Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ MASALAH KESULITAN BELAJAR “


Dosen Pengampu : Dr. Mardianto, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
CAHYA NINGRUM : 0301182112
RAHMADAWANI .S : 0301181067
HARI MULYA : 0301181001
GALI ARDIANSYAH : 0301183247
PAI 3/ SEM III

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah swt. keharibaan serta pengakuan yang tak terhingga kepada-
Nya yang telah memberikan rahmat dan hidayah serta ‘inayah-Nya kepada kita semua sehingga
kita dapat mengikuti mata kuliah secara rutin setiap minggu pada mata kuliah Psikologi Umum
yang dilaksanakan setiap hari Rabu . Kemudian shalawat dan salam tidak lupa sepanjang zaman
dan sampai akhir zaman kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang sampai saat ini kita
masih menjalankan visi dan misi beliau dalam mengembangkan syiar agama Islam melalui
ibadah beriringan dengan demikian meminta mudah-mudahan kita semua mendapat syafaat di
hari kiamat kelak, serta kita termasuk golongan orang-orang yang berdiri di garis depan dalam
menuju pintu surga. Amin…….
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan
Bapak Dr. Mardianto, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada kami dalam membuat
tugas makalah ini yang khususnya membahas tentang Masalah Kesulitan Belajar sebagai bagian
dari prasyarat untuk tugas rutin kelompok. Dalam penulisan makalah ini, penulis ada menemui
hambatan serta kekurangan baik dari segi pengkajian, penalaran, penulisan sampai pada bingkai
pemaknaan dalam tulisan dan kalimat, sehingga diperlukan upaya kritik yang dapat membangun
sinergitas antara mengkaji dan menulis makalah dalam satu bahasan sebagai bagian dari budaya
untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam membaca dan menulis karangan ilmiah
nantinya.

Medan, 27 November 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .
A. Pengertian Kesulitan Belajar.........................................................................................2
B. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar………........................................................................3
C. Diagnosis Kesulitan Belajar…......................................................................................5
D. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar........................................................................................7
E. Mengatasi Kesulitan Belajar…………………...……………………………….…….9
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...........................................................................................................11
B. SARAN.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah proses dimana seorang peserta didik mengalami perubahan dari suatu
kondisi kepada kondisi lain, kondisi lain yang tersebut tentu di rencanakan, dikontrol dan
dikendalikan. Usaha pencapaian agar peserta didik sampai pada kondisi yang diinginkan tentu
menempuh berbagai cara, melewati berbagai kondisi dan mengikuti beberapa prinsip yang
menjadi aturan dalam belajar. Namum harus disadari bahwa ditengah tengah antara kondisi awal
sampai kondisi tujuan terdapat beberapa hal yang menjadi rintangan baik datang dari siswa
maupun dari luar diri siswa.
Rintangan atau hambatan yang dialami siswa tersebut dalam psikologi pendidikan disebut
dengan hambatan atau kesulitan belajar. Kesulitan belajar dapat diterjemahkan dari fenomena
dimana siswa mengalami kesulitan ketika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf
kualifikasi hasil belajar tertentu berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan
dalam tujuan intruksional atau tingkat perkembangannya.
Banyaknya variable dari kesulitan belajar ini selalu diidentikkan dengan factor-faktor yang
menjadi pendukung kegiatan belajar. Sehingga banyak diketahui oleh orang bahwa semakin
banyak belajar semakin banyak kesulitan yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kesulitan Belajar ?
2. Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ?
3. Bagaimana Diagnosis Kesulitan Belajar ?
4. Apa Jenis-Jenis Kesulitan Belajar ?
5. Bagaimana cara mengatasi kesulitan Belajar ?

