Anda di halaman 1dari 17

Tugas Tutorial 3

STRATEGI PEMBELAJARAN di SD PDGK 4105


27 November 2022
UTN POKJAR BANYUWANGI KOTA

Jawab dan jelaskan pertanyaan dibawah ini !

1. Dalam kegiatan Belajar Mengajar keterampilan apa yang anda lakukan


dalam membuka dan menutup Pembelajaran ?
2. Perlukah Pengelolaan Kelas di lakukan? Mengapa dan beri penjelasannya!
3. Jika anda mendapati siswa yang tidak bisa mengikuti Pelajaran dengan
baik, Apa yang anda lakukakan terhadap siswa tersebut ?
4. Pernakah anda melakukan pengayaan, jenis pengayaan apa yang anda
lakukan. Jawab dan Jelaskan!

~ SELAMAT MENGERJAKAN ~
LEMBAR JAWABAN

Nama : Sri Patuh Ibnu Alam


NIM : 858913207
Pokjar : Banyuwangi Kota

1.) Keterampilan dasar mengajar membuka dan menutup pelajaran merupakan salah satu dari
delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru atau seorang calon
guru. Secara garis besar keterampilan ini dapat dibedakan menjadi dua kegiatan yaitu:
keterampilan membuka pelajaran dan keterampilan menutup pelajaran.

