Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DASAR TENTANG KESULITAN BELAJAR


(Pengertian, Gejala, Dan Efek Sosio-Psikologis Yang Ditimbulkan)

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan)

Dosen Pengampu :

ANISA FITRI, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Moh. Fatkhur Dawami (3420180034)


Mukminatin (3420180035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan dengan judul : Konsep
Dasar Tentang Kesulitan Belajar ( pengertian, gejala, dan efek sosio-psikologis yang
ditimbulkan).

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran, masukan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.

Bojonegoro, Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB.I PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................................................5
BAB.II PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Pengertian Kesulitan Belajar.............................................................................................6
B. Gejala Kesulitan Belajar....................................................................................................7
C. Dampak sosio-psikologis yang ditimbulkan...................................................................11
D. Cara Mengatasi Masalah Kesulitan Belajar....................................................................11
BAB.III PENUTUP.....................................................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................................14
B. Saran................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun dilingkungan rumah (keluarga). Pada
sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut tidak
hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang
berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya
kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleh hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan
oleh intelegensi yang rendah akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-integensi.
Seorang pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik,
karena itu sebagai pendidik dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan
peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara
optimal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Seorang
pendidik harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Pendidik
harus memahami faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar
akan bersumber pada faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan melihat
hasil belajar peserta didik, pendidik akan mengetahui kelemahan peserta didik, beserta sebab-
musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian sebenarnya pendidik
mengadakan diagnosis siswa tentang kelebihan dan kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang
dialami dalam belajarnya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, akan lebih
mudah mencari cara untuk mengatasinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pemakalah dapat menarik rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari kesulitan belajar?
2. Apa gejala yang ditimbulkan dari kesulitan belajar?

4
3. Bagaimana efek sosio-psikologis yang ditimbulkan?
4. Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar siswa?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pemakalah dapat menarik tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesulitan belajar
2. Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan dari kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui efek sosio-psikologis yang ditimbulkan
4. Untuk mengetahui cara mengatasi kesulitan belajar siswa

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah
karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak
sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan
belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning
disorder, (b) learning disfunction, (c) underachiever, (d) slow learner, dan (e) learning
disabilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,
yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi
yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olahraga keras
seperti karate, tinju, dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam
belajar menari yang menuntut gerakan lemah gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indera, atau gangguan
psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh tinggi, atletis dan
sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain
bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan bola volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah di tes kecerdasannya dan

6
menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun
prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana
siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di
bawah potensi intelektualnya.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil
belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan
sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir
mencapainnya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-
bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
Kelompok yang lain adalah, adalah sekelompok siswa yang yang belum mencapai
tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula
ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai
dengan karakteristik murid yang bersangkutan.
Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara
konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan
tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat penguasaan bahan sangat rendah, konsep dasar
tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian
yang sedang dan mudah tidak dapat dikuasai dengan baik.

B. Gejala Kesulitan Belajar


Di setiap Sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang
berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di
perkotaan, tetapi juga memiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala
keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakan pada sifat, jenis, dan faktor
penyebabnya. Menurut Mulyadi (2010) ada ciri-ciri tingkah laku yang merupakan
pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar adalah :

7
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimiliki.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
4. Menunjukkan sikap yang kurang ajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura,
dusta.
5. Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, datang terlambat, tidak
tertib, dalam kegiatan belajar mengajar, mengasingkan diri, dan lain sebagainya
6. Menunjukkan sikap emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, dan lain-lain.

