagai adanya peningkatan suatu

proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

laku dengan usaha yang maksimal. Intesitas belajar sangat berperan penting

guna memberikan kesempatan berpikir siswa yang baik.

Menurut Syaiful Bahri Djamrah, pedoman umum dalam belajar dapat


dilakukan dengan cara belajar dengan teratur, disiplin dan bersemangat,
konsentrasi, pengaturan waktu, istirahat dan tidur yang cukup.

Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan intensitas atau


kesungguhan dalam belajar dapat dilakukan dalam bentuk:

1. Kedisiplinan dalam belajar.


2. Keteraturan dalam Belajar
3. Konsentrasi dalam Belajar

6. Tinjauan Hasil Belajar


a. Pengertian hasil belajar

Menurut Catharina Tri Anni (2002:4) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil

belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

kegiatan belajar (H. Nashar, 2004: 77). Hasil belajar adalah terjadinya perubahan

dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan

masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak

berpengaruh terdadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk

mencapai tujuan belajar (Keller dalam H Nashar, 2004: 77).

14
Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya

telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi.

Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai

produk dari proses belajar, maka didapat hasil belajar.

b. Factor-faaktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Dalyono (1997: 55-60) berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor Intern (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)

1. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit kepala,

demam, pilek batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk

belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik.

2. Intelegensi dan Bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-nya

tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik. Bakat juga

besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Jika seseorang

mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang

15
dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang

hanya memiliki intelegansi tinggi saja atau bakat saja.

3. Minat dan Motivasi

Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang

dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan beberapa hal, antara lain

karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh

pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia. Begitu pula

seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan kegiatan

belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. Motivasi

berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong.

4. Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya.

Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu

kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang.

b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar)

1. Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak

dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya pendidikan, besar kecilnya

penghasilan dan perhatian.

16
2. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan

anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan

sebagainya, semua ini mempengaruhi keberhasilan belajar.

3. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila sekitar tempat

tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan,

terutama anak-anaknya, rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini

akan mendorong anak giat belajar.

4. Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi hasil

belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu

lintas dan sebagainya semua ini akan mempengaruhi kegairahan belajar.

B. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka Berfikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari

penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, obsrvasi dan telah kepustakaan,

Anggoro (2008). Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka

disusunlah kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Pengaruh motivasi orang tua terhadap hasil belajar siswa

a.Pengertian Motivasi Orang Tua

17
Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris “motivation” dan
merupakan kejadian dari kata dasar “motive” yang berarti alasan atau
yang menggerakkan. Adapun secara terminologi motivasi merupakan
suatu tenaga, dorongan, alasan kemauan dari dalam yang menyebabkan
kita bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu
yang ingin dicapai atau keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan. 16 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, hlm.
72.

Motivasi dapat disimpulkan, secara etimologi berarti dorongan atau


alasan, sedangkan secara terminologi motivasi adalah suatu penggerak
dalam diri pribadi seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan
aktifitas tertentu guna mencapai tujuan. Ada juga pendapat dari beberapa
ahli tentang motivasi, yaitu menurut Ngalim Purwanto dijelaskan bahwa
“motivasi adalah“pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu”.17 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 1996), hlm. 71.

Menurut Purwa Atmaja Prawira dalam bukunya “Psikologi


Pendidikan Dalam Perspektif Baru”, menyatakan bahwa “motivasi pada
dasarnya adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam
mencapai tujuan tertentu. Selain itu, F. J. Mc Donald dalam bukunya
“Educational Psychology”, juga mengemukakan bahwa “motivation is n
energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions”.18 artinya motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi
dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata berupa kegiatan

18
fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktifitasnya,
maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya
dengan segala upaya yang dapat ia lakukan untuk mencapainya.