C. Tujuan Penulisan
Agar dapat mengetahui pengertian dari kesulitan belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar, diagnosis kesulitan belajar, jenis-jenis kesulitan belajar, dan mengerahui
bagaimna mengatasi kesulitan dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar ( Learning Difficuly) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau
prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Setiap anak didik
datang kesekolah tidak lain kecuali untuk belajar dikelas agar menjadi orang yang berilmu
pengetahuan di kemudian hari. Sebagian besar waktu yang tersedia oleh anak didik untuk
belajar. Tidak hanya di sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk
kepentingan belajar. Tiada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak didik.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat
belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun, diantara
mereka masih banyak yang mengalami kesulitan belajar. Disetiap sekolah dalam berbagai jenis
dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Masalah ini tidak hanya
dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di
pedesaan dengan membedakan keminiman dan kesederhanaanya. Hanya yang membedakannya
pada sifat, jenis, dan factor penyebabnya.
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.
Kadang-kadang lancer, kadang-kadang tidak, terkadang cepat menangkap apa yang dipelajari
namun terkadang juga amat sulit. Dalam hal ini semangat terkadang tinggi , tetapi terkadang juga
sulit untuk konsentrasi.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelegensi yang rendah
( kelainan mental ), akan tetapi juga dapat disebabkan oleh factor-fator non intelegensi. Karena
dalam kenyataanya cukup banyak anak yang memiliki intelegensi yang tinggi, tetapi hasil
beajarnya rendah ( jauh dari yang diaharapkan ), begitu juga sebaliknya ada anak yang
intelenginya rata rata alias normal tetapi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi. Dengan
demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.1
Thursan Hakim menyatakan bahwa Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang
menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang
tersebut mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan
belajar. Dari pengertian kesulitan belajar diatas jelaslah bahwa salah satu hal yang bisa di jadikan

1
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, ( Yogyakarta : DEEPUBLISH), 2019, hlm 98
kriteria untuk menentukan apakah seseorang mengalami kesulitan belajar adalah sejauh mana ia
terhambat dalam mencapai tujuan belajar. 2

B. Faktor- factor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar


Sebagaimana telah dikatakan dalam salah satu prinsip belajar bahwa keberhasilan belajar
dipengaruhi oleh banyak factor. Agar kita dapat mencapai keberhasilan belajar yang maksimal,
tentu saja kita harus memahami factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut.
Pemahaman ini juga penting agar selanjutnya kita dapat menentukan latar belakang dan
penyebab kesulitan belajar yang mungkin kita alami.
Seperti yang sudah disebutkan, secara garis besar factor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu factor internal dan factor
eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal ini merupakan factor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
Factor internal terdiri dari factor biologis dan psikologis.
a. Faktor Biologis ( Jasmaniah)
Factor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani
yang perlu diperhatikan sehubungan dengan factor biologis ini diantaranya sebagai berikut.
Pertama, kondisi fisik yang normal. Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat
sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang sangat
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi fisik yang normal ini terutama harus
meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh seperti tangan dan kaki, dan organ-organ
tubuh bagian dalam yang menentukan kesehatan seseorang.3
Disekolah-sekolah umum biasanya keadaan fisik yang tidak normal jarang sekali menjadi
masalah atau hambatan utama dalam belajar. Hal ini karena penerimaan murid disekolah umum
itu telah diseleksi sedemikian rupa,sehingga murid yang diterima umumnya adalah mereka yang
memiliki kondisi mental dan fisik yang normal.
Kedua, kondisi kesehatan fisik. Bagaimana kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Tentunya telah kita ketahui dengan mudah

2
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, ( Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA ), 2017, hlm. 22
3
Hakim, Belajar Secara Efektif, hlm. 11-12
dan tidak perlu lagi kita bicarakan secara panjang lebar. Namun demikian, di dalam menjaga
kesehatan fisik, ada beberapa hal yang harus diperlukan.
b. Faktor Psikologis ( Rohaniah )
Faktor Psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang
berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan
belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Kondisi mental yang mantap dan stabil ini
tampak dalam bentuk sikap mental yang positif dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal
yang berkaitan dalam proses belajar. Faktor psikologis meliputi hal-hal berikut.
Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar dasar seseorang memang
berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai
intelegensi yang jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi belajar.
Sanagt perlu dipahami bahwa intelegensi itu hanya merupakan salah satu dari factor dari
kesekian banyak factor yang ada.
Kedua, Kemauan. Kemauan dapat dikatakan sebagai factor utama penentu keberhasilan
belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan merupakan motor penggerak utama
yang menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya.
Ketiga, Bakat. Bakat memang merupakan salah satu factor yang dapat menunjang
keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Perlu diketahui bahwa biasanya
bakat itu bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan
lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
Keempat, daya ingat. Bagaimana daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
seseorang, kiranya sangat mudah dimengerti,untuk memperluas pengertian tersebut marilah kita
memperdalam pengetahuan kita tentang proses mengingat yang melalui tahap berikut :
 Mencamkan ( memasukkan ) kesan,
 Menyimpan kesan
 Memproduksi ( mengeluarkan kembali) kesan.4