Menurut Clement yang dikutip oleh Hallahan dan Kauffman ( 1991:133 ) terdapat 10
(sepuluh) gejala yang sering dijumpai pada anak berkesulitan belajar, yaitu:
1. Hiperaktif
2. Gangguan persepsi motorik
3. Emosi yang labil
4. Kurang koordinasi
5. Gangguan perhatian,
6. Impulsive
7. Gangguan memori dan berfikir
8. Kesulitan pada akademik khusus ( membaca, matematika, dan menulis)
9. Gangguan dalam berbicara dan mendengar
10. Hasil electroencephalogram (EEG) tidak teratur serta tanda neurologis yang tidak jelas.
Hallahan menjelaskan bahwa tidak semua gejala selalu ditemukan pada anak yang
mengalami kesulitan belajar, adakalanya hanya beberapa ciri yang tampak. Selanjutnya para
peneliti mengelompokkan kesepuluh ciri tersebut dengan menggabungkan hal-hal yang
dianggap sejenis. Adapun pengelompokkannya adalah sebagai berikut .
1. Masalah persepsi dan koordinasi
Hallahan (1975) mengemukakan bahwa beberapa anak berkesulitan belajar
menunjukkan gangguan dalam persepsi penglihatan dan pendengaran. Masalah ini
tidak sama dengan masalah ketajaman penglihatan dan ketajaman pendengaran,

8
seperti yang dialami oleh seorang tunanetra atau tunarungu. Sebagai contoh, anak
yang mengalami gangguan persepsi visual, tidak dapat membedakan huruf atau kata
-kata yang bentuknya mirip, seperti huruf "d" dengan "b" atau membedakan kata
"sabit" dengan "sakit". Kemudian anak yang mengalami masalah persepsi
pendengaran mengalami kesulitan untuk membedakan kata yang bunyinya hampir
sama, seperti kata kopi dengan topi. Di samping mengalami masalah dalam persepsi,
pada anak berkesulitan belajar ada yang mengalami masalah dalam koordinasi
motorik yaitu gangguan keterampilan motorik halus seperti gangguan dalam menulis
dan keterampilan motorik kasar seperti tidak dapat melompat dan menendang bola
secara tepat.
2. Gangguan dalam perhatian dan hiperaktif
Anak yang berkesulitan belajar mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian
dan mengalami hiperaktif. Meskipun terdapat anak yang memiliki masalah dalam
perhatian dan hiperaktif tanpa disertai kesulitan belajar, munculnya kesulitan belajar
sangat tinggi di antara anak yang mengalami masalah perhatian dan hiperaktif. Para
ahli menekankan bahwa dalam hal ini masalahnya bukan pada kelebihan geraknya
akan tetapi yang lebih mendasar adalah masalah sulitnya berkonsentrasi. Walaupun
anak banyak melakukan gerakan yang dalam batas-batas tertentu gerakannya lebih
terarah, belum tentu disebut hiperaktif. Anak yang hiperaktif banyak bergerak,akan
tetapi tidak mengarah dan tidak bisa tenang dalam waktu yang ditetapkan, seperti
menyelesaikan pekerjaan dalam waktu 2 – 3 menit. Di samping itu, anak yang
hiperaktif sulit untuk melakukan kontak mata dan sulit untuk mengkonsentrasikan
perhatiannya. Nampaknya segala stimulus yang ada di dekatnya diresponnya tanpa
ada seleksi. Sebagai contoh, apabila anak diberi tugas untuk melakukan sesuatu, ia
tidak dapat menuntaskan pekerjaannya karena perhatiannya segera beralih pada
obyek lainnya, dan begitu seterusnya.
3. Mengalami gangguan dalam masalah mengingat dan berfikir
a. Masalah Mengingat
(1) Anak berkesulitan belajar kurang mampu menggunakan strategi untuk
mengingat sesuatu. Contoh : kepada beberapa anak diperlihatkan suatu daftar
kata untuk diingat. Anak normal secara spontan dapat mengkatagorikan kata-