2. Pengaruh intensitas terhadap hasil belajar siswa

Tingkat intensitas belajar digolongkan menjadi tingkat intensitas


belajar tinggi, sedang, dan ringan.
a. Tingkat Intensitas
Belajar Tinggi Intensitas belajar tinggi merupakan
intensitas yang berasal dari motivasi belajar yang tinggi.
Motivasi belajar tinggi antara lain mahasiswa berorientasi pada
keberhasilan dan memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi
tugas yang harus diselesaikan, bersikap mengarah pada tujuan
dan berorientasi pada masa depan. Selain itu, peserta didik yang
menyukai tugas-tugas sekolah yang cukup sulit, lebih suka
bekerja sama dengan orang yang lebih pandai meskipun orang
tersebut kurang menyenangkan bagi dirinya serta tidak suka
membuang-buang waktu.
b. Tingkat Intensitas Belajar Sedang
Tingkat intensitas belajar sedang umumnya memiliki
tingkat motivasi belajar lebih baik dibandingkan dengan peserta
didik yang memiliki tingkat motivasi rendah. Biasanya memiliki
rasa kurang percaya diri dalam menghadapi tugas dan cukup
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas.

c. Tingkat Intensitas Belajar Rendah


Tingkat intensitas belajar rendah memiliki ciri-ciri antara
lain waktu belajar yang sedikit, tidak memiliki tujuan belajar,
tidak bergairah untuk menghadapi kesulitan dalam belajar,
memiliki usaha yang sedikit dalam belajar, tidak memiliki cita-

19
cita yang jelas sehingga hasil belajar tidak memuaskan, dan tidak
menyukai kegiatan belajar.

3. Hasil belajar
Dimyati dan Mudjiono (2013:3) menerangkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan puncak
proses belajar. Adapun Sudjana (2014: 24) mengemukakan hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia
menerima pengalaman belajarnya.
Sistem pendidikan nasional di dalamnya terdapat rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar
membagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.
Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dinilai
oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran. Menilai hasil belajar siswa
merupakan tugas pokok guru sebagai konsekuensi logis kegiatan
pembelajaran yang telah dilakssiswaan.
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mengambil
keputusan tentang keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi yang
ditetapkan. Penilaian hasil belajar merupakan komponen penting dalam
kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Ada tiga istilah yang sering digunakan dan berkaitan dengan
penilaian yaitu tes, pengukuran dan evaluasi. Dengan diadakannya
penilaian terhadap hasil belajar, maka penilaian tersebut akan memiliki
makna. Menurut Widoyoko (2014:9) mengemukakan bahwa makna
penilaian mencakup bagi tiga pihak yakni bagi siswa, guru dan sekolah.

20
Bagi siswa, ia dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti
pelajaran yang dijelaskan guru. Bagi guru, ia dapat mengetahui siswa
yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil
mencapai kriteria KKM, dapat mengetahui pengalaman belajar yang
tepat bagi siswa, dan dapat mengetahui strategi pembelajaran yang
digunakan sudah tepat atau belum. Sedangkan bagi sekolah, dapat
mengetahui cerminan kualitas suatu sekolah dilihat dari hasil belajar,
informasi hasil penilaian dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah
untuk mengetahui terpenuhinya standar pendidikan, dan dapat menjadi
pertimbangan bagi sekolah untuk menyusun berbagai program
pendidikan di sekolah untuk masa yang akan datang.
Gagne dan Briggs (dalam Anni, 2012:74) mengklasifikasikan
tujuan peserta didik ke dalam lima kategori yaitu:
a. Keterampilan intelektual,
b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang
di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan
memecahkan masalah,
c. Informasi verbal
d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain
keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan
sebagainya,
e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas
emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat
disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah laku terhadap
orang, barang atau kejadian.

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN
Desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan

struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat

memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Dalam

penelitian ini, digunakan rancangan penelitian faktorial 2 x 3 untuk mengetahui

pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat (Anava 2 jalur). penelitian

yang akan digunakan ialah desain kuantitatif. Nanang Martono (2011: 20)

mengatakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

mengumpulkan data berupa angka. Data yang berupa angka tersebut kemudian

diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmia dibalik angka-

angka tersebut.

B. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998:115).

Disamping itu dapat juga diartikan populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit

analisa yang ciri-cirinya dapat diduga. Dalam penelitian ini populasinya adalah

seluruh siswa kelas VII SMP Kartika 1-7 Padang.

