Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PAI

”MEMAHAMI KONSEP KESULITAN BELAJAR SISWA DAN


CARA MENGATASINYA”
Dosen Pengampu : ST MUTHAHHARAH, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun oleh :
Kelompok 7

Nurul Atira
Nur intan fiqroni annisa
Nurhazima islamia

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa kita
kirimkan kepada baginda Muhammad SAW dan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari
akhir. Amin. Makalah ini kami beri judul “ MEMAHAMI KONSEP KESULITAN BELAJAR
SISWA DAN CARA MENGATASINYA”
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan
bagi para pembaca. Khususnya dalam hal Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempenuhnya sempurna. Maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan kami, agar pada tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembacaNYA.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
PEMBAHASAN..............................................................................................................................
A. Beberapa Devinisi Kesulitan Belajar ...............................................................................
B. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar.......................................................................
C. Langkah-Langkah Diagnosis Kesulitan Belajar ..............................................................
D. Cara-cara Mengatasi Kesulitan Belajar.............................................................................
BAB III............................................................................................................................................
PENUTUP.......................................................................................................................................
Kesimpulan.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Kesulitan belajar sangat diperlukan karena dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan
adanya penggunaan istilah tersebut secara keliru. Banyak orang, termasuk sebagian besar
para guru, tidak dapat membedakan antara kesulitan belajar dengan tunagrahita. Tanpa
memahami hakikat kesulitan belajar, akan sulit pula menentukan jumlah anak kesulitan
belajar sehingga pada gilirannya juga sulit untuk membuat kebijakan pendidikan bagi
mereka. Dengan memahami hakikat kesulitan belajar, jumlah dan klasifikasi mereka dapat
ditentukan dan strategi penanggulangan yang efektif dan efisien dapat dicari. Penyebab
kesulitan belajar juga perlu dipahami karena dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan
usaha-usaha preventif maupun kuratif. Oleh karena itu, para calon guru bagi anak
berkesulitan belajar perlu lebih dahulu memahami hakikat kesulitan belajar sebelum
melakukan pengajian yang lebih mendalam tentang pendidikan mereka.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa saja Beberapa Devinisi Kesulitan Belajar ?
2.    Bagaimana Menganalisa Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar?
3.    Bagaimana Diaknosis Kesulitan Belajar?
4.    Bagaimana Cara Mengatasi Kesulitan Belajar?
C.      Tujuan
1.    Mengetahui Beberapa Devinisi Kesulitan Belajar.
2.    Mengetahui Bagaimana Menganalisa Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar.
3.    Mengetahui Diaknosis Kesulitan Belajar.
4.    Mengetahui Bagaimana Cara Mengatasi Kesulitan Belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Beberapa Devinisi Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar atau learning disability adalah kondisi yang dialami oleh siswa yang
ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu dalam menerima dan menyerap pelajaran yang
disebabkan oleh banyak faktor, bukan hanya masalah instruksional atau pedagogis saja, tetapi
bisa juga merujuk pada masalah psikologis sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
aktivitas mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menalar atau menghitung.
Kesulitan belajar siswa bermacam-macam baik dalam hal menerima pelajaran, menyerap
pelajaran, atau keduanya. Setiap siswa pada prinsipnya mempunyai hak untuk mencapai
prestasi belajar yang memuaskan. Namun kenyataannya, siswa memiliki perbedaan, baik
dalam hal kemampuan intelektual, maupun fisik, latar belakang keluarganya, kebiasaan
maupun pendekatan belajar yang digunakan. Perbedaan itulah yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku belajar setiap siswa sehingga menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya mengalami beberapa hambatan yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang
dicapai oleh kelompok. Hasil yang dicapai oleh siswa tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan, padahal siswa telah usaha berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
Selain itu siswa juga lambat dalam mengerjakan tugas-tugas, dimana siswa selalu tertinggal
dengan kawan-kawannya dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan.
Pengertian Kesulitan Belajar 
Berikut definisi dan pengertian kesulitan belajar dari beberapa sumber buku:
 Menurut Subini (2011), kesulitan belajar adalah kesukaran yang dialami peserta didik
dalam menerima dan menyerap pelajaran. Beragam bentuk kesulitan belajar yaitu
belajar dalam aktivitas mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menalar dan
menghitung.
 Menurut Rohmah (2015), kesulitan belajar adalah peserta didik yang tidak dapat
belajar dengan wajar dan berbeda dengan teman-teman lainnya. Hal ini disebabkan
karena adanya ancaman, hambatan atau gangguan yang dialami selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
 Menurut Hellen (2002), kesulitan belajar adalah kemampuan seorang siswa untuk
menguasai suatu materi pelajaran secara maksimal tetapi dalam kenyataannya siswa
tidak dapat menguasainya dalam waktu yang telah ditentukan, dikarenakan beberapa
faktor yang mempengaruhi.
 Menurut Tohirin (2008), kesulitan belajar adalah kondisi dimana siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, baik dalam menerima maupun menyerap pelajaran.
Kesulitan belajar ditandai dengan menurunnya kinerja anak secara akademik atau
prestasi belajar siswa. Kesulitan ini juga dibuktikan dengan menurunnya kelainan
perilaku (Mishbehaviour). 
 Menurut Mahmud (1990), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dan suatu proses
belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar. Hambatan-hambatan belajar ini bukan hanya masalah instruksional atau
pedagogis saja, tetapi merujuk pada masalah psikologis.

