Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Kesulitan belajar
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Diampu oleh Bapak Dr. Ahmad Qurtubi, M.A.

Disusun oleh:
Ardhan Ahmad Yuridan (191220078)
Nazdirah Uluhiya Al-Ulya (201220078)
Rihadatul Aisy (201220075)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
2021
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmatnya yang telah memberikan kami sehat
jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kesulitan Belajar .
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknisi penulisan maupun materi,
mengingat kemampuan penulis, untuk kritik dan saran dari pihak dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah.
Dalam penulisan makalah ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ahmad Qurtubi, M.A.,
sebagai dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Tim Penulis

Serang, 23 November 2021


Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................................................. 2


Daftar Isi ....................................................................................................................................................... i
BAB I:PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................... 1
BAB II: PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A. Pengertian Kesulitan Belajar.............................................................................................................. 2
B. Faktor-faktor Kesulitan Belajar.......................................................................................................... 2
C. Diagnosis Kesulitan Belajar............................................................................................................... 3
D. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar ............................................................................................. 4
E. Strategi Pemecahan Masalah (Memahami dan Mendiagnosis Masalah, Menciptakan Solusi, dan
Mengevaluasi Solusi ................................................................................................................................. 5
BAB III ........................................................................................................................................................ 9
PENUTUP .................................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 10

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaran pendidikan di sekolah pada umumnya hanya ditunjukkan kepada para siswa
berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang
terabaikan. Dengan demikian, siswa yang berkategori “diluar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh)
tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Dari sini timbullah apa yang disebut kesulitan belajar yang tidak hanya menimpa siswa yang
berkemampuan rata-rata saja, akan tetapi juga yang berkemampuan rendah dan yang berkemampuan tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar?
2. Apa saja faktor-faktor kesulitan belajar?
3. Bagaimana diagnosis kesulitan belajar?
4. Bagaimana alternatif pemecahan kesulitan belajar?
5. Bagaimana strategi pemecahan masalahnya?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dan Mahasiswi dapat mengetahui yang dimaksud dengan kesulitan belajar.
2. Mahasiswa dan Mahasiswi dapat mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar.
3. Mahasiswa dan Mahasiswi dapat mengetahui diagnosis kesulitan belajar.
4. Mahasiswa dan Mahasiswi dapat mengetahui alternatif pemecahan kesulitan belajar.
5. Mahasiswa dan Mahasiswi dapat mengetahui strategi pemecahan masalahnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang
lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa
amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan
konsentrasi.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan ini dimana anak didik/ siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan
tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu
menjamin keberhasilan belajar.
Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat, pada setiap anak didik, maka para pendidik
perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.
B. Faktor-faktor Kesulitan Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal, yaitu:
a. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat fisik, yaitu karena sakit atau menderita cacat tubuh.
b. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat psikis, yaitu faktor intelegensi, bakat, minat, motivasi
dan kesehatan mental.
2. Faktor Eksternal, yaitu:
a. Faktor Keluarga:
1) Faktor orang tua:
a) Cara mendidik.
b) Hubungan orang tua dengan anak.
c) Contoh atau bimbingan dari orang tua.
d) Suasana rumah atau keluarga.
e) Keadaan ekonomi keluarga, baik keadaan ekonomi yang kurang (miskin) maupun berlebihan
(kaya).

2
b. Faktor sekolah.
1) Faktor guru:
a) Guru yang tidak berkualitas
b) Hubungan antara guru dengan peserta didik yang kurang baik.
c) Guru yang tidak mempunyai kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar peserta
didik.
d) Kesulitan belajar yang ditimbulkan oleh metode mengajar guru.
2) Faktor alat, karena tanpa adanya alat, terutama bagi pelajaran yang bersifat praktikum, akan
menimbulkan kesulitan belajar. Karena kesulitan alat, guru cenderung menggunakan metode
ceramah yang dapat menimbulkan kepasifan peserta didik.
3) Faktor gedung sekolah pada umumnya dan ruang kelas pada khususnya.
4) Faktor kurikulum
5) Faktor waktu sekolah dan disiplin yang kurang
c. Faktor media massa dan lingkungan sosial, baik teman bergaul, lingkungan tetangga, maupun
aktivitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab kesulitan belajar ini dapat berupa sebab-sebab
individual maupun sebab-sebab yang kompleks.
C. Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai
prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Agar
pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar dapat menghasilkan sesuai dengan keinginan, maka taat pada prosedur
itu merupakan suatu keharusan.
Beberapa langkah pokok/prosedur dan teknik pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar;
Beberapa langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi peserta didik yang mengalami
kesulitan sebagai berikut:
a. Menandai peserta didik dalan satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami
kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun yang sifatnya lebih khusus dalam bidang
studi tertentu.
b. Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan:
1) Meneliti nilai ujian.
2) Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya.
3) Observasi pada saat peserta didik dalam proses belajar mengajar.
4) Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan.