22
2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1998:

117). Sedangkan Sutrisno Hadi (1998: 221) berpendapat bahwa sampel adalah

sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Teknik pengambilan

sampel adalah random sampling (undian) karena setiap anggota populasi yang

ada didalam sampling frame bersangkutan mempunyai hak yang sama besar

untuk dipilih menjadi anggota sampel (Suharsimi Arikunto, 1997: 111-114).

Penentuan Sampel pada dasarnya tidak ada yang mutlak untuk menentukan

berapa persen sampel dari populasi yang akan diambil.

Musfiqon (2012:91) menyatakan jika jumlah populasi melebihi 100 orang

maka boleh dilakukan pengambilan sampel. Pengambilan sampel disesuaikan

dengan besarnya populasi, yaitu berkisar antara 20-30 % dari total populasi.

Namun, untuk menghindari kecatatan instrumen, peneliti mengambil sampel

40% dari jumlah sampel minimum yang dikemukakan oleh Musfiqon yaitu

sebesar 30%. Berdasarkan hal tersebut, jumlah sampel yang peneliti digunakan

adalah 80 siswa. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

teknik Cluster Sampling. Sugiyono (2010:121) mengemukakan bahwa cluster

sampling adalah teknik sampling daerah yang digunakan untuk menentukan

sampel apabila objek atau sumber data yang akan diteliti sangat luas. Dengan

teknik ini, peneliti menetapkan sampel yang akan digunakan yaitu siswa SMP

Kartika 1-7 Padang.

23
C. VARIBEL PENELITIAN
Sugiyono (2014:2) mengemukakan bahwa variabel adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya. Arikunto (2010:161) menyatakan variabel adalah

objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Penelitian ini membahas dua variabel, yakni variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang

memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah intensitas

belajar oleh siswa Perempuan dan Laki-laki kelas VII SMP Kartika 1-7

Padang dan yang menjadi variabel terikat (Y) adalah hasil belajar siswa.

Pengaruh antar variabel penelitian terlihat pada gambar berikut:

X Y
Intensitas Belajar Hasil Belajar Siswa

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1.1 Intensitas Belajar (X)

Intensitas belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan

siswa dalam mencapai tujuan, dalam hal ini tujuan belajar.

Intensitas belajar siswa akan menentukan tingkat pencapaian

24
tujuan belajar untuk meningkatkan hasil belajar. Sementara

itu, Nuraini (2011: 12) mengemukakan indikator intensitas

belajar yaitu adanya motivasi, durasi dan frekuensi kegiatan

dalam belajar, persentasi, arah sikap dan minat siswa dalam

belajar.

1.2 Hasil Belajar (Y)

Hasil belajar merupakan sebuah pencapaian yang diperoleh

siswa. Pada bidang pendidikan hasil belajar merupakan hasil

dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi tiga faktor

yaitu faktor kognitif , afektif, dan psikomotorik setelah

mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.

Pada penelitian ini, hasil belajar siswa dibatasi pada hasil

belajar kognitif karena keterbatasan memperoleh data yang

akurat untuk pembelajaran ranah afektif dan psikomotor.

Hasil belajar kognitif dalam penelitian ini diambil melalui

perolehan nilai rata-rata ujian tengah semester 2 pada lima

mata pelajaran pokok di sekolah dasar. Lima mata pelajaran

pokok yang dimaksud adalah PKn, Bahasa Indonesia,

Matematika, IPA, dan IPS.

25
D. JENIS DAN SUMBER DATA
Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMP Kartika 1-7 Padang , dengan

populasi penelitian adalah siswa kelas VII Tahun Ajaran 2020/2021 yang terdiri

dari 4 kelas dengan total 30 siswa. Data hasil penelitian terdiri dari variabel

bebas yaitu variabel Motivasi Belajar (X1), Intensitas Belajar (X2), dan Hasil

Belajar (Y). Dari hasil penelitian dideskripsikan data masingmasing variabel

yang telah diolah dilihat dari nilai Mean (M), Median (Me), Modus (Mo),

Standar Deviasi (SD) dan juga disajikan Tabel Distribusi Frekuensi serta

histogram dari frekuensi masing-masing variabel.

E. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPUL DATA


Pengumpulan data dalam penelitian dapat dilakukan dalam berbagai

setting, sumber, dan berbagai cara. Sugiyono (2010:194) menyatakan bahwa

teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara),

kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan dari ketiganya.

Selain ketiga teknik di atas, ada juga teknik dokumentasi yang berupa data-data

yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, antara lain sebagai berikut:

b) Interview (wawancara)

Sugiyono (2010:194) mengemukakan bahwa teknik wawancara

digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga untuk

mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam. Peneliti

melakukan wawancara dengan anggota UPTD daerah Secang untuk

26
mengetahui SD dalam gugus terampil Kecamatan Secang Kabupaten

Magelang dan mengetahui SD yang homogen. Wawancara juga

dilakukan dengan guru kelas V SD di Gugus Terampil Kecamatan

Secang Kabupaten Magelang untuk mengetahui kondisi umum siswa

dan sekolah.

c) Kuesioner (angket)

Sugiyono (2010:199) mengemukakan bahwa kuesioner adalah

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Metode angket atau kuesioner digunakan sebagai

cara untuk memperoleh data atau informasi dari responden dengan

menjawab sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dan

untuk tiap-tiap pertanyaan telah ditentukan skor nilainya. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini menggunaan angket tertutup.

Pada angket tertutup responden sudah diberi alternatif jawaban

dan tinggal memilih jawaban mana yang sesuai dengan dirinya. Pada

angket tertutup ini, menggunakan Skala Likert digunakan untuk

mengukur salah satu jenis skala sikap yang paling sering digunakan.

Penyusunan angket ini berbentuk pilihan yang terdiri dari empat

jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang

disediakan.

Uraiannya sebagai berikut:

a. Pernyataan positif

27
(1) Selalu : diberi skor 4

(2) Sering : diberi skor 3

(3) Kadang-kadang : diberi skor 2

(4) Tidak Pernah : diberi skor 1

b. Pernyataan negatif

(1) Selalu : diberi skor 1

(2) Sering : diberi skor 2

(3) Kadang-kadang : diberi skor 3

(4) Tidak Pernah : diberi skor 4

Sumber : Sugiyono (2010:135)

Dalam Skala Likert pernyataan yang diajukan harus menunjukkan

sikap positif atau negatif. Pernyataan yang menunjukkan sikap netral

tidak bermakna. Oleh karena itu, pernyataan yang netral harus

dihindari. Bagian terpenting dalam mengkonstruksikan Skala Likert

adalah menyusun pernyataan atau butir soal. Secara umum ada

beberapa jenis butir soal yang dapat dikonstruksi yaitu:

a. Pernyataan kognitif (kepercayaan atau opini terhadap suatu

obyek sikap).

b. Pernyataan afektif (pernyataan yang secara langsung

menyatakan perasaan terhadap suatu obyek sikap).

c. Pernyataan psikomotor (pernyataan pilihan tingkah laku atau

maksud tingkah laku yang berkenaan suatu obyek sikap

tertentu).

28
Angket digunakan untuk menjawab pernyataan yang disajikan,

dimana hasilnya digunakan untuk mengetahui data tentang intensitas

belajar yang diterapkan kepada siswa kelas VII SMP Kartika 1-7

Padang.

d) Dokumentasi

Arikunto (2010:274) menyatakan bahwa metode dokumentasi

adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data dengan

dokumentasi ini dilakukan untuk menghimpun data-data yang

berhubungan dengan variabel penelitian, seperti memperoleh nama-

nama siswa yang akan dijadikan sebagai populasi dan untuk

memperoleh data nilai UTS semester 2 dan nilai UAS semester 2

tahun ajaran 2020/2021 mata pelajaran pokok kelas VII SMP Kartika

1-7 Padang.

