Anda di halaman 1dari 17

Materi 3

Prinsip Didaktik-Metodik dan Prosedur Dasar PKR

Kata didaktik berasal dari bahasa latin didasco / didascein yang berarti saya mengajar,
kemudian secara popular diartikan sebagai ilmu mengajar atau pengetahuan tentang
bagaimana mengajar. Metodik juga berasal dari bahasa latin yang artinya metodos atau
jalan ke, dan secara umum diartikan sebagai cara atau strategi mengajar.
Cara atau strategi mengajar pada dasarnya berkaitan dengan penataan urutan kegiatan
pembelajaran. Secara operasional dapat dirinci menjadi bagaimana membuka pembelajaran,
mengisi kegiatan inti pembelajaran dan mengakhiri pembelajaran. Nah itulah hakekat dari
metodik (metodik: runtutan pembelajaran dari awal hingga akhir yang meliputi
kegiatan pembuka-inti-penutup) Sementara itu ilmu mengajar atau didaktik berkenaan
dengan bagaimana menerapkan teori dan konsep psikologis, sosiologis, komunikasi dan dari
ilmu lain yang sesuai dalam upaya membimbing dan menciptakan situasi belajar. (didaktik:
penerapan ilmu/ wawasan/ keterampilan pedagogi di dalam proses pembelajaran).
Dengan menggunakan konsep didaktik dan metodik seperti diuraikan, maka yang
dimaksud dengan prinsip-prinsip didaktik-metodik dan prosedur dasar pembelajaran kelas
rangkap dalam materi ini meliputi:
1. Konsep-konsep pembelajaran yang relevan dan perlu diterapkan dalam PKR sehingga
membentuk suatu sistem.
2. Keterampilan prosedural pembelajaran, khususnya berkenaan dengan membuka dan
menutup pembelajaran, mendorong belajar aktif dan belajar mandiri, dan mengelola kelas
PKR.

Pembahasan selanjutnya berupa bagaimana kita sebagai guru pada PKR:


1. Membuka dan Menutup pembelajaran
2. Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan belajar mandiri
3. Mengelola Kelas PKR
1. Membuka dan Menutup Pelajaran
Sebagai seorang guru, kita tidak asing lagi dengan kegiatan membuka dan mengakhiri
pelajaran. Karena kedua kegiatan itu dilakukan setiap kali mengajar. Namun setiap guru
mempunyai kebiasaan atau cara yang berbeda dengan guru lainnya. Mengapa demikian?
Mengajar memiliki sisi keilmuan dan sisi kiat atau seni dan yang membedakan perilaku
mengajar guru adalah dalam hal seni atau kiatnya (Setiap guru memiliki cara mengajar
masing-masing. Pembelajaran yang efektif bersifat ekletik/tidak baku karena keadaan
siswa/sekolah/fasilitas tidak bisa disamaratakan). Seni atau kiat mengajar itu berkenaan
dengan bagaimana guru menciptakan interaksi belajar-mengajar yang berhasil, menarik dan
menyenangkan. Sedangkan dari sisi keilmuan berkenaan dengan penalaran guru mengenai
apa, mengapa, dan bagaimana membelajarkan murid. Dimana hal ini mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan, serta intelektual guru yang memadai.
Dalam praktik mengajar, sisi keilmuan dan kiat mengajar harus terpadu dan harus
saling mengisi (ketika mengajar, kita mempraktikan wawasan ilmu pengetahuan kita
terkait materi dan pedagogi dengan keterampilan pedagogi secara bersamaan). Hal ini
berarti bahwa mengajar harus dapat diwujutkan dalam praktik dengan baik, dan cara
mengajarpun dilandasi oleh prinsip-prinsip keilmuan mengajar. Meskipun kenyataan di
lapangan juga tergantung dari kualitas kepribadian guru. (mengajar yang baik dan efektif
membutuhkan penguasaan wawasan ilmu pengetahuan terkait materi belajar,
wawasan pedagogi, keterampilan pedagogi, dan kompetensi kepribadian guru).
Setiap guru harus menguasai prinsip-prinsip keilmuan mengajar dan memiliki kiat
mengajar. Dibandingkan dengan guru SD lainnya, Sebagai guru PKR, kita di samping
memiliki ilmu dan kiat mengajar secara umum, juga harus memiliki ilmu dan kiat mengajar
yang lebih khusus. (mengajar di kelas rangkap memerlukan penguasaan wawasan-
keterampilan pedagogi lebih dibanding di kelas regular. Kita perlu benar-benar
memperhatikan prinsip-prinsip dasar PKR seperti keserempakan dan pengelolaan
waktu efektif)
Berikut contoh bagaimana membuka dan mengakhiri pelajaran dalam situasi
pembelajaran kelas rangkap(PKR).