9
kata tersebut agar mudah diingat sedangkan anak berkesulitan belajar tidak
mampu melakukan strategi tersebut.
(2) Anak berkesulitan belajar mendapat kesulitan untuk mengingat materi secara
verbal. Hal ini terjadi karena mereka mempunyai masalah dalam pemahaman
bunyi bahasa, sehingga sulit memaknai kata atau kalimat. Apabila anak salah
menangkap bunyi bahasa, maka akan menimbulkan kesalahan dalam
memaknai kata tersebut. Misalnya anak sulit membedakan bunyi huruf k dan t,
sehingga kata kopi kedengarannya seperti topi. Dengan demikian ia sulit
memahami ucapan yang mengandung kata kopi dan topi, yang pada akhirnya
ia sulit mengingat kalimat yang diucapkan tersebut.
b. Masalah Berpikir
Meliputi kemampuan untuk memecahkan masalah sampai kepada
pembentukan konsep atau pengertian. Anak berkesulitan belajar mengalami
kelemahan dalam masalah tersebut. Contoh : bagaimana menentukan strategi
untuk menemukan kembali barang yang hilang. Contoh lain adalah bagaimana
mengungkapkan kembali suatu cerita yang telah dibacanya. Anak yang
berkesulitan belajar tidak mampu untuk menemukan strategi yang diperlukan
untuk kepentingan itu.
4. Kurang mampu menyesuaikan diri
Anak berkesulitan belajar menunjukkan gejala kurang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Pada umumnya, anak yang mengalami kesulitan belajar
sering mengalami kegagalan sesuai dengan tingkat kesulitannya. Dampak dari
kegagalan tersebut yaitu anak menjadi kurang percaya diri , merasa cemas, dan takut
melakukan kesalahan yang akan menjadi bahan cemoohan teman-temannya, sehingga
ia menjadi ragu-ragu dalam berinteraksi dengan lingkungannya atau ia mengasingkan
diri.
5. Menunjukkan gejala sebagai siswa yang tidak aktif
Anak berkesulitan belajar kurang mampu melakukan strategi untuk memecahkan
masalah akademis secara spontan. Hal ini terjadi karena mereka sering mengalami
kegagalan. Contoh: Anak berkesulitan belajar tidak berani menjawab pertanyaan guru
atau menjawab soal di papan tulis secara spontan.

10
6. Pencapaian hasil belajar yang rendah
Sebagian anak berkesulitan belajar memiliki ketidakmampuan dalam berbagai
bidang akademik, misalnya dalam membaca, pengucapan, tulisan, berhitung dan
sebagian anak lagi hanya pada satu atau dua aspek saja.

C. Dampak Sosio – Psikologis yang di timbulkan

Dampak kesulitan belajar terhadap peserta didik, yaitu :

1. Segi Psikologis
Masalah penggunaan bahasa lisan / tertulis dalam mendengarkan, berfikir,
membaca, mengeja, matematik, penekanan pada reaksi, ketidakmampuan memahami
dan mengungkapkan (bahasa reseptif dan ekspresif), kondisi motorik yang buruk,
gerakan ceroboh sehingga mempengaruhi fungsi belajarnya.
2. Segi social Emosional
Ketidakstabilan impulsivitas yang ditandai seringnya terjadi perubahan yang
menyolok dalam suasana hati dan tempramen. Impulsivitas ditunjukkan dengan
kurang dapat mengontrol impuls-impuls. Pada anak tiba tiba menyerang orang
lain/benda tanpa ada provokasi sebelumnya. Atau tiba tiba berdiam diri pada waktu
yang tidak sepantasnya. Hiperaktif dikaitkan dengan kesukaran belajar disamping
adanya kegelisahan, toleransi yang rendah terhadap frustasi, agresif, persepsi, social
dan harapan interpersonal yang buruk serta perilaku yang tidak sesuai.

D. Cara Mengatasi Masalah Kesulitan Belajar

Peran guru dalam menangani kesulitan belajar yang dihadapi siswa harus dilakukan
dengan mengadakan pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar yang terjadi. Pelaksanaan
pemeriksaan kesulitan belajar tersebut harus berlangsung secara sistematis dan terarah.
Adapun langkah-langkah dalam pemeriksaan kesulitan belajar menurut H. M. Alisuf Sabri:

1. Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar. Pada langkah pertama ini guru harus
mengidentifikasi atau menetapkan adanya kesulitan belajar bukan berdasarkan

