Oleh :
NASROL
i
KATA PENGANTAR
kita mohon pertolongan dan ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari
keburukan jiwa dan amal-amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah,
maka tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh
Allah, maka tak ada (seorangpun) yang dapat memberi petunjuk. Semoga
yang diikiuti ucapan terima kasih sedalam-dalamya kepada semua pihak yang
terselesaikan.
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan oleh
karena itu saran dan kritiknya sangat diharapkan untuk penyempurnaan karya
ilmiah ini. Semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan pengorbanan yang
dan memperoleh imbalan yang berlipat ganda disisi Allah SWT, Aamiin.
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan 2
……………………………………………………………
A. Kesimpulan …………………………………………………..… 20
B. Saran ……………………………………………………….…… 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
anak didik. Pemahaman tidak hanya bergantung kepada saat saat pertama
dilihat saja, melainkan juga memikirkan apa akibat dan efek bagi anak didik
jikapun ada. Guru setidaknya haruslah mengerti situasi dan kondisi dimana ia
akan berpengaruh terhadap anak didik, dan anak didik akan terkesan
mengikuti sikap orang-orang militer seperti suka berteriak, kasar, dan serba
keras. Hal ini memang tidak mencerminkan bahwa mereka adalah anak
sekolah.
1
terhadap anak didik, tentunya seorang guru akan berpikir dan mengadakan
calon guru segala program studi, tidak hanya calon guru BK ataupun
pendidikan. Jika tidak dibekali, nanti terkesan bahwa guru itu mengajar hanya
sekedar mencukupi jam pelajaran dan sebatas profesi formal saja. Hal ini
tercinta ini.
B. Rumusan Masalah
perkembangan anak?
C. Tujuan
Pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
pengetahuan baru yang diperoleh. Dengan cara ini, diketahui pula bahwa
must do something);
1
Beni S. Ambarjaya, Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan Praktik,
(Yogyakarta: CAPS, 2012), hal. 122
3
4. Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) siswa harus
dan menjalankan empat hal diatas. Ini kiranya dilakukan untuk memantapkan
pencapaian tujuan Pembelajaran baik dari guru itu sendiri, maupu dari
mencapai suatu tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian
tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah sebuah metode dapat disebut
baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama
2
Abin Syamsuddin Makmun, Pikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hal. 164
3
Chalidjah Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994),
hal. 112
4
4. Pengajar, penatar, atau guru (yang pribadi serta kemampuan
profesionalnya)
utama untuk menentukan metode mana yang paling baik untuk secara optimal
dilakukan ketika memilih satu metode mengajar untuk diterapkan pada proses
psikologi perkembangan yang kiranya sering dipakai secara umum oleh guru-
terkesan kejam dan berambisi untuk menguasai seluruh daerah yang akan
5
digelarkan oleh seorang guru. Guru yang otoriter dalam mengajar kiranya
jawabannya tidak boleh berbeda dengan yang ditentukan oleh guru. Guru
mengarahkan tingkah laku anak dan tidak percaya bahwa anak mampu
mengarahkan dirinya.5
berani mengekang perintah guru, karena merasa takut bahwa nanti guru
akan membentak dan memarahinya. Apalagi jika ada siswa yang terlanjur
itu tidak mempercayainya lagi.6 Cara semacam itu kiranya adalah keliru,
5
Dewi Purnamasari, Psikologi Perkembangan Anak, (Curup: LP2 Stain Curup, 2010),
hal. 17
6
Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 125
6
dan biasanya akan berpengaruh bagi guru untuk menentukan penilaian
mudah dimengerti oleh anak, kiranya tidak ada jeleknya guru meminta
maaf kepada anak. Justru si anak akan lebih menghargai gurunya dan
terpelihara, wibawa guru tidak terganggu, harga diri guru tidak menurun.
Dan yang lebih penting, guru mempunyai contoh yang baik dalam
karena guru yang otoriter diprotes oleh siswa, maka nilai siswa tersebut
otoriter pula. Guru yang otoriter pada akhirnya juga tidak menciptakan
7
Ibid.,
8
Dewi Purnamasari, Op. Cit., hal. 16
7
bahan, termasuk mengolah bahan. Otoritas yang tinggi adalah Siswa.
mengungkapkan gagasanya.
dianggap sebagai fasilitator. Guru lebih membantu siswa agar aktif dan
penentu utama lagi. Hubungan guru dan siswa menjadi hubungan yang
9
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
2012), hal. 101
8
3. Adil dan tidak memihak 93
5. Fleksibilitas 90
6. Rasa humor 90
8. Minat luas 85
tentu ada sikap kooperatif, adil, rasa humor, memberi perhatian terhadap
anak, dan juga tidak memihak. Artinya, jika dibandingkan dengan otoriter
disekolah.
9
Tugas dan tanggung jawab sebagai administrator kelas pada
yang meliputi:
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 63
10
10
berhasil menyalurkan ilmunya kepada siswa, dan pada akhirnya adalah
yang mengajar seperti ini bisa saja dapat menurunkan kualitas sekolah.
tipe ini cenderung tidak peduli terhadap lingkungan sekolah. Bagi guru
dengan tipe ini adalah setelah selesai mengajar maka selesai sudah tugas
menjadi ciri dari guru ini. Hal seperti ini pada akhirnya malah membuat
siswa tidak menyukai guru. Seorang guru yang tidak disenangi murid
baik.12
kiranya akan membuat siswa itu jenuh dan malas mengikuti pelajarannya.