4
Ibid, hlm. 12-15
2. Faktor Eksternal
Keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh factor-faktor di luar diri siswa, baik factor fisik
maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga, merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan
landasan dasar utama bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Factor-faktor
fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
belajar anak. Termasuk factor fisik dalam lingkungan keluarga adalah : keadaan rumah dan
ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada , suasana dalam rumah apakah
tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan disekitar rumah.
Tak kalah pentingnya dengan lingkungan fisik adalah kondisi suasana sosial psikologis
dalam keluarga. Kondisi dan suasana ini menyangkut keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim
belajar dan hubungan antar anggota keluarga. Keluarga yang tidak utuh baik secara structural
mauppun fungsional, kurang memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar.
Ketidak utuhan dalam keluarga akan menimbulkan kekurang seimbangan baik dalam
pelaksanaan tugas-tugas keluarga maupun dalam memikul beban-beban sosial psikologis
keluarga. Hal- hal diatas dapat menimbulkan siswa kurang konsentrasi dalam belajar. 5
Sekolah, sekolah juga memegang peranan penting dalam perkembangan belajar para
siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan kampus, sarana
dan prasarana yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, dan lingkungan yang
bersangkutan. Sekolah yang kaya akan aktivitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang
memadai , terkelola dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan mendorong
semangat belajar para siswanya.
Lingkungan, dimana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan
aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar
didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan
belajar.6

5
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, ( Bandung : Pt Rosdakarya), 2009, hlm. 163-
164
6
Ibid, hlm. 164-165
C. Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menentukan apakah
seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak dengan cara melihat indikasi-indikasi
sebagai berikut ;
1. Nilai mata pelajaran dibawah sedang. Indikasi ini merupakan indikasi yang paling
mudah dilihat dan paling umum dipakai oleh siswa atau mahasiswa, pengajar dan orang
tua. Jika seorang siswa atau mahasiswa sering mendapat nilai di bawah enam, atau
dibawah nilai C ( cukup), dapatlah dikatakan bahwa siswa atau mahasiswa tersebut
mengalami kesulitan belajar.
2. Nilai yang diperoleh siswa atau mahasiswa sering dibawah nilai rata-rata . indikasi ini
dapat juga menunjukkan bahwa seseorang siswa atau mahasiswa mengalami kesulitan
belajar. Indikasi ini sebenarnya tidak berlaku mutlak. Disekolah- sekolah favorit tempat
berkumpulnya siswa-siswa pandai, mungkin saja nilai rata-rata kelas mencapai nilai 6,7.
Siswa yang mendapat nilai 6.4 belum dapat dipastikan mengalami kesulitan belajar,
karena walaupun berada di bawah rata-rata kelas, nilai tersebut masih berada diatas
sedang ( diatas nilai 6).
3. Prestasi yang diacapai tidak seimbang dengan tingkat intelegensi yang dimiliki.
Misalnya saja seorang siswa atau mahasiswa yang prestasi belajarnya sedang sedang
saja, tetapi memiliki tingkat intelegensi diatas rata-rata. Siswa atau mahasiswa seperti
ini dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar.
4. Perasaan siswa atau mahasiswa yang bersangkutan. Misalnya seorang siswa atau
mahasiswa yang memang merasa mengalami kesulitan belajar, mengungkapkan
kesulitan belajarnya itu kepada pengajarnya, orang tuanya, huru, konselor, psikolog dan
sebagainya.
5. Kondisi kepribadian siswa atau mahasiswa yang bersangkutan. Seorang siswa atau
mahasiswa dikatakan mengalami kesulitan belajar jika dalam proses belajar mengajar
siswa atau mahasiswa tersebut menunjukkan gejala-gejala tidak tenang, tidak betah
diam, tidak bisa berkonsentrasi, tidak bersemangat ,apatis dan lain sebagainya.7

D. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar

7
Ibid, hlm. 22-23
a. Disleksia
Disleksia menunjuk kepada anak yang tidak dapat membaca. Gangguan ini bukan
disebabkan karena ketidak mampuan penglihatan, pendengaran, atupun intelegensinya, serta
keterampilan bahasa, tetapi lebih kepada gangguan dalam proses otak ketika mengolah informasi
yang diterimanya. Ciri-ciri anak yang mengalami disleksia sebagai berikut:
1. Ketika membaca lisan, ada kata-kata yang terlewat, dan menambah atau penyimpang
kata-kata
2. Anak membaca dengan lambat
3. Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional
4. Kesulitan dalam mengurutkan irama kata-kata secara benar
5. Sulit menyuarakan fonem ( satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
6. Sulit mengeja secara benar. Bisa jadi anak mengeja satu kata dengan bermacam ucapan,
walaupun kata tersebut berada di halaman yang sama.
7. Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar, terbalik-balik ketika membunyikan
huruf atau suku kata, bingung melihat huruf yang memiliki kesamaan bentuk, seperti d-
b-u-n, atau m,n, serta rancu dalam membedakan huruf fonem yang memiliki kemiripan
bunyi seperti v dan f.
8. Membaca suku kata yang benar di satu halaman, tetapi salah dihalaman lainnya.
9. Kesulitan saaat harus memahami apa yang dibacanya. Mungkin anak bisa membaca
dengan benar tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya.
10. Rancu terhadap kata-kata yang singkat seperti ke- dari, dan serta jadi.
11. Bingung harus menggunakan tangan yang mana untuk menulis
12. Sering lupa mencantumkan huruf besar atau meletakkannya ditempat yang salah
13. Sering lupa meletakkan tanda baca seperti koma, titik, tanda Tanya, dan tanda seru
Disleksia dimungkinkan oleh beberapa sebab sebagai berikut :
A. Faktor keturunan
B. Masalah pendengaran sejak dini
C. Faktor Kombinasi

b. Disgrafia
Gangguan disgrafia mengacu kepada anak yang mengalami hambatan dalam menulis,
meskipun tidak mengalami gangguan motorik, visual dan intelegensinya normal, bahkan ada
yang diatas rata-rata . gangguan ini juga disebabkan oleh masalah-masalah ekonomi dan sosial,
tetapi merupakan hambatan neurologis dalam kemampuan menulis yang meliputi hambatan fisik,
seperti tidak dapat memegang pensil dengan benar atau tulisannya jelek . anak dengan gangguan
disgrafia mengalami kesulitan dalam mengharmoniskan ingatan dengan penguasaan gerak
ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka. Berikut ini cirri-ciri yanh bisa dikenali
dari penderita disgrafia :
1. Tidak konsisten dalam membuat bentuk huruf
2. Penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisan tidak proporsional

c. Diskalkusia
Diskalkusia berhubungan dengan hamabatan matematika. Anak kesulitan dalam
memahami proses-proses matematis. Biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar atau
mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau symbol matematis. Diskalkusia merupakan
kelainan yang lebih jarang terjadi dibandingkan dengan dialeksia. Tidak seperti dialeksia yang
banyak dijumpai pada anak-anak laki-laki , gangguan diskalkusia juga banyak dialami oleh anak
perempuan.
Ciri-ciri yang tampak dan bisa dikenali sebagai berikut :
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, bahkan sering kali
mmepunyai kemampuan visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Misalnya, kesulitan menghitung uang kembalian
sehingga merasa takut untuk memegang uang.
3. Sulit melakukan hitungan matematika, seperti menjumlah, mengurangi, membagi,
mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.

d. Dispraksia
Dispraksia adalah gangguan dalam pencapaian geraka atau aktivitas fisik yang diharapkan,
tanpa disertai adanya gangguan sensorik., paresis, serta gangguan elementer seperti ataksia atua
diskinesia. Dispraksia dapat berwujud sebagai gangguan dalam keterampilan atau gangguan
bicara. Ciri-ciri yang bisa dikenali adalah adanya gangguan dalam gerakan kompleks yang
seharusnya dapat dilakukan oleh anak. Gerakan kompleks tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fungsi motorik elementer dalam keadaan baik, yang berarti perkembangan dasar
motorik anak serta fungsi perseptualnya dalam keadaan baik juga.
2. Pada umumnya, salah satu tangan yang melakukan aktivitas pokok dan tangan lainnya
berfungsi untuk membantu.
3. Kedua tangan harus dapat digerakkan secara bebas pada semua arah , dengan
memerhatikan lapangan pandang baik ke kiri ataupun kekanan . anak juga dapat
melakukan gerakan silang secara sempurna, yaitu tangan kanan kearah daerah kiri tubuh
dan sebaliknya.
4. Perkembangan koordinasi bimanual harus baik, sehingga masing-masing tangan
mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh tangan lainnya
5. Jika aktivitas melibatkan anggota tubuh lainnya selain tangan, ada kesadaran terhadap
posisi dan apa yang terjadi dengan tubuhnya secara keseluruhan
6. Gerakan kompleks yang dilakukan anak harus dapat dibagi dan dilakukan dalam urutan
tertentu. Misalnya, ketika melakukan gerakan memakai baju, anak tau urutan bagian
tubuh mana yang dulu harus dipakaikan baju.8

