Anda di halaman 1dari 12

KESULITAN BELAJAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

Mata Kuliah Psikologi Belajar

Disusun Oleh :

Semester : V PAI B

1.Apriani (2015.01.011)

7.Alvin Kurniawan (20224210104772)

Dosen Pengampu: Ika Setiawati M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH

INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

TAHUN AKADEMIK 2017/2018

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Belajar

B. Pengertian Kesulitan Belajar

C. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

E. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar


F. Strategi Pemecahan Masalah

G. Media Pembelajaran

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaran pendidikan di sekolah pada umumnya hanya ditunjukkan kepada para siswa
berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan
kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa yang berkategori “diluar rata-rata” itu (sangat pintar dan
sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan
kapasitasnya.

Dari sini timbullah apa yang disebut kesulitan belajar yang tidak hanya menimpa siswa yang
berkemampuan rata-rata saja, akan tetapi juga yang berkemampuan rendah dan yang
berkemampuan tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari belajar?

2. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar?

3. Apa saja faktor-faktor kesulitan belajar?

4. Bagaimana diagnosis kesulitan belajar?

5. Bagaimana alternatif pemecahan kesulitan belajar?

6. Bagaimana strategi pemecahan masalahnya?

7. Apa definisi dari media pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari belajar

2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kesulitan belajar

3. Untuk mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar

4. Untuk mengetahui diagnosis kesulitan belajar

5. Untuk mengetahui alternatif pemecahan kesulitan belajar


6. Untuk mengetahui strategi pemecahan masalahnya

7. Untuk mengetahui definisi dari media pembelajaran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan,
keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan
berkembang karena belajar (Suryabrata, 2002). Dengan demikian, belajar merupakan proses penting
yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Karenanya, pemahaman yang benar tentang konsep
belajar sangat diperlukan, terutama bagi kalangan pendidik yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah belajar digunakan secara luas. Hal ini disebabkan karena
aktivitas yang disebut belajar itu muncul dalam berbagai bentuk. Membaca buku, menghafal ayat Al-
Qur’an, mencatat pelajaran, hingga menirukan perilaku tokoh dalam televisi, semua disebut belajar.
[1]

B. Pengertian Kesulitan Belajar

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-
kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari,
kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi
terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.

Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan ini dimana anak didik/ siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental),
akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang
tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.

Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat, pada setiap anak didik, maka para
pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.[2]

C. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal, yaitu:

a. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat fisik, yaitu karena sakit atau menderita cacat tubuh.
b. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat psikis, yaitu faktor intelegensi, bakat, minat,
motivasi dan kesehatan mental.

2. Faktor Eksternal, yaitu:

a. Faktor Keluarga

1) Faktor orang tua:

a) Cara mendidik

b) Hubungan orang tua dengan anak

c) Contoh atau bimbingan dari orang tua

d) Suasana rumah atau keluarga

e) Keadaan ekonomi keluarga, baik keadaan ekonomi yang kurang (miskin) maupun berlebihan
(kaya).

b. Faktor sekolah

1) Faktor guru:

a) Guru yang tidak berkualitas

b) Hubungan antara guru dengan peserta didik yang kurang baik

c) Guru yang tidak mempunyai kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar peserta
didik.

d) Kesulitan belajar yang ditimbulkan oleh metode mengajar guru.

2) Faktor alat, karena tanpa adanya alat, terutama bagi pelajaran yang bersifat praktikum, akan
menimbulkan kesulitan belajar. Karena kesulitan alat, guru cenderung menggunakan metode
ceramah yang dapat menimbulkan kepasifan peserta didik.

3) Faktor gedung sekolah pada umumnya dan ruang kelas pada khususnya.

4) Faktor kurikulum

5) Faktor waktu sekolah dan disiplin yang kurang

c. Faktor media massa dan lingkungan sosial, baik teman bergaul, lingkungan tetangga, maupun
aktivitas dalam masyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab kesulitan belajar ini dapat berupa sebab-
sebab individual maupun sebab-sebab yang kompleks.[3]

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai
prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara
sistematis. Agar pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar dapat menghasilkan sesuai dengan
keinginan, maka taat pada prosedur itu merupakan suatu keharusan.