a. Membuka Pelajaran
Dalam membuka pelajaran ada empat hal pokok yang harus dilakukan oleh guru yaitu:
1) Menarik perhatian murid
2) Menimbulkan motivasi belajar
3) Memberi acuan belajar
4) Membuat kaitan materi
1) Menarik perhatian murid
Mengajar murid dalam PKR memerlukan perhatian khusus karena kita akan
berhadapan dengan kelompok murid lebih dari satu kelas pada saat bersamaan. Pada awal
pelajaran sebaiknya semua kelas menjadi satu. Gunakan ruangan yang cukup atau di luar
kelas. Jika PKR dilaksanakan dalam satu ruangan, setelah pembukaan Anda tinggal
meneruskan mengatur penempatan murid tiap kelas dalam ruangan itu. Tetapi bila PKR
dilaksanakan lebih dari satu ruangan, maka setelah pembukaan murid dapat menuju ruangan
kelasnya masing-masing untuk meneruskan pelajaran. Sedapat mungkin hindari melakukan
pembukaan pelajaran secara bergilir, sebab hal ini dapat mengakibatkan lamanya waktu
tunggu di kelas-kelas berikutnya. Jika memang harus bergilir, atur pergantian selang-seling
agar waktu tunggunya singkat/ sebentar.
Bagaimana menarik perhatian murid pada tahap pembukaan? Ada berbagai cara untuk
membuka pelajaran dapat Anda lakukan antara lain dengan:
- Memperlihatkan benda, alat, gambar yang berhubungan dengan materi pelajaran.
- Memberikan salam dan aba-aba perhatian.
- Membunyikan sesuatu, misalnya peluit.
(Untuk menarik perhatian siswa, optimalkan kegiatan apersepsi. Di dalam apersepsi,
gunakan media pembelajaran yang menarik. Buat siswa merasa antusias untuk mengikuti
kegiatan belajar. Usahakan kegiatan apersepsi ini interaktif. Jika memungkinkan, kita
bisa lanjut memberikan ice breaking singkat-ice breaking bisa dilakukan bersamaan untuk
semua level kelas, sehingga ice breaking-nya tidak dilakukan secara bergantian yang
menimbulkan waktu tunggu lama)
Semua itu dilakukan untuk menarik perhatian murid agar memperhatikan guru.
Ingatlah bahwa menarik perhatian merupakan langkah pertama dalam membuka pelajaran,
dan banyak cara yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian murid.
(Kegiatan awal pembelajaran hendaknya memberikan kesan yang menyenangkan untuk
siswa sehingga diharapkan siswa akan lebih mudah diarahkan dalam kegiatan-kegiatan
belajar berikutnya. Di samping itu, tunjukkan sikap ramah dan tegas pada siswa)
2) Menimbulkan Motivasi
Motivasi belajar sangat penting dimiliki oleh setiap murid dalam belajar. Bagaimana
guru dapat mendorong murid untuk mampu dan terbiasa dalam belajar juga sangat penting.
Motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri murid dan dari luar diri murid
untuk mengalami perubahan perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap, nilai, dan
keterampilan. Motivasi yang berasal dari diri murid disebut motivasi instrinsik, misalnya
kemauan, kebutuhan, semangat, rasa senang dan sebagainya. Motivasi yang berasal dari luar diri
murid disebut motivasi ekstrinsik, misalnya guru dan apa saja yang dilakukan guru untuk
membuat murid mau, mampu dan biasa belajar, bahkan lingkungan belajar, kelas, bahan,
sumber belajar dan sebagainya. Motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik harus ditimbulkan
secara terpadu. (Dari point ini, perlu kita sadari kembali bahwa salah satu tugas guru
adalah membuat ‘siswa senang belajar’. Untuk mewujudkan hal tersebut, kita sebagai
guru perlu menentukan cara yang mampu mendorong/ meningkatkan motivasi
intrinsic dan ekstrinsic tersebut.)
Dengan demikian kedua motivasi tersebut menjadikan energi atau daya yang dapat