Hal ini dikarenakan tidak adanya suasana kelas yang menyenangkan. Ini
12
Agoes Soejanto, Op. Cit., hal. 124
11
akan membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan anak karena
misalnya sikap duduk, berjalan, gerak menulis, dan sebagainya serta harus
yang baik dan wajar.14 Semua hal ini sepertinya bertentangan dengan
Anak/Siswa
13
Ki Fudyartanta, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 197
14
Ibid,,
12
Masuknya si anak ke dunia baru, sering pula menyebabkan
ada pula sikap yang kurang menguntungkan bagi dirinya. Sikap itu misalnya
Kebanyakan sikap anak untuk berpendapat bahwa guru itu pilih kasih
kurang memuaskan. Misalnya karena anak sering diberi giliran untuk maju ke
anak-anak. Oleh karena itu untuk menjaga jangan sampai tumbuh prasangka
prasangka semacam itu sudah menjadi alasan bagi anak-anak untuk tidak
patuh dan hal ini merupakan permulaan tumbuhnya sikap menentang anak
dan ia akan berusaha menjauhkan diri dari pergaulan antara guru dan anak-
anak.
merasa harga dirinya kurang, yang mencoa merebut perhatian guru, tetapi
teman yang ada pada saat itu dpandang sebagai rivalnya, dipandang sebagai
anak yang mendapat perhatian dari guru. Jadi, sebenarnya prasangka adanya
13
sikap pilih kasih itu adalah sekedar untuk mendapatkan pelampiasan
disebabkan kekecewaan.15
erat antara guru dan pelajaran, baik hubungan itu bersifat positif atau negatif.
menyenangkan dan hubungan bersifat negatif bila hubungan antara guru dan
Jika kita melihat kepada siswa sebagai peserta didik sebagai implikasi
diatas, maka akan muncul reaksi pada anak didik. Realitas sikap anak didik
guru, seperti:
Ini terjadi bila anak kecil dipaksa tunduk terhadap segala peraturan
orang yang tak berkepribadian. Anak yang tidak berani ikut bermain bila
tidak diajak karena takut akan mendapat marah. Karena terlalu lambat
Sikap anak yang seperti ini kiranya merupakan implikasi dari cara
15
Agoes Soejanto, Op. Cit., hal. 123
Ibid., hal. 115
16
14
demokratis memberikan ruang yang sebesar-besarnya untuk siswa
guru. Tetapi baru saja guru membalikkan diri, anak tersebut akan
yang tertawa dan berbuat gaduh tadi. Anak inilah yang biasa disebut anak
menjadi anak yang tidak jujur, bermuka dua, plintat plintut ataupun tidak
setia.17
Sikap anak yang seperti ini kiranya merupakan implikasi dari cara
mengajar guru yang otoriter. Anak yang terlanjur kesal karena suasana
mengajar dikelas. Ini karena guru yang otoriter selalu ingin menguasai
orang banyak, termasuk dirinya sendiri. Karena itu, sekalipun sulit juga
15
Adakalanya anak menjadi pelamun, yaitu disebabkan adanya
tuntutan yang berat itu ia pergi berkhayal. Ia bersikap acuh tak acuh
Sikap anak yang seperti ini kiranya merupakan hasil dari cara
mengajar guru yang permisif. Hal ini dikarenakan tidak adanya perhatian
dari guru akan kegelisahan atau kondisi dan situasi anak didik ketika guru
guru, untuk menguasahakan agar anak dapat bekerja sama dengan teman-
Anak yang seperti ini kiranya merupakan implikasi atau akibat dari
cara mengajar guru yang otoriter sekaligus permisif. Hal ini dikarenakan
18
Ibid.,
19
Ibid., hal. 116
16
guru yang otoriter membuat anak tidak punya kesempatan untuk aktif,
memberi tugas yang harus sama jawabannya seperti yang guru jelaskan
sehingga terkesan tekstual. Dengan pengajaran yang seperti itu, anak yang
tidak terlalu senang untuk menghafal atau terlalu sama dengan gurunya
akan bersikap menentang dan mengomel didalam hati. Dan di luar kelas
atau pembelajaran dengan guru itu, ia akan berbagi rasa dengan teman-
temannya.
menentanglah anak itu. Karena kelas tidak aktif dan guru permisif pun
dalam perkembangan anak oleh tiga jenis metode mengajar guru, antara lain:
1. Bagi guru yang mengajar dengan cara yang otoriter, efek yang
takutnya terhadap kesalahan dan memaksa dia untuk lebih baik diam
17
anak-anak mulai timbul dorongan untuk memperlihatkan kemampuan-
2. Bagi guru yang mengajar dengan cara yang demokratis, efek yang
Dengan ini, inisiatif siswa akan tumbuh tanpa adanya perasaan untuk
sendiri, belajar hidup bekerja sama, terbuka, toleransi, yakin pada diri
3. Bagi guru yang mengajar dengan cara yang permisif, efek yang
disiplin. disini guru lah yang berperan penting. Tetapi, jika gurunya
20
Ki Fudyartanta, Op. Cit., hal. 151
21
Dewi Purnamasari, Op. Cit., hal. 16
18
hanya membiarkan saja dan memberi kebebasan berlebihan kepada
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
dalam pembelajaran.
19
3. Jenis-jenis metode mengajar guru meliputi metode mengajar otoriter,
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
20
Rochman, Chaerul dan Hei Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian
Guru, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2011)
21