Anda di halaman 1dari 20

KESULITAN BELAJAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Ismail Marzuki, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
1. Ayi Haedar Saputra (2186130030)
2. Cecep Supriadi (2186130050)
3. Dicky Zulfarisi (2186130036)
4. Muhammad Abdillah (2186130054)
5. Risma Solehah (2186130042)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGGERANG
 TANGGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai
mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh Bapak dosen dalam rangka
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami.
Yang kedua shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
besar Muhammad saw, sahabat beserta keluarganya karena dengan perjuangan beliau
kita bisa berkumpul di tempat yang mulia ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
baik dari penyusunan, bahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata
kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di
masa yang akan datang.

Bandung Barat, Juli 2022


Penulis,
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB   I  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan Masalah............................................................... 2

D. Batasan Masalah................................................................................. 2

BAB  II  LANDASAN TEORI

A. Definisi Kesulitan Belajar................................................................... 3

B. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar..................................................... 3

C. Diaknosa Kesulitan Belajar................................................................. 5

D. Intervensi (Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar............................. 6

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………..…….…..10

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................... 12

B. Saran.................................................................................................. 12

DAFTAR RUJUKAN........................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting

dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa

berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses

belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun dilingkungan

rumah (keluarga).

Pada sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.

Hal tersebut tidak hanya dia;ami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.

Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu,

siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulita dalam belajar. Sedang

yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai

oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.  Kesulitan belajar ini

tidak selalu disebabkan oleh intelegensi yang rendah akan tetapi juga disebabkan oleh

factor-faktor non-integensi.

Maka dari itu kami tertarik membahas masalah kesulitan belajar ini karena disaat

sekarang ini banyak anak atau siswa yang banyak mengalami  masalah kesulitan

belajar. Kami berharap dengan adanya makalah ini kami semua bisa mengetahui

mengenai faktor dan hal yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa kesulitan

belajar.
B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana definisi kesulitan belajar ?

2.      Apa faktor penyebab kesulitan belajar ?

3.      Bagaimana diagnosa kesulitan belajar ?

4.      Bagaimana intervensi (pemecahan masalah) kesulitan belajar ?

C.     Tujuan Pembahasan

1.      Menjelaskan definisi kesulitan belajar

2.      Menjelaskan faktor penyebab kesulitan belajar

3.      Menjelaskan diagnosa kesulitan belajar

4.      Menjelaskan intervensi (pemecahan masalah) kesulitan belajar

D.    Batasan Masalah

Makalah ini hanya membahas tentang “definisi kesulitan belajar, faktor penyebab

kesulitan belajar, diagnosa kesulitan belajar, intervensi (pemecahan masalah)

kesulitan belajar”.
BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Definisi Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang

menyebabkan seorang siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik

seperti siswa lain pada umumnya yang disebabkan faktor-faktor tertentusehingga ia

terlambat atau bahkan tidak dapatmencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan

yang diharapkan. Pada dasarnya, kesulitan belajar yang dialami siswa tidak selalu

disebabkan oleh rendahnya tingkat intelegensia atau kecerdasan siswa. Namun

demikian, kesulitan belajar dapat disebabkan juga oleh banyak factor seperti faktor-

faktor fisiologis, psikologis, sarana dan prasarana dalam belajar dan pembelajaran

serta faktor ligkungan belajarnya.[1]

B.     Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat

dikelompokkan menjadi factor internal dan factor eksternal.

1.      Faktor internal

Faktor internal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa antara lain,

kemampuan intelektual, perasaan dan kepercayaan diri, motivasi, kematangan untuk

belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat , serta

kemampuan mengindra seperti melihat, mendengarkan, membau dan merasakan.


Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono faktor internalyang menjadi

penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu :

a.       Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa seperti

kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh.

b.      Faktor Psikologis

Faktor psikologis siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi tingkat

inteligensia pada umumnya yang rendah, bakat terhadap mata pelajaran yang rendah,

minat belajar dan motivasi yang kurang.