3
5) Melaksanakan sosiometri untuk melihat hubungan sosial psikologi yang terdapat pada para
peserta didik.
2. Penggunaan Catatan waktu belajar Efektif
Dalam lembaga pendidikan tertentu, untuk bidang studi dan oleh guru tertentu, telah mulai diadakan
pencatatan beberapa waktu yang secara efektif digunakan oleh peserta didik dalam memecahkan masalah
soal atau mengerjakan tugas tertentu.
Dalam konteks kelas lazimnya waktu dialokasikan untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu (40-
50 menit). Dalam konteks tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan hari/minggu tertentu.
Catatan ini amat berharga, sehingga dapat menggambarkan siapa peserta didik yang selalu lebih cepat,
selalu terlambat dan peserta didik yang tepat waktu. Dengan membandingkan durasi dan frekuensi peserta
didik itu secara berkelompok maka kita mudah mengetahui atau menemukan kasus-kasus yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
3. Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidakhadiran (Absensi)
Frekuensi dari absensi inipun sangatlah berharga untuk menandai peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan belajar. Dengan membuat rangking mulai dari yang banyak angka ketidakhadirannya, kita
dengan mudah menemukan siapa yang bermasalah. Kemungkinan akan tampak relevansi frekuensi
ketidakhadiran ini dengan prestasi.
4. Penggunaan Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat);
Dalam bidang tertentu ada yang sangat mengutamakan keterampilan-keterampilan khusus seperti
komunikasinya, interaksi sosialnya dalam menyumbangkan pikiran, menambahkan dan lain-lain, ini
merupakan catatan partisipasi amat berharga. Dengan demikian kita dapat mengetahui peserta didik mana
yang aktif di kelas, dan mana yang pasif.
5. Penggunaan Catatan dan Bagan Sosiometri;
Dalam bidang tertentu juga kadang dibutuhkan kerjasama peserta didik dalam kelompok. Dalam
kerjasama ini dibutuhkan suatu kondisi saling menerima, saling percaya, saling menyenangi di antara
sesama anggota. Dari ini kita dapat mengetahui mana peserta didik yang memilih dan dipilih dan mana
yang tidak meilih dan dipilih, mana peserta didik yang disenangi dan mana yang kurang disenangi atau
terisolasi. Dengan ini maka kita dapat menjadikan peserta didik yang terisolasi ini sebagai peserta didik
yang patut dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial.
D. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
Berikut ini beberapa alternatif pemecahan dalam kesulitan belajar:
1. Observasi Kelas
Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam tingkat pelajaran,
misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi kelas dalam kegiatan belajar, cukup nyaman,

4
segar, sehat dan hidup atau tidak. Kalau suasana kelas sangat nyaman, tenang dan sehat, maka itu semua
dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih semangat lagi.
2. Pemeriksaan Alat Indera
Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan peserta didik khusus mengenai alat indera.
Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah melakukan tes atau pemeriksaan kesehatan di
Puskesmas/Dokter, karena tingkat kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik pula. Maka
dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut dapat menstimulasikan bahan pelajaran langsung ke setiap
individu.
3. Teknik Main Peran
Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah peserta didik. Di sana seorang guru dapat leluasa
melihat, memperhatikan peserta didik berikut semua yang ada disekitarnya. Di sini guru dapat langsung
melakukan wawancara dengan orang tuanya mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi, pekerjaan dan
lain-lain. Selain itu juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan situasinya dengan masyarakat secara
langsung.
4. Tes Diagnosis Kecakapan/Tes IQ/Psikotes
Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat dilihat dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana. Dengan latihan psikotes dapat diambil beberapa
nilai kepribadian, peseta didik secara praktis dari segi dasar, logika dan privasi seseorang.
5. Menyusun Program Perbaikan
Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu. Seorang pengajar harus menjadi
seorang yang konservator, transmitor, transformator, dan organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa alat
peraga atau alat yang lainnya yang menunjang pengajaran lebih baik, karena dengan kelengkapan-
kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi belajar pun akan dengan mudah didapat oleh para peserta didik.
E. Strategi Pemecahan Masalah (Memahami dan Mendiagnosis Masalah, Menciptakan Solusi, dan
Mengevaluasi Solusi)
1. Memahami dan Mendiagnosis Masalah
Seperti telah dijelaskan murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan-hambatan
sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh guru dan pembimbing.
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya:
a. Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi
nilainya selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tidak acuh, berpura-pura, dan lain-lain.