E. Mengatasi Kesulitan Dalam Belajar


Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar, tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan
mencari factor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-
sumberepenyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan
secara akurat, efektif dan efisien.
Secara garis besar langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi
kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan dengan melalui enam tahap , yaitu pengumpulan
data, pengolahan data, diagnostic, prognosis, treatment , dan evaluasi.

1. Pengumpulan data

8
Dyan R. Helmi & Saeful Zaman, S.Psi, 12 Permainan untuk meningkatkan intelegensi anak, ( Jakarta : Visimedia)
2007, hlm. 31
Usaha yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data bisa melalui kegiatan : kunjungan
rumah, case study, case history, daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak , meneliti tugas
kelompok dan melakukan tes, baik tes IQ atau tes apapun.
2. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul tidak aka nada artinya jika tidak diolah secara cermat. Factor-
factor penyebab kesulitan belajar anak didik jelas tidak dapat diketahui, karena data yang
terkumpul itu masih mentah, belum dianalisis secara seksama. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : identifikasi kasus, membandingkan
antar kasus, membandingkan dengan hasil tes dan menarik keseimpulan.
3. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan ( penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja
keputusan yang diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah itu. Diagnosis
dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
a. Keputusan mengenai kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat
kesulitan belajar yang dirasakan anak didik
b. Keputusan mengenai factor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan
belajar anak didik
c. Keputusan mengenai factor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar
anak didik.
4. Pragnosis
Keputusan yang diambil berdasarkan diagnosis dilakukan kegiatan penyusunan program
dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk
membantunya keluar dari kesulitan belajar. Dalam penyusunan program bantuan terhadap anak
didik yang berkesulitan belajar dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan
5W+ 1H.
5. Treatment
Treatment adalah perlakukan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah bantuan kepada anak
didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap
prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah : melalui bimbingan belajar
individual, bimbingan belajar kelompok, remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu,
bimbingan orang tua, dan lain sebagainya. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi
masalah-masalah psikologis , mengenai cara belajar yang baik secara umum, dan juga mengenai
cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.
Ketepatan treatment yang diberikan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar
sangat tergantung kepada ketelitian dalam pengumpulan data, pengolahan data dan diagnosis.
Tapi bisa juga pengumpulan datanya sudah lengkap dan pengolahan datanya dengan cermat,
tetapi diagnosis yang diputuskan keliru, disebabkan kesalahan analisis, maka treatment yang
diberikan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar pun tidak akurat.
Bila treatment gagal harus diulang. Kegagalan treatment yang kedua harus diulangi dengan
treatment berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-benar dapat mengeluarkan anak didik
dari kesulitan belajar. Sebab satu masalah belum selesai, maka masalah lain masih menunggu
untuk ditangani9

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh
para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan
kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik pembelajaran. Dalam analisis
9
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, ( Yogyakarta : DEEPUBLISH), 2019, hlm 107-110
kesulitan pembelajaran dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan belajar, melakukan bimbingan
dan konseling belajar, dan kemudian menetapkan model pembelajaran serta mengatasi kesulitan
belajar. Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan
yang dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. Pada tingkat pendidikan dasar berbagai
kemampuan tersebut masih memiliki relasi yang kuat, membaca, menulis, serta berhitung.
Masalah yang mungkin ada pada salah satu kemampuan tersebut dapat mengganggu kemampuan
yang lain.

B. SARAN
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun penulisan ini jauh
dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari
penulisan makalah ini, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al
insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi
untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima
kasih atas dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberi kami tugas
kelompok ini demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Parnawi,Avi Psikologi Belajar, Yogyakarta : DEEPUBLISH, 2019,


Hakim,Thursan, Belajar Secara Efektif, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA , 2017,
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : Pt Rosdakary,
2009
R. Helmi, Dyan dkk, 12 Permainan untuk meningkatkan intelegensi anak, Jakarta : Visimedia,
2007

Anda mungkin juga menyukai