Membuka Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran merupakan kemampuan seorang guru untuk
menciptakan suasana agar peserta didik siap secara mental dan terpusat pada hal-hal yang
hendak dipelajari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
mengemukakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, memberikan motivasi terhadap
siswa yang berkaitan dengan materi pelajaran, menarik perhatian siswa, ataupun
memberikan gambaran mengenai manfaat materi pelajaran yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
Seringkali terjadi kesalahan pemahaman mengenai kegiatan membuka pelajaran. Misalnya
sebelum memulai pembelajaran guru melakukan kegiatan-kegiatan rutin seperti
menertibkan siswa, mengisi daftar hadir, menyampaikan pengumuman ataupun menyuruh
siswa untuk mempersiapkan buku pelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut sering dianggap
sebagai kegiatan membuka pelajaran. Padahal kegiatan-kegiatan rutin tersebut bukan
termasuk kedalam kegiatan membuka pelajaran. Karena tidak ada hubungannya dengan
penyampaian materi pelajaran. Kegiatan atau komponen termasuk kedalam membuka
pelajaran yaitu:
1. Menarik perhatian siswa. Kegiatan menarik perhatian merupakan salah satu komponen
yang penting pada saat membuka pelajaran. Karna, ketika siswa telah tertarik pada
sesuatu hal maka mereka akan cenderung untuk lebih termotivasi dalam belajar. siswa
akan terhindar dari kebosanan dan cenderung bersikap aktif. Terdapat banyak cara untuk
menarik perhatian siswa. guru dapat mevariasikan gaya mengajar, menggunakan media,
menggunakan alat peraga atau alat bantu mengajar lainnya.
2. Menimbulkan motivasi. Menimbulkan motivasi siswa diawal pelajaran merupakan hal
yang harus dilakukan oleh guru. Karena jika siswa telah termotivasi terhadap materi
pelajaran maka pembelajaran akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Siswa akan
lebih antusias terhadap pelajaran sehingga pembelajaran akan berpusat kepada siswa.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi
siswa. Seperti:
• Bersikap hangat dan antusias ketika mulai berbicara atau pada saat masuk kedalam kelas.
Misalnya melalui sikap bersahabat, tersenyum, hangat dan antusias namun tetap harus
tegas terhadap hal-hal yang berpotensi menggangu jalannya pembelajaran. Dengan sikap
yang seperti itu diharapkan dapat menimbulkan tingkah laku dan perasaan senang dari
dalam diri siswa sehingga siswa dengan sendirinya akan termotivasi terhadap pelajaran.
Hindari sikap yang menimbulkan kesan sangar, jutek ataupun sikap tidak bersahabat.
Karena sikap-sikap seperti itu dapat menyebabkan siswa merasa tertekan serta ketakutan
dan menjadikan belajar seolah-olah sebagai suatu paksaan dan tidak menyenangkan.
• Menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Terdapat banyak cara yang dapat
dilakukan oleh seorang guru untuk menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa.
Misalnya dengan membawa alat peraga kedalam kelas. Dengan alat peraga tersebut,
maka akan menimbulkan tanda tanya kepada diri siswa mengenai untuk apa alat peraga
tersebut, apa fungsinya dan apa yang akan dilakukan guru dan apa yang harus siswa
lakukan dengan alat peraga tersebut. Disini alat peraga tidak harus yang berharga mahal
dan sulit didapat. Tetapi guru dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungan
sekitar yang berkaitan dengan materi pelajaran tentunya. Dalam menimbulkan rasa ingin
tahu kepada siswa guru juga dapat melakukannya dengan cara yang berbeda seperti
memutar video, membawa bingkisan sebagai hadiah bagi siswa yang berprestasi atau
dengan cara lainya tergantung dari kreatifitas guru masing-masing. Sebaiknya guru
mengkombinasikan berbagai cara untuk menarik siswa agar tidak terkesan monoton dan
mudah ditebak oleh siswa.
• Melontarkan ide, pandangan ataupun pernyataan yang seolah-olah bertentangan.
Misalnya seperti ini. Dalam setiap diri siswa pasti berkeinginan untuk dapat sukses
dimasa depan terutama untuk menggapai cita-cita yang diinginkanya. Namun sering kali
banyak dari siswa hanya menjadikan cita-cita hanya sekedar cita-cita dan tidak
melakukan usaha lebih untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, sehingga mereka hanya
menganggap belajar hanya sebagai suatu kewajiban dan hal lumrah yang dilakukan oleh
setiap orang diusia mereka. disini guru dapat memberikan pandangan yang positif
kepada siswa tentang pentingnya suatu pendidikan sebagai sarana untuk menggapai cita-
cita dan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik masa depan. guru dapat
menceritakan kisah-kisah sukses dari tokoh-tokoh terkenal dan usaha luar biasa apa yang
mereka lakukan sebelum mereka sukses. sampaikan bahwa jika siswa tidak perduli
dengan diri mereka sendiri terutama, dalam hal belajar, belajar dan belajar dan masih
terus bermalas-malasan maka mereka akan sulit nantinya untuk mewujudkan cita-cita
mereka dimasa depan.
• Memperhatikan dan memanfaatkan hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Guru dapat
menggunakan isu-isu yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh masyarakat
sebagai bahan untuk meningkatkan motivasi siswa. Dalam hal ini guru sangat dituntut
untuk selalu mengikuti suatu perkembangan baik melalui televisi, koran, majalah maupun
dari media masa lainnya.
3. Memberikan Acuan /strukturing. Memberikan acuan merupakan suatu usaha untuk
memberikan gambaran yang jelas mengenai hal-hal apa yang akan dipelajari dan cara
yang akan ditempuh untuk mempelajari materi pelajaran tersebut. Apa saja yang dapat
dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan acuan?
• Guru dapat mengemukan tujuan pembelajaran dan tugas-tugas apa saja yang akan
dikerjakan oleh siswa. menyampaikan tujuan pembelajaran dan tugas-tugas yang akan
dikerjakan siswa merupakan hal yang penting agar siswa memperoleh gambaran
secara untuh mengenai batasan-batasan pembelajaran dan apa yang akan dikerjakan
siswa nantinya.
• Guru dapat mengungkapkan masalah pokok yang akan dipelajari. hal ini bertujuan
agar siswa lebih fokus dan memperhatikan hal-hal penting dari suatu konsep, benda,
gambar dan lain sebagainya.
• Guru dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan. Melalui pertanyaan-pertanyaan
diharapkan akan menimbulkan motivasi dan rasa keingintahuan yang besar terhadap
suatu materi pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan diawal ini sebaiknya tidak langsung
dikonfirmasi oleh guru tentang jawaban yang benar atau salah, Tetapi dapat
digantung terlebih dahulu jawabanya dimana diberikan pemahaman kepada siswa
untuk dapat mengetahui jawabanya maka siswa harus mengikuti pelajaran dengan
baik.
4. Membuat kaitan atau melakukan apresepsi. Membuat kaitan atau apresepsi ini dapat
dilakukan guru jika akan mengajarkan suatu pengetahuan atau konsep baru kepada
siswa. Kegiatan membuat kaitan atau apresepsi ini merupakan hal yang sangat penting
untuk dilakukan karena ketika guru akan mengajarkan hal baru atau konsep baru, bisa
jadi tidak semua siswa telah siap. atau bahkan siswa memiliki pemahaman yang
berbeda-beda mengenai sesuatu hal yang ada kaitannya dengan materi pelajaran.
Sehingga sebelum dilajutkan ke materi pokok guru perlu untuk menyatukan
pemahaman seluruh siswa sehingga siswa memiliki pemahaman atau presepsi yang
sama atau hampir sama tetang sesuatu hal tersebut. Sebagai contoh ketika guru
ingin mengajarkan tentang desain rumah kepada siswa dari berbagai latar belakang
yang berbeda. maka diawal pelajaran guru harus memastikan terlebih dahulu apa
yang ada dipikiran siswa dan guru tentang rumah yang akan didesain adalah sama
atau hampir sama. Bisa jadi siswa yang berasal dari pelosok desa yang terpencil ketika
disebut kata rumah maka yang ada didalam benaknya adalah rumah terbuat dari kayu
dengan ukuran kecil. Siswa yang berasal dari keluarga mampu dan tinggal di kota
mungkin yang terbayang dibenaknya tentang rumah adalah sebuah bangunan yang
besar. Sedangkan guru sendiri bisa jadi memiliki presepsi yang berbeda tentang
rumah. Melalui apresepsi ini guru harus mampu membawa pikiran siswa tentang
rumah seperti apa yang dipikirkan oleh guru. Sehingga nantinya ketika masuk kedalam
pembelajaran siswa tidak kesulitan untuk memahami apa yang diinginkan oleh guru.
Pada kegiatan ini juga guru dapat mengecek kesiapan siswa untuk menerima materi
baru yang ada kaitannya dengan materi lama sebagai suatu materi prasyarat. Sebagai
contoh ketika guru ingin mengajarkan perkalian sebagai materi baru maka guru harus
memastikan terlebih dahulu bahwa siswa telah paham tentang materi penjumlahan.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan
penyelidik diawal pembelajaran. Setelah guru yakin bahwa semua siswa telah pamah
mengenai materi penjumlahan, baru guru dapat mengajarkan tentang materi
perkalian.