5
e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan sebutan prestasi/kurang (under
achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya belajar rendah (di bawah rata-rata kelas).
Secara potensial mereka yang IQ-nya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Tetapi anak yang mengalami
kesulitan belajar tidak demikian. Timbul kesulitan belajar itu berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap,
kebiasaan belajar, pola-pola pendidikan yang diterima dari keluarganya.
Dari gejala-gejala yang tampak itu, guru (pembimbing) bisa menginterpretasi bahwa ia kemungkinan
mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat gejala-gejala yang tampak, guru pun bisa mengadakan
penyelidikan antara lain dengan:
a. Observasi: cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek. Data-data yang dapat
diperoleh dengan observasi, misalnya:
1) Bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, adalah tanda-tanda cepat lelah, mudah
mengantuk, sukar memusatkan perhatian pada pelajaran.
2) Bagaimana kelengkapan catatan, peralatan dalam pelajaran.
b. Interview: adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki
atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diseleksi.
Untuk menyelidiki siswa yang mengalami kesulitan belajar, interview bisa dilaksanakan secara
langsung atau tidak langsung. Langsung artinya: kepada murid yang diselidiki. Tidak langsung: kepada
orang-orang yang tahu tentang keadaan diri anak.
c. Tes diagnostik: adalah suatu cara mengumpulkan data dengan test.
d. Dokumentasi: adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Untuk mengenal murid yang mengalami
kesulitan belajar bisa melihat:
1) Riwayat hidupnya;
2) Kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran;
3) Kumpulan ulangan;
4) Raport, dan lain-lain.
Setelah data terkumpul kemudian diseleksi, tinggal data-data yang diperlukan. Untuk dapat mengatakan murid
mana yang mengalami kesulitan belajar, diperlukan patokan kesulitan belajar.
2. Menciptakan Solusi & Mengevaluasi Solusi
Mengatasi kesulitan kesulitan belajar, tidak dapat tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan
belajar sebagaimana diuraikan di atas. Karena itu mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber
penyebab penyerta lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar,
dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
6
a. Pengumpulan Data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk
memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan
pengumpulan data. Menurut Sam Isbani dan R. Isbani, dalam pengumpulan data dapat dipergunakan
berbagai metode, di antaranya adalah:
1) Observasi
2) Kunjungan rumah
3) Case Study
4) Case History
5) Daftar pribadi
6) Meneliti pekerjaan anak
7) Tugas kelompok dan,
8) Melaksanakan tes (baik tes IQ maupun tes prestasi/ sachievement test).
b. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak
diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti
sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.
c. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan mengenai hasil dan pengolahan data). Diagnosis ini dapat
berupa hal-hal sebagai berikut:
1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak.
2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
3) Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.
d. Prognosis
Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar
utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan
kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
e. Treatment/Perlakuan
Perlakuan di sini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang
mengalami kesulitan belajar) sesuai dengn program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.
Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan, adalah:
1) Melalui bimbingan belajar kelompok.
2) Melalui bimbingan belajar individual.
3) Melalui pengajaran remedial dalam beberapa bidang studi tertentu.
4) Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
7
f. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah diberikan di atas
berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment
yang diterapkan tersebut tidak berhasil maka perlu ada pengecekan kembali ke belakang faktor-faktor
apa yang mungkin menjadi penyebab kegagalan treatment tersebut. Mungkin program yang disusun
tidak tepat, sehingga treatment-nya juga tidak tepat, atau mungkin diagnosisnya yang keliru, dan
sebagainya. Alat yang digunakan untuk evaluasi ini berupa Tes Prestasi Belajar (Achievement Test).
Untuk mengadakan pengecekan kembali atas hasil treatment yang kurang berhasil, maka secara teoteris
langkah-langkah yang perlu ditempuh, adalah sebagai berikut:
1) Re Ceking data (baik itu pengumpulan maupun pengolahan data).
2) Re Diagnosis.
3) Re Prognosis.
4) Re Treatment, dan
5) Re Evaluasi.
Begitu seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil mengatasi kesulitan belajar anak yang
bersangkutan.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan ini dimana anak didik/ siswa tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.
2. Faktor-faktor Kesulitan Belajar
a. Faktor internal.
b. Faktor eksternal.
3. Diagnosis Kesulitan Belajar
a. Identifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
b. Penggunaan Catatan waktu belajar Efektif;
c. Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidakhadiran (Absensi);
d. Penggunaan Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat);
e. Penggunaan Catatan dan Bagan Sosiometri;
4. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
a. Observasi Kelas.
b. Pemeriksaan Alat Indera.
c. Teknik Main Peran.
d. Tes Diagnosis Kecakapan/Tes IQ/Psikotes.
e. Menyusun Program Perbaikan
5. Strategi Pemecahan Maslah (Memahami dan Mendiagnosis Masalah, Menciptakan Solusi, dan
Mengevaluasi Solusi)
a. Memahami dan Mendiagnosis Masalah.
b. Menciptakan Solusi & Mengevaluasi Solusi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. &. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dalyono. (2015). Psikologi Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta.

Farid, D. &. (2015). Bimbingan Konseling . Yogyakarta : Gava Media.

10

Anda mungkin juga menyukai