menggerakkan murid untuk belajar, yaitu mengalami perubahan perilaku  siswa akan
lebih mudah diarahkan dalam kegiatan belajar. Bagaimana cara menimbulkan motivasi
siswa? Paling tidak ada empat cara yang dapat kita lakukan sebagai guru PKR dalam
menimbulkan motivasi yaitu:
a) Menunjukkan kehangatan dan semangat
b) Menimbulkan rasa ingin tahu
c) Mengemukakan ide yang bertentangan
d) Memperhatikan minat murid
==
a) Kehangatan dan semangat.
Kehangatan seorang guru terhadap muridnya nampak pada penampilannya yang ceria
dan bersahabat, tidak galak dan tidak menakutkan, adanya perhatian yang penuh dengan
kesungguhan dan ketulusan, serta tidak memberi kesan asal-asalan dan terpaksa. (Sikap dan
penampilan guru di awal pembelajaran sedikit banyak akan berpengaruh pada
kesan/pandangan siswa terhadap guru. Dengan demikian, di awal pembelajaran kita
perlu menunjukkan kalau kita ramah namun tetap tegas, sehingga siswa merasa
aman/tidak tertekan dan nyaman di kelas kita.. namun tetap patuh mengikuti kegiatan
belajar dan menjaga kekondusifan kelas. Akrab dengan siswa, namun tetap
menunjukkan sikap jaga jarak ke siswa-agar siswanya tidak melonjak).
Semangat atau keantusiasan guru dalam menghadapi muridnya nampak dari
bagaimana santun bahasanya yang akrab. Bersemangat atau ada rasa antusias dalam
melakukan tugasnya sebagai guru.
b) Menimbulkan rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu murid tampak dari adanya perhatian murid pada saat guru berbicara
atau bertanya terhadap materi dan kaitan materi yang sedang dipelajari. Untuk dapat
menimbulkan rasa ingin tahu guru harus berefikir dan berbicara secara logis dan sistimatis.
Misalnya bila guru akan mengajarkan konsep makanan yang bergizi, maka guru akan
bertanya pada murid sebagai berikut “ Anak-anak dapatkah kamu menyebutkan makanan
yang kita makan sehari-hari?” Apa lagi? Siapa yang dapat menyebutkan! Apa yang kalian
sebutkan banyak yang benar. Mari kita lihat sekarang tentang cirri-ciri makanan bergizi.
(Menimbulkan rasa ingin tahu bisa diwujudkan dengan interaksi guru-siswa yang baik.
Ketika menyampaikan materi, ajak siswa berinteraksi dengan guru. Lakukan kegiatan
tanya-jawab. Tanya-jawab bisa dilakukan setiap kali ‘akan’ menjelaskan suatu point
bahasan. Dengan cara ini, siswa juga akan terdorong untuk berpikir lebih kritis-
mengingat kembali apa yang mereka temui di kehidupan sehari-hari mereka yang
ternyata akan dipelajari di dalam kelas. Lebih lanjut, kelas yang interaktif dapat
menjadikan kelas kita kondusif.. kelasnya hidup.)
c) Mengemukakan ide yang bertentangan
Ide atau pendapat yang bertentangan dapat menimbulkan disonansi kognitif, yaitu: situasi
dalam pikiran seseorang yang penuh pertanyaan. Dan pada gilirannya dapat menimbulkan
dorongan belajar bagi murid. Untuk dapat menimbulkan ide yang bertentangan guru dapat
menyajikan suatu kasus atau cerita bermasalah. Kasus itu dapat berupa kejadian yang
sesungguhnya. Misalnya diambil dari berita di surat kabar.
Contoh lain: ketika kita menyampaikan materi terkait vitamin, (misal kita menjelaskan)
vitamin C diperoleh dari buah-buahan yang biasanya memiliki rasa asam. Vitamin C
bermanfaat untuk kesehatan tubuh sehingga kita perlu memberi asupan vitamin C setiap hari.
Kalau kita makan terlalu banyak buah yang mengandung vitamin C, apakah tubuh kita
semakin sehat? // atau tanyakan, bagaimana jika kita tidak memberi asupan vitamin C untuk
tubuh? Apa akibatnya?  dengan cara ini, siswa terdorong untuk menyampaikan
pendapatnya dan kelas menjadi interaktif