B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Fenomena kesulitan belajar siswa biasanya tampak jelas dari menurunya kinerja akademik
atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan
munculnyakelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari
sekolah.
Secara garis besaar factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam
yaitu :
1. Factor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri
siswa sendiri.
2. Factor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri
siswa.

Kedua factor ini meliputi anaeka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di
bawah ini:
a. Fator intern siswa
Factor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan pesiko-fisik siswa, yakni:
1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/inteligensi siswa; Intelegensi atau kecerdasan seseorang sangat berpengaruh
terhadap belajar seseorang siswa, karena seseorang dengan intelegensi lebih rendah akan
lebih sulit menerima pelajaran daripada siswa yang berintelejensi tinggi.[4]
Menurut penulis, seorang guru harus melakukan diagnosis terhadap muridnya melalui pre-
test maupun tes intelgensi sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Dengan ini, guru
akan mengetahui yang manakah siswa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan
intelegensi rendah. Dan dengan ini pula, seseorang yang mempunyai intelegensi rendah harus
mendapat waktu lebih untuk mengulang dan memahami pelajarannya di sekolah. Ataupun,
seorang guru dapat menyampaikan masalah ini kepada orangtua murid sehingga orangtua
murid bisa meninjau lebih dalam belajar siswa tersebut di rumah atau memanggil guru privat
atau les.
Selain itu, untuk memudahkan guru dalam mengajar, maka seorang guru dapat membagi
murid kedalam kelas-kelas. Mulai dari kelas yang mempunyai intelegensi tinggi hingga kelas
yang mempunyai intelegensi rendah. Di Inggris, terdapat proses-proses formal untuk
menerima dan mendukung anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Lalu mereka
menggolongkan mereka sesuai sifat, keseriusan dan kebutuhan mereka.
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
Menurut penulis, kesulitan belajar yang seperti ini merupakan kesulitan belajar yang bersifat
sementara. Tetapi, seseorang dengan mood yang buruk akan kesusahan untuk belajar. Dan
seorang guru dapat melakukan pendekatan terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar
seperti ini.
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). Alat indera terpenting untuk belajar di
sekolah ialah mata dan telinga. Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi, maka
kesan yang diperoleh seorang anak dari dunia luar akan menyimpang bahkan tidak
memperolehnya.
Oleh karena itu, bila menilai pengetahuan atau kemampuan seorang siswa, kita menemui
penyimpangan atau ternyata hasilnya jauh lebih kurang daripada apa yang kita harapkan.
Maka seorang guru dapat mendiagnosa bahwa kesalahan tersebut terletak pada alat-alat
inderanya. Jadi, kita hendaklah mengecek mata dan telinganya untuk mengetahui apakah
organ-organ itu perlu diperbaiki agar ia dapat belajar.[5]
b. Factor ekstern siswa
Factor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Factor ini dapat dibagi tiga macam.
1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah ddengan
ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2) Lingkungana perkampungan/ masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh
(slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi yang letak gedung sekolah yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain factor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula factor-faktor yang menimbulkan
kesultan belajar siswa. Diantara factor-faktor ynag dapat dipandang sebagai factor khusus ini
ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom
(syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indicator adanya keabnormalan
psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
1) Disleksia (dysleaxia), yakni tidak mampuan belajar membaca.
2) Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3) Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya
memiliki ptensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas
rata-rata. Oleh karnanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi
mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan
pada otak.
C. Langkah-langkah Diagnosis Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternative pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sagat
dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan
cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang
melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan
“jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedr yang terdiri dari atas langkah-
langkah tertentu yang diorentasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang
dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostic” kesulitan belajar.
Banyak langkah-langkah diagnostic yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup
terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991)
sebagai berikut.
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran.
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajr.
3. Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikatkesulitan belajar yang dialami siswa.
5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
Secara umum, langkah-langkah tersebut dapat dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali
langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orangtua siswa dapat berhubungan
dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang sangat perlu dicatat adalah apabila siswa yang
mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh dibawah normal (tunagrahita), orangtua
hendaknya mengirimkan siswa tersebut kelembaga pendidikan khusus anak-anak tuna grahita