11
naluri tetapi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang luas agar terampil
dalam mendiagnosis kesulitan belajar.
2. Menelaah atau menetapkan status siswa. Pada langkah kedua ini guru selanjutnya
akan menelaah atau memeriksa setiap siswa yang mengalami kesulitan tersebut,
cara memastikan dengan menggunakan dua cara yaitu:
a.) Membandingkan hasil pencapaian atau penguasaan tujuan instruksional khusus
hasil belajar siswa dengan tujuan instruksional khusus yang ditargetkan untuk
dicapai oleh siswa. Sehingga dengan cara seperti ini, akan diketahui bagian yang
sulit dikuasai oleh siswa.
b.) Menetapkan bentuk kesulitan dalam proses belajarnya, apakah sumber kesulitan
terjadi pada waktu menerima atau menyerap pelajaran. Sehingga dengan cara ini,
akan diketahui jenis dan bentuk kesulitan siswa dalam proses belajar.
3. Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan. Setelah jelas jenis atau bentuk kesulitan
yang dihadapi siswa dalam proses belajarnya, maka pada tahap ketiga adalah guru
berupaya untuk memperkirakan sebab timbulnya kesulitan tersebut. Cara atau usaha
guru untuk menetapkan hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan alat
diagnostik kesulitan belajar seperti test diagnostik, test-test untuk mengukur
kemampuan intelegensi, kemampuan mengingat, kemampuan alat indera yang erat
kaitannya dengan proses belajar. Sehingga dengan demikian ditetapkan penyebab
kesulitan tersebut apakah karena alat inderanya kurang baik, ingatannya lemah,
kecerdasannya kurang, atau kurang motivasi.
4. Mengadakan perbaikan. Dengan mengetahui sebab kesulitan belajar yang dihadapi
siswa maka selanjutnya guru dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan guna
mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi mereka. Cara ini dengan menggunakan
pendekatan psikologis didaktis yang terdiri dari dua langkah yaitu:
a.) Siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari faktor kesulitan atau kekurangan
mereka.
b.) Mereka yakin kesulitan atau kekurangan mereka dapat diatasinya. Kedua kondisi
psikologis tersebut harus ditimbulkan pada diri siswa tersebut dengan melalui
bimbingan dan kebijakan guru dan berdasarkan petunjuk dan kebijakan guru itu
pulalah prosedur yang terakhir ini dilaksanakan yaitu siswa dibimbing untuk

12
mengadakan perbaikan sesuai dengan sebab dan kondisi kesulitan belajar yang
mereka alami. (Sabri, 2007: 91).

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang ditemui oleh
para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap
permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik pembelajaran.

Kemampuan dalam memahami karakteristik permasalahan kesulitan belajar siswa


merupakan halyang penting dan harus dimiliki oleh setiap guru untuk melakukan serangkaian
upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah melalui beragam
strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola pembelajaran. Strategi utama
yang digunakan adalah penelitian tindak kelas. Karena dengan memahami permasalahan
permasalahan yang dihadapi oleh siswa, maka guru akan memberikan bantuan atau solusi
guna menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa sehingga siswa dapat mencapai
kondisi maksimal dalam aktivitas belajar.

B. Saran

Sudah seharusnya setiap guru memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi masalah


kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didiknya, sehingga peserta didik dapat
mengoptimalkan potensinya dalam aktifitas belajar. Oleh karena itu, setiap guru wajib
mempelajari akan permasalahan permasalahan kesulitan belajar yang dialami oleh peserta
didik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, Bontot. “Makalah Ilmu Pendidikan”. Diakses pada tanggal 08 Januari 2021 Melalui :
https://www.academia.edu/17253950/Makalah_Ilmu_Pendidikan_

Hallahan, P. Daniel & Kauffman M. James (1991). “Excetional Children : Introduction to


Special Education, (Fifth ed). New Jersey : Prentice Hall International,Inc.

Zimraan, Akmal. 2019. “Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa”. Diakses pada tanggal 10
Januari 2021 Melalui : https://www.haloprofesi.com/2019/03/12-cara-mengatasi-
kesulitan-belajar.html?m=1

Permata, Lia. 2018. “Apa saja dampak yang terjadi dari kesulitan belajar pada anak?”. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2021 Melalui : https://www.dictio.id/t/apa-saja-dampak-yang-
mungkin-terjadi-dari-kesulitan-belajar-pada-anak/117616

15

Anda mungkin juga menyukai