Prinsip-prinsip dalam Membuka Pelajaran


1. Bermakna, yaitu apapun yang dilakukan oleh guru hendaknya memiliki relevansi
terhadap pembelajaran. Hindari kegiatan yang terkesan dibuat-buat untuk menarik
perhatian siswa. Perhatikan karakteristik siswa serta kondisi dan situasi pada saat
pembelajaran berlangsung.
2. Berkesinambungan, yaitu gagasan dalam membuka pembelajaran harus berhubungan
erat dengan pokok bahasan atau materi yang sedang dipelajari. Dilakukan secara
sistematis atau terdapat kaitan yang jelas antara satu bagian dengan bagian
selanjutnya. Sebaiknya kegiatan dalam membuka pelajaran ini direncanakan dengan
matang sehingga penerapannya terkesan logis dan sistematis untuk hasil yang optimal.
3. Guru hedaknya bersikap luwes dan fleksibel atau tidak kaku. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh kemapuan dan pengalaman yang dimiliki oleh guru. Pengetahuan yang luas akan
sangat membatu guru dalam membuka suatu pelajaran. Dalam prinsip fleksibilitas,
membuka pelajaran tidak selalu dilakukan dengan mengungkapkan tujuan
pembelajaran tetapi dapat dikombinasikan dengan cara bertanya, membawa benda
model atau alat peraga, melalui quis dan sejenisnya yang relevan dengan materi
pelajaran.
4. Sikap antusiasme dan kehangatan. Pada saat membuka pelajaran guru hendaknya
menunjukkan sikap antusias dan bersahabat terhadap siswa. Hindari sikap yang
membawa kesan jutek atau kesan tidak bersahat karna akan membuat diri siswa
tertekan. Dengan sikap antusiasme dan kehangatan diharapkan dapat meningkatkan
motivasi yang tinggi kepada peserta didik untuk mengikuti pelajaran.

Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Secara umum kegiatan menutup pelajaran dimaksudkan
untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari,
mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran kegiatan menutup pelajaran
juga tidak mencangkup urutan-urutan kegiatan rutin seperti memberikan salam penutup
dan memberikan tugas dirumah. Berikut adalah kegiatan yang termasuk kedalam kegiatan
menutup pelajaran:
1. Meninjau kembali pelajaran yang telah disampaikan. Dapat dilakukan dengan cara
merangkum inti pelajaran untuk menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada tujuan
pelajaran yang hendak dicapai. Kegiatan menarik kesimpulan sebaiknya dilakukan oleh
siswa dibawah bimbingan guru. Hal ini bertujuan untuk melatih keterampilan berpikir
kritis siswa.
2. Melakukan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah
tercapai atau belum. Evaluasi dapat dilakukan untuk berbagai kepentingan seperti
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan
atau dapat juga sebagai balikan untuk memperbaiki program pembelajaran kedepannya.
Evaluasi pada saat menutup pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
memberikan pertanyaan secara lisan, mengexplorasi pendapat siswa, atau meminta
siswa untuk mendemonstrasikan sesuatu.
3. Memberikan motivasi dan dorongan sosial dengan tujuan agar siswa lebih termotivasi
lagi dalam pembelajaran berikutnya. Dalam memberikan motivasi guru dapat
memberikan pujian kepada siswa di akhir pelajaran misalnya “wah diskusi hari ini sudah
berjalan dengan sangat baik, saya harap pertemuan berikutnya bisa dipertahankan dan
lebih ditingkatkan lagi partisipasi dari seluruh siswa!”.
4. Memberikan tindak lanjut. Disini guru dapat menyampaikan apa saja harus dipelajari
siswa dirumah termasuk implikasi atau penerapan dari materi pelajaran dalam kehidupan
sehari-hari. Guru juga dapat menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya serta apa yg harus dipersiapkan oleh siswa.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan yang sangat


penting untuk dikuasai oleh seorang guru. karna kegiatan membuka dan menutup
pelajaran akan sangat menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Jika seorang
guru telah mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada saat membuka pelajaran
maka siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran-pelajaran selanjutnya.