Beberapa langkah pokok/prosedur dan teknik pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar;

Beberapa langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi peserta didik yang
mengalami kesulitan sebagai berikut:

a. Menandai peserta didik dalan satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan
mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun yang sifatnya lebih khusus
dalam bidang studi tertentu.

b. Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan:

1) Meneliti nilai ujian

2) Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya

3) Observasi pada saat peserta didik dalam proses belajar mengajar

4) Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan

5) Melaksanakan sosiometri untuk melihat hubungan sosial psikologi yang terdapat pada para
peserta didik.

2. Penggunaan Catatan waktu belajar Efektif;

Dalam lembaga pendidikan tertentu, untuk bidang studi dan oleh guru tertentu, telah mulai diadakan
pencatatan beberapa waktu yang secara efektif digunakan oleh peserta didik dalam memecahkan
masalah soal atau mengerjakan tugas tertentu.

Dalam konteks kelas lazimnya waktu dialokasikan untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu
(40-50 menit). Dalam konteks tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan hari/minggu
tertentu. Catatan ini amat berharga, sehingga dapat menggambarkan siapa peserta didik yang selalu
lebih cepat, selalu terlambat dan peserta didik yang tepat waktu. Dengan membandingkan durasi
dan frekuensi peserta didik itu secara berkelompok maka kita mudah mengetahui atau menemukan
kasus-kasus yang diduga mengalami kesulitan belajar.[4]

2. Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidakhadiran (Absensi)

Frekuensi dari absensi inipun sangatlah berharga untuk menandai peserta didik yang diduga
mengalami kesulitan belajar. Dengan membuat rangking mulai dari yang banyak angka
ketidakhadirannya, kita dengan mudah menemukan siapa yang bermasalah. Kemungkinan akan
tampak relevansi frekuensi ketidakhadiran ini dengan prestasi.

3. Penggunaan Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat);

Dalam bidang tertentu ada yang sangat mengutamakan keterampilan-keterampilan khusus seperti
komunikasinya, interaksi sosialnya dalam menyumbangkan pikiran, menambahkan dan lain-lain, ini
merupakan catatan partisipasi amat berharga. Dengan demikian kita dapat mengetahui peserta didik
mana yang aktif di kelas, dan mana yang pasif.

4. Penggunaan Catatan dan Bagan Sosiometri;

Dalam bidang tertentu juga kadang dibutuhkan kerjasama peserta didik dalam kelompok. Dalam
kerjasama ini dibutuhkan suatu kondisi saling menerima, saling percaya, saling menyenangi di antara
sesama anggota. Dari ini kita dapat mengetahui mana peserta didik yang memilih dan dipilih dan
mana yang tidak meilih dan dipilih, mana peserta didik yang disenangi dan mana yang kurang
disenangi atau terisolasi. Dengan ini maka kita dapat menjadikan peserta didik yang terisolasi ini
sebagai peserta didik yang patut dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial.[5]

E. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar

Berikut ini beberapa alternatif pemecahan dalam kesulitan belajar:

1. Observasi Kelas

Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam tingkat pelajaran,
misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi kelas dalam kegiatan belajar, cukup
nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak. Kalau suasana kelas sangat nyaman, tenang dan sehat,
maka itu semua dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih semangat lagi.

2. Pemeriksaan Alat Indera

Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan peserta didik khusus mengenai alat indera.
Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah melakukan tes atau pemeriksaan kesehatan
di Puskesmas/Dokter, karena tingkat kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik pula.
Maka dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut dapat menstimulasikan bahan pelajaran
langsung ke setiap individu.

3. Teknik Main Peran

Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah peserta didik. Di sana seorang guru dapat leluasa
melihat, memperhatikan peserta didik berikut semua yang ada disekitarnya. Di sini guru dapat
langsung melakukan wawancara dengan orang tuanya mengenai kepribadian anak, keluarga,
ekonomi, pekerjaan dan lain-lain. Selain itu juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan
situasinya dengan masyarakat secara langsung.

4. Tes Diagnosis Kecakapan/Tes IQ/Psikotes

Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat dilihat dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana. Dengan latihan psikotes dapat diambil
beberapa nilai kepribadian, peseta didik secara praktis dari segi dasar, logika dan privasi seseorang.

5. Menyusun Program Perbaikan

Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu. Seorang pengajar harus menjadi
seorang yang konservator, transmitor, transformator, dan organisator. Selanjutnya lengkapilah
beberapa alat peraga atau alat yang lainnya yang menunjang pengajaran lebih baik, karena dengan
kelengkapan-kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi belajar pun akan dengan mudah didapat
oleh para peserta didik.[6]

F. Strategi Pemecahan Masalah (Memahami dan Mendiagnosis Masalah, Menciptakan Solusi, dan
Mengevaluasi Solusi)

1. Memahami dan Mendiagnosis Masalah

Seperti telah dijelaskan murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan-hambatan
sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh guru dan pembimbing.

Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya:

a. Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras
tetapi nilainya selalu rendah.

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tidak acuh, berpura-pura, dan lain-lain.

e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.[7]

Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan sebutan prestasi/kurang (under
achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya belajar rendah (di bawah rata-rata
kelas). Secara potensial mereka yang IQ-nya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Tetapi anak
yang mengalami kesulitan belajar tidak demikian. Timbul kesulitan belajar itu berkaitan dengan
aspek motivasi, minat, sikap, kebiasaan belajar, pola-pola pendidikan yang diterima dari keluarganya.

Dari gejala-gejala yang tampak itu, guru (pembimbing) bisa menginterpretasi bahwa ia kemungkinan
mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat gejala-gejala yang tampak, guru pun bisa
mengadakan penyelidikan antara lain dengan:

a. Observasi: cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek. Data-data
yang dapat diperoleh dengan observasi, misalnya:

1) Bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, adalah tanda-tanda cepat lelah, mudah
mengantuk, sukar memusatkan perhatian pada pelajaran.

2) Bagaimana kelengkapan catatan, peralatan dalam pelajaran.

b. Interview: adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang
diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diseleksi.

Untuk menyelidiki siswa yang mengalami kesulitan belajar, interview bisa dilaksanakan secara
langsung atau tidak langsung. Langsung artinya: kepada murid yang diselidiki. Tidak langsung: kepada
orang-orang yang tahu tentang keadaan diri anak.

c. Tes diagnostik: adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes.

d. Dokumentasi: adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip,


dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Untuk mengenal murid yang
mengalami kesulitan belajar bisa melihat:

1) Riwayat hidupnya;

2) Kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran;

3) Kumpulan ulangan;

4) Raport, dan lain-lain.

Setelah data terkumpul kemudian diseleksi, tinggal data-data yang diperlukan. Untuk dapat
mengatakan murid mana yang mengalami kesulitan belajar, diperlukan patokan kesulitan belajar.[8]

2. Menciptakan Solusi & Mengevaluasi Solusi

Mengatasi kesulitan kesulitan belajar, tidak dapat tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan
belajar sebagaimana diuraikan di atas. Karena itu mencari sumber penyebab utama dan sumber-
sumber penyebab penyerta lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi
kesulitan belajar.

Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar,
dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:

a. Pengumpulan Data

Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk
memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut
dengan pengumpulan data. Menurut Sam Isbani dan R. Isbani, dalam pengumpulan data dapat
dipergunakan berbagai metode, di antaranya adalah:

1) Observasi

2) Kunjungan rumah

3) Case Study

4) Case History

5) Daftar pribadi

6) Meneliti pekerjaan anak

7) Tugas kelompok dan,

8) Melaksanakan tes (baik tes IQ maupun tes prestasi/ sachievement test).[9]

b. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak
diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara
pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.

b. Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan (penentuan mengenai hasil dan pengolahan data). Diagnosis ini dapat
berupa hal-hal sebagai berikut:

1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak.

2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.

3) Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.

d. Prognosis

Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar
utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan
kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.

e. Treatment/Perlakuan
Perlakuan di sini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang
mengalami kesulitan belajar) sesuai dengn program yang telah disusun pada tahap prognosis
tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan, adalah:

1) Melalui bimbingan belajar kelompok

2) Melalui bimbingan belajar individual

3) Melalui pengajaran remedial dalam beberapa bidang studi tertentu.

4) Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.[10]

f. Evaluasi

Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah diberikan di atas
berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment
yang diterapkan tersebut tidak berhasil maka perlu ada pengecekan kembali ke belakang faktor-
faktor apa yang mungkin menjadi penyebab kegagalan treatment tersebut. Mungkin program yang
disusun tidak tepat, sehingga treatment-nya juga tidak tepat, atau mungkin diagnosisnya yang keliru,
dan sebagainya. Alat yang digunakan untuk evaluasi ini berupa Tes Prestasi Belajar (Achievement
Test).

Untuk mengadakan pengecekan kembali atas hasil treatment yang kurang berhasil, maka secara
teoteris langkah-langkah yang perlu ditempuh, adalah sebagai berikut:

1) Re Ceking data (baik itu pengumpulan maupun pengolahan data).

2) Re Diagnosis.

3) Re Prognosis.

4) Re Treatment, dan

5) Re Evaluasi.

Begitu seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil mengatasi kesulitan belajar anak yang
bersangkutan.[11]

G. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Assocaiton/
NEA) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
Media hendaknya dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan,
ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi.[12]

2. Pengembangan Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat dipilih dengan pertimbangan akan memberikan dukungan terhadap isi
bahan pembelajaran dan kemudahan untuk memperolehnya. Tetapi jika pembelajaran yang sesuai
belum tersedia, maka guru perlu berupaya mengembangkannya sendiri. Pengembangan media
sederhana dapat dikembangkan oleh guru sendiri.

a. Media Berbasis Visual

Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan
dalam bentuk seperti foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar grafis, grafik, bagan, chart, dan gabungan
dari dua bentuk atau lebih.

Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektivitas bahan-
bahan visual dan grafik itu. Tampilan visual harus dapat dengan mudah dimengerti, terang/dapat
dibaca, dan dapat menarik perhatian sehingga ia mampu menyampaikan pesan yang dinginkan oleh
pengguna.

b. Media Proyeksi

Over Head Projector (OHP), merupakan media proyeksi visual yang relatif sederhana, yang berfungsi
memproyeksikan gambar pada transparan.

c. Media Berbasis Audio Visual

Media audio dan audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang bisa dilihat dan didengar.
Contohnya seperti: televisi dan video.[13]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Definisi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan,
keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan
berkembang karena belajar (Suryabrata, 2002).

2. Pengertian Kesulitan Belajar

Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan ini dimana anak didik/ siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.

3. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

a. Faktor internal

b. Faktor eksternal

4. Diagnosis Kesulitan Belajar

a. Identifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar;

b. Penggunaan Catatan waktu belajar Efektif;


c. Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidakhadiran (Absensi)

d. Penggunaan Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat);

e. Penggunaan Catatan dan Bagan Sosiometri;

5. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar

a. Observasi Kelas

b. Pemeriksaan Alat Indera

c. Teknik Main Peran

d. Tes Diagnosis Kecakapan/Tes IQ/Psikotes

e. Menyusun Program Perbaikan

6. Strategi Pemecahan Maslah (Memahami dan Mendiagnosis Masalah, Menciptakan Solusi, dan
Mengevaluasi Solusi)

a. Memahami dan Mendiagnosis Masalah

b. Menciptakan Solusi & Mengevaluasi Solusi

7. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar.

b. Pengembangan Media Pembelajaran

1) Media Berbasis Visual

2) Media Proyeksi

3) Media Berbasis Audio Visual

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dalyono. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto & Mohammad Farid. 2015. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Gava Media.

Khodijah, Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.

S. Sadiman, Arief dkk. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sumantri, Mohammad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.


[1] Nyayu Khodijah. Psikologi Pendidikan. (Palembang: Grafika Telindo Press, 2011). Hal: 53.

[2] Abu Ahmadi & Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004). Hal: 77-78.

[3] Daryanto & Mohammad Farid. Bimbingan Konseling. (Yogyakarta: Gava Media, 2015). Hal: 94-95.

[4] Ibid. Hal: 97-99.

[5] Ibid. Hal: 99.

[6] Ibid. Hal: 96-97.

[7] Dalyono. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2015). Hal: 246.

[8] Ibid. Hal: 246-249.

[9] Ibid. Hal: 249-250.

[10] Ibid. Hal: 250-252.

[11] Ibid. Hal: 253.

[12] Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal: 6-7.

[13] Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2015). Hal: 312-322.

Di Desember 21, 2017

Anda mungkin juga menyukai