(sekolah luar biasa), karena lembaga/sekolah biasa tida menyediakan tenaga pendidik dan
kemudahan belajar khusus untuk anak-anak abnormal. Selanjutnya, para siswa yang nyata-
nyata menunjukan misbehavior berat seperti perilaku agresif yang berpotensi antisosial atau
kecanduan narkotika, harus diperlakukan secara khusus pula, umpamanya dimasukkan ke
lembaga pemasyarakatan anak-anak atau ke “psantren” khusus pecandu narkotika.
Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia, disgrafia, dan
diskalkulia sebagaimana yang telah penyusun uraikan dimuka, guru dan orantua sangat
dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini biasanya
bertugas menangani para siswa pengidap sinrom-sindrom tadi disamping melakukan remedial
teaching (pengajaran perbaikan).
Sayangnya di sekolah-sekolah kita, tidak seperti di kebanyakan sekolah negara-negara maju,
belum menyediakan guru-guru pendukung. Namun, untuk mengatasi kesulitan karena tidak
adanya support teachers itu orangtua siswa dapat berhubungan dengan biro konsultasi
psikologi dan pendidikan yang biasanya terdapat pada fakultas psikologi dan fakultas
keguruan yang terkemuka di kota-kota besar tertentu.
D. Cara-cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya.
Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu
melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut.
1.        Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan
antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar
yang dihadapi siswa.
2.        Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan
perbaikan.
3.        Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran
perbaikan).
Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yakni
melaksanakan program perbaikan.[7]
Melaksanakan program perbaikan:
a.         Menganalisis hasil diagnosis
Langkah ini merupakan langkah analisis dari identifikasi hakekat dan luasnya dari pada
kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid.[8] Dari sinilah dapat diketahui dengan pasti jenis
kesulitan khusus yang dialami oleh siswa. Contoh: adu mengalami kesulitan khusus dalam
memahami konsep kata “polisemi”. Polisemi ialah sebuah istilah yang menunjuk kata yang
memiliki dua makna atau lebih. Kata “naik” umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase
seperti: naik daun, naik darah, naik banding, dan sebagainya.
b.         Menentukan kecakapan bidang bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menemukan bidang kecakapan
tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan
bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam.
1.   Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
2.   Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan batuan orang tua.
3. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orangtua.
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru
maupun orangtua dapat bersumber dari kasus-kasus tunagrahita (lemah mental) dan
kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang
bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people). Oleh karenanya,
para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya
memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
Kembali ke soal Badu. Ternyata, dari hasil diagnosis diketahui bahwa ia belum memiliki
kecakapan memahami konteks kalimat, khususnya kalimat-kalimat yang mengandung elemen
polisemi. Akibatnya, sebuah kata polisemi yang aslinya “X” dalam sebuah konteks kalimat
dia pahami sebagai “X” juga dlam konteks kalimat yang lain.
c.          Menyusun program perbaikan
Dalam hal menyusun program pengjaran perbaikan (remedial teaching) sebelumnya guru
perlu menetapkanhal-hal sebagai berikut,
1.      Tujuan pengajaran remedial
2.      Materi pengajaran remedial
3.      Metode pengajaran remedial
4.      Alokasi waktu pengjaran remedial
5.      Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial
d.    Melaksanakan program perbaikan
Kapan dan dimana program pengajaran remedial yang telah dirancang itu dapat
dilaksanakan? Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan
tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu
memungkinkan siswa yang memerlukan bantuan memusatkan perhatiannya terhadap proses
pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing
kemungkinan digunakannya ruang Bimbingan dan Penyuluhan yang tersedia di sekolah
dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.
Selanjutnya, untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kiat
pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk
mempertimbangkan penggunaan model-model pengajaran tertentu yang dianggap sesuai
sebagai alternatif lain atau pendukung cara memcahakan masalah kesulitan belajar siswa.
BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Kesulitan belajar data diketahui dari menurunya kinerja akademik dan muncunya
misbehavior siswa, baik yang berkapasitas tinggi maupun yang berkapasitas rendah, karena
factor intern siswa dan ekstern siswa. Diagnosis juga merupakan upaya identifikasi
fenomenena yang menunjukkan adanya kesulitan belajar siswa, sedangkan diagnostic berarti
langkah-langkah procedural dalam rangka diagnosis (penentuan jenis penyakit/kesulitan
belajar). Langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar terdiri atas, analisis hasil diagnosis,
identifikasi kecakapan yang perlu perbaikan, dan penyusun programremidial teaching.
b.      Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat penulis susun, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat kami butuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Balai Pustaka, 1987.
Sutrisno Ahmad dkk, Psikologi Pendidikan, Untuk Siswa Kelas 6 KMI, Ponorogo:
Darussalam Press, 2004.
Koestoer Partowisastro dkk, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jakarta: Erlangga,
1986

Anda mungkin juga menyukai