2.) Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas jika proses pembelajarannya berlangsung
secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin
melalui proses belajar yang brkelanjutan. Dengan kualitas pendidikan yang optimal
diharapkan akan diperoleh manusia sebagai sumber daya unggul yang dapat menguasai
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan efisien ini
perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan nasional ditingkat pusat
maupun daerah dengan satuan pendidikan yang mampu membawa peserta didik belajar
secara berkelanjutan. Faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan
yang berkualitas dan efisien, guru merupakan ujung tombak dalam melakssanakan misi
pendidikan di lapangan.
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru sebagian besar terjadi dalam
kelas yakni membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal yang
berhubungan dengan bakat dan minatnya. Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru
mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Akan tetapi apabila terdapat
kekurangserasian antara tugas, dan sarana atau alat atau terputusnya keinginan yang satu
dengan keinginan yang lain, antara kebutuhan dan pemenuhannya, maka akan terjadi
gangguan terhadap PBM, baik gangguan sifat sementara maupun sifat yang serius atau
terus-menerus.
Guru sebagai pendidik di sekolah adalah profesi yang sangat istimewa. Profesi pendidik
memiliki misi, pengabdian, bahkan merupakan sebuah ibadah yang memiliki nilai lebih
dibandingkan dengan jabatan dan profesi lainnya. Pendidik (guru) adalah sebuah jabatan
profesional yang memiliki visi, misi, dan aksi yang khusus sebagai pemeran utama dalam
pengembangan manusia sebagai sumber daya alam. Upaya pengembangan kualitas
pendidikan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan substansi
pendidikan, pendekatan teknis pendidikan dan pendekatan pengelolaan pendidikan.
Untuk pendekatan pengelolaan pendidikan, Peran seorang guru pada pengelolaan kelas
sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu
karena secara prinsip guru memegang dua masalah pokok yaitu pengajaran dan
pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan kelas berkaitan dengan usaha untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pengelolaan
kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon
guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta
didik dapat belajar dengan optimal dalam arti guru mampu menyampaikan bahan pelajaran
agar dapat diserap peserta didik dengan baik.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan
ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar
murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu,
pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka
proses pembelajaran. Setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas.
Moch. Uzer Usman (1995) dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi
belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana
pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru.
Menurut Hadari Nawawi dan Rosilawati ( 2008:128) menyatakan bahwa pengelolaan kelas
adalah kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan
yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara
efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan
perkembangan murid. Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar
dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan
(Suharsimi Arikonto, 1992:67-68).
Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala
potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap
guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang
kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Penciptaan suasana kelas yang kondusif
guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk
mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif
menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang
optimal.
Apabila keterampilan mengelola kelas dilakukan dengan baik maka akan berdampak positif,
baik kepada siswa maupun kepada guru yang bersangkutan. Kepada siswa akan berdampak
(a) Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya
serta sadar akan mengendalikan dirinya.; (b) Membantu siswa mengerti akan arah tingkah
lakunya sesuai dengan tata tertib kelas dan merasakan teguran guru sebagai suatu
peringatan bukan kemarahan.; (c) Menimbulkan rasa kewajiban melibatkan diri dalam tugas
serta bertingkahlaku yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas yang sedang berlangsung.
Adapun bagi guru memiliki pengaruh : (a) Mengembangkan pengertian dan ketrampilan
dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan
baik; (b) Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensi
di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa; (c) Memberikan respon secara
efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguan.
Mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif,dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah : (1) Kehangatan dan Keantusiasan,
memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan.; (2) Tantangan ,penggunaan
kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk
belajar sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya tingkah yang menyimpang;.(3)
Bervariasi, penggunaan variasi dalam media gaya dan interaksi mengajar meruakan kunci
pengelolaan kelas; (4) Keluwesan, dalam PBM guru harus waspada mengamati jalannya
proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan munculnya gangguan siswa. sehingga
diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat mengubah berbagai strategi mengajar
dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan yang lain;. (5) Penekanan Pada Hal-
Hal Positif, pada dasarnya didalam mengajar dan mendidik guru harus menekankan kepada
hal-hal yang positif dan sedapat mungkin menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-
hal yang negatif. Cara guru memelihara suasana yang positif antara lain memberikan
aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari ocehan atau celaan
atau tingkah laku yang kurang wajar serta memberikan penguatan terhadap tingkah laku
siswa yang positif.; (6) Penanaman disiplin diri, kegiatan ini merupakan tujuan akhir
pengelolaan kelas. Untuk mencapainya guru harus selalu mendorong siswa untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil jika guru sendiri yang menjadi
contoh.
Setidaknya ada delapan langkah yang harus dilakukan oleh guru agar mampu menguasai
dan mengelola kelas dengan baik. Kedelapan langkah tersebut menurut Hunt dalam Dede
Rosyada (2004: 183) yang dikutip oleh Ana Rosilawati (2008: 129-133), sebagai berikut.
1. Persiapan yang cermat
2. Tetap menjaga dan terus mengembangkan rutinitas
3. Bersikap tenang dan terus percaya diri
4. Bertindak dan bersikap professional
5. Mampu mengenali prilaku yang tidak tepat
6. Menghindari langkah mundur
7. Berkomunikasi dengan orang tua siswa secara efektif
8. Menjaga kemungkinan munculnya masalah
Selain langkah-langah yang harus dilakukan guru juga ada banyak hal yang harus dihindari
guru sebagai manajer kelas. Hal tersebut antara lain;
1. Campur Tangan Yang Berlebihan
2. Kelenyapan
3. Ketidak tepatan memulai dan mengahiri kegiatan
4. Penyimpangan
5. Bertele-tele
6. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu terjadi
7. Terlalu banyak mencatat
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat mutlak bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif. Untuk itu seorang guru harus mengetahui prosedur menciptakan
suasana kelas, yakni mengidentifikasi dan mengklasifikasi masalah baik individual maupun
kelompok; menganalisis-menelaah masalah; memilih dan menentukan alternatif
pemecahan masalah dan memanfaatkan umpan balik.

