Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERSPEKTIF KESULITAN BELAJAR DAN PENGANGGULANGANNYA


disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh Mata
Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, oleh
Dosen: Febby Inggriyani, S.Pd, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 8, Kelas 6B:


1. Henita Komariah (195060042)
2. Aprilia Nengsih (195060051)
3. Trida Safaryah (195060065)
4. Akbar Anugrah Perdana (195060076)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Dimana
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang diberikan oleh
dosen Kewirausahaan, yang berjudul “Perspektif Kesulitan Belajar dan
Penanggulangannya”.
Sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini kami dapatkan dari jurnal dan
sumber di internet yang membahas tentang materi yang berkaitan dengan Perspektif
Kesulitan Belajar dan Penanggulangannya. Kami mengucapkan terima kasih kepada
penulis sumber walaupun tidak secara langsung dapat mamberikan ucapan terima
kasih kami.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Ibu
Febby Inggriyani, S.Pd, M.Pd. Juga kami selaku mahasiswa agar lebih terlatih dalam
pembuatan makalah. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan,
karenanya kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan ke depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami,
umumnya bagi pembaca.

Bandung, 17 April 2022


Hormat Kami,

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala
usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan
belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta
cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif
(penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan
informasi yang seobyektif mungkin. Dengan demikian, semua kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan
diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama,
setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang
secara maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat
dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di
sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan
kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi
oleh siswa, hendaknya guru lebih intensif dalam menangani siswa dengan
menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam
mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Terkait dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat diklasifikasikan
ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan
diagnosis yang mengklasifikasi masalah. Diagnosa untuk mengerti masalah
merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti masalah secara menyeluruh.
Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi masalahmerupakan pengelompokan
masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah yang digolongkan kedalam
masalah yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan
kepribadian. Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh
semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses
belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil
belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian kesulitan belajar ?
2. Apa saja karakteristik kesulitan belajar?
3. Apa saja faktor penyebab kesulitan belajar?
4. Apa saja jenis-jenis masalah dalam belajar siswa anak berkebutuhan khusus?
5. Bagaimana prosedur dan langkah-langkah penanggulangan masalah belajar?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesulitan belajar.
2. Untuk mengetahui karakteristik kesulitan belajar.
3. Untuk mengetahui faktor kesulitan belajar.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis masalah dalam belajar siswa anak berkebutuhan
khusus.
5. Untuk mengetahui prosedur dan langkah-langkah penanggulangan masalah
belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar

Pada umumnya kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris


“Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability
diterjemahkan “kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak
sebenarnya masih mampu untuk belajar. Menurut seorang ahli pedidikan,
Dimyati Mahmud (2006: 23) dalam Sonalia Putri (2020:5) mengemukakan
bahwa “Belajar adalah perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena
pengalaman”. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dan suatu
proses belajar yang ditandai adanya hambatan - hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan belajar ini bukan hanya masalah
intruksional atau pedagogis saja, tetapi merujuk pada masalah psikologis. Peserta
didik yang mengalami hambatan dalam proses pembelajaran akan mendapatkan
hasil pembelajaran yang kurang optimal.

Menurut Mulyadi (2010: 6), kesulitan belajar mempunyai pengertian yang


luas, meliputi :

1) Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu


karena timbulnya respon yang bertentangan. Dengan demikian, hasil belajar
yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2) Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar) adalah ketidakmampuan
seseorang yang mengacu kepada gejala dimana seseorang tidak mampu
belajar (menghindari belajar) sehingga hasil belajarnya dibawah potensi
intelektualnya.
3) Learning disfunction (ketidakfungsian belajar) adalah menunjukkan gejala
dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya
tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau
gangguan psikologis lainnya.
4) Under Achiever adalah mengacu pada seseorang yang memiliki tingkat
potensi intelektual diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5) Slow Learner adalah seseorang yang lambat dalam proses belajarnya sehingga
membutuhkan waktu dibandingkan seseorang yang lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama.