2.      Faktor eksternal, yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa dapat

berupa guru, kualitas pembelajaran, instrument dan fasilitas pembelajaran, serta

lingkungan sosial dan alam.Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono

faktor eksternal yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu :

a.       Faktor Nonsosial

Faktor nonsosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa

peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap,

kondisi ruang belajar yang kurang layak dan waktu pelaksanaan proses pembelajaran

yang kurang disiplin.[2]

Kelompok faktor nonsosial lainnya dapat berupa keadaan udara, suhu, cuaca, waktu

(pagi,siang, atapun malam). Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas harus

kita atur sedemikian rupa sehingga dapat membantu (menggunakan) prose belajar

secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus meenuhi syarat-
syarat seperti di temoat yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan, demikian juga

dengan alat-alat pelajaran serta bangunannya.

b.      Faktor Sosial

Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia (sesama

manusia).[3]

Faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan belajar pada

siswa seperti faktor keluarga, sekolah ,teman bermain, dan lingkungan masyarakat.[4]

C.     Diagnosa Kesulitan Belajar

Menurut Sugihartono dkk,diagnosis kesulitan belajar dapat diterjamahkan sebagai

sebuah proses yang dilakukan oleh guru untuk menentukan masalah atau ketidak

mampuan siswa dalambelajar yang dilakukan dengan cara meneliti berbagai latar

belakang faktor penyebabnya dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak

dan dapat dipelajari. Namun demikian, yang perlu dipahami, kegiatan diagnosis

kesulitan belajar bukan hanya sekedar mengetahui gejala-gejala dan faktor-faktor

yang menyebabkan seorang siswa mengalami kesulitan belajar, namun juga sampai

pada penentuan kemungkinan bantuan yang dapat diberikan baik oleh guru ataupun

pihak lain yang dianggap mampu. Oleh sebab itu, kegiatan diagnosis kesulitan belajar

merupakan suatu proses dan upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar

belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan


berbagai data /informasi selengkap dan seobyektif mungkin sehingga memungkinkan

untuk mengambil kesimpulan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.

Dengan demikian, diagnosis kesulitan belajar dapat dikatakan sebagai sebuah

proses untuk melakukan identifikasi kesulitan belajar pada siswa dalam upaya

menentukan sumber dan factor penyebabnya. Tujuannya adalah membantu siswa

mengatasi kesulitan belajarnya melalui berbagai alternatife pemecahannya atas dasar

data/informasi yang lengkap dan akurat yang telah terkumpul.[5]

Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas

langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar

jenis tertentu yang dialamai siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik”

kesulitan belajar. Banyak langkah diagnostic yang dapat ditempuh guru, antara lain

yang cukup terkenal adalah prosedur Weener and Senf (1982) sebagaimana yang

dikutip Wardani (1991) sebagai berikut :

1.      Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika

mengikuti pelajaran.

2.      Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami

kesulitan.

3.      Mewawancari orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang

mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

4.      Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat

kesulitan belajar yang dialami siswa.


5.      Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga

mengalami kesulitan belajar.[6]

D.    Intervensi (Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar

siswanya. Akan tetapi, akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat

diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai

berikut :

1.      Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah yang benar

mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

2.      Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan

perbaikan.

3.      Menyusun program perbaikan, khusunya program remedial teaching (pengajaran

perbaikan).

Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah

selatjutnya, yakni melaksanakan program perbaikan.

1.      Analisis Hasil Diagnosis

Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi

perlu dianalisis sedemikan rupa, sehingga kesulitan khusus yang dialami siswa yang

berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh : Badu mengalami

kesulitan khusus dalam memahami konsep kata “polisemi”. Polisemi ialah sebuah

istilah yang menunjuk kata yang memiliki dua makna atau lebih. Kata “turun”
umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase seperti turun harga, turun tangan,

dan sebagainya. Contoh sebaliknya, kata “naik” yang juga dapat diapaki dalam

banyak frase seperti : naik daun,naik darah, naik banding, dan seterusnya.

2.      Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah

Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang

kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-

bidang kecakapan ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam :

a.       Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.

b.      Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan

orang tua.

c.       Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun

orangtua.

Kembali ke soal Badu, ternyata dari hasil diagnosis diketahi bahwa ia belum

memiliki kecakapan memahami konteks kalimat, khususnya kalimat-kalimat yang

mengandung elemen polisemi. Akibatnya sebuah kata yang arti aslinya “X” dalam

sebuah konteks kalimat dia pahami sebagai “X” juga dalam konteks kalimat lain.

3.      Menyusun Program Perbaikan

Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching),

sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut :

a.       Tujuan pengajaran remedial.

b.      Materi pengajaran remedial.


c.       Metode pengajaran remedial.

d.      Alokasi waktu pengajaran remedial.

e.       Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.