F. ANALISIS DATA
Arikunto (2010: 278) menyatakan bahwa analisis data merupakan
pengolahan data setelah data terkumpul. Teknik analisis adalah suatu
cara yang digunakan peneliti untuk mengolah data. Data yang terkumpul
diolah secara kuantitatif (berwujud angka), sehingga teknik analisis yang
digunakan adalah eknik analisis statistik. Data hasil skala intensitas
belajar dan hasil belajar perhitungannya dibantu dengan program
microsoft excel 2010. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:

29
1. Analisis Statistik Deskriptif
1.1 Intensitas Belajar
Penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan tes, tetapi
dapat dilakukan melalui instrumen pengukuran bukan tes, seperti
pedoman observasi baik berupa check list maupun rating scale, angket,
skala sikap, dan rubrik penilaian. Widoyoko (2014: 143) mengemukakan
bahwa instrumen untuk memperoleh informasi hasil belajar non tes
terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan
keterampilan dan sikap, yaitu aspek yang berhubungan dengan apa yang
diketahui atau dipahaminya. Penafsiran hasil pengukuran instrumen non
tes mengikuti aturan pemberian skor beserta klasifikasi hasil penilaian,
dalam hal ini klasifikasi intensitas belajar. Klasifikasi intensitas belajar
siswa dapat menggunakan skala 3, 4, atau 5. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan klasifikasi intensitas belajar skala 5. Pada skala 5, artinya
intensitas belajar siswa diklasifikasikan menjadi 5, yaitu sangat baik
(SB), baik (B), cukup (C), kurang (K), dan sangat kurang (SK).
Adapun aturan pemberian skor dan klasifikasi intensitas belajar
adalah sebagai berikut.
a. Skor pernyataan yang negatif berkebalikan dari pernyataan
yang positif
b. Jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan atau aspek
penilaian dikalikan jumlah pilihan,
c. Skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal)
x jumlah kelas interval,
d. Jumlah kelas interval = skala hasil penilaian. Artinya jika
penilaian menggunakan skala 5, intensitas belajar
diklasifikasikan menjadi 5 kelas interval,
e. Penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus :
Ji = (t – r) / Jk
Keterangan :

30
t = skor tertinggi ideal dalam skala
r = skor terendah ideal dalam skala
Jk = jumlah kelas interval

1.2 Hasil Belajar


Analisis kategori hasil belajar dilakukan untuk mengetahui
seberapa tinggi hasil belajar siswa. Analisis kategori hasil belajar
dilakukan melalui pendekatan PAP menggunakan skala-5. Skala-5 yaitu
pedoman yang mempunyai lima kualifikasi atau kategori dengan
mempertimbangkan batas minimal kualifikasi ketuntasan (Poerwanti,
2008:6.18). Kelima kategori berdasarkan skala5 yaitu sangat baik, baik,
cukup, kurang dan sangat kurang.

2. Analisis Data Awal

2.1 Uji Normalitas


Statistik parametris bekerja berdasarkan asumsi bahwa pada data
setiap variabel yang akan dianalisis berdasarkan distribusi normal. Oleh
karena itu, peneliti menguji kenormalan data sebelum teknik statistik
digunakan. Sugiyono (2014:79) menyatakan uji normalitas digunakan
untuk menguji kenormalan data. Pada penelitian ini, uji normalitas
menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov. Berikut
merupakan langkah-langkah pengujian Uji Kolmogorov-Smirnov
menurut Sundayana (2014: 109) :
a. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya;
b. Menentukan F0 (x), yaitu proporsi frekuensi distribusi
komulatif teoritik dibandingkan dengan banyaknya sampel
penelitian;

31
c. Menentukan Sn(x), yaitu proporsi frekuensi distribusi
komulatif hasil observasi dibandingkan dengan banyaknya
sampel penelitian;
d. Menghitung besar simpangan/deviasi terbesar dengan rumus:
D = maksimum|Fo(x) – Sn(x) |
e. Membuat kriteria pengujian hipotesis dengan ketentuan:
Terima Ho jika D < Dtabel
Dtabel = nilai kritis uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov
f. Membuat kesimpulan Peneliti menggunakan program SPSS
versi 16 untuk mempermudah uji normalitas.
Berikut langkah-langkahnya: Klik Analyze – Nonparametric
Tests – Legacy Dialogs – 1 Sample KS. Lalu akan terbuka kotak dialog
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Masukkan variabel bebas dan
variabel terikat ke kotak Test Variable List, lalu klik OK.
Cara menentukan normalitas dari data tersebut cukup membaca
pada nilai signifikansi (Asymp Sig 2-tailed). Apabila signifikansi kurang
dari () 0,05, maka data berdistribusi normal. Apabila data berdistribusi
normal, maka dilanjutkan dengan uji linieritas. Apabila data yang telah
dikumpulkan dan dihitung dengan SPSS ternyata tidak normal, maka
penghitungan menggunakan statistik nonparametrik, yaitu Uji Kendall
Tau menggunakan program SPSS versi 16.

2.2 Uji Homogenitas


Muhidin (2011:84) mengemukakan pengujian homogenitas
adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah
distribusi atau lebih. Peneliti melakukan uji homogenitas menggunakan
SPSS versi 16 dengan langkah-langkah sebagai berikut, klik Analyze –
Compare Means – One Way Anova. selanjutnya pada options beri tanda
centang untuk Homogenity Of Variance Test tekan continue dan OK.
Pengidentifikasian data homogen adalah dengan melihat nilai signifikan

32
yaitu apabila masing-masing variabel memiliki nilai signifikansi lebih
dari (>) 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian
homogen.

2.3 Uji Linieritas


Sundayana (2014:197) mengemukakan uji linieritas digunakan
untuk mengetahui apakah suatu persamaan regresi yang dihasilkan dapat
didekati oleh bentuk linier ataukah non linier. Uji linieritas dihitung
menggunakan bantuan program SPSS versi 16 untuk dengan langkah-
langkah sebagai berikut: Klik Analyze – Compare Means – Means.
Masukkan variabel hasil belajar (Y) ke dalam kotak Dependent List
sementara variabel intensitas belajar (X) dimasukkan pada kotak
Independent List. Pilih kotak dialog Options dan mengaktifkan bagian
Test for Linearity. Pilih Continue lalu OK. Dua variabel dikatakan
memiliki hubungan yang linier, apabila nilai signifikansinya kurang dari
0,05. Hasil uji linieritas dilihat pada output ANOVA Table pada kolom
Sig.baris Linearity.

3. Analisis Data Akhir

3.1 Uji Hipotesis


Sugiyono (2014:84) menyatakan bahwa hipotesis diartikan
sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh
sebab itu, kebenaran dari hipotesis perlu dibuktikan dengan data yang
telah terkumpul. Ditinjau dari rumusannya, ada dua jenis hipotesis yaitu:
a. Hipotesis nol, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antar variabel.
b. Hipotesis alternatif, yaitu hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antar variabel.

3.2 Uji t

33
Pengujian signifikansi koefisien korelasi, selain dapat
menggunakan tabel, juga dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya
ditunjukkan.Sumber: (Sugiyono,2014:230)
Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel.
Mencari t tabel harus memperhatikan taraf kesalahan dan dk, dk dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut.
dk = n – 2
Keterangan: n = jumlah responden.

3.3 Analisis Regresi Sederhana


Muhidin (2011:188) mengemukakan bahwa regresi sederhana
bertujuan untuk mempelajari hubungan atau pengaruh antara dua
variabel. Rumus regresi sederhana adalah sebagai berikut :
Ŷ=a+bX
Dimana:
Ŷ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-)
maka arah garis turun.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai
tertentu.

34
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Budiningsih, A. (2008). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.
Creswell, J. (2014). Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. Penerjemah Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Djamarah, S. B. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetesi Guru. Jakarta: Rineka
Cipta.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 1999. Strategi Pembelajaran. Jakarta :


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Soemanto, W. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2011). Statistika Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Suharso, P. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis. Jakarta: PT.


Malta Pritindo.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan


Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Toto Syatori Nasehuddin, Nanang Gozali. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif.
Bandung: Pustaka Setia.
Winarsunu, Tulus. 2012. Statistik Dalam Penelitian Psikologi Pendidikan.
Malang: UMM Press.

35

Anda mungkin juga menyukai