3.) Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Guru
memiliki peran yang besar supaya siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna
dan bermanfaat dalam kehidupan siswa. Dalam prosesnya, tidak semua siswa mengalami
proses belajar yang lancar. beberapa siswa mengalami kesulitan dalam belajar sehingga
tidak dapat mencapai target pembelajaran secara optimal.
Suhito mengatakan bahwa kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai
dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga
memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya. Kesulitan dalam belajar
yang siswa hadapi dapat menyebabkan ketidakmampuan siswa dalam memecahkan
masalah yang ditandai adanya kesalahan. Secara otomatis, kesulitan belajar akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar yang diraih siswa. Oleh karena itu, untuk
memperoleh prestasi yang baik siswa perlu memperoleh perlakuan belajar yang tepat baik
di sekolah maupun diluar sekolah dan tentu saja atas ketentuan serta usaha siswa dalam
belajar.
Menurut Munirah (2018:113), kesulitan belajar merupakan bentuk gangguan faktor fisik dan
psikis yang mendasar yang meliputi pemahaman atau gangguan bahasa, lisan maupun
tulisan yang dengan sendirinya muncul berbagai kemampuan tidak sempurna untuk
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis atau membuat perhitungan
matematika. Termasuk juga kelemahan motorik ringan, gangguan emosional akibat
gangguan ekonomi, budaya atau lingkungan yang tidak menguntungkan.
Adanya kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa dapat Guru Pintar deteksi dengan
tingkat seringnya siswa membuat kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan tugas maupun
soal-soal tes. Hal ini dapat diartikan kesulitan siswa akan dapat dideteksi oleh guru melalui
jawaban-jawaban siswa yang salah dalam mengerjakan suatu soal. Mulyono
Abdurrahman,1999:7-8 mengutip dari Hammill et al.,1981:336 menjelaskan bahwa kesulitan
belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan
yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap,
membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan
seperti ini disebabkan oleh faktor intrinsik dan juga diduga disebabkan oleh adanya disfungsi
sistem saraf pusat.
Meskipun demikian, suatu kesulitan belajar mungkin saja terjadi bersamaan dengan adanya
kondisi lain yang mengganggu misalnya gangguan sensori, tunagrahita, hambatan sosial dan
emosional atau berbagai pengaruh lingkungan seperti perbedaan budaya, pembelajaran
yang tidak tepat. Berikut ini adalah gejala yang dapat dijadikan sebagai pertanda adanya
kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa menurut Rochman Natawidjaja (1984:20):
Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels
1. Siswa menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompok kelas).
2. Hasil belajar yang dicapai siswa tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Misalnya ada seorang siswa yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai
yang dicapai selalu rendah.
3. Siswa lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
4. Siswa menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, berbohong dan sebagainya.
5. Siswa menunjukkan tingkah laku yang tidak wajar, seperti membolos, datang terlambat,
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan
tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
6. Siswa menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu,
misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau
menyesal.
Faktor-faktor Penyebab Siswa Mengalami Kesulitan Dalam Belajar

Cara mengatasi kesulitan belajar pada masing-masing siswa tidak dapat disamaratakan.
Guru Pintar harus mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar siswa. Dengan demikian, Guru
Pintar dapat mengidentifikasi masalah dalam belajar dan cara mengatasinya. Kemudian
dapat mengambil langkah langkah mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
Banyak hal yang menjadi sebab siswa menghadapi hambatan dalam belajar sehingga
menggangu kemajuan belajarnya atau bahkan dapat menyebabkan siswa terjadi suatu
kegagalan. Zainal Aqib (2002:62-67) menuliskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor Intern yang membuat siswa terkendala dalam belajar antara lain: faktor
biologis, kesehatan, faktor Psikologis, Intelegensi, perhatian, minat, bakat, emosi.
Sedangkan faktor ekstern yang mengganggu siswa dalam belajar meliputi lingkungan, faktor
suasana rumah, faktor ekonomi keluarga, faktor Lingkungan Sekolah, faktor lingkungan
Masyarakat.

Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa


Seorang guru memiliki peranan yang besar dalam membantu siswanya mengatasi kesulitan
belajar. Cara mengatasi kesulitan belajar antara siswa satu dengan siswa lainnya bisa jadi
berbeda-beda. Oleh karena itu Guru Pintar harus memiliki trik-trik dalam mengidentifikasi
masalah pembelajaran dan solusinya seperti berikut ini:
1. Melakukan tes diagnostik

Untuk mengetahui contoh kesulitan belajar dan cara mengatasinya, Guru Pintar dapat
melakukan tes diagnostik. Hasil tes diagnostik yang didapatkan dapat dijadikan acuan dalam
mengatasi permasalahan belajar yang dihadapi siswa.
2. Mengenali karakteristik siswa

Ketika kesulitan belajar yang dialami siswa tidak berkaitan dengan masalah syaraf,
kesehatan, atau genetik, Guru Pintar dapat melakukan sesuatu untuk membantu siswa
dalam mencapai keberhasilan dalam belajar. Dengan mengetahui karakteristik masing-
masing siswa, Guru Pintar dapat merancang solusi yang tepat dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa.
3. Menggunakan Prior Knowledge
Prior knowledge atau pengetahuan awal yang sudah dimiliki oleh siswa dari pengalaman
atau pengetahuan yang didapat sebelumnya dapat menjadi sebuah metode pendekatan
oleh Guru Pintar agar dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa di sekolah. Cara
seperti ini bermanfaat juga untuk membantu siswa dapat dengan mudah menerima materi
baru selanjutnya. Contoh penggunaakan prior knowledge misalnya meminta siswa membaca
terlebih dulu materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.
4. Melibatkan siswa dalam pembelajaran