2.2 Karakteristik Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar menurut Ni’matuzahoh (Friend:2005) memiliki karakteristik


sebagai berikut:

1) Karakteristik kognitif: kurangnya perhatian (kesulitan untuk mengikuti satu


stimulus lingkungan), memiliki masalah persepsi (membedakan kiri dan
kanan, menulis huruf terbalik, kaku ketika berjalan, kurang keseimbangan
dan dalam berbagai aktivitas motor, memiliki masalah dalam STM dan LTM
nya atau bahkan pada keduanya, kurang baik dalam pemrosesan informasi
atau kemampuan berfikirnya, terutama kurang mampu untuk secara aktif
mempertimbangkan bagaimana informasi yang baru dipelajari berhubungan
dengan informasi lain yang baru saja disimpan, atau bagaimana menerapkan
pengetahuan ini dalam situasi belajar yang baru.
2) Karakteristik akademik Mengalami masalah penting dalam membaca,
khususnya dalam wilayah kesadaran phonologi, kelancaran dan pemahaman,
bahasa verbal terutama dalam area phonology, morphology, syntax atau
pragmatic, masalah dalam bahasa tulisan (terutama kesulitan membedakan
penggunaan homonyms tertentu, tidak mampu mengingat ketika mereka telah
memiliki kesalahan dalam menulis kata yang salah), kesulitan dalam
matematika (dyscalculia).
3) Karakteristik sosial dan emosional Memiliki selfesteem rendah, kurang
mampu untuk menginterpretasi secara akurat komunikasi nonverbal seperti
ekspresi wajah, sikap, dan kontak mata, tidak memiliki motivasi belajar.
4) Karakteristik perilaku yang sama dengan ADHD. Sedangkan untuk
karakteristik anak berkesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia
(dyscalculis)(Lerner dalam Mulyadi, 2010:174). Menurut Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder, bahwa gangguan matematika adalah
salah satu gangguan belajar. Gangguan matematika dikelompokkan menjadi
empat keterampilan, yaitu : (a) keterampilan linguistik (yang berhubungan
dengan mengerti istilah matematika dan merubah masalah tertulis menjadi
simbol metamatika), (b) keterampilan perseptual (kemampuan mengenali dan
mengerti simbol dan mengurutkan kelompok angka), (c) keterampilan
matematika (penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dasar dan
urutan operasi dasar), (d) kemampuan atensional (menyalin angka dengan
benar dan mengamati simbol operasional dengan benar). (Kaplan dalam
Mulyadi, 2010:174).

2.3 Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar merupakan salah satu yang menjadi dampak


terhadap prestasi belajar peserta didik menjadi rendah baik yang datang dari diri
sendiri maupun lingkungan terdekat peserta didik. Penyebab kesulitan belajar
yang dialami peserta didik dapat dipengaruhi oleh motivasi belajar peserta didik
yang rendah. Faktor utama yang mempengaruhi kesulitan belajar pada anak
berasal dari dalam diri anak sendiri (internal). Banyak ahli yang mengemukakan
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-
masing.
Menurut Syah (2008:173) dalam Sonalia Putri (2020:8) ”faktor-faktor
kesulitan belajar peserta didik meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-
fisik peserta didik” yaitu :

1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) yaitu antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik.
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi labilnya emosi, minat dan
sikap peserta didik.
3) Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu meliputi terganggunya alat-alat
indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

Senada dengan pendapat di atas, Ahmadi dan Supriyono dalam Ni’mah (2016: 20)
juga mengungkapkan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan
dalam dua dolongan, yakni:

1) Faktor intern (faktor dalam diri siswa)


a) Faktor fisiologi yang dapat menyebabkan munculnya kondisi kesulitan
belajar pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat,
adanya kelemahan atau cacat tubuh, dan sebagainya.
b) Faktor psikologi yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar
meliputi tingkat intelegensia yang pada umumnya rendah, bakat yang
tidak sesuai dengan mata pelajaran, minat belajar yang kurang, motivasi
yang rendah, kondisi kesehatan mental yang kurang, serta tipe belajar
yang berbeda.
2) Faktor ekstern (faktor dari luar siswa)
a) Faktor non sosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa
dapat berupa media belajar yang kurang lengkap, gedung sekolah yang
kurang layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan
dikuasai oleh siswa, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang
disiplin, dan sebagainya.
b) Faktor sosial yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar
seperti faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan faktor
lingkungan masyarakat yang lebih luas. Faktor keluarga yang
berpengaruh terhadap proses belajar seperti hubungan orang tua dan anak,
suasana rumah, bimbingan orang tua, keadaan ekonomi keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan


Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera

Ni’matuzzahro dkk. 2016. Individu Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan Inklusif.


Malang: UMM Press

Sonalia, Putri. 2020. Analisis Kesulitan Belajar Siswa Berkebutuhan Khusus


(Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi.
http://repository.uinjambi.ac.id/3778/1/TM161373%2C%20Analisis
%20kesulitan%20belajar%20siswa%20berkebutuhan%20khusus%20dalam
%20pembelajaran%20matematika%20di%20kelas%20inklusi.pdf

Anda mungkin juga menyukai