4.      Melaksanakan Program Perbaikan

Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu

saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu

memungkinkan siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan) memusatkn

perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut

dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinan digunakannya ruang

Bimbingan dan Penyuluhan yang tersedia di sekolah dalam rangka mendayagunakan

ruang BP tersebut.

Selanjutnya untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-

alternatif kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan

mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan. Selain itu,

guru juga dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar

tertentu yang dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau pendukung cara

memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.[7]

5.      Cara Belajar Yang Baik

a.       Andaikankamu sudah mempunyai cara belajar yang baik, artinya dengan caramu

itu kamu dapat belajar dengan mudah. Misalnya “Pak, saya belajar dengan membaca

sekali saja sudah jelas, mudah mengerti”, “Pak, dengan baca sekali, dengan dengar
uraian, dan buat skema-skema, mudah sekali masuk”, dan sebagainya maka cara itu

boleh kamu pakai terus.

b.      Bagi yang sulit belajar, manakah cara belajar yang baik? Selain sudah dijelaskan

sebelumnya, coba dengarkan cara yang biasa beberapa orang lakukan ini!

1)      Dengan membaca keseluruhan dala satu bab atau mencoret yang penting.

2)      Jika belum jelas, baca lagi dengan menulis pokok-pokoknya pada catatan.

3)      Kamu pelajari pokok-pokok singkatan tersebut.

4)      Apabila masih lupa, lihat bagian mana yang kelupaan.

5)      Bila harus menghafal syair, kamu dapat melakukan :

a)      Baca seluruhnya pelan-pelan dan tenang. Baca lagi dengan menuliskan kata-

kata / kalimat-kalimat yang sukar. Baca lagi, dan ditekankan yang masih lupa/sukar.

Hafalkan di luar kepala.

b)      Gunakan kalimat/jembatan (slogan), simbol-simbol, atau singkatan-singkatan.

Misalnya, TEKAD, AKABRI, dan lain-lain.

c)      Apabila menghafal sejarah, buatlah pita singkatan silsilah.

d)     Apabila mempelajari ilmu hayat, buktikanlah dengan melihat kenyataan. Misalnnya,

benarkah jagung berakar serabut? Atau seperti apa wujudnya?

e)      Apabila mempelajari ilmu pasti (aljabar-ukur), banyak-banyaklah berlatih

mengerjakan soal dan membuktikan dail-dalilnya.

f)       Segera tanyakan ke guru apabila menghadapi kesukaran-kesukaran.

Uraian di atas akan mempunyai arti jika kita mau membuktikannya dengan

kehendak kita, memiliki kemauan kuat untuk melaksanakannya, berdisipin/menaati


dan menepati rencana yang sudah ditentukan untuk belajar, gemar membaca buku,

jangan suka menganggur kerjakan apapun yang berguna.[8]

BAB III

PEMBAHASAN

Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Hal tersebut sangat wajar mengingat mereka juga berasal dari keluarga dan

lingkungan yang berbeda pula.Dalam hal belajar misalnya, setiap siswa juga

mempunyai tingkatan dan kemampuan belajar yang berbeda pula. Bisa jadi cara

belajar mereka pun tidak sama satu dengan yang lain. Adanya perbedaan kemampuan

belajar tersebut mengakibat antara satu siswa dengan siswa yang lain kadang terjadi

kesenjangan yang cukup besar. Maksudnya disatu sisi ada siswa yang sangat cerdas

dan di sisi lain ada siswa yang kurang pandai. Bagi siswa yang cerdas tentu membuat

bangga gurunya, akan tetapi siswa yang rendah prestasi belajarnya menjadi

permasalahan tersendiri bagi guru dan juga siswa itu sendiri. Nah, dalam proses

Bimbingan Konseling bisa diambil sebuah permasalahan mengenai siswa yang

rendah prestasi belajarnya atau siswa yang mengalami kesulitan belajar.


Sebut saja Doni (bukan nama sebenarnya), adalah seorang siswa kelas 5 yang

memiliki nilai hasil belajar terendah di kelasnya. Nilai rendah tersebut tidak hanya

untuk satu atau dua mata pelajaran saja, tetapi hampir semua mata pelajaran. Dalam

proses kegiatan belajar mengajar Doni terlihat sulit sekali menerima materi pelajaran.

Selain itu Doni juga tidak bisa fokus terhadap pelajaran. Ia lebih suka bermain dan

mengganggu teman sebangkunya. Tidak jarang guru seringkali menegurnya lantaran

mengganggu konsentrasi siswa lain. Sayangnya Doni tidak lantas diam dan fokus

pada pelajaran hingga jam pelajaran selesai. Beberapa menit kemudian ia kembali

mengganggu temannya dan tidak fokus pada pelajaran. Pekerjaan Rumah (PR) yang

diberikan guru pun sering tidak ia kerjakan.