d) Memperhatikan minat siswa


Minat dapat diartikan sebagai rasa tertarik pada sesuatu. Minat seseorang biasanya
nampak dari perhatian dan kebiasaan. Minat seseorang dapat terpusat pada sesuatu hal yang
dirasakan memberi kepuasan batin atau bermula dari tuntutan. Setiap orang memiliki minat
yang berbeda dari orang lain, baik dalam jenis maupun kadarnya. Minat juga berkaitan
dengan kebutuhan. Misalnya seseorang yang memiliki kebutuhan rasa aman, biasanya ia
punya minat pada olah raga bela diri. Oleh karena itu hendaknya guru memperhatikan minat
murid, motivasi harus dikaitkan pada variasi minat murid.
(Pahami karakteristik siswa dan apa saja hal yang disenangi siswa  gunakan hal
tersebut ketika menyampaikan materi pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan
lebih fokus mengikuti kegiatan belajar kita.)

3) Memberi Acuan Belajar


Proses belajar pada pendidikan formal antara lain ditandai oleh keterarahan.
Keterarahan adalah wujud dari proses belajar yang terpadu dan terkait pada tujuan belajar.
Dan keterpaduan harus dimulai pada saat pembukaan pelajaran. Acuan atau rambu-rambu
yang diberikan pada awal pelajaran dapat memberi jalan bagi terjadinya proses belajar yang
berorientasi pada tujuan. Tentu Anda masih ingat tentang dampak instruksional dan dampak
pengiring belajar. Agar dapat menjamin keterarahan belajar, maka pada awal pembelajaran
guru perlu memberi acuan. Ingat juga Anda sebagai guru PKR, jadi dalam hal ini yang
dimaksud adalah acuan dalam situasi PKR.
Ada beberapa cara dalam memberikan acuan yaitu:
a) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
b) Menyarankan langkah-langkah yang akan ditempuh
c) Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
d) Mengajukan pertanyaan

a) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas


Tujuan pembelajaran merupakan gambaran perilaku yang diharapkan terbentuk setelah
proses pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru harus mengemukakan tujuan
pembelajaran, hal ini penting agar dapat memberi arah pada proses belajar. Dalam PKR,
tujuan pasti bersifat multi level dan multi dimensional. Tujuan belajar untuk kelas IV, V, VI,
dalam PKR pasti memiliki tujuan yang beraneka dalam tingkat kelas maupun bidangnya.
Sebagai contoh tujuan yang bersifat multi level dan multi dimensional adalah: Kelas IV
dan kelas V belajar IPS dengan topik kekayaan alam. Tujuan yang diharapkan bagi murid
kelas IV adalah murid dapat mengidentifikasi sumber daya alam. Sedang untuk kelas V
murid dapat memberi contoh pemanfaatan sumber daya alam. Kelas VI akan belajar PPKN
dengan tujuan agar murid dapat memcahkan kasus pencemaran lingkungan dari sudut
hukum.
(Tujuan pembelajaran tetap harus disampaikan. Namun tetap harus memperhatikan
alokasi waktunya.)
Batas tugas merupakan garis batas yang dapat dipakai pedoman oleh murid seberapa
jauh mereka harus melakukan suatu tugas atau pengalaman belajar. Batas tugas secara
konseptual tampak dalam tujuan dan prosedur kegiatan belajar yang akan dilalui. Baik batas
tugas maupun tuuan sebaiknya dikemukakan pada awal pelajaran sebagai acuan bagi murid
dan juga bagi guru dalam menjalani proses pembelajaran pada tahap kegiatan yang akan
berlangsung.  setiap tugas harus memiliki batasan waktu yang jelas, sesuai, dan tegas

b) Langkah-langkah yang akan ditempuh.


Langkah-langkah yang akan ditempuh sering disebut strategi instruksional. Langkah-
langkah tersebut berisi urutan kegiatan yang dirancang oleh guru dalam mencapai tujuan
belajar. Dalam PKR, harus dikemukakan dengan jelas urutan kegiatan yang harus dilakukan
oleh masing-masing kelas. Dengan demikian pada masing-masing kelas itu akan dapat
memperoleh pengalaman belajar yang sistematis dan terancang untuk mencapai tujuan
dengan baik.  perhatikan prinsip keserempakan. Kita bisa memakai berbagai macam
model-metode yang sesuai.. yang penting kelasnya bisa serempak belajar

c) Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas


Pada setiap tahap kegiatan pembelajaran harus ditemukan apa yang menjadi masalah
pokok sebagai pusat perhatian proses belajar. Masalah pokok biasanya berupa konsep yang
akan dibahas. Dan masalah pokok perlu dikemukakan pada awal pelajaran (tidak harus di
awal  kita bisa menyesuaikan dengan kondisi kelas rangkap kita. yang penting siswa
serempak belajar, waktu belajar efektif, dan minim waktu tunggu)
(Di dalam kelas PKR, kita sebagai guru tetap harus menjelaskan materi pembelajaran
dan memberikan penguatan dan feedback terhadap materi tersebut. Sehingga kelas
PKR tidak sekedar mengisi kelas kosong dengan tugas-tugas yang ada di LKPD)

d) Mengajukan pertanyaan
Pada awal pelajaran guru dapat mengajukan pertanyaan pemicu. Maksudnya sebagai
pemandu awal yang berfungsi memberi acuan bagi murid dalam belajar. Pertanyaan pemicu
dapat dikaitkan dengan benda, peristiwa, gambar yang digunakan pada saat guru menarik
perhatian murid. Pertanyaan pemicu dapat disusun mulai dari pertanyaan sederhana misalnya
apa, dimana, tahun berapa, sampai pertanyaan yang lebih rumit misalnya mengapa,
bagaimana, apa akibatnya dan sebagainya.
 Agar lebih menarik, kita bisa menggunakan media pembelajaran audio/visual/ audio-
visual ataupun media konkrit
4) Membuat kaitan materi
Membuat kaitan materi pada awal pelajaran sangat penting, karena akan
menghubungkan pengalaman lama dengan pengalaman baru. Bila pengalaman lama dengan
pengalaman baru dapat dihubungkan dengan baik, maka proses belajar akan berlangsung
lebih bermakna. Membangun kaitan materi dengan melalui :
a) Merangkum materi yang lalu dengan maksud untuk memtakan apa saja yang telah
dipelajari murid.
b) Pertanyaan apersepsi, pertanyaan yang ditujukan untuk mengaitkan pengalaman siswa
dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari.
Apabila rangkuman dan jawaban pertanyaan appersepsi dipadukan, maka guru akan
dapat membaca bekal belajar murid sehingga materi baru dapat dikaitkan untuk
menghasilkan proses belajar yang yang bermakna. Bagi murid akan dapat melihat nilai
tambah apa yang akan diperoleh setelah mempelajari materi baru.

b. Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran sama pentingnya dengan membuka pelajaran, walaupun berbeda
tujuan dan fungsinya. Untuk menutup pelajaran sebaiknya dilakukan secara bersama-sama
dimana semua murid dari kelas yang dirangkap hadir dalam satu ruangan atau satu tempat.
Ada tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan guru dalam menutup pelajaran
yaitu:
1) Meninjau/mereview kembali
2) Mengadakan evaluasi penguasaan murid
3) Memberikan tindak lanjut
Marilah ketiga pokok kegiatan tersebut kita bahas satu per satu.
1) Meninjau kembali.
Untuk mengecek apakah pengalaman belajar murid sudah memenuhi tuntutan pedagogis
sebagaimana diisyaratkan dalam tujuan perlu ditinjau kembali. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan dengan cara merangkum atau membuat ringkasan. Rangkuman sebaiknya dibuat
guru dengan melibatkan murid. Dengan demikian murid dapat memahami apa saja yang telah
dipelajari dalam pembelajaran.  usahakan tetap interaktif dengan siswa
2) Mengadakan evaluasi penguasaan murid
Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah tercapai tidaknya penguasaan
murid mengenai materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang digariskan.
Untuk maksud tersebut guru perlu mengadakan evaluasi formatif pada akhir pelajaran.
Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a) Mendemonstrasikan keterampilan.
b) Menerapkan ide baru pada situasi lain
c) Mengemukakan pendapat sendiri
d) Memberikan soal-soal secara tertulis

3) Memberikan tindak lanjut


Tindak lanjut berfungsi untuk menghubungkan materi dan pengalaman belajar baru
dengan pengalaman yang akan datang. Tindak lanjut dapat dilakukan dengan cara memberi
pekerjaan rumah, merancang sesuatu, mengkomunikasikan sesuatu.

2. Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan Belajar Mandiri.


Pada hakekatnya belajar itu adalah adanya perubahan. Perubahan berkenaan dengan
pengetahuan, nilai dan sikap, keterampilan, dan kebiasaan belajar. Perubahan pengetahuan
melalui proses pemahaman, sedang nilai dan sikap melalui proses penghayatan. Keterampilan
berubah melalui proses latihan, sedang kebiasaan belajar berubah melalui pembiasaan atau
habituasi. Semua proses perubahan itu terjadi dalam diri individu.
Dengan demikian dalam proses belajar individulah yang aktif, oleh karena itu proses
pembelajaran yang baik adalah proses yang memungkinkan murid belajar secara mandiri.
Belajar mandiri adalah proses memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap, keterampilan, dan
kebiasaan belajar melalui pemanfaatan rangsangan dari luar diri murid untuk membangkitkan
kemampuan belajar secara optimal. Untuk dapat menumbuhkan proses belajar mandiri perlu
diciptakan iklim belajar yang baik, yang ditandai oleh adanya suasana hangat, menarik dan
menyenangkan.
Ada beberapa alasan yang dapat kita simak, mengapa belajar mandiri diperlukan.
a. Ada bukti yang kuat bahwa individu yang berinisiatif dalam belajar dapat belajar lebih
banyak, dan lebih baik dari pada individu yang tergantung pada guru.
b. Belajar mandiri lebih sesuai denga prose salami perkembangan mental individu.
c. Perkembangan baru dalam berbagai aspek pendidikan menempatkan murid sebagai
pebelajar yang aktif(Knowles,1975).
Untuk dapat mengembangkan murid sebagai pebelajar yang aktif, guru PKR perlu menguasai
beberapa keterampilan seperti berikut:
a. Membimbing diskusi kelompok kecil
b. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
c. Mengadakan variasi

a. Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Metode pembelajaran yang paling potensial dalam PKR adalah metode diskusi atau
metode kerja kelompok, terutama kelompok kecil. Apalagi karena kelas PKR di SD kecil
jumlah muridnya sedikit. Kelompok kecil dalam kelas PKR bisa dibentuk untuk masing-
masing kelas atau lintas kelas. Besar kelompok tergantung pada jumlah murid, kelompok
terkecil berjumlah dua orang dan paling besar lima orang.
Keterampilan yang perlu dikuasai guru PKR dalam menata diskusi atau kerja
kelompok kecil adalah:
1) Memusatkan perhatian murid
2) Memperjelas masalah yang menjadi pusat perhatian
3) Menganalisis pendapat murid
4) Memberi kesempatan kepada murid untuk mengeluarkan pendapat
5) Memeratakan kesempatan untuk berbicara
6) Memacu proses berfikir murid
7) Menutup diskusi dengan laporan

b. Mengajar kelompok kecil dan perorangan


Di SD kecil, ada kalanya murid yang dihadapi hanya 1-2 orang dalam satu kelas,
sehingga dapat dirangkap dengan kelas lain yang jumlahnya lebih banyak meskipun tak
sebanyak kelas normal. Bahkan ada SD yang jumlah murid seluruhnya hanya 15-20 orang.
Ruang belajar yang digunakan hanya satu ruang dengan atau tanpa sekat. Untuk menghadapi
situasi semacam ini, guru PKR dituntut untuk menguasai keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan.
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan ada sejumlah peran guru yang perlu
dihayati yaitu guru sebagai:
1) Penata kegiatan belajar-mengajar
2) Sumber informasi bagi murid
3) Pendorong belajar siswa
4) Penyedia materi dan pembuka kesempatan belajar murid
5) Pendiagnosis kebutuhan belajar murid
6) Pemberi kemudahan belajar sesuai kebutuhan murid
Agar dapat memainkan peran-peran tersebut di atas guru PKR perlu menguasai sejumlah
keterampilan sebagai berikut.
1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
- Tunjukkan perhatian yang hangat
- Dengarkan pendapat murid
- Berikan respon yang positif
- Ciptakan hubungan saling percaya
- Tunjukkan kesediaan membantu murid
- Bersikaplah terbuka terhadap perasaan murid
- Kendalikan situasi agar murid merasa aman
2) Keterampilan menata kegiatan belajar-mengajar
- Adakan pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar
- Gunakan variasi kegiatan sesuai kebutuhan
- Adakan pengelompokan murid sesuai dengan tujuan
- Jangan lupa mengkoordinasikan aneka kegiatan yang berlangsung
- Berikan perhatian pada berbagai tugas yang diberikan
- Usahakan agar pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan
3) Keterampilan mengarahkan dan memberi kemudahan belajar
- Berikan penguatan terhadap perilaku murid yang baik
- Bersikap tanggap terhadap keadaan murid
- Berikan bantuan belajar sesuai kebutuhan untuk belajar lebih lanjut
- adakan pemantapan terhadap kegiatan kelompok dan perorangan

c. Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi murid, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
Dapatkah kita sebagai guru mengubah suasana kelas PKR yang tidak menarik dan
membosankan menjadi kelas PKR yang menyenangkan? Tentu saja Anda dapat membuat
murid senang, puas, dan betah belajar. Caranya adalah mengadakan variasi dalam
pembelajaran.
Variasi juga disebut keanekaragaman. Dalam pembelajaran, keanekaragaman
menyangkut gaya mengajar, media, sumber, dan pola interaksi serta kegiatan belajar-
mengajar. Marilah sekarang kita mengkaji ketiga jenis variasi tersebut.
1) Variasi gaya mengajar
Gaya mengajar adalah pola penampilan guru dalam mengolah dan mengelola
rangsangan belajar dan lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya dinamika
proses belajar murid. Dinamika proses belajar tercermin pada perhatian, semangat, dan rasa
senang, betah atau keasyikan murid dalam mempelajari sesuatu.
Penampilan mengajar guru diwarnai oeh keterampilan guru dalam:
a. Bicara: kecepatan, kejernihan, tekanan, volume, dan kefasihan.
b. Perhatian: pemusatan perhatian murid, persebaran perhatian pada kegiatan murid
secara bersamaan.
c. Kesenyapan: berhenti bicara sebentar untuk mengendapkan ide
d. Kontak pandang: semua murid mendapat tatapan hangat dari guru
e. Olah gerak dan mimik : gerak fisik dan tampilan wajah
f. Alih posisi: berdiri yang memungkinkan murid merasakan perhatian sama

2) Variasi media dan sumber


Media adalah alat dan bahan yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan
yang dapat berupa ide, informasi, pendapat kepada murid. Media dapat berbentuk
visual(terlihat), audio(terdengar) dan teraba. Coba carilah contohnya!
Sumber adalah benda, manusia, situasi yang berisikan/menghasilkan informasi, data,
fakta, ide, rangsangan yang dapat digunakan oleh guru dan murid dalam berkomunikasi.
Sumber dapat berupa barang cetak(buku,modul), bahan terekam(kaset audio), bahan
tersiar(radio,TV), manusia sumber, dan pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis
sumber tersebut.
Keterampilan guru memanfaatkan aneka ragam media dan sumber secara tepat guna
dan layak dapat membangun suasana belajar –mengajar yang menarik, menantang,
menyenangkan, dan mengasyikkan. Untuk itu guru sebaiknya terampil dalam memilih,
menyelesaikan, menggunakan dan bila mungkin mengolah kembali media dan sumber sesuai
kebutuhan.

3) variasi pola interaksi dan kegiatan


Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar-mengajar sangat beraneka
ragam, mulai dari yang didominasi guru sampai kegiatan yang dilakukan sendiri oleh murid.
Proses belajar murid harus diartikan sebagai aktivitas individu dalam membangun
pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman belajar yang baik dan bermakna adalah
pengalaman belajar yang dibangun melalui aneka ragam pola interaksi dan kegiatan yang
sengaja dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu guru harus menguasai pola interaksi dan
kegiatan.
Bila dilihat dari jumlah peserta murid dalam suatu kegiatan belajar, kegiatan belajar
dapat berupa kegiatan perorangan, pasangan, kelopok kecil, kelompok besar, dan secara
klasikal. Pola interaksi yang bisa terjadi pada setiap jenis kegiatan tidak selalu sama. Jenis
pola interaksi tersebut adalah:
a) Pola interaksi perseorangan(pola INPERS) / kegiatan individu
b) Pola interaksi pasangan(pola INPAS) / kegiatan berpasangan
c) Pola interaksi kelompok kecil(pola INKK) / kelompok 3-5 siswa
d) Pola interaksi kelompok besar(pola INKB) / kelompok > 5 siswa
e) Pola interaksi klasikal(pola INKLAS) / layanan belajar terhadap kelompok siswa di bawah
kendali guru, kerja sama kelompok kelas, dan pemanfaatan belajar lintas kelas. contoh:
mendengarkan informasi, melakukan demonstrasi percobaan, menyaksikan permainan
drama/ role play di kelas.

Bila dilihat dari kegiatannya terdapat beberapa jenis yang dapat digunakan di kelas
antara lain:
a) Membaca
b) Menggunakan lembar kerja
c) Bercerita
d) Berdialog/berdiskusi
e) Mengadakan percobaan
f) Mendengarkan audio
g) Mengamati video
h) Bernyanyi
i) Mengamati lingkungan

3. Bagaimana Mengelola Kelas PKR dengan Baik


Kelas PKR memerlukan perhatian yang lebih dari kelas biasa, karena karakteristik
pembelajaran dalam PKR jauh lebih beragam daripada di kelas biasa. Tetapi tuntutan
pedagogisnya sama yaitu iklim kelas yang perlu diciptakan harus memungkinkan murid
dapat memanfaatkan waktu belajar secara efektif.
Untuk dapat menciptakan dan memelihara suasana kelas yang memungkinkan optimal
kualitas pembelajarannya dan keterlibatan murid, perlu pengelolaan kelas yang baik.
Keterampilan mengelola kelas mencakup kemampuan guru untuk:
a.Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal
b. Mengendalikan kondisi belajar yang optimal dan mengatasi perilaku murid yang
menyimpang.
a. Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal
Situasi kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan untuk
mendorong murid melakukan tugas-tugas, dan waktu yang digunakan oleh murid untuk
melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat menciptakan situasi tersebut guru
sebaiknya terampil dalam:
1) Menanggapi dengan penuh perhatian hal-hal yang mengganggu jalannya interaksi belajar
mengajar. Misalnya, bila ada murid yang bercerita sendiri.
2) Memeratakan perhatian terhadap semua kelompok secara visual maupun verbal. Bicara
dengan jelas sehingga semua murid bias mendengar, arahkan pandangan ke semua murid.
3) Memberikan penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga murid-murid memahami
tugas dan peranan serta tanggung jawabnya dalam kegiatan belajar- mengajar.
4) Memberi teguran dengan bijaksana bila melihat terjadinya perilaku menyimpang dari
murid. Teguran yang kasar bukan saja tak efektif, tetapi dapat melukai perasaan murid.
5) Memberikan penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai dengan
keperluan dan situasi secara wajar. Berikan pujian terhadap perilaku yang baik untuk
mendorong munculnya perilaku baik lebih sering muncul.

b. Mengendalikan kondisi belajar yang optimal


Apa yang Anda lakukan bila saat mengajar situasi kelas terganggu oleh perbuatan
satu atau dua murid yang memerlukan perhatian? Bagus! Bila ada murid yang berperilaku
yang menyimpang janganlah dibiarkan, tetapi harus dikendalikan. Hakekat belajar adalah
perubahan, maka bila Anda melihat adanya perilaku menyimpang harus segera Anda ubah
menjadi perilaku yang baik.
Mengubah perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengajarkan dan memberi contoh perilaku yang diinginkan.
2) Menguatkan perilaku yang baik dengan pujian yang wajar.
3) Memberi hukuman dengan cara yang benar dan wajar terhadap perilaku menyimpang.

Dalam upaya mengatasi perilaku yang menyimpang ada sejumlah teknik yang dapat
digunakan yaitu:
1) Mengabaikan sementara yang direncanakan: jika ada perilaku siswa yang kurang baik/
mengganggu kekondusifan kelas, guru perlu segera menangani/ menyikapi perilaku siswa
tersebut.
2) Mengawasi dari dekat
3) Menerima perasaan negatif murid
4) Mendorong murid mengungkapkan perasaannya
5) Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu
6) Menghilangkan ketegangan dengan humor.
7) Mengatasi penyebab gangguan.
8) Membatasi secara fisik
9) Menjauhkan penggannggu

Anda mungkin juga menyukai