Salah satu cara mengatasi kesulitan belajar siswa adalah dengan mengajak siswa lebih aktif
dalam pembelajaran. Cara ini membutuhkan kesabaran dan keuletan dari Guru Pintar
sehingga semua siswa dapat aktif selama mengikuti kelas. Supaya siswa dapat aktif dalam
pembelajaran, Guru Pintar tidak boleh bertindak atau mengucapkan kata-kata yang
menurunkan mental siswa. Sebaliknya, arahkan siswa untuk menyadari potensinya.

5. Biasakan siswa untuk membuat catatan

Cara mengatasi kesulitan siswa dalam belajar selanjutnya adalah dengan membiasakan
siswa untuk membuat catatan atau mind mapping. Banyak siswa tidak memiliki strategi
belajar yang cukup baik sehingga mereka bingung dalam merangkum atau mencerna isi
pelajaran. Dengan membuat catatan atau membuat mind mapping, dapat memudahkan
siswa untuk mempelajari dan mengulang materi yang telah diajarkan.
6. Pendekatan secara individual

Tidak semua penanganan kesulitan belajar siswa dapat diatasi secara klasikal atau
kelompok. Terkadang menangani kesulitan belajar siswa perlu dilakukan dengan
pendekatan personal atau individual antara guru dan siswa. Pendekatan personal dapat
Guru Pintar lakukan dengan cara berdialog atau berkomunikasi secara langsung dan terbuka
dengan siswa. Guru Pintar dapat bertanya untuk menggali informasi terkait proses
pembelajaran dan apa saja yang menghambat siswa dalam memahami pelajaran.
Guru sangat berperan dalam membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam belajar.
Meskipun demikian, tidak ada salahnya juga jika Guru Pintar bekerjasama dengan orang tua
sehingga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat mendapatkan solusi yang
tepat.

4.) Pernah melakukan pengayaan.


Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta didik diketahui telah mencapai KKM
berdasarkan hasil penilaian harian.
Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang kali sebagaimana
pembelajaran remidial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.
Tujuan Program Pengayaan

Program pengayaan merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Pada konteks
Kurikulum 2013, program pengayaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka
pencapaian tujuan nasional.

Di dalam Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa setiap satuan pendidikan dituntut
untuk memiliki kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria Ketuntasan Minimal inilah yang selanjutnya menjadi indikator terhadap hasil
capaian pembelajaran. Peserta didik yang dinyatakan memiliki kemampuan di bawah
standar atau belum mencapai KKM membutuhkan program remedial.
Sedangkan peserta didik yang telah mencapai ketuntasan atau memiliki kemampuan di atas
KKM membutuhkan program pengayaan.

Secara umum, pemberian program pengayaan bertujuan untuk memperkaya pengetahuan


dan keterampilan pada peserta didik kelompok cepat, sehingga mereka memiliki
penguasaan lebih mendalam terhadap materi pelajaran dan kompetensi yang dipelajari.
Bentuk Program Pengayaan

Pelaksanaan program pengayaan dapat dilakukan melalui cara-cara berikut.


1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok adalah sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu
diberikan tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait
dengan KD yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah.
Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah
nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk menyelesaikan
sebuah proyek atau penelitian ilmiah.
2. Belajar Mandiri
Belajar Mandiri adalah secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan.
Kegiatan pemecahan masalah nyata, tugas proyek, atau pun penelitian ilmiah juga dapat
dilakukan oleh peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara
individu.
3. Pembelajaran Berbasis Tema
Pembelajaran berbasis tema adalah pembelajaran dengan cara memadukan kurikulum di
bawah tema besar, sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antar berbagai
disiplin ilmu.
4. Pemadatan Kurikulum
Pemadatan kurikulum dilakukan dengan memberikan pembelajaran hanya pada bagiab
materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan demikian akan tersedia waktu bagi
peserta didik untuk memperoleh materi baru atau bekerja proyek secara mandiri sesuai
kapasitasnya.

Anda mungkin juga menyukai