Permasalahan Doni di atas tentu menjadi kekhawatiran guru dan juga orang

tua. Oleh karena itu guru sebagai orang tua kedua dan juga dianggap lebih kompeten

dalam mengenal dan memahami karakteristik siswa, mengambil langkah-langkah

tertentu sebagai upaya untuk memberi solusi atas permasalahan yang menimpa Doni

tersebut.

Langkah-langkah yang diambil yaitu:

1.      Memanggil Doni dan berbicara empat mata perihal segala sesuatu yang terkait

dengan masalahnya.

2.      Memberinya pengertian bahwa perbuatan yang dilakukannya salah.

3.      Memotivasi Doni untuk giat belajar dengan kata-kata persuasif.


4.      Menjelaskan kepada Doni akanpentingnya belajar, baik untuk sekarang

maupunmasa depan.

5.      Memberikan perhatian yang lebih dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Maksudnya jika Doni belum memahami suatu materi, guru harus dengan sabar

menjelaskannya kembali dengan kata-kata yang mungkin lebih mudah dimengerti.

6.      Memberinya hadiah sebagai penyemangat jika prestasinya meningkat.

7.      Mengajak peran serta orang tua untuk ikut membantu dan mengawasi Doni dalam

kegiatan belajar di rumah.[9]

BAB IV

PENUTUPAN

A.    Kesimpulan
1.      Kesulitan belajar merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seorang

siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada

umumnya yang disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan

tidak dapatmencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

2.      Faktor penyebab kesulitan belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

3.      Diagnosa kesulitan belajar dapat diterjamahkan sebagai sebuah proses yang

dilakukan oleh guru untuk menentukan masalah atau ketidak mampuan siswa

dalambelajar yang dilakukan dengan cara meneliti berbagai latar belakang faktor

penyebabnya dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak dan dapat

dipelajari.

4.      Intervensi (Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar dapat dilakukan dengan

cara Menganalisis hasil diagnosis, Mengidentifikasi dan menentukan bidang

kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan, dan Menyusun program perbaikan.

B.     Saran

1.      Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran

bagi pembaca.Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi

penyusun dan pembaca

2.      Untuk pendidik diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi

anak didiknya dan dapat menciptakan cara belajar yang mampu membuat peserta

didik bersemangat dalam belajar sehingga dapat memahami pelajaran sesuai dengan

tujuan yang diinginkan. Hendaknya pendidik bekerja sama dengan orang tua atau
wali siswa dalam meningkatkan prestasi belajar dan mengurangi faktor-faktor

penyebab kesulitan belajar.

3.      Untuk peserta didik sebaiknya tetap menerapkan sikap disiplin dan tepat waktu

dalam belajar. Pelajari hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tak perlu

sungkan untuk bertanya pada guru jika memang ada hal yang belum dimengerti.
BAB V

DAFTAR RUJUKAN

Bimo, Walgito, 2010, Bimbingan + Konseling [Studi & Karier], Yogyakarta: Andi.

http://aridlowi.blogspot.com/2012/06/contoh-kasus-cara-menangani-anak.html          d

iakses pada jam 21.53, 15 Maret 2015.

Irham, Muhammad, dkk, 2013, Psikologi pendidikan: Teori dan Aplikasi

dalam        Proses Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Suryabrata, Sumaedi, 2004,  Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo.

Syah,Mihibbin, 2011,  Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda.


     [1]Muhammad Irham ,dkk, Psikologi pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam

Proses Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hlm.254.

     [2]Ibid…, hlm.264.

     [3]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo

Persada,2004, hlm.233.

     [4]Muhammad Irham, dkk, Psikologi pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam

Proses Pembelajaran…, hlm.264.

     [5]Muhammad Irham, dkk, Psikologi pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam

Proses Pembelajaran…, hlm.254.

     [6]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Rosda, 2011, hlm.172.

     [7]Ibid... , hlm.173.

     [8]Walgito Bimo, Bimbingan+Konseling [Studi & Karier], Yogyakarta: Andi,

2010, hlm.152.

     [9]http://aridlowi.blogspot.com/2012/06/contoh-kasus-cara-menangani-anak.html 

diakses pada jam 